Anda di halaman 1dari 4

Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di negara

berkembang. Di negara miskin, sekitar 25-50% kematian usia subur disebabkan hal berkaitan
dengan kehamilan. Kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor utama mortalitas
wanita muda pada masa puncak produktivitasnya. Tahun 2005, WHO memperkirakan
lebih dari 585.000 ibu per tahunnya meninggal saat hamil atau bersalin. Di Asia Selatan, wanita
berkemungkinan 1 : 18 meninggal akibat kehamilan / persalinan selama hidupnya; di banyak
negara Afrika 1 : 14; sedangkan di Amerika Utara hanya 1 : 6.366. Lebih dari 50 % kematian di
negara berkembang sebenarnya dapat dicegah dengan teknologi yang ada serta biaya relatif
rendah.

Angka kematian ibu di negara berkembang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan di negara
maju seperti Amerika. Angka kematian ibu di negara berkembang di ketahui sampai 450/100.000
kelahiran hidup, sedangkan di Amerika hanya 30 /100.000 kelahiran hidup.
Tingginya angka kematian ibu diduga sebagian akibat kurangnya mutu pelaksanaan pelayanan
antenatal selama dilakukan pemeriksaan kepada ibu hamil. Target internasional pada tahun 2005,
angka kematian ibu (AKI) dibawah 125/100.000 kelahiran hidup dan 75/100.000 kelahiran hidup
pada tahun 2015, dan angka kematian bayi (AKB) ditargetkan menjadi 15/1.000 kelahiran hidup
(Depkes, 2005).

Di Indonesia, masalah kematian dan kesakitan ibu merupakan masalah besar. Pada tahun 2006,
angka kematian ibu (AKI) masih menduduki urutan tertinggi di Negara ASEAN yaitu
307/100.000 kelahiran hidup, sedangkan angka kematian bayi (AKB) sebesar 35/1.000 kelahiran
hidup.

Tingginya AKI di Indonesia yang menduduki urutan tertinggi di ASEAN,


menempatkan upaya penurunan AKI sebagai program prioritas. Penyebab langsung kematian ibu
di Indonesia, seperti halnya negara lain adalah perdarahan, infeksi dan preklampsia/eklampsia.
Dalam perdarahan dan infeksi sebagai penyebab kematian, sebenarnya tercakup pula kematian
akibat abortus terinfeksi dan partus lama. Hanya sekitar 5 % kematian ibu disebabkan oleh
penyakit yang memburuk akibat kehamilan, misalnya penyakit jantung daninfeksi yang kronis.
Banyak faktor yang menyebabkan tingginya angka kematian ibu dan anak sepertihalnya yang
terdapat di negara berkembang lainnya, ada 3 faktor penyebab yaitu: keadaan sarana pelayanan
kesehatan ibu dan anak belum memadai, penggunaan sarana pelayanankesehatan ibu dan anak
yang masih kurang dan karakteristik ibu hamil yang buruk terutamaberupa multiparitas, umur
tua, anemia dan jarak antara dua kehamilan yang terlalu pendek.
Penyebab Obstetrik langsung dari kematian ibu sudah diketahui dan dapat
ditangani,meskipun pencegahannya terbukti sulit. Berbagai strategi dalam dekade terakhir
mengarahkepada pelajaran yang dapat dipetik sebagai berikut:1. Kehamilan yang tidak
diinginkan. Aborsi yang tidak aman. Pelayanan antenatal. Manajemen komplikasi obstetri yang
memadai. Keterampilan kebidanan. Dukun bayi terlatih. Pelayanan Obstetri esensialKebijakan
Departemen kesehatan dalam upaya mempercepat penurunan AKI padadasarnya mengacu
kepada intervensi strategi “Empat Pilar Safe motherhood yang terdiri atasKeluarga Berencana
(KB), pelayanan antenatal, persalinan yang aman, serta pelayanan obstetri esensial.
KEBIJAKAN DAN PROGRAM UNTUK MENURUNKAN
ANGKAKEMATIAN IBU
Menurunkan kesakitan dan kematian ibu telah menjadi salah satu prioritas utamadalam
pembangunan sektor kesehatan sebagaimana tercantum dalam Propenas. Kegiatan-kegiatan
yang mendukung upaya ini antara lain meningkatkan pelayanan kesehatanreproduksi,
meningkatkan pemberantasan penyakit menular dan imunisasi, meningkatkanpelayanan
kesehatan dasar dan rujukan, menanggulangi KEK, dan menanggulangi anemiagizi besi pada
wanita usia subur dan pada masa kehamilan, melahirkan, dan nifas.
Kehamilan yang aman sebagai kelanjutan dari program safe motherhood, dengan tujuan
untuk mempercepat penurunan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir. MPS terfokus
pada pendekatan perencanaan sistematis dan terpadu dalam intervensi klinis dansistem kesehatan
serta penekanan pada kemitraan antar institusi pemerintah, lembaga donor, dan peminjam,
swasta, masyarakat, dan keluarga. Perhatian khusus diberikan padapenyediaan
pelayanan yang memadai dan berkelanjutan dengan penekanan pada ketersediaan penolong
persalinan terlatih. Aktivitas masyarakat ditekankan pada upaya untuk menjaminbahwa wanita
dan bayi baru lahir memperoleh akses terhadap pelayanan.
Ada empat strategi utama bagi upaya penurunan kesakitan dan kematian ibu. Pertama,
meningkatkan akses dan cakupan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir
yangberkualitas dan cost effective. Kedua, membangun kemitraan yang efektif melalui kerja
samalintas program, lintas sektor, dan mitra lainnya. Ketiga, mendorong pemberdayaan wanita
dankeluarga melalui peningkatan pengetahuan dan perilaku sehat. Keempat,
mendorongketerlibatan masyarakat dalam menjamin penyediaan dan pemanfaatan pelayanan ibu
danbayi baru lahir. Ada tiga pesan kunci, yaitu setiap persalinan ditolong oleh tenaga
kesehatanterlatih, setiap komplikasi obstetrik dan neonatal mendapatkan pelayanan yang
memadai, dansetiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan
kehamilan yang tidakdiinginkan dan penanganan komplikasi keguguran.
Perhatian khusus perlu diberikan kepada kelompok masyarakat berpendapatan rendah
baik di perkotaan dan pedesaan serta masyarakat di daerah terpencil. Program Kesehatan Gratis
yang telah dimulai sejak 2007 telah menyediakan pelayanan kesehatan dasar dan bidan di desa
secara gratis bagi penduduk miskin perlu dipertahankan dengan berbagai cara.
Terlepas dari kebijakan dan program dengan fokus pada sektor kesehatan, diperlukanjuga
penanganan dalam konteks yang lebih luas di mana kematian ibu terjadi. Kematian ibu sering
disebabkan oleh berbagai faktor yang kompleks yang menjadi tanggung jawab lebihdari satu
sektor. Terdapat korelasi yang jelas antara pendidikan, penggunaan kontrasepsi, danpersalinan
yang aman. Pelayanan kesehatan reproduksi remaja harus ditangani dengan benar,mengingat
besarnya masalah. Selain itu, isu gender dan hak-hak reproduksi baik untuk laki-laki maupun
perempuan perlu terus ditekankan dan dipromosikan pada semua level.

waspada akan timbulnya pre-eklamsia dengan adanya factor-faktor predisposisi.


Walaupuntimbulnya pre-eklamsia tidak dapat dicegah sepenuhnya, namun frekuensinya tidak
dapatdikurangi dengan pemberian penanganan secukupnya dan pelaksanaan pengawasan yang
baikpada wanita hamil. Penerangan tentang manfaat istirahat dan diet berguna dalam
pencegahan. Istirahattidak selalu berate berbaring di tempat tidur, namun pekerjaan sehari-hari
perlu dikurangi,dan dianjurkan lebih banyak duduk dan berbaring. Diet tinggi protein, dan
rendah lemak,karbohidrat, garam dan penambahan berat badan yang tidak berlebihan perlu
dianjurkan.Mengenal secara dini pre-eklamsia dan segera merawat penderita tanpa memberikan
diuretikadan obat antihipertensif, memang merupakan kemajuan yang penting dari
pemeriksaanantenatal yang baik.Pencegahan EklamsiaPada umunya timbulnya eklamsia dapat
dicegah, atau frekuensinya dikurangi. Usaha-usaha untuk menurunkan frekuensi eklamsia terdiri
atas:1) Meningkatkan jumlah balai pemeriksaan antenatal dan mengusahakan agar semua
wanitahamil memeriksakan dini sejak hamil muda2) Mencari pada tiap pemeriksaan tanda-
tanda pre-eklamsia dan mengobatinya apabiladitemukan3) Mengakhiri kehamilan sedapat-
dapatnya pada kehamilan 37 minggu ke atas apabilasetelah dirawat tanda-tanda pre-eklamsia
tidak juga dapat dihilangkan.Pencegahan Infeksi NifasSelama Kehamilan- Oleh karena anemia
merupakan predisposisi untuk infeksi nifas, harus diusahakanmemperbaikinya. Keadaan gizi
merupakan factor penting; karenanya, diet yang baikharus diperhatikan.- Koitus pada hamil
tua sebaiknya dilarang karena daoat mengakibatkan pecahnyaketuban dan terjadinya
infeksi.Selama Persalinan15
- Usaha-usaha pencegahan terdiri dari atas membatasi sebanyak mungkin
masuknyakuman-kuman dalam jalan lahir, menjaga supaya persalinan tidak berlarut-
larut,menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin, dan mencegah
terjadinyaperdarahan banyak. Demikian pula, semua petugas dalam kamar bersalin
harusmenutup hidung dan mulut dengan masker; yang menderita infeksi pernapasan
tidakdiperbolehkan masuk ke kamar bersalin; alat-alat, kain-kain yang dipakai
dalampersalinan harus suci hama. Pemeriksaan dalam hanya boleh dilakukan jika perlu,indikasi
serta kondisi untuk bedah kebidanan harus dipatuhi. Selanjutnya, terjadinyaperdarahan harus
dicegah sedapat mungkin dan transfuse darah harus diberikanmenurut keperluan.Selama
nifas- Sesudah partus terdapat luka-luka di beberapa tempat pada jalan lahir. Pada hari-
haripertama post partum harus dijaga agar luka-luka ini tidak dimasuki kuman-kuman dariluar.
Oleh sebab itu, semua alat dan kain yang berhubungan dengan daerah genitalharus suci hama.-
Pengunjung-pengunjung dari luar hendaknya pada hari-hari pertama dibatasi sedapatmungkin.-
Tiap penderita dengan tanda-tanda infeksi nifas jangan dirawat bersama dengan wanita-wanita
dalam nifas

Anda mungkin juga menyukai