SKRIPSI
Oleh :
Anita Purwaningsih
NIM ST13003
SURAKARTA
2015
i
ii
iii
KATA PENGANTAR
penyusunan skripsi ini, penulis mendapat bimbingan serta dukungan dari berbagai
pihak. Penulis menyadari tanpa adanya bimbingan dan dukungan maka kurang
sempurna penyelesaian skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Dra. Agnes Sri Harti, MSi. selaku ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta
2. Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Ketua Program Studi S-1
3. Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Pembimbing Utama yang
5. Happy Indri Hapsari, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Penguji yang telah
6. Plt. Kepala UPT Rawat Inap Purwantoro Kabupaten Wonogiri yang telah
iv
7. Seluruh staf pengajar dan akademik Prodi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma
8. Bapak Sutar. H.S dan Ibu Harsiwi, Bapak dan Ibu tercinta yang selalu
9. Suamiku tercinta, Bapak Rudi Wiratno yang juga tak henti – hentinya
10. Kakek, nenek serta saudara – saudara yang tersayang atas doa dan motivasi
11. Anak – anak tersayang, ananda Hammam Firdausi dan Huwaida Mumtazah
yang telah rela berbagi perhatian dengan proses studi maupun penyusunan
12. Teman – teman seperjuangan dan seangkatan (ST13) Prodi S-1 Keperawatan
skripsi.
13. Perawat dan staff UPT Rawat Inap Purwantoro yang telah banyak
14. Seluruh partisipan yang telah berkenan menjadi partisipan dalam penelitian
v
15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu – persatu dalam penyusunan
skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak terlepas dari kekurangan, untuk
itu penulis mengharapkan kritik, saran dan masukan dari berbagai pihak. Semoga
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN LOGO i
LEMBAR JUDUL ii
SURAT PERNYATAAN iv
KATA PENGANTAR v
DAFTAR SINGKATAN xv
ABSTRAK xvi
ABSTRACT xvii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang 1
1.2.Rumusan Masalah 8
1.3.Tujuan Penelitian 8
2.1.1. Pengertian 10
2.1.2. Etiologi 10
vii
2.1.3. Manifestasi Klinik 11
2.1.4. Pathofisiologi 11
2.1.6. Klasifikasi 15
Asma 19
Serangan Asma 19
2.1.9. Penatalaksanaan 19
Farmakologis 19
Non Farmakologis 20
Secara Fisik 21
Secara Psikologis 32
viii
2.2. Keaslian Penelitian 34
4.3.1.1.Kategori Pengetahuan 73
pada Asma 85
ix
4.3.3.1. Kategori Penanganan Supportif Pada Asma
94
BAB V PEMBAHASAN
Asma 111
BAB VI PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR SKEMA
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
DAFTAR SINGKATAN
xiv
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2015
Anita Purwaningsih
Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale pada Saat Serangan
Abstrak
xv
BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE
KUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA
2015
Anita Purwaningsih
Early Management of Bronchial asthma Patients at the Time of Its Attack
ABSTRACT
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
tertentu (Musliha, 2010). Secara klinis asma adalah suatu serangan dengan
dapat timbul sewaktu - waktu dan dapat hilang kembali (sempurna ataupun
fisik (cuaca dingin, perubahan temperatur), iritan seperti zat kimia, polusi
udara (CO, asap rokok, parfum), faktor emosional (takut, cemas dan tegang)
Stadium dini gejala yang muncul pada asma antara lain: batuk
berdahak dengan pilek maupun tidak, ronchi hilang timbul, belum ada
wheezing, belum ada kelainan bentuk thorak, ada peningkatan eosinofil darah
dan IgE, sesak napas, penurunan tekanan parsial O2. Pada stadium lanjut,
tanda dan gejala yang muncul pada asma adalah: batuk, ronchi, napas berat,
1
2
dan dada seakan tertekan, dahak lengket, suara napas melemah dan bahkan
tak terdengar (silent chest), bentuk thorak barel chest, terdapat tarikan otot
2008).
dasarnya dapat dibedakan secara fisik maupun psikologis, secara fisik pada
saat serangan dapat diberikan tindakan fisioterapi yang salah satu unsur di
asma akan arti penting exercise (karena dengan olah raga seperti senam asma,
napas secara tepat ( hal ini akan mengurangi CO2 di paru-paru dan membuat
3
secara psikologis antara lain: pentingnya edukasi pada penderita asma tentang
debu rumah, alergen dari hewan, jamur, zat dari tepung sari, polusi udara),
Menurut WHO (2006) sebanyak 100 hingga 150 juta penduduk dunia
adalah penyandang asma. Jumlah ini terus bertambah sebanyak 180.000 orang
Pasifik seperti Indonesia. Studi di Asia Pasifik baru – baru ini menunjukkan
tingkat tidak masuk kerja akibat asma jauh lebih tinggi dibandingkan di
Amerika Serikat dan Eropa . Hampir separuh dari seluruh pasien asma pernah
tahun 2003 dilaporkan 5,2%. Hasil survey prevalensi asma di beberapa kota di
kesehatan dasar nasional tahun 2013 adalah 4,5%, prevalensi asma bronkiale
4
adalah sebesar 3,01% dari total penduduk Jawa Tengah 4,3% dan untuk
bertujuan agar tidak terjadi obstruksi jalan napas atau keadaan yang semakin
pada tahun 2013 jumlah kunjungan pasien dengan asma bronkiale adalah
sejumlah 68 pasien, tahun 2014 sejumlah 76 pasien dan bulan Februari sampai
dengan Juli 2015 sejumlah 44 pasien. Dari 10 pasien yang ditemui di tempat
pelayanan kesehatan UPT Rawat Inap Purwantoro, diperoleh data bahwa gejala
yang muncul saat terjadi serangan asma bronkiale adalah sesak napas, kadang
ada rasa seperti tercekik pada leher, pusing, nyeri dada, cemas, panik dan
farmakologis saat serangan, dalam hal ini penanganan yang dimaksud adalah
pemberian terapi inhalasi (nebulizer, menggunakan 1 unit (2,5 ml) obat inhalasi
5
non farmakologis baik secara fisik maupun psikologis, penanganan fisik yang
kayu putih atau minyak. lain yang menghangatkan pada area dada dan
fisik tersebut gejala yang muncul saat serangan seperti batuk, sesak napas
terasa berkurang, napas terasa lebih lega dan dada pun juga terasa longgar/tidak
dilakukan pada penanganan pasien asma, massage dada dengan minyak kayu
jalan napas.
pada serangan asma seseorang dapat menggunakan manfaat minyak kayu putih
untuk mendapatkan bantuan untuk meringankan rasa sesak pada dada serta
sehingga udara yang terasa dingin dan hidung tersumbat akan segera teratasi.
6
Campuran minyak kayu putih dengan air hangat dapat digunakan sebagai
inhalan atau dioleskan pada hidung, leher, dan tengkuk sehingga melonggarkan
pernapasan. Pada serangan asma dibutuhkan zat yang yang terkandung dalam
minyak kayu putih bersifat memberikan sebagai relaksasi otot sehingga dapat
awam diyakini juga mampu meringankan gejala saat terjadi serangan asma,
maka mekanisme yang terjadi adalah ketika “kerokan” pinggiran uang logam
menggores permukaan kulit. Hal ini yang membuat panas tubuh berangsur
sehingga membuat rasa nyeri dan pegal, pusing, sesak napas termasuk pada
bahwa apabila mereka mampu mengendalikan diri, tenang, tidak cemas maka
gejala yang muncul seperti sesak napas berkurang dan dada terasa lebih
faktor penting yang membantu pasien asma dalam hal self management saat
7
mendapatkan serangan. Dalam hal ini support keluarga yang dimaksud adalah
serangan asma, maka kinerja otot-otot pernapasan pada dinding thorak akan
dibebani pekerjaan tambahan dengan frekuensi berkali lipat dari biasa berupa
kontraksi berlebihan yang begitu keras saat batuk. Begitu juga yang terjadi
pada penderita asma, bila dalam kondisi biasa otot-otot tersebut bekerja begitu
santai, maka ketika asma kambuh otot-otot pernapasan pada dinding thorak
harus bekerja extra keras untuk membantu paru memompa udara keluar dari
dalam paru agar segera berganti dengan udara yang baru. Itulah sebabnya
penderita asma, sebab support tersebut akan memberikan efek relaksasi secara
napas sebagai salah satu proses vital kehidupan (Musliha, 2010). Berdasarkan
serangan.
bronkiale.
asma bronkiale.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Pengertian
2011).
2.1.2. Etiologi
zat kimia, polusi udara (CO, asap rokok, parfum), faktor emosional (takut,
10
11
Pada stadium dini gejala yang muncul antara lain: batuk berdahak
dengan pilek maupun tidak, ronchi hilang timbul, belum ada wheezing,
belum ada kelainan bentuk thorak, ada peningkatan eosinofil darah dan
IgE, sesak napas, penurunan tekanan parsial O2. Pada stadium lanjut,
tanda dan gejala yang muncul adalah: batuk, ronchi, sesak napas berat dan
dada seakan tertekan, dahak lengket, suara napas melemah dan bahkan tak
terdengar (silent chest) bentuk thorak barel chest, terdapat tarikan otot
2.1.4. Patofisiologi
asma oleh karena inflamasi saluran napas atau bronchospasme akut atau
keduanya. Sesuatu yang dapat memicu serangan asma ini sangat bervariasi
antara satu individu dengan individu yang lain dan dari satu waktu ke
waktu yang lain. Beberapa hal diantaranya adalah allergen, polusi udara,
yang bersifat akut ini bervariasi sesuai dengan rangsangan. Allergen akan
Keterbatasan aliran udara yang bersifat akut ini kemungkinan juga terjadi
antara pelepasan mediator sel inflamasi dan rangsangan yang bersifat lokal
atau refleks saraf pusat. Akibatnya keterbatasan aliran udara timbul oleh
otot polos bronkhioler merupakan gejala serangan asma akut dan berperan
terhadap obstruksi saluran pernapasan ini, akan terjadi gagal napas yang
pada asma akut. Gangguan ini akan menghambat aliran udara selama
inspirasi dan ekspirasi. Ketika terjadi obstruksi aliran udara saat ekspirasi
13
yang relatif cukup berat akan menyebabkan pertukaran aliran udara yang
volume cadangan. Fenomena ini dapat pula terlihat pada foto toraks, yang
yang mendatar.
c. Asap rokok.
f. Diet.
g. Status sosioekonomi.
h. Besarnya keluarga.
i. Obesitas.
c. Infeksi pernapasan.
e. Perubahan cuaca.
i. Asap rokok.
15
2.1.6. Klasifikasi
yang berarti bahwa derajat berat asma persisten dapat berkurang atau
sulit dilakukan antara lain oleh karena bahan tersebut sering tidak
diketahui.
tersebut, antara lain dengan uji provokasi beban kerja, inhalasi udara
Tabel 2.1
Klasifikasi asma bronkiale menurut derajat keparahan asma.
(Sumber : GINA, 2006 ).
1. Test faal paru dan ukur APE (dilakukan pada pagi dan malam hari).
2. Tes kulit, misalnya ditemukan debu dan serpih kulit berarti mempunyai
atopi.
paru – paru.
cara paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon
Volume) atau FVC lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma. Tidak
spirometri tidak saja penting untuk menilai berat obstruksi dan efek
serangan asma, maka dapat dilihat luas permasalahan dan seberapa jauh
Sering ditemukan pada usia 3-6 tahun, 70-75% dari populasi asma
pada anak.
Dua pertiga pada golongan ini serangan pertam terjadi pada umur
asma secara episodik pada dua tahun pertama dan hampir selalu
2.1.8.1 Pengertian Penanganan Awal pada Pasien Asma pada Saat Serangan
tindakan awal yang diberikan pada penderita asma saat tiba – tiba
sesak napas agar tidak semakin parah atau mengakibatkan gagal napas
(Musliha, 2010).
19
(Musliha, 2010).
melakukan fisioterapi dada dan latihan napas, dan bila serangan terlihat
2.1.9 Penatalaksanaan
farmakologis.
fisioterapi yang salah satu unsur di dalamnya terdapat massage pada area
exercise (karena dengan olah raga seperti senam asma, renang dan
secara tepat (karena hal ini akan mengurangi CO2 di paru-paru dan
(Musliha, 2010).
farmakologis, seperti massage dengan minyak kayu putih pada area dada
yang mampu melebarkan jalan napas dan minyak kayu putih yang
hewan, jamur, zat dari tepung sari, polusi udara). Hal yang tak kalah
karena dengan olah raga sepeti senam asma dan jogging dan peningkatan
penting exercise (karena dengan olah raga seperti senam asma, renang
secara tepat (karena hal ini akan mengurangi CO2 di paru-paru dan
22
tindakan massage dengan media zat yang bersifat memberi relaksasi otot
dada serta hidung tersumbat. Minyak kayu putih juga membantu dalam
dan hidung tersumbat akan segera teratasi. Campuran minyak kayu putih
dengan air hangat juga dapat digunakan sebagai inhalan atau dioleskan
Pada serangan asma dibutuhkan zat yang terkandung dalam minyak kayu
serangan asma, maka proses yang terjadi adalah pinggiran uang logam
dan pegal, pusing, sesak napas termasuk pada asma berangsur hilang jika
tenang, tidak cemas maka gejala yang muncul seperti sesak napas
penting yang membantu pasien asma dalam hal self management saat
parah.
24
pasien bisa bernapas lega kembali. Umumnya untuk kasus batuk pilek
atau asma yang ringan hanya dibutuhkan 1-2 kali fisioterapi tapi untuk
karena infeksi saja, tapi juga gangguan pernapasan akibat asma atau
pada semua usia, dari bayi hingga dewasa. Tahapan - tahapan fisioterapi
antara lain :
25
a. Inhalasi
obat pada terapi inhalasi jelas lebih sedikit tapi lebih efektif
b. Latihan batuk
dengan cukup baik. Minyak kayu putih atau minyak gosok yang
(Faishal, 2007).
2013).
2013).
juga tidak jauh berbeda dengan model terapi kop yang biasanya
ada kulit yang rusak ataupun pembuluh darah yang pecah. Tetapi
membuat aliran darah lancar dan suplai oksigen dalam darah jadi
sakit hilang termasuk seak napas pada asma, tubuh menjadi lebih
Serangan
(Musliha, 2010).
begitu keras saat batuk. Begitu juga yang terjadi pada penderita
35
36
2. Pajarani Self Management Kualitatif 1. Penerapan self management (dalam hal ini bagaimana pasien
Mogar Mahasiswa dengan mengenali faktor pencetus asmanya) pada pasien asma bertujuan
Setyoningsih Penderita Asma pendekatan agar penderita asma dapat hidup dengan normal.
( 2008 ) yang Tinggal di fenomenologi 2. Dengan meminimalisasi serangan asma diharapkan kualitas hidup
Kost penderita asma meningkat.
3. Penderita asma yang kurang memiliki informasi yang mendasar
mengenai asma dapat dipastikan bahwa dalam melakukan
pengelolaan asmanya kurang maksimal.
4. Penderita asma sangat dianjurkan untuk berolahraga, meskipun
mereka harus memilih jenis olah raganya secara bijaksana. Olah
raga yang dianjurkan untuk penderita asma adalah jogging,
renang, senam asma.
5. Olah raga bagi penderita asma bertujuan melatih otot – otot
pernapasan.
6. Secara psikologis keluarga merupakan faktor penting yang
membantu pasien asma dalam hal self management saat
mendapatkan serangan. Dalam hal ini support keluarga yang
dimaksud adalah dalam pengendalian stress dan emosi pasien
asma saat mendapatkan serangan sehingga gejala yang muncul
saat serangan tidak semakin parah.
7. Ketidaknormalan suara pernapasan pada pasien asma bronkiale
37
Gambar 2.1
INTRINSIK EKSTRINSIK
ASMA
BRONKIALE
MUNCUL
SERANGAN ASMA
PENANGANAN
AWAL
FARMAKOLOGIS NON
FARMAKOLOGIS
FISIK PSIKOLOGIS
JARANG /TIDAK
MUNCUL MUNCUL MUNCUL
GEJALA ASMA GEJALA ASMA GEJALA ASMA
38
39
Gambar 2.2
Farmakologis
Asma
Fisik
Bronkiale
Non
Farmakologis
Psikologis
Diteliti
BAB III
METODE PENELITIAN
hidup seseorang dengan cara menguraikan arti dan makna hidup serta
situasi penelitian yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam memaknai
dapat memahami tentang bagaimana dan makna apa yang mereka bentuk dari
2006).
fisik (massage pada dada dan punggung dengan minyak yang memberikan
rasa hangat) dan psikologis (motivasi dari orang terdekat terutama keluarga
40
41
massage dada dan punggung dengan minyak yang memberikan rasa hangat
Anggraeni, 2010).
Purwantoro dan telah memenuhi kriteria penelitian yang telah ditetapkan oleh
penelitian serupa mengenai penanganan awal pada pasien asma bonkiale pada
Wonogiri. UPT Rawat Inap Purwantoro telah berdiri sejak tahun 1988,
42
terbagi dalam dua ruang perawatan, yaitu Ruang Dahlia untuk ruang
perawatan pasien dewasa dan Ruang Anggrek untuk ruang perawatan pasien
proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat mewakili sampel yang ada
situasi sosial tertentu yang dapat memberikan informasi yang adekuat dan
terpercaya mengenai elemen – elemen yang ada yang akan diteliti. Pada
mengalami substansi yang akan diteliti, yang artinya sampel tersebut pernah
mengalami sesuatu hal yang akan diteliti oleh peneliti. Dalam penelitian
3. Berusia 30 – 50 tahun.
nama partisipan yang didapatkan di rekam medik atau catatan nama – nama
Wonogiri. Jumlah partisipan dalam penelitian ini adalah empat orang sesuai
dengan kriteria yang telah dibuat. Hal ini sesuai pendapat Saryono &
dan proses sehingga pada penelitian ini hanya melibatkan jumlah partisipan
yang sedikit dan sampai dengan saturasi jenuh, artinya peneliti tidak
dalam hal ini sangat penting, karena pada penelitian kualitatif peneliti
respons yang luar biasa dan tak terduga dari fenomena yang diteliti
(Sutopo, 2006).
a. Wawancara
serangan.
b. Dokumen
asma bronkiale.
c. Observasi
data mengenai hal – hal yang dapat dinilai secara obyektif dari
respiratorik.
47
teks tetulis yang bersumber dari hasil pengumpulan data dari catatan
penelitian ini berupa transformasi dari bahasa dan ekspresi verbal atau
b. Alat tulis.
tulis untuk mencatat hasil wawancara dan hasil catatan lapangan dan
c. Alat perekam.
suara dari jarak yang cukup. Alat tersebut diletakkan di tempat yang
tanggal dan dipindahkan pada hardisk dan disalin atau dibuat back up
(Kavler, 2011).
49
yang berasal dari hasil observasi yang khusus, berisi catatan pribadi,
2009).
a. Tahap Orientasi
penelitian.
50
b. Tahap Pelaksanaan
ditambahkan.
dari pengaruh orang lain baik dari keluarganya maupun orang terdekat
telah dibuat, setelah menemukan kata kunci dan makna serta tema
tidak selalu dalam kondisi yang baik pada saat dilakukan wawancara
partisipan.
wawancara pertama telah dibuat dalam suatu transkrip data serta telah
oleh peneliti.
deskriptif dengan metode Colaizzi (Polit & Beck 2006), metode Colaizzi
makna – makna yang didapat. Adapun langkah – langkah analisa data adalah
sebagai berikut :
diteliti yaitu penanganan awal pada pasien asma bronkiale pada saat
serangan.
dan kepanikan.
serangan.
54
serangan.
penelitian ini .
artinya aspek ini diyakini peneliti untuk memahami suatu fenomena atau
bagaimana studi yang sama dapat diulang atau direplikasi pada saat yang
berbeda dengan metode yang sama, partisipan yang sama dan dalam
konteks yang sama. Dalam hal ini peneliti meyakini untuk memperoleh
hasil penelitian atau data yang konsisten maka dilakukan suatu analisis
data yang terstruktur dan mengupayakan untuk hasil studi dengan benar,
d. Confirmability
Etika penelitian adalah suatu sistem nilai normal yang harus dipatuhi
keuntungan dari penelitian tersebut, dan resiko yang didapatkan (Polit &
Hungler, 2005).
57
1. Informed Consent
partisipan.
2. Anonymity
diganti dengan nomor dan inisial penelitian. Nomor dan inisial dari
3. Confidentiality
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai karakteristik seluruh partisipan dan
penelitian ini telah ditemukan tema – tema yang memberikan suatu gambaran
tahun 1988 sebagai unit pelayanan kesehatan dasar yang melayani masyarakat
58
59
ruangan Unit Gawat Darurat dan dua ruang perawatan (bangsal) yang terdiri
tempat tidur dan satu ruang perawatan anak (Bangsal Anggrek) dengan
kapasitas 12 tempat tidur. Pada lini layanan keperawatan UPT Rawat Inap
kelamin perempuan yang beralamat di Dusun Karanglo, RT. 003 RW. 001,
UPT Rawat Inap Purwantoro karena mengalami serangan asma dan pada
60
berlangsung di ruang kerja tempat kerja Ny. DS. Saat wawancara kedua
sejak kecil (sejak usia 5 tahun) dan seringkali berobat atau bahkan dirawat
terasa tertekan, sesak napas yang teramat sangat, atau sulit bernapas. Ny.
rasa dingin termasuk minum es dan juga temperatur yang dingin. Pada
tanggal 09 Februari 2015 kurang lebih pada pukul 22.00 WIB Ny. DS
dengan harapan bisa tidur nyenyak tanpa rasa gerah, bahkan untuk
mengimbangi rasa haus yang muncul Ny. DS juga minum segelas es teh.
sesak napas dengan suara wheezing yang teramat sangat dan juga pusing.
ini sudah sering dilakukan Ny. DS sejak dahulu sewaktu – waktu Ny. DS
Pukul 07.00 WIB pada tanggal yang sama (10 Februari 2015) Ny.
untuk dirawat dan diberikan O2, terapi oral untuk asma, terapi cairan dan
sesak napas sudah tidak ada, gatal di tenggorokan tidak ada, bunyi
wheezing tidak ada dan tanda – tanda vital dalam batas normal yaitu
kali per menit, respiratory rate: 20 kali per menit. Dengan kondisi yang
kipas angin juga debu merupakan dua hal yang semakin disadari dapat
62
mengganggu aktivitasnya.
massage ringan dengan minyak kayu putih pada dada dan “kerokan” pada
hari Rabu tanggal 25 Oktober 2015 pukul 16.00 – 17.00 WIB di ruang
14.00 – 15.00 WIB di rumh Tn. M. Jarak antara partisipan dengan peneliti
asma bronkiale yang sejak puluhan tahun yang lalu berkunjung ke UPT
dan sejak saat itu pula Tn. M menjadi perokok aktif sampai dengan saat
bronkiale yang dideritanya. Selain asap rokok Tn. M juga bisa mengalami
gatal bahkan kadang terasa seperti tercekik, dada terasa sakit dan pusing.
mengenakan jaket maupun helm. Kondisi cuaca saat itu dingin dan sehabis
sesak napas dan pusing. Sebagai upaya awal (secara non farmakologis)
minyak kayu putih. Sambil memijit punggung Tn. M istri Tn. M pun juga
tak segan – segan untuk memberi nasehat dan support mental kepada Tn.
M untuk tidak panik saat terjadi serangan dan juga tidak mengulangi
minyak kayu putih rasanya belum lega. Selain itu kesabaran sang istri
untuk selalu memberi support mental menjadikan Tn. M tabah dan tenang
terdekat yaitu UPT Rawat Inap Purwantoro yang berjarak kurang lebih 1
Saat itu meskipun bunyi wheezing masih ada tetapi Tn. M merasakan
sesak napas dan pusingnya sudah berkurang. Setelah diperiksa oleh dokter
keadaan umum dan juga terapi oral. Pada saat itu ditemukan wheezing
Tn. M sudah merasa semakin membaik dan wheezing sudah tidak ada,
tidak ada sesak napas, tanda-tanda vital dalam batas normal: tekanan
darah: 110/70 mmHg, temperatur: 36,6 derajat celcius, nadi: 84 kali per
dari rokok dan dingin adalah hal yang diantaranya dapat menimbulkan
putih pada dada dan punggung juga kening serta support mental/dukungan
psikologis dari keluarga untuk tenang, tidak panik saat serangan dirasakan
Tn. M merupakan hal yang teramat berarti, karena dua hal tersebut
diwawancarai pertama kali pada tanggal 5 April 2015 pukul 17.0 – 18.00
dilakukan pada tanggal 6 April 2015 pada pukul 17.00 – 18.00 WIB di
tempat yang sama. Jarak partisipan dengan peneliti adalah 1 meter. Waktu
wawancara disepakati selalu mulai pukul 17.00 WIB karena pada jam
tahun) dan merupakan pasien yang sering berkunjung dan dirawat di UPT
yang teramat sangat sampai dada terasa tertekan, bunyi napas berbunyi
67
“ngik- ngik”, dan terbatuk- batuk. Pada tanggal 01 Maret 2015 pukul
setelah pada sore harinya Ny. K sepulang dari pasar dalam kondisi capai
rumahnya yang terlihat berdebu dan setelah itu pada malam harinya
kurang lebih pada pukul 19.00 WIB dengan temperatur udara yang sudah
dirasakan dingin Ny. K masih memaksakan diri untuk mandi dengan air
dingin.
pukul 22.00 WIB Ny. K mengalami serangan asma yang dirasakan cukup
berat. Pada keadaan yang demikian upaya awal keluarga Ny. K adalah
orang terdekat dalam hidup Ny. K merupakan hal yang teramat berarti
pernapasan.
adanya keluhan sesak napas, batuk jarang, wajah tampak segar, bunyi
wheezing pada kedua paru - paru tidak ada dan tanda – tanda vital dalam
celcius, nadi: 88 kali per menit, respiratory rate: 20 kali per menit.
bahwa debu dan dingin merupakan dua hal diantara beberapa faktor yang
kayu putih dirasakan Ny. K dapat mengurangi keluhan sesak napas yang
kali pada tanggal 28 Maret 2015 mulai pukul 16.00 -17.00 WIB di rumah
pertama juga dilakukan di rumah Tn. HS pada tanggal 29 Maret 2015 pukul
14.00 – 15.00 WIB. Jarak antara partisipan dengan peneliti saat wawancara
tahun) dan merupakan pasien asma bronkiale yang sejak puluhan tahun
sudah mengenal rokok sejak remaja saat itu pula Tn. HS kadang - kadang
asma bronkiale yang dideritanya. Selain asap rokok Tn. HS juga bisa
kecapaian.
napas sampai terdengar bunyi wheezing, napas terengah – engah dan sulit
70
siang harinya Tn. HS membajak sawahnya seorang diri dan saat selesai
sebagai teman istirahat dan bersantai sejenak. Saat itu sebenarnya Tn. HS
sudah mulai terbatuk – batuk tapi keluhan itu tak dihiraukannya dan
bahkan beranggapan nanti kalau sudah selesai bekerja dan istirahat pasti
batuk akan hilang. Dengan beranggapan seperti itu akhirnya Tn. HS tetap
kayu putih. Sambil memijit punggung Tn. HS istri Tn. HS pun juga tak
untuk tidak panik, bernapas panjang dan teratur, mengendalikan napas dan
tidak bingung saat terjadi serangan dan juga tidak mengulangi lagi bekerja
dengan memforsir tenaganya dan juga tidak lagi merokok yang keduanya
kayu putih rasanya belum lega. Selain itu kesabaran sang istri untuk selalu
71
terdekat yaitu UPT Rawat Inap Purwaantoro yang berjarak kurang lebih 10
Saat itu meskipun bunyi wheezing masih ada tetapi Tn. HS merasakan
dalam hal ini terapi medis yang diberikan dokter kepada Tn. HS adalah
terapi inhalasi, cairan untuk memulihkan keadaan umum dan juga terapi
oral. Pada saat itu ditemukan wheezing meskipun dengan pernapasan yang
dari rokok dan kecapaian adalah hal yang diantaranya dapat menimbulkan
berupa massage ringan dengan minyak kayu putih pada dada dan
Tn. HS merupakan hal yang teramat berarti, karena dua hal tersebut
didapat dan telah teridentifikasi dari hasil wawancara. Tema – tema yang
makna – makna atau arti dari berbagai pengalaman pasien asma bronkiale
secara baik fisik, maupun secara psikologis. Tema – tema dan makna –
makna yang telah dihasilkan akan saling berhubungan satu per satu dengan
yang lain. Berikut penjelasan mengenai masing – masing tema dari tiga
Berikut penjelasan mengenai tema - tema dan sub - sub tema dari kategori -
kategori tersebut:
Terengah – engah).
a. Sesak Napas.
“...yen ngertos kulo nggih sesak napas mbak ( setahu saya sesak
napas mbak)... .”(P3)
“...itu ya sesak napas mbak (setahu saya sesak napas mbak)... .”(P4)
b. Mengi
mengalami serangan.
c. Terengah – engah
serangan asma :
Sesak
napas
Terengah-
engah
Kesulitan Bernapas)
a. Batuk
b. Sesak Napas
sesak napas.
napas.
c. Kesulitan Bernapas
gejala yang lain pada serangan asma adalah adanya keluhan sulit
untuk bernapas.
untuk bernapas.
Batuk
Sesak
Pengetahuan Tanda dan
Napas
Gejala
Kesulitan
Bernapas
Sejak Kecil)
dialami.
“...sejak kecil mbak, kira – kira usia 5 tahun, waktu masih TK...
.”(P1)
“...wit alit mpun gadhah asma mbak, yen mboten klentu umur 5
tahun (sejak kecil saya sudah terkena asma mbak, kalau tidak
salah usia 5 tahun)... .”(P2)
“...sejak kecil mbak, kalau saya ndak salah pas saya 6 tahun...
.”(P3)
Waktu
Pertama
Sejak kecil Pengetahuan Mengalami
Serangan
Asma
a. Temperatur Dingin
asmanya.
81
“...yen kenging debu nggih kimat mbak (bila terkena debu juga
kambuh mbak)... .”(P2)
“...yen kenging bleduk niku nggih sesek mbak (bila terkena debu
juga menimbulkan sesak napas mbak)... .”(P3)
b. Asap
terhadap asap baik dari hasil pada proses pembakaran maupun rokok
“...kalau ada asap atau ada yang merokok di dekat saya itu
menyebabkan saya terus sesak napas mbak... .”(P1)
“...yen bibar ngrokok utawi enten asap niku dadi sesek mbak (setelah
merokok atau terkena asap menyebabkan saya menjadi sesak mbak)...
.”(P2)
“...kulo yen mambu asap utawi kebul rokok mbak niku jan mboten
remen, lha trus sesek le mbak (saya paling tidak suka kalau membau
asap rokok, karena menyebabkan saya sesak napas mbak)... .”(P3)
“...kalau habis merokok atau ada asap jadi sesek mbak... .”(P4)
menghindarkan diri dari kepulan asap dan asap rokok, karena asap dan
c. Kelelahan Fisik
asma.
d. Emosi
“...yen kepikiran awrat nggih kimat mbak (bila ada masalah berat
akan mnyebabkan kambuh mbak) ... .”(P2)
“...yen kepikiran awrat kimat mesti kambuh mbak (bila ada masalah
berat pasti kambuh mbak)... .”(P3)
Temperatur
Dingin
Debu
Kelelahan Fisik
Emosi
a. Pasangan Hidup
“...suami biasane sing sregep mijeti kula pas kimat mbak (suami
saya orangnya telaten memijat saya pas kambuh mbak)... .”(P3)
“...istri saya yang menolong pertama kali saat saya kambuh, saya
dipijat di dada,punggung,kening dan telapak kaki mbak... .”(P4)
86
serangan asma
b. Saudara
srangan asma.
“...mbak kulo nggih bertindak sok mijeti ngoten mbak (kakak saya
kadang-kadang juga bertindak dengan memijat saya mbak)... .”(P2)
“...yen mboten kadang – kadang nggih adik kula sing mijeti mbak
(kadang-kadang adik juga memijat saya mbak) ... .”(P3)
Pasangan
Hidup
Penanganan Peran
Fisik Keluarga
Dalam
Penanganan
Fisik
Saudara
Massage)
4.3.2.2.1 Kerokan
“... yang dilakukan suami saat saya serangan adalah ngeroki saya
pakai minyak kayu putih mbak... .”(P1)
“... yen pas kimat kula dikeroki sak awak niki mbak (bila mengalami
serangan saya di”keroki” pada seluruh tubuh mbak)... .”(P2)
serangan asma.
b. Massage
“Kerokan”
Penanganan
Fisik Metode
Penanganan
Fisik
Massage
oleh keluarganya:
b. Pernapasan Longgar
c. Tubuh Hangat
“...yen bar dipijet nggen pilingan niki raose stess kula nggih
ical mbak (setelah dipijat pada kening stress saya terasa
hilang mbak)... .”(P2)
93
Sesak Napas
Berkurang
Pernapasan
“longgar”
Penanganan Efek
Fisik Penanganan
Fisik
Tubuh Hangat
Penurunan
Tingkat Stress
a. Pasangan Hidup
“...nggih mbak, suami kulo biasane yen pas kimat ngrencangi kalih
ngandhan – ngandhani kula (ya mbak, pada saat serangan
biasanya suami saya menemani dan menasehati/memotivasi
saya)... .”(P2)
c. Ibu
mengalami serangan.
Pasangan
Hidup
Penanganan Peran
Supportif Keluarga
pada
Penanganan
Supportif
Ibu
menghadapi serangan.
asma:
Support
untuk tenang
Penanganan Metode
Supportif Penanganan
Supportif
Support untuk
Pengendalian
Pernapasan
a. Ketenangan
c. Pernapasan Terkendali
sangat sesak.
101
“...gek napas niki rumaos kula nggih terus saget diatur mbak
(rasanya napas ini juga bisa diatur mbak)... .”(P3)
Ketenangan
Efek
Penanganan Penanganan
Sesak napas
Supportif Supportif
berkurang
Pernapasan
Terkendali
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dijelaskan tentang perbandingan hasil penelitian dengan
teori. Pembahasan mengarah pada hasil yang didapat dan analisa serta pemecahan
masalah. Dalam bab ini juga diungkapkan masalah – masalah yang ditemui pada
pasien dengan asma bronkiale pada dimensi penanganan awal secara non
farmakologis saat mengalami serangan sesuai hasil penelitian dengan teori dan
adanya keluhan sesak napas, terdapat bunyi khas yang secara awam
pengertian asma maka hal ini akan membantu partisipan dan keluarga
102
103
pengertian asma adalah suatu serangan dengan sesak napas yang disertai
dengan atau tanpa pilek dan gejala tersebut terkait erat dengan munculnya
keluhan sesak napas, bunyi “mengi”, tarikan dinding dada sampai dengan
partisipan tentang tanda dan gejala asma ini penting bagi partisipan dan
dengan pilek maupun tidak, ronchi hilang timbul dan belum ada wheezing
tetapi bila meningkat pada stadium lanjut maka gejala yang timbul antara
lain: batuk, ronchi, sesak napas, napas berat, wheezing, dada terasa
respiratorik. Teori lain tentang tanda dan gejala asma yang sesuai dengan
bahwa pasien asma saat mengalami serangan akut maka pada saluran
kesulitan bernapas.
Pendapat tentang tanda dan gejala asma yang juga sesuai dengan
gejala batuk dengan atau tanpa pilek, sesak napas, bunyi “mengi” dan
pasien kesulitan bernapas. Satu pendapat lain tentang tanda dan gejala
gejala yang muncul saat serangan asma diakibatkan oleh penyempitan otot
agar tidak timbul tanda dan gejala yang demikian sebagai tanda terjadinya
serangan dan bagi keluarga pemahaman ini juga penting karena apabila
pernyataan tentang tanda dan gejala tersebut telah sesuai dengan teori
tentang asma.
kanak sampai masa setengah umur. Teori lain tentang waktu pertama
berikut: episode jarang, ditemukan pada usia 3-6 tahun, 70-75% dari
populasi asma pada anak, episode sering, serangan pertama terjadi pada
umur sebelum 3 tahun dan permulaan serangan terjadi pada usia 5-6
tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi dan pada episode kronik
75% sebelum usia 3 tahun serta 50% mendapat serangan asma secara
episodik pada dua tahun pertama dan hampir selalu terjadi “mengi”
setiap hari.
asma pada rentang usia 5-6 tahun dan masuk pada kategori asma
episodik sering (Sudoyo, 2006), dalam hal ini seluruh partisipan juga
polusi udara (CO, asap/asap rokok) dan faktor emosional. Pendapat lain
kesadaran tinggi akan hal ini partisipan dapat berhati-hati agar tidak
dada merupakan salah satu metode penanganan fisik pada pasien asma
bronkiale saat mengalami serangan dan hal ini merupakan metode yang
bisa dipelajari dan dilakukan oleh keluarga. Pendapat lain tentang peran
metode penanganan fisik pada asma yang juga sesuai dengan pernyataan
orang yang berperan penting dan secara langsung membantu pasien dalam
self management saat mengalami serangan asma baik secara fisik maupun
fisik pilihan saat mengalami serangan asma adalah dengan “kerokan” dan
massage ringan pada dada dan punggung atau seluruh tubuh dengan
rasa hangat. Pernyataan seluruh pasien tentang hal tersebut sesuai dengan
farmakologis (fisik dan psikologis) dan juga teori menurut Musliha (2010),
tindakan massage dengan media zat yang bersifat memberi relaksasi otot
untuk mendapatkan bantuan untuk meringankan rasa sesak pada dada serta
menenangkan pada rongga hidung, sehingga udara yang terasa dingin dan
dengan air hangat juga dapat digunakan sebagai inhalan atau dioleskan
serangan asma dibutuhkan zat yang terkandung dalam minyak kayu putih
(Ahmad, 2013).
membuat rasa nyeri dan pegal, pusing, sesak napas termasuk pada asma
memakai batu giok sebagai alat pengerok, bukan kepingan uang logam
muncul karena pergesekan dua benda. Jika permukaan tubuh kita digosok-
gosokan dengan tangan atau benda tumpul dengan cepat, maka suhu panas
menjadi lebih baik karena peredaran darah kembali lancar dan rasa sakit
yang sering dipakai saat jarum akupunktur ditusukkan pada tubuh untuk
mengatasi masuk angin. Prinsip ini juga tidak jauh berbeda dengan model
terapi kop yang biasanya menggunakan alat seperti tanduk, gelas, karet,
tabung bambu dan lain-lain. Di negeri asal teknik akupunktur, model terapi
2011).
penelitian yang ada dengan kerokan tidak ada kulit yang rusak ataupun
Melebarnya pori-pori ini justru membuat aliran darah lancar dan suplai
115
oksigen dalam darah jadi meningkat. Sehingga kulit ari juga akan terlepas
hilang termasuk seak napas pada asma, tubuh menjadi lebih segar, dan
dengan minyak kayu putih. Penanganan fisik pada serangan asma yang
salah satunya dengan massage ringan pada dada, punggung dan seluruh
tubuh dengan minyak kayu putih merupakan upaya non farmakologis yang
serangan. Upaya dengan metode ini merupakan metode yang efektif dan
praktis karena dapat langsung dilakukan oleh keluarga terdekat tanpa harus
tersebut akan semakin efektif dan efeknya akan lebih signifikan apabila
penanganan fisik (massage pada dada, punggung dan atau seluruh tubuh)
pada saat mengalami serangan asma maka efek yang dirasakan adalah
mengurangi kecemasan.
teori menurut Faishal (2007), yang menyatakan bahwa minyak kayu putih
memberikan efek relaks. Satu teori lain tentang efek penanganan fisik
mana efek penanganan fisik yang dilakukan pada saat serangan sangat baik
serangan. Selain itu bagi keluarga partisipan hal ini juga akan
118
rongga hidung, sehingga udara yang terasa dingin dan hidung tersumbat
akan segera teratasi. Campuran minyak kayu putih dengan air hangat juga
dapat digunakan sebagai inhalan atau dioleskan pada hidung, leher, dan
dibutuhkan zat yang terkandung dalam minyak kayu putih yang bersifat
seperti pemijatan, sehingga membuat rasa nyeri dan pegal, pusing, sesak
napas termasuk pada asma berangsur hilang jika di sertai dengan istirahat
yang cukup.
telah memahami tentang arti penting dan efek dari metode penanganan
fisik berupa massage ringan pada dada dan “kerokan” pada punggung serta
119
tersebut tidak hanya memberikan efek relaksasi pada fisik tetapi juga
merelaksasi mental. Teori lain tentang efek penanganan fisik pada asma
mental pada pasien asma bronkiale saat mengalami serangan asma, yang
yang lain tentang hal tersebut yang juga sesuai dengan pernyataan seluruh
yang membantu pasien asma dalam pengendalian stress dan emosi saat
paling dapat memahami partisipan akan memberikan arti dan efek berupa
tersebut gejala yang muncul saat serangan akan berkurang dan mencegah
tentang efek dari penanganan supportif saat serangan asma tersebut sesuai
merupakan faktor penting yang membantu pasien asma dalam hal self
sehingga gejala yang muncul pada saat serangan tidak semakin parah.
sistem pernapasan berupa batuk atau serangan asma, maka kinerja otot-
dengan frekuensi berkali lipat dari biasa berupa kontraksi berlebihan yang
begitu keras saat batuk. Begitu juga yang terjadi pada penderita asma, bila
dalam kondisi biasa otot-otot tersebut bekerja begitu santai, maka ketika
extra keras untuk membantu paru memompa udara keluar dari dalam paru
agar segera berganti dengan udara yang baru. Itulah sebabnya support dari
melalui pernyataan tentang hal tersebut telah sesuai dengan teori tentang
asma.
serangan.
gejala yang muncul saat serangan sehingga penderita tenang dan dapat
mengendalikan pernapasannya.
sistem pernapasan berupa batuk atau serangan asma, maka kinerja otot-
dengan frekuensi berkali lipat dari biasa berupa kontraksi berlebihan yang
begitu keras saat batuk. Begitu juga yang terjadi pada penderita asma,
melalui pernyataan tentang hal tersebut telah sesuai dengan teori tentang
asma.
BAB VI
PENUTUP
6.1 KESIMPULAN
penelitian ini, maka diperoleh kesimpulan bahwa dari tujuan pertama yaitu
asma (sub tema: sejak kecil); d) faktor pencetus (sub tema: temperatur
126
127
pernapasan terkendali).
6.2 SARAN
dan dengan pengelolaan asma yang baik maka intensitas serangan juga
pada kategori – kategori atau tema – tema lain yang terkait dengan aspek
Deimon. (2013). Khasiat dan Efek Samping Kerokan Ketika Masuk Angin.
Diakses tanggal 06 Agustus 2015 pukul 16.00 WIB dari
http://deimon.pun.bz/khasiat-dan-efek-samping-kerokan.html
GINA (Global Initiative for Astma). (2006). Klasifikasi Asma. Diakses tanggal 4
Agustus 2014 pukul 20.00 WIB, dari www.Ginaastma.org.2006
GINA (Global Initiative for Astma). (2006). Pocket Guide for Astma Management
and Prevension In Children. Diakses tanggal 4 Agustus 2014 pukul 20.00
WIB dari www.Ginaastma.org.2006.
Indah. (2011). “Khasiat dan Bahaya Kerokan”. Diakses tanggal 05 Agustus 2015
pukul 16.00 WIB dari http://www.beritaunik.net/unik-aneh/khasiat-dan-
bahaya-kerokan.html
129
130
Polit, DF & Hungler, BP. (2005). Nursing Research: Principles and Methods, 6th
Edition, Lippincott Williams & Wilkins: Philadelphia.
Potter, PA & Perry, Ag. (2005). Fundamental of Nursing Concept, Process and
Practice, 4th Edition, Mosby Company: St. Lo
Sudoyo, W.Aru. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV Jilid II, Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Universitas Indonesia: Jakarta
Wong, D.L., Hockenberry, M., Wilson, D., Winkelstein, M.L., & Schwatz,
P.(2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatric, Jakarta: EGC.
Yudiono, Hekso. (2013). Terapi Pijat untuk Asma. Diakses tanggal 05 Agustus
2015pukul 11.00 WIB dari http://www.Jakfisio/public_html/wp_html/wp-
content/plugins/schreikasten/schreikasten.phponline 804.com
Yunus,F. (2012). Polusi Tingkatkan Jumlah Penderita Asma, Diakses tanggal 28
September 2014 pukul.16.00 WIB, dari http://health.kompas.read / 2012
05/ 09/02341280/Polusi