PENDAHULUAN
1
yang berbeda dengan pendekatan biomedis (biomedical approach) dan biasanya
berorientasi pada penyakit (disease oriented). Pendekatan biomedis merupakan
pendekatan berdasarkan konsep molekuler biologi, yaitu menganggap bahwa
penatalaksanaan penyakit dapat diselesaikan melalui penyelesaian aspek biologis
(fisik manusianya). Fokus utama penyelesaian masalah kesehatan ataupun
penyakit pada pendekatan biomedis lebih menekankan pada faktor biologis, tanpa
memperhitungkan faktor psikologis, sosiobudaya, dan lingkungan. Pendekatan
pada penyakit merupakan pendekatan yang penyelesaian masalah kesehatannya
berdasarkan gejala yang terjadi dan faktor-faktor pemicu/penyebab untuk
menghilangkan penyakit yang didiagnosis. Pendekatan pada penyakit
menguntungkan bagi dokter (doctor centered), dan seringkali bukan merupakan
masalah utama yang ingin dipecahkan oleh pasien dan keluarganya.5
Dasar penyelenggaraan pelayanan dengan orientasi keluarga adalah model
biopsikososial. Dengan adanya pandangan biopsikososial dalam kedokteran, maka
pendekatan yang semula hanya pada individu dikembangkan lebih luas pada
keluarga bahkan pada komunitas di sekitar kehidupan pasien. Konsep ini
memperkenalkan keluarga sebagai unit of care, dengan fokus utama pelayanan
ditujukan pada pasien dalam konteks keluarganya.6
Keterlibatan anggota keluarga dalam proses menegakkan diagnosis suatu
penyakit serta menatalaksana masalah kesehatan merupakan bentuk partisipasi
aktif pada pelayanan kesehatan. Pelayanan dokter yang memfasilitasi kehadiran
keluarga dapat menimbulkan kenyamanan dan mengurangi kecemasan maupun
ketakutan pasien, walaupun hal tersebut tidak dikehendaki pasien. Persetujuan
pasien usia dewasa untuk melibatkan keluarga dan komunitas tetap diperlukan,
dalam rangka menjaga privasi dan kerahasiaan medis.6
Keberadaan dokter di Indonesia ditengah ratusan etnik, budaya, bahasa,
agama, latar belakang sosial dan pendidikan, menuntut dokter untuk dapat
melihat, menemukan, menghargai dan memberdayakan perbedaan-perbedaan
yang ada. Kompetensi budaya merupakan kemampuan dokter dan layanan
kesehatan yang perlu dilatihkan sehingga dokter dan tim layanan primer dapat
diterima dan masuk dalam kehidupan pasien, keluarga dan komunitas dalam
rangka meningkatkan derajat kesehatannya. Dalam memberikan pelayanan yang
2
baik, diperlukan kemampuan klinis seperti ilmu epidemiologi dan rehabilitasi dan
nonklinis seperti komunikasi efektif, interaksi sosial, empati, kepemimpinan,
attitude yang baik, dan kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku. 7
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Diantara karakteristik dokter keluarga yaitu :8.9.10
1. Tempat kontak medis pertama dalam sebuah sistem pelayanan kesehatan,
membuka dan menyelengarakan akses tak terbatas kepada penggunanya,
menggarap semua masalah kesehatan, tanpa memandang golongan usia,
jenis kelamin, atau karakter individual yang dialayani.
2. Memanfaatkan sumber daya secara efisien, melalui sistem pelayanan yang
terkoordinasi , kerjasama dengan paramedis lainnya di layanan primer, dan
mengatur keperluan akan layanan spesialis dan dibuka peluang untuk
advokasi bagi pasien jika diperlukan.
3. Mengembangkan “person-centred approach” berorientasi pada individu,
keluarganya, dan komunitasnya.
4. Mempunyai cara konsultasi yang unik yang menggambarkan hubungan
dokter-pasien sepanjang waktu, melalui komunikasi efektif antara dokter-
pasien.
5. Mempunyai proses pengambilan keputusan yang istimewa
mempertimbangkan insidens dan prevalens penyakit di masyarakat.
6. Menangani masalah kesehatan akut dan kronik setiap individu pasien.
7. Menangani penyakit yang masih belum jelas dalam fase dini, yang
mungkin memerlukan intervensi segera.
8. Meningkatkan taraf kesehatan dan kesejahteraan melalui intervensi yang
pas dan efektif.
9. Mempunyai tanggung jawab khusus untuk kesehatan masyarakat.
10. Mengelola masalah kesehatan dalam dimensi jasmani, rohani (psikologi)
sosial,kultural, dan eksistensial.
5
Gambar 1 Kompetensi inti dan karakteristik dokter keluarga 10
2.3 Dokter Layanan Primer
Perubahan gaya hidup membutuhkan adanya pelayanan promotif dan
preventif yang bukan hanya penyuluhan kepada masyarakat, namun juga
edukasi kesehatan sesuai sosial-budaya, identifikasi risiko kesehatan pasien,
keluarga, dan masyarakat serta pengembangan layanan kesehatan yang penuh
inovasi dan lintas sektor kesehatan. Dengan kempuan yang baik maka akan
terwujud manfaat lintas sektoral yang akan berdampak pada kemajuan bangsa.
Kelanjutan dari upaya peningkatan pelayanan Kesehatan di Indonesia yaitu
pemerintah melalui undang-undang No 20 Tahun 2013 telah mencanangkan
program dokter layanan primer (DLP) yang merupakan kelanjutan dari
program profesi dokter dan program internship yang setara dengan program
dokter spesialis. 12
Institusi pelaksana pendidikan DLP adalah institusi pendidikan dokter
berakreditasi A dimana dengan memiliki akreditasi A artinya institusi tersebut
telah siap dalam sumber daya dan organisasi untuk menyelenggarakan
program pendidikan DLP. Metode pembelajaran yang direncanakan yaitu:12
1. Pembelajaran jarak jauh (long distance learning, e-learning education)
2. Pembelajaran berbasis tempat kerja (work place based learning)
6
3. Pembelajaran pilihan dengan pengumpulan angka kredit (credit earning)
4. Pembelajaran yang mengenali dan mengakreditasi pelatihan yang telah
diperoleh sebelumnya (recognized prior learning)
Peserta dokter yang mengikuti program pendidikan pascasarjana profesi
DLP akan memperoleh fasilitas sebagaimana peserta program pascasarjana
lainnya dan akan memperoleh ijasah serta gelar sebagaimana lulusan program
pascasarjana profesi lainnya. Sesuai Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
(KKNI) untuk program profesi pascasarjana kedokteran, program pendidikan
DLP merupakan program pendidikan untuk mencapai KKNI 8 dan menempuh
72 SKS dalam waktu minimum 2,5 tahun. Pada akhir tahun 2014,
pengembangkan program studi DLP didukung oleh 16 fakultas kedokteran
(FK) berakreditasi A. Masa transisi diperlukan dalam rangka persiapan
pendidikan yang ideal. Dimulai pada tahun 2015 sebagai masa transisi,
pembelajaran diselenggarakan dalam bentuk moduler.12
2.4 Kompetensi Dokter Layanan Primer
Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) diterbitkan oleh Konsil
Kedokteran Indonesia (KKI) pada akhir tahun 2012. SKDI menjadi standar
kompetensi bagi dokter di Indonesia. Di standar tersebut dinyatakan bahwa
dokter yang dihasilkan institusi pendidikan kedokteran adalah dokter yang
akan bekerja di layanan primer, bukan di layanan sekunder.11
Pendidikan kedokteran dasar dan program internsip mempersiapkan dokter
untuk bekerja di layanan primer dan melanjutkan pendidikan, seperti program
magister, spesialisasi, dan pendidikan DLP. Program pendidikan DLP adalah
program pendidikan terstruktur yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan
pengetahuan dan keterampilan khusus untuk memberikan pelayanan di tingkat
primer. 11
Kelompok Kerja Percepatan Pengembangan Kebijakan Dokter Layanan
Primer yang terdiri atas perwakilan Kementerian Kesehatan, Kementerian
Pendidikan Tinggi dan Riset, KKI, IDI, dan Asosiasi Institusi Pendidikan
Kedokteran Indonesia merumuskan rancangan area kompetensi DLP yaitu: 11
7
1. Manajemen Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
Mampu menghasilkan nilai tambah dalam proses pengelolaan fasilitas
pelayanan kesehatan primer melalui penerapan fungsi manajemen dan
prinsip kewirausahaan sehingga dapat meningkatkan mutu kesehatan,
aksesibilitas, efektivitas dan efisiensi fasilitas pelayanan kesehatan primer.
2. Pengelolaan Kesehatan yang Berpusat pada Individu dan Keluarga
Mampu menganalisis dan meng--evaluasi masalah kesehatan pasien dalam
bidang ilmu, teknologi, dan praktik kedokteran keluarga serta merespons
dinamika faktor eksternal yang meliputi perspektif pasien dan komunitas,
lingkungan, budaya, kebijakan, prioritas masalah kesehatan nasional dan
fasilitas pelayanan kesehatan primer, dengan pendekatan praktik primer
berbasis bukti serta penerapan prinsip pelayanan holistik, komprehensif,
bersinambung, terkoordinasi, berbasis pencegahan, sadar mutu dan sadar
biaya.
3. Pengelolaan Kesehatan yang Berorientasi pada Komunitas dan Masyarakat
Mampu mengidentifikasi masyarakat yang memiliki risiko, dengan
melakukan analisis terhadap determinan sosial kesehatan dan diagnosis
komunitas untuk meningkatkan kesehatan melalui pencegahan, dan
pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan kesehatan di pelayanan
primer.
4. Keterampilan Klinis
Mampu mengelola masalah kesehatan berdasarkan ilmu pengetahuan dan
teknologi terkini untuk melakukan penapisan berbagai masalah kesehatan
mulai dari tahap asimptomatik sampai tahap rehabilitasi (continuum of
disease), melalui keterampilan klinis terlatih dalam kewenangan di
pelayanan primer.
5. Etika, Hukum dan Profesionalisme di Pelayanan Primer
Mampu menyelaraskan individu, keluarga, komunitas dan masyarakat,
dalam mengelola masalah kesehatan dan fasilitas kesehatan primer sesuai
standar etika dan profesi, meliputi akuntabilitas, orientasi pelayanan,
komitmen pada pengembangan profesionalisme dan pembelajaran
8
sepanjang hayat dengan cara membangun karakter profesional, dan
kompetensi individu.
6. Kepemimpinan
Mampu membangun mental pemimpin agar dapat berperan sebagai
pemimpin, koordinator, manajer pelayanan dan fasilitas pelayanan
kesehatan primer. Selain itu, mampu membangun iklim dan budaya
organisasi untuk beradaptasi dan mentransformasi semua elemen
organisasi dengan mengembangkan kepemimpinan dalam mengelola
masalah kesehatan melalui kepemimpinan yang efekif.
7. Komunikasi Holistik, Komprehensif dan Kecakapan Budaya
Mampu berkomunikasi secara verbal dan nonverbal dengan pasien,
keluarga, masyarakat, sejawat, profesi lain, dan pemangku kepentingan
sebagai pemberi layanan kesehatan, pendidik, peneliti, pemimpin,
koordinator, dan manajer fasilitas pelayanan kesehatan primer.
Kemampuan itu diperlukan untuk mengelola masalah kesehatan, advokasi,
negosiasi (mediasi), dan mobilisasi individu, keluarga, masyarakat, dan
media massa agar berhasil membangun kemitraan berkesinambungan
dengan individu, keluarga, masyarakat, sejawat, dan profesi lain
menggunakan latar belakang sosial budaya pasien dan lingkungan sebagai
sumber daya yang bermanfaat.
9
BAB III
KESIMPULAN
10
DAFTAR PUSTAKA
11
12. Kelompok Kerja Percepatan Pengembangan Kebijakan Dokter Layanan
Primer. Naskah akademik DLP. Jakarta: Kementerian Kesehatan dan
Kementerian Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi; 2014.
12