Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KASUS

SKIZOFRENIA PARANOID

Disusun Oleh:

Adelina Annisa Permata : 1102013006

Pembimbing:

dr. Rusdi Effendi., SpKJ

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN JIWA

DALAM PERIODE 15 OKTOBER – 17 NOVEMBER

RUMAH SAKIT JIWA ISLAM KLENDER

JAKARTA TIMUR
STATUS PSIKIATRIK

I. IDENTITAS PASIEN
a. Nama : Sdr. M
b. Jenis kelamin : Laki-laki
c. Alamat : Jln.
d. Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 23 Juni1992
e. Usia : 26 tahun
f. Status perkawinan : Belum menikah
g. Pendidikan : SMK
h. Pekerjaan : Tidak bekerja
i. Suku bangsa : Betawi
j. Agama : Islam
k. Tanggal masuk RS : 19 Oktober 2018
l. Tanggal wawancara : 22 Oktober 2018

II. RIWAYAT PSIKIATRI


AUTOANAMNESIS:
- Senin, 22 Oktober 2018, di Ruang Bangsal laki-laki RS Jiwa Islam Klender
ALLOANAMNESIS:
- Selasa, 23 Oktober 2018 didapat dari ibu Septi yang merupakan ibu
kandung pasien secara langsung, serta pada Kamis, 25 Oktober 2018 via
telepon.

A. Keluhan utama
Autoanamnesis : Pasien datang ke Rumah Sakit Islam Klender diantar oleh
ibunya dan pak RT setempat karena pasien mengancam tetangganya
menggunakan pisau sejak ± 2 jam SMRS.
Alloanamnesis : Ibu pasien mengatakan bahwa sejak berhenti minum obat,
pasien berperilaku aneh, berbicara sendiri, sering marah-marah dan
membanting barang-barang dirumah.

1
B. Riwayat gangguan sekarang
Pasien datang ke Rumah Sakit Islam Klender diantar oleh ibunya
dan pak RT karena pasien mengancam tetangganya menggunakan pisau
sejak ± 2 jam SMRS. Menurut keterangan ibunya, pasien tidak mau
meminum obatnya sejak 2 bulan yang lalu karena pasien mengaku bosan
harus meminum obat terus menerus. Sejak saat itu, perilaku pasien menjadi
aneh, sering marah-marah dan curiga terhadap orang di sekitarnya.
Satu bulan yang lalu, pasien mulai berbicara sendiri namun jika
ditegur oleh ibunya, ia langsung membentak dan berteriak. Pasien lebih
sering menyendiri di dalam kamar dalam keadaan gelap dan ia sering marah
jika ada yang masuk ke dalam kamarnya. Pada saat itu, pasien sempat marah
hingga ingin memukul adiknya hanya karena adiknya ingin meminjam
barangnya.
Dua minggu yang lalu, pasien sempat mengutarakan niatnya kepada
ibunya bahwa ia ingin menikah namun pasien tidak memiliki calon. Sejak
saat itu, perilaku pasien semakin aneh dan pasien semakin emosional.
Pasien mulai membanting barang-barang dirumah bila keinginannya tidak
dituruti. Pasien kerap kali meminta uang untuk membeli rokok dan jika
tidak diberikan, maka ia akan marah dan membanting barang.
Sejak 3 hari yang lalu, pasien seringkali mondar-mandir masuk ke
rumah tetangga tanpa izin dan mengganggu para tetangganya. Jika ditanya
alasannya, pasien mengatakan bahwa tetangganya mempunyai niat jahat
dan ingin mencelakai dirinya sehingga ia harus memata-matai tetangganya
agar ia selamat.
Pagi ini, pasien datang kerumah tetangganya membawa pisau dan
mulai mengancam tetangganya tersebut. Pasien kerap kali berteriak dan
mengatakan bahwa tetangganya ingin menyantet keluarganya. Melihat hal
tersebut, ibu pasien langsung melaporkan kejadian ini kepada pak RT
setempat. Pasien sempat berteriak dan meronta-ronta ketika dibawa ke RSIJ
Klender untuk diamankan. Saat ini pasien mengatakan bahwa ia sering

2
dibisiki oleh seseorang yang tidak terlihat wujudnya. Bisikan tersebut
menyuruh pasien untuk selalu waspada karena banyak orang di sekitar
pasien yang ingin mencelakai pasien. Oleh karena itu, ia merasa bahwa
semua orang disekitarnya mempunyai niat jahat kepada dirinya.
Pasien mengatakan bahwa ia sangat membenci ayahnya karena
berhubungan dengan wanita lain sehingga harus bercerai dengan ibu pasien.
Menurut pengakuan ibunya, ayah pasien kerap kali datang ke rumah untuk
menengok keadaan dirumah namun pasien selalu mengamuk dan berteriak
mengusir ayahnya. Pasien juga merasa tertekan karena teman sebaya dan
sepermainannya sudah bekerja dan menikah, sedangkan pasien menganggur
dan belum menikah.

C. Riwayat gangguan sebelumnya


a. Psikiatrik
Menurut ibu pasien, gejala yang dialami pasien tersebut berawal dari
tahun 2015. Pada saat itu, pasien sering mendengar suara-suara, tidak
nyambung jika diajak bicara, sering tertawa sendiri dan bicara meracau
sehingga pasien dirawat di Rumah Sakit Jiwa Magelang pada bulan Juli
2015 selama 8 hari. Setelah diperbolehkan pulang, pasien dianjurkan
untuk minum obat teratur oleh dokter. Ibu pasien tidak mengingat nama
obat yang diberikan. Sejak bulan Mei 2018, pasien mulai mengeluh jika
disuruh minum obat dan sulit diajak ke rumah sakit untuk kontrol. Pada
akhir bulan Juli 2018, pasien akhirnya memutuskan untuk berhenti
minum obat karena ia merasa sudah sembuh dari penyakitnya.
b. Gangguan Medik
Menurut ibu pasien, pasien tidak memiliki penyakit bawaan sejak
lahir dan tidak memiliki riwayat kejang sebelumnya. Pasien juga tidak
mempunyai riwayat sakit berat sehingga membutuhkan perawatan di
Rumah Sakit kecuali dirawat karena gangguan jiwa sebelumnya.
Riwayat tumor, epilepsi, dan penyakit neurologis lain disangkal.
Riwayat diabetes melitus, hipertensi, dan penyakit jantung juga

3
disangkal. Riwayat gangguan kesadaran, HIV, penyakit kelamin jiuga
disangkal.

c. Penggunaan NAPZA
Pasien mengaku bahwa ia pernah mengkonsumsi minuman beralkohol
yaitu intisari sejak kelas 3 SMP. Awalnya pasien diajak oleh teman
tongkrongannya hanya untuk bersenang-senang. Pasien mengkonsumsi
minuman tersebut sekitar 2-3 botol setiap minggunya. Namun setelah
lulus SMK, pasien mengaku sudah jarang mengkonsumsi minuman
tersebut karena tidak punya uang. Pasien juga mengaku bahwa ia sering
merokok yaitu sekitar 3 bungkus / hari. Pasien mengaku tidak pernah
mengkonsumsi ganja maupun narkoba.

D. Riwayat Pramorbid
1. Riwayat prenatal dan perinatal.
Pasien lahir cukup bulan, berat sesuai masa kehamilan dengan kelahiran
normal. Pasien lahir dari pernikahan yang sah. Pasien adalah anak
pertama dari tiga bersaudara. Pasien merupakan seorang anak yang
diharapkan. Selama kehamilan, tidak ada masalah apapun. Tidak ada
penggunaan obat-obatan selama kehamilan.

2. Masa kanak-kanak awal (0-3 tahun)


Pasien diasuh oleh ibu dan ayahnya. Pasien mengkonsumsi ASI sampai
usia 2 tahun. Nutrisi dan asupan makanan pasien juga baik. Pasien tidak
pernah mengalami kejang, tidak pernah terbentur pada kepala ataupun
penyakit lainnya.

3. Masa kanak-kanak pertengahan (3-11 tahun)


Secara fisik pasien tumbuh dan berkembang seperti anak-anak
seusianya. Menurut keterangan ibu pasien, pasien baik dalam
bersosialisasi serta mempunyai banyak teman. Hubungan pasien dengan

4
kedua orang tuanya tidak ada masalah. Pasien pernah tidak naik kelas
saat kelas 2 SD sebanyak 1 kali karena belum bisa membaca.

4. Masa kanak-kanak akhir dan pubertas (11-18 tahun)


Pasien merupakan pribadi yang supel, sering bercanda dan mudah
bergaul. Pasien memiliki banyak teman saat SMP dan SMK. Menurut
keterangan ibunya, pasien sempat menjadi pribadi yang pendiam sejak
mengetahui bahwa ayahnya menjalin hubungan dengan wanita lain.
Pasien juga sering mengurung diri di kamar. Ketika orang tuanya
bercerai, pasien cenderung emosional dan sering bertengkar dengan
temannya. Ibu pasien sering mendapati pasien pulang kerumah dengan
keadaan babak belur. Pasien mengaku pernah ikut tawuran dengan
menggunakan gir sepeda motor, serta berkelahi dengan temannya.
Pasien juga mengaku sering membolos sekolah untuk nongkrong di
warung bersama teman-temannya.

5. Masa dewasa
a) Riwayat pekerjaan
Menurut ibu pasien, pasien sempat bekerja selama 4 bulan di sebuah
kantor pada tahun 2013 namun berhenti karena tidak nyaman dengan
lingkungan kerjanya. Pada tahun 2014, pasien sempat kembali
bekerja di sebuah kantor selama 1 tahun dan memutuskan berhenti
bekerja karena merasa tidak cocok dengan rekan kerjanya sehingga
terlibat perselisihan.
b) Riwayat pernikahan
Pasien belum pernah menikah.
c) Riwayat agama/kehidupan beragama:
Pasien beragama islam sejak kecil sampai dengan sekarang, namun
menurut ibu pasien, pasien jarang shalat atau beribadah yang lain
contohnya mengaji. Pasien tidak pernah masuk suatu kelompok
aliran tertentu.

5
d) Riwayat aktivitas sosial
Saat pasien kecil sampai usia sekolah, pasien memiliki banyak
teman dan dapat berinteraksi sosial dengan baik. Pasien merupakan
pribadi yang supel, ramah dan sering bercanda. Namun semenjak
orang tuanya bercerai, pasien cenderung lebih sering marah-marah
dan bertengkar dengan temannya.
e) Riwayat pelanggaran hukum
Pasien tidak pernah dihukum karena perbuatan pasien yang
melanggar hukum.
f) Riwayat psikoseksual
Pasien mengalami pubertas seperti remaja pada umumnya. Pasien
mengaku tertarik dengan lawan jenis dan sangat ingin menikah.

E. Riwayat keluarga

Keterangan :

6
Pasien merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Saat ini pasien tinggal
bersama ibu dan kedua adiknya. Orang tua pasien bercerai pada tahun 2011. Sejak
saat itu, pasien memiliki hubungan yang kurang baik dengan ayahnya. Menurut ibu
pasien, ayah pasien masih sering berkunjung ke rumah untuk menengok anak-
anaknya. Namun, pasien sering menolak kehadiran ayahnya dengan berteriak dan
mengusir ayahnya. Walau begitu, ayah pasien masih mencukupi kebutuhan
keluarga. Ibu pasien bekerja sebagai pedagang. Kedua adik pasien belum menikah.
Kondisi ekonomi keluarga terbilang cukup.

PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


A. Deskripsi umum
a. Penampilan
Seorang laki-laki 26 tahun tampak sesuai dengan usianya. Saat
dilakukan wawancara, pasien cukup rapi dan bersih. Pasien mengenakan
kaos dari rumah sakit berwarna hijau tosca, celana panjang hitam dan
kopiah berwarna putih Pasien mengenakan sendal jepit berwarna hitam.
Kulit pasien berwarna sawo matang, rambut pasien tidak terlalu panjang
namun sedikit berantakan.
b. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Pasien duduk bersebelahan dengan pemeriksa dan melakukan kontak
mata. Tidak ada perilaku agitasi, hiperaktivitas, maupun agresifitas.

c. Sikap terhadap pemeriksa


Pasien kooperatif saat diajak bicara dan berminat dengan
pembicaraannya, serta dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
pemeriksa.

B. Pembicaraan
a. Kuantitas : baik
b. Volume : baik

7
c. Irama : teratur
d. Kelancaran : lancar, artikulasi jelas
e. Kecepatan : normal
f. Gangguan bicara : tidak ada afasia maupun disartria

C. Mood dan afek


a. Mood : eutimia
b. Afek : luas
c. Keserasian : serasi

D. Persepsi
a. Halusinasi
 Auditorik : Ada, pasien mendengar ada suara yang tidak terlihat
wujudnya. Bisikan tersebut menyuruh pasien untuk selalu waspada
karena banyak orang di sekitar pasien yang ingin mencelakai pasien.
Selain itu, pasien juga mengatakan bahwa terdapat bisikan yang
mengajak pasien bertengkar dengan orang lain. Saat ini pasien
mengaku sudah jarang mendengar bisikan tersebut.
 Visual : Ada, pasien sering melihat bayangan berwarna hitam besar
yang wujudnya tidak jelas. Pasien mengaku masih suka melihat
bayangan tersebut.

b. Ilusi : Tidak ada


c. Depersonalisasi : Tidak ada
d. Derealisasi : Tidak ada

E. Pikiran
a. Proses pikir
- Produktivitas
 Flight of Ideas : Tidak ada
- Kontinuitas :

8
 Blocking : Tidak ada
 Sirkumstansial : Tidak ada
 Tangensial : Tidak ada
 Perseverasi : Tidak ada
- Hendaya bahasa :
 Word Salad : Tidak ada
 Neologisme : Tidak ada

b. Isi pikir
- Preokupasi : Pasien ingin segera pulang dan ingin
mencari pekerjaan
- Obsesi : Pasien ingin menikah dan memiliki
pekerjaan seperti teman sebayanya.
- Kompulsif : Tidak ada
- Ide referensi : Tidak ada
- Fobia : Tidak ada
- Waham
 Waham bizarre : Tidak ada
 Waham nihilistik : Tidak ada
 Waham kebesaran : Ada, pasien merasa memiliki
kekuatan yang membuat pasien lebih hebat dibandingkan
orang lain. Pasien mengaku untuk mendapatkan kekuatan
tersebut, pasien harus membaca asmaul husna terlebih
dahulu. Setelah mendapatkan kekuatan tersebut, pasien
mengatakan bahwa ia akan hebat di segala bidang dan
kekuatan tersebut membuat pasien tidak bisa terluka. Pasien
juga merasa mirip dengan Judika dalam segi penampilan dan
suara.
 Waham kejar : Ada, pasien seringkali
merasa bahwa orang lain di sekitarnya memiliki niat jahat
yaitu ingin mencelakai pasien. Ia juga sering merasa bahwa

9
tetangganya sering memata-matainya hingga ingin
mengeroyok pasien.
 Waham rujukan : Tidak ada
 Waham cemburu : Tidak ada
 Thought control : Tidak ada
 Thought insertion : Tidak ada
 Thought broadcasting : Tidak ada
 Thought withdrawal : Tidak ada

F. Fungsi Kognitif dan Kesadaran berdasarkan Mini-Mental State Exam


(MMSE)
No Item Nilai maks. Nilai
ORIENTASI
1 Sekarang (tahun), (musim), (bulan), (tanggal),
5 4
hari apa?
2 Kita berada dimana? (negara), (propinsi), (kota),
5 5
(rumah sakit), (lantai/kamar)
REGISTRASI
3 Sebutkan 3 buah nama benda ( jeruk, uang,
mawar), tiap benda 1 detik, pasien disuruh
mengulangi ketiga nama benda tadi. Nilai 1
3 3
untuk tiap nama benda yang benar. Ulangi
sampai pasien dapat menyebutkan dengan benar
dan catat jumlah pengulangan
ATENSI DAN KALKULASI
4 Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 untuk tiap
jawaban yang benar. Hentikan setelah 5
jawaban. Atau disuruh mengeja terbalik kata “ 5 1
WAHYU” (nilai diberi pada huruf yang benar
sebelum kesalahan; misalnya uyahw=2 nilai.
MENGINGAT KEMBALI (RECALL)

10
5 Pasien disuruh menyebut kembali 3 nama benda
3 3
di atas
BAHASA
6 Pasien diminta menyebutkan nama benda yang
2 2
ditunjukkan ( pensil, arloji)
7 Pasien diminta mengulang rangkaian kata :”
1 1
tanpa kalau dan atau tetapi ”
8 Pasien diminta melakukan perintah:“ Ambil
kertas ini dengan tangan kanan, lipatlah menjadi 3 3
dua dan letakkan di lantai”.
9 Pasien diminta membaca dan melakukan
1 1
perintah “Angkatlah tangan kiri anda”
10 Pasien diminta menulis sebuah kalimat
1 1
(spontan)
11 Pasien diminta meniru gambar di bawah ini:

1 1

Skor Total 30 25

Hasil : Normal (fungsi kognitif baik)

1. Kesadaran:
E4V5M6 Compos Mentis
2. Orientasi dan daya ingat
a. Orientasi
o Waktu : baik, pasien dapat menyebutkan hari, bulan,
dan tahun saat dilakukan wawancara.
o Tempat : baik, pasien mengetahui ia sedang berada di
RSIJ Klender.
b. Daya ingat

11
o Segera : Baik, pasien dapat menyebutkan tiga benda
yang baru saja pemeriksa sebutkan.
o Pendek : Baik, pasien dapat mengingat menu sarapan
tadi pagi.
o Panjang : Baik, pasien dapat mengingat masa kecilnya
dan menceritakan kejadian saat di sekolah dulu.
3. Konsentrasi dan perhatian
Konsentrasi buruk, saat dilakukan seven serial test oleh pemeriksa
pasien hanya dapat menjawab satu kali. Perhatian buruk, pasien dapat
mengeja kata D-U-N-I-A namun tidak dapat mengeja dari belakang A-
I-N-U-D.
4. Kemampuan membaca dan menulis
Kemampuan membaca pasien baik dan kemampuan menulis baik,
pasien dapat menulis nama lengkap pasien dan dapat membaca tulisan
yang pemeriksa tulis.
5. Kemampuan visuospasial
Baik, pasien dapat menggambar jam berserta angka dan jarumnya.
Pasien juga bisa menggambarkan kembali segi lima dengan sudut yang
berhimpit.
6. Pikiran abstrak
Baik, pasien dapat memberikan arti dari peribahasa air susu dibalas air
tuba, yaitu kebaikan dibalas dengan kejahatan.
7. Kemampuan informasi dan intelegensi
Baik, pasien mengetahui presiden Indonesia sekarang dan ibukota
Indonesia.

G. Pengendalian impuls
Pasien dapat mengendalikan impuls dengan baik.

H. Daya nilai

12
o Daya nilai sosial : Baik (pasien mampu bersosialisasi dengan
teman-teman di ruang perawatan).
o Uji daya nilai : Baik, pasien mampu menjawab dengan baik
apabila menemukan dompet di jalan.

I. Reality Testing Ability (RTA)


RTA terganggu

J. Tilikan
Derajat 1 (pasien menyangkal total atas penyakitnya)

K. Taraf dapat dipercaya


Dapat dipercaya.

III. PEMERIKSAAN FISIK


1. Status internis
 Keadaan umum : Baik
 Kesadaran : Compos mentis
 Tanda vital
 Tekanan darah : 110/70mmHg
 Nadi : 80 x/menit regular
 Respirasi : 20x/menit
 Suhu : 36,70C
 Kepala : Normochepale, deformitas (-)
 Thorax
 Paru : Simetris, vesikular +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
 Jantung : BJ I dan II regular, murmur (-), gallop (-)
 Abdomen : supel, bising usus (+), nyeri tekan epigastrium (-)
 Ekstremitas : hangat, sianosis (-), edema (-),
capillary refill test< 2 detik.

13
2. Status neurologis
 Gangguan rangsang meningeal: tidak ada
 Mata
 Gerakan : Normal
 Bentuk pupil : Isokor
 Refleks cahaya : langsung dan tidak langsung +/+
 Motorik
 Tonus : dalam batas normal
 Kekuatan : dalam batas normal
 Koordinasi : dalam batas normal
 Refleks : dalam batas normal

IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Pasien datang ke Rumah Sakit Islam Klender diantar oleh ibunya,
pak RT dan seorang polisi karena pasien mengancam tetangganya
menggunakan pisau sejak ± 2 jam SMRS. Ibu pasien mengatakan bahwa
pasien kerap kali berteriak dan mengatakan bahwa tetangganya ingin
menyantet keluarganya. Menurut ibu pasien, pasien berperilaku aneh sejak
2 bulan yang lalu karena pasien tidak mau meminum obatnya. Sejak saat
itu, pasien mulai berbicara sendiri, mudah marah, sering berteriak, dan
membanting barang-barang dirumah. Selain itu, pasien seringkali mondar-
mandir masuk ke rumah tetangga tanpa izin dan menganggu para
tetangganya. Pasien mengatakan bahwa tetangganya memiliki niat jahat dan
ingin mencelakai pasien sehingga ia harus memata-matai tetangganya agar
ia selamat. Pasien mangatakan bahwa terdapat suara bisikan yang menyuruh
pasien untuk selalu waspada karena banyak orang di sekitar pasien yang
ingin mencelakai pasien. Bisikan tersebut juga mengajak pasien untuk
bertengkar dengan orang lain. Saat ini pasien mengaku sudah jarang
mendengar bisikan tersebut. Pasien juga mengaku sering melihat bayangan
berwarna hitam besar yang wujudnya tidak jelas.

14
Pasien juga merasa bahwa ia memiliki kekuatan yang membuatnya
lebih hebat dibandingkan dengan orang lain dengan cara membaca asmaul
husna. Setelah mendapatkan kekuatan tersebut, pasien akan hebat disegala
bidang dan kekuatan tersebut membuat pasien tidak bisa terluka. Pasien juga
merasa mirip dengan Judika dalam segi penampilan dan suara.
Selain itu, pasien seringkali merasa bahwa orang lain di sekitarnya
memiliki niat jahat yaitu ingin mencelakai pasien. Ia juga sering merasa
bahwa tetangganya sering memata-matainya hingga ingin mengeroyok
pasien.
Pada bulan Juli 2015, pasien pernah dirawar di RS Jiwa Magelang
selama 8 hari karena pasien sering mendengar suara-suara, tidak nyambung
jika diajak bicara, sering tertawa sendiri dan bicara meracau. Pada bulan Juli
2018, pasien memutuskan untuk berhenti minum obat.

Dari pemeriksaan status mental didapatkan:


 Mood eutim
 Afek luas
 Halusinasi auditorik
 Halusinasi visual
 Waham kebesaran
 Waham kejar
 RTA terganggu
 Tilikan derajat 1
 Perhatian dan konsentrasi buruk
V. DAFTAR MASALAH
1. Organobiologik : Dalam keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan
atau penyakit yang sama dengan pasien
2. Psikologik
- Halusinasi auditorik
- Halusinasi visual
- Waham kebesaran

15
- Waham kejar
3. Lingkungan dan faktor sosial
Saat ini pasien kurang bersosialisasi dengan baik, pasien juga memiliki
hubungan kurang baik dengan lingkungan sekitar karena perilakunya.
Pasien selalu merasa curiga dengan orang lain disekitarnya.

VI. FORMULASI DIAGNOSIS


Berdasarkan riwayat penyakit pasien didapatkan adanya pola perilaku
dan psikologis yang secara klinis bermakna dan khas berkaitan dengan gejala
yang menimbulkan suatu penderitaan (distress) maupun hendaya (disability)
dalam fungsi psikososial dan pekerjaan. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa pasien mengalami gangguan jiwa.
Pada pemeriksaan status internus dan neurologikus tidak ditemukan
kelainan Gangguan Medis Umum yang secara fisiologis menimbulkan
disfungsi otak serta mengakibatkan gangguan jiwa yang diderita saat ini
sehingga Gangguan Mental Organik dapat disingkirkan.
Pada riwayat penyakit sekarang ditemukan permasalahan perilaku
pasien yaitu marah-marah dan sering curiga terhadap orang di sekitarnya.
Pada pemeriksaan status mental ditemukan adanya gangguan persepsi yaitu
halusinasi auditorik, halusinasi visual, waham kebesaran, dan waham kejar.
Berdasarkan PPDGJ-III kasus ini digolongkan kedalam :

AKSIS I
Pasien didapatkan :
 Berdasarkan keluhan keluarga pasien didapatkan pasien sering marah-
marah dan curiga terhadap orang di sekitarnya.
 Halusinasi auditorik, pasien merasa mendengar bisikan yang menyuruh
pasien untuk selalu waspada karena banyak orang di sekitar pasien yang
ingin mencelakai pasien.

16
 Halusinasi visual, pasien melihat bayangan hitam besar yang wujudnya
tidak jelas.
 Waham kebesaran yaitu, pasien merasa mendapat kekuatan jika ia
membaca asmaul husna. Kekuatan tersebut membuat pasien hebat di
segala bidang dan membuat pasien tidak bisa terluka. Pasien juga
merasa mirip judika dalam segi penampilan dan suara.
 Waham kejar yaitu, pasien seringkali merasa bahwa orang lain di
sekitarnya memiliki niat jahat yaitu ingin mencelakai pasien. Ia juga
sering merasa bahwa tetangganya sering memata-matainya hingga
ingin mengeroyok pasien.
Dari keterangan diatas, pasien ini memenuhi kriteria umum diagnosis F 20.0
Skizofrenia Paranoid

Tabel 1 Pedoman Diagnostik Skizofrenia


Kriteria Diagnosis Hasil
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut yang amat jelas:
a. Thought echo, thought insertion or withdrawal, thought
broadcasting.
b. Delusion of control, delusion of influence, delusion of
passivity, delusional perception. Ada

17
c. Halusinasi auditorik
d. Waham-waham menetap jenis lainnya yang menurut
budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang
mustahil.
Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu
ada secara jelas:
a. Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja,
apabila disertai oleh waham ataupun disertai oleh ide-ide
berlebihan yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari Ada
selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus
menerus.
b. Arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan
yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak Tidak Ada
relevan, atau neologisme.
c. Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah, posisi
tubuh tertentu, fleksibilitas cerea, negativism, mutisme, Tidak ada
dan stupor.
d. Gejala-gejala negatif yang mengakibatkan penarikan diri
dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial. Ada
Adanya gejala-gejala tersebut di atas telah berlangsung
selama kurun waktu satu bulan atau lebih. Terpenuhi
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna
dalam mutu keseluruhan dari beberapa aspek perilaku pribadi,
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, Terpenuhi
tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri, dan
penarikan diri secara sosial.

Tabel 2 Pedoman Diagnostik Skizofrenia Paranoid


Kriteria Diagnosis Hasil
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia Terpenuhi
 Halusinasi dan/atau waham harus menonjol;
a. Suara-suara halusinasi yang mengancam
pasien atau memberi perintah, atau halusinasi Ada

18
auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi
pluit (whistling), mendengung (humming) atau
bunyi tawa (laughing)
b. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa
atau bersifat seksual atau lain-lain perasaan Tidak ada
tubuh; halusinasi visual mungkin ada namun
jarang menonjol;
c. Waham dapat berupa hampir tiap jenis, tetapi
waham dikendalikan (delusion of control),
dipengaruhi (delusion of influence) atau Ada
“passivity” (delusion of passivity) dan
keyakinan di kejar-kejar yang beraneka ragam
adalah yang paling khas;
 Gangguan afektif, dorongan kehendak dan
pembicaraan serta gejala katatonik secara relatif tidak Tidak Ada
nyata/ tidak menonjol.

AKSIS II (Gangguan kepribadian dan Retardasi Mental)


Pada pasien tidak ditemukan adanya gangguan kepribadian dan retardasi
mental. Namun terdapat ciri kepribadian paranoid.

Tabel 3 Pedoman Diagnostik Gangguan Kepribadian Dissosial


Ciri-ciri Hasil
a. Bersikap tidak peduli dengan perasaan orang lain
Tidak Ada
b. Sikap yang amat tidak bertanggung jawab dan
berlangsung terus menerus (persistent), serta
tidak peduli terhadap norma, peraturan, dan Ada
kewajiban sosial.

19
c. Tidak mampu memelihara suatu hubungan agar
berlangsung lama, meskipun tidak ada kesulitan
untuk mengembangkannya. Ada
d. Toleransi terhadap frustasi sangat rendah dan
ambang yang rendah untuk melampiaskan Ada
agresi, termasuk tindakan kekerasan.
e. Tidak mampu mengalami rasa salah dan menarik
manfaat dari pengalaman, khususnya dari Tidak Ada
hukuman.
f. Sangat cenderung menyalahkan orang lain atau
menawarkan rasionalisasi yang masuk akal, Tidak Ada
untuk perilaku yang membuat pasien konflik
dengan masyarakat.

 Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas.


 Pasien ini memenuhi 3 kriteria diatas sehingga dikatakan bahwa pasien
memiliki gangguan kepribadian dissosial.

AKSIS III (Kondisi medis umum)


Tidak ada kelainan medis umum pada pasien.

AKSIS IV
Masalah putus obat yaitu pada saat pengobatan pasca dirawat di RS Jiwa
Magelang, pasien mengaku bosan harus minum obat terus-menerus sehingga
pasien sudah putus obat selama 2 bulan.

AKSIS V (Penilaian fungsi secara global)


GAF saat diperiksa: 60-51gejala sedang (moderate), disabilitas sedang
GAF satu tahun terakhir: 70-61 beberapa gejala ringan dan menetap,
disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik.

20
VII. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
 Aksis I : F20.0 Skizofrenia Paranoid
DD : F32.3 Episode Depresif Berat dengan Gejala Psikotik
 Aksis II : F60.2 Gangguan Kepribadian Dissosial
 Aksis III : Tidak ada
 Aksis IV : Masalah pasien putus obat
 Aksis V : GAF saat diperiksa: (60-51)
GAF satu tahun terakhir: (70-61)

VIII. PENATALAKSANAAN
 Farmakoterapi
- Risperidone 3 x 2 mg P.O
- Trihexylphenidyn (THP) 3 x 2 mg P.O
- Sertraline 2 x 50 mg P.O
 Nonfarmakoterapi
a. Psikoterapi suportif
- Pasien harus didekati secara baik dengan penuh empati,
membangun hubungan yang nyaman dengan pasien. Lalu,
menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit yang dideritanya

b. Psikoterapi edukatif
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai penyakit
yang dialami oleh pasien, kemungkinan yang mungkin terjadi,
rencana tatalaksana, pilihan pengobatan dan efek samping yang
mungkin terjadi juga pemeriksa menjelaskan mengenai
pentingnya minum obat dan kontrol yang teratur ke dokter.

IX. PROGNOSIS
Quo ada vitam : ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ada sanationam : dubia ad malam

21

Anda mungkin juga menyukai