Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

QFD (Quality Function Deployment)

Oleh :
Alfredo (160403061)
Richard Spencer (160403062)
Anthony Salim (160403066)
Ericko Wasita Rimbawan (160403068)
Erik PA (160403096)
Raymond Fangesturi (160403097)

DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI


F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1. Quality Function Deployment


Quality Function Deployment (QFD) diperkenalkan oleh Yoji Akao, Professor of
Management Engineering dari Tamagawa University yang dikembangkan dari praktek
dan pengalaman industri-industri di Jepang. Pertama kali dikembangkan pada tahun 1972
oleh perusahaan Mitsubishi di Kobe Shipyard, dan diadopsi oleh Toyota pada tahun 1978,
dan tahun-tahun selanjutnya dikembangkan oleh perusahaan lainnya. Fokus utama dari
QFD ini yaitu melibatkan pelanggan pada proses pengembangan produk sedini mungkin.
Filosofi yang mendasarinya adalah bahwa pelanggan tidak akan puas dengan suatu produk
meskipun suatu produk yang dihasilkan sempurna, seperti yang kemarin dikatakan
diposting sebelumnya mengenai kualitas bahwa produk yang superior atau sempurna
belum tentu di butuhkan oleh konsumen.
Bangsa Jepang mengembangkan suatu pendekatan yang disebut pemberdayaan
fungsi kualitas (Quality Function Deployment-QFD) untuk memenuhi kebutuhan
pelanggan. Istilah ini merupakan terjemahan dari karakter kanji yang digunakan untuk
menggambarkan proses tersebut, mungkin terdengar membingungkan. QFD ini di
temukan oleh Yoji Akao pada tahun 1966. QFD merupakan suatu metode yang
dikembangkan untuk menghubungkan perusahaan atau lembaga dengan konsumen.
Melalui QFD, setiap keputusan dibuat untuk memenuhi kebutuhan yang diekspresikan
oleh pelanggan. Pendekatan ini menggunakan sejenis diagram matriks untuk
mempresentasikan data dan informasi (Evans et al, 2007).

QFD dimulai pada tahun 1972 di lokasi anjungan kapal Mitsubishi di Kobe.
Toyota kemudian mulai membangun konsep ini tidak lama kemudian, dan telah
menggunakannya sejak 1977 dengan hasil yang amat mengagumkan. Xerox dan Ford
memulai penggunaan QFD pada tahun 1986 (pada waktu itu , lebih dari 50 persen
perusahaan Jepang telah menggunkan pendekatan ini). Kini QFD berhasil digunakan oleh
banyak perusahaan seperti General Motors, Ford, Mazda, Motorola, Xerox, Kodak IBM,
Procter & Gamble, Hewlett Packard, dan AT&T. Dua organisasi, American Supplier
Institute, Inc., organisasi nirlaba, dan GOAL/QPC, perusahaan konsultan di
Massachusetts telah mempublikasikan dan mengembangkan konsep ini di Amerika
Serikat.
Dengan QFD, operasional perusahaan didorong oleh suara pelanggan dan bukan
oleh perintah manajemen ataupun opini/keinginan dari para ahli. Penggunaan QFD
berfokus pada penyebab-penyebab utama kepuasan serta ketidakpuasan pelanggan,
sehingga menjadikannya alat yang berguna untuk analisis kompetitif kualitas produk oleh
manajemen.
BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian Quality Function Deployment


Quality Function Deployment (QFD) adalah metode perencanaan dan
pengembangan secara terstruktur yang memungkinkan tim pengembangan mendefinisikan
secara jelas kebutuhan dan harapan pelanggan, dan mengevaluasi kemampuan produk
atau jasa secara sistematik untuk memenuhi kebutuhan dan harapan tersebut (Ariani,
2002). Menurut Subagyo dalam Marimin 2004, Quality Function Deployment adalah
suatu cara untuk meningkatkan kualitas barang atau jasa dengan memahami kebutuhan
konsumen, lalu menghubungkannya dengan ketentuan teknis untuk menghasilkan barang
atau jasa ditiap tahap pembuatan barang atau jasa yang dihasilkan.

QFD didefinisikan sebagai suatu proses atau mekanisme terstruktur untuk


menentukan kebutuhan pelanggan dan menerjemahkann kebutuhan-kebutuhan itu ke
dalam kebutuhan teknis yang relevan, di mana masing-masing area fungsional dan tingkat
organisasi dapat mengerti dan bertindak. Ia mencakup juga pemantauan dan pengendalian
yang tepat dari proses manufacturing menuju sasaran (Gaspersz, 1997).

QFD digunakan untuk memperbaiki pemahaman tentang pelanggan dan untuk


mengembangkan produk, jasa serta proses dengan cara yang lebih berorientasi kepada
pelanggan (Rampersad, 2006).

Manfaat Quality Function Deployment


Ada 3 manfaat utama yang diperoleh perusahaan bila menggunakan metode
QFD, yaitu:
1. Mengurangi Biaya: Hal ini dapat terjadi karena produk yang dihasilkan benar-benar
sesuai dengan kebutuhan konsumen dan harapan konsumen sehingga tidak ada
pengulangan pekerjaan dan pembuangan bahan baku yang tidak sesuai dengan
spesifikasi yang telah ditetapkan oleh konsumen. Pengurangan biaya dapat dicapai
dengan pengurangan biaya pembelian bahan baku, biaya overhead atau pengurangan
upah dan penyederhanaan proses produksi.
2. Meningkatkan Pendapatan: Dengan pengurangan biaya, untuk hasil yang kita terima
akan lebih meningkat. Dengan QFD produk atau jasa yang dihasilkan akan lebih
dapat memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan.
3. Mengurangi Waktu Produksi: QFD akan membuat tim pengembangan produk atau
jasa untuk memfokuskan pada program pengembangan kebutuhan dan harapan
konsumen (Ariani, 2002).

Manfaat lain yang diperoleh dari penerapan QFD ini juga meliputi:
a. Fokus pada pelanggan (Customer focused) yaitu mendapatkan input dan umpan balik
dari pelanggan mengenai kebutuhan dan harapan pelanggan. Hal ini penting, karena
performansi suatu organisasi tidak bisa lepas dari pelanggan.
b. Efisien waktu (Time Efficient), dengan menerapkan QFD maka program
pengembangan akan memfokuskan pada harapan dan kebutuhan pelanggan.

Orientasi kerjasama (Cooperations Oriented), QFD menggunakan pendekatan


yang berorientasi pada kelompok. Semua keputusan didasarkan pada konsensus dan
keterlibatan semua orang dalam diskusi dan pengambilan keputusan.
c. Orientasi pada dokumentasi (Documentation Oriented), QFD menggunakan data dan
dokumentasi yang berisi proses mendapatkan seluruh kebutuhan dan harapan
pelanggan. Data dan dokumentasi ini digunakan sebagai informasi mengenai
kebutuhan dan harapan pelanggan yang selalu diperbaiki dari waktu ke waktu.

Tahap-tahap Implementasi Quality Function Deployment


Menurut Subagyo dalam Marimin (2004), tahapan QFD adalah:
1. Mengidentifikasikan kemauan pelanggan. Dalam hal ini, pelanggan atau konsumen
ditanya mengenai sifat yang diinginkan dari suatu produk.
2. Mempelajari ketentuan teknis dalam menghasilkan barang atau jasa. Hal ini
didasarkan data yang tersedia. Aktivitas dan sarana yang digunakan dalam
menghasilkan barang atau jasa, dalam rangka menentukan mutu pemenuhan
kebutuhan pelanggan.
3. Hubungan antara keinginan pelanggan dengan ketentuan teknis. Hubungan ini dapat
berpengaruh kuat, sedang atau lemah. Setiap aspek dari konsumen diberi bobot, untuk
membedakan pengaruhnya terhadap mutu produk.
4. Perbandingan kinerja pelayanan. Tahap ini membandingkan kinerja perusahaan
dengan pesaing.
5. Evaluasi pelanggan untuk membandingkan pendapat pelanggan tentang mutu produk
yang dihasilkan oleh perusahaan dengan produk pesaing. Menggunakan Skala Likert
dengan pendekatan distribusi Z, kemudian dibuat rasio antara target dengan mutu
setiap kategori.
6. Trade off untuk memberikan penilaian pengaruh antar aktivitas atau sarana yang satu
dengan lainnya.

Matrix House of Quality


Matrix House of Quality (HoQ) atau rumah mutu adalah bentuk yang paling
dikenal dari representasi QFD. Matriks ini terdiri dari dua bagian utama, yaitu bagian
horizontal dari matriks berisi informasi yang berhubungan dengan konsumen dan disebut
dengan customer table, bagian vertikal dan matriks berisi informasi teknis sebagai respon
bagi input konsumen dan disebut dengan technical table. Dua aspek utama matriks rumah
kualitas dapat dilihat pada gambar 2.1. (Gaspersz dalam Marimin, 2004).
Gambar.1 Gambar Dua aspek utama matriks rumah kualitas

The House of Quality matriks adalah bentuk yang paling dikenal dari QFD
Ini digunakan oleh tim multidisipliner untuk menerjemahkan satu set pelanggan persyaratan,
menggambar pada riset pasar dan pembandingan data, ke jumlah sesuai target rekayasa
prioritas yang harus dipenuhi oleh seorang baru desain produk. Ada banyak bentuk sedikit
berbeda dari matriks dan kemampuan ini harus disesuaikan dengan kebutuhan dari suatu
masalah tertentu atau kelompok pengguna membentuk salah satu kekuatan utama Rumah
kualitas terdiri dari enam komponen utama yang selesai dalam perjalanan proyek QFD:
1. Persyaratan pelanggan (hows) - daftar terstruktur persyaratan berasal dari laporan
pelanggan.
2. Persyaratan teknis (Whats) - satu set terstruktur yang relevan dan karakteristik produk
yang terukur.
3. Perencanaan matriks - menggambarkan persepsi pelanggan diamati pada survei pasar.
Termasuk kepentingan relatif persyaratan pelanggan, perusahaan dan pesaing kinerja
dalam memenuhi persyaratan ini.
4. Keterkaitan matriks - menggambarkan QFD tim persepsi dari keterkaitan antara dan
pelanggan persyaratan teknis. Sebuah skala yang sesuai diterapkan, diilustrasikan dengan
menggunakan simbol atau angka. Mengisi ini bagian dari matriks melibatkan diskusi dan
membangun konsensus dalam tim dan dapat memakan waktu. Berkonsentrasi pada
hubungan kunci dan meminimalkan jumlah persyaratan teknik yang bermanfaat untuk
mengurangi tuntutan sumber daya.
5. korelasi Teknis (Roof) matriks - digunakan untuk mengidentifikasi dimana persyaratan
teknis mendukung atau menghambat satu sama lain dalam desain produk.Dapat
menyoroti peluang inovasi.
6. Teknis prioritas, tolok ukur dan target - digunakan untuk mencatat prioritas yang
ditugaskan untuk persyaratan teknis oleh ukuran matriks, dari teknis kinerja yang telah
dicapai oleh produk yang kompetitif dan derajat kesulitan yang terlibat dalam
mengembangkan kebutuhan masing-masing. Hasil akhir dari matriks adalah seperangkat
nilai-nilai target untuk setiap persyaratan teknis yang harus dipenuhi oleh desain baru,
yang dihubungkan kembali ke tuntutan pelanggan.
QFD didesain untuk membantu para perencana agar dapat fokus pada karakteristik dari
produk maupun layanan yang ada dari sudut pandang segementasi pasar, perusahaan, atau
kebutuhan pengembangan teknologi. QFD juga sangat berguna untuk mentransformasikan
Voice Of Customer (VOC) ke dalam karakterisik engineering untuk sebuah produk atau
service dengan memprioritaskan karakteristik masing-masing produk atau service bersamaan
dengan pengaturan target pengembangan secara simultan untuk produk atau service tersebut.
Teknik utama dari QFD ini adalah dengan membuat grafik dan matriks.

HoQ digunakan oleh tim di berbagai bidang untuk menerjemahkan persyaratan


konsumen (customer requirement), hasil riset pasar dan benchmarking data kedalam
sejumlah target teknis prioritas. Jenis matriks HoQ bentuknya bermacam-macam. Bentuk
umum dan matriks ini terdiri dari enam komponen utama, yaitu:
1. Voice of Customer “WHATs”, daftar persyaratan terstruktur yang berasal dari
persyaratan konsumen.
2. Voice of Organization “HOWs”, daftar karakteristik produk terstruktur yang relevan
dengan persyaratan konsumen dan terukur.
3. Relationship Matrix, matriks ini menggambarkan persepsi tim QFD mengenal keterkaitan
antara technical dan customer requirement. Skala yang cocok diterapkan dan digambarkan
dengan menggunakan simbol berikut:
= melambangkan hubungan kuat
= melambangkan hubungan sedang
= melambangkan hubungan lemah
4. Planning Matrix “WHYs”, menggambarkan persepsi konsumen yang diamati dalam
survei pasar, termasuk di dalamnya kepentingan relatif dari persyaratan konsumen,
perusahaan, kinerja perusahaan dan pesaing dalam memenuhi persyaratan tersebut.
5. Technical Corelation “ROOF matrix”, digunakan untuk mengidentifikasikan, dimana
technical requirement saling mendukung atau saling mengganggu satu dengan
lainnya di dalam desain produk. Matriks ini dapat mengetengahkan kesempatan untuk
inovasi.
6. Competitive Analysis “Technical priorities, benchmarks and targets”, digunakan
untuk mencatat prioritas yang ada pada matriks technical requirement, mengukur
kinerja teknik yang diperoleh oleh produk pesaing dan tingkat kesulitan yang timbul
dalam mengembangkan requirement. Output akhir dan matriks adalah nilai target
untuk setiap technical requirement.

Matriks Dasar
QFD harus dimulai dengan pemahaman tentang apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh
customer. Pemahaman (whats) ini menjadi baris di dalam matriks, bertentangan dengan kolom
yang merepresentasikan proses supplier (hows) yang didesain untuk menyediakan produk atau
service agar mencapai keinginan konsumen.
 Untuk whats lebih baik bersifat samar-samar dan beberapa diantaranya akan bersifat
subjektif
 Keberadaan simbol-simbol diperlukan untuk menandakan indikasi dari tingkat
kepentingannya
 Supplier harus menemukan cara untuk menentukan kebutuhan pada kolom hows

Memperluas Matriks
Matriks sebelumnya sebaiknya diperluas kembali untuk membuatnya lebih berpotensi untuk
memiliki daya guna yang tinggi. Untuk dapat memperluas matriks ini tentu perlu pemahaman
lebih mendalam lagi mengenai apa yang dibutuhkan oleh customer. Matriks seperti ini
biasanya disebut juga dengan house of quality.

Adapun langkah yang harus dilakukan dalam mengaplikasikan QFD adalah:


1. Mendengarkan suara konsumen (atribut) untuk menentukan harapan pelanggan.
Caranya:
a. Penentuan konsumen ahli dengan judgment sampling
b. Wawancara dengan konsumen ahli Hasil wawancara adalah atribut kualitas.
2. Membuat karakteristik proses yang ada dalam perusahaan.
3. Menentukan hubungan karakteristik antara atribut dengan karakteristik proses dengan
nilai yang sudah ditetapkan.
4. Menentukan kepuasan konsumen dan juga perbandingan kinerja perusahaan. Untuk
mengetahui kepuasan konsumen dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner,
dimana untuk setiap pertanyaan diberikan pilihan jawaban dalam bentuk skala likert
yang bersifat ordinal. Skor butir pernyataan pada skala ordinal tidaklah tepat
dilakukan penjumlahan dari sejumlah skor, tetapi penjumlahan skor dapat dilakukan
bila skor pernyataan merupakan skala interval atau skala rasio. Untuk memperoleh
skor butir pernyataan yang sifatnya interval diperlukan transformasi data dengan
pendekatan distribusi Z.
5. Menentukan trade off atau keterkaitan antara karakteristik proses yang satu dengan
yang lainnya. Hubungan ini dapat dinyatakan dengan hubungan kuat positif (++)
apabila salah satu karakteristik proses naik maka akan berdampak kuat pada kenaikan
proses yang berkaitan tersebut. Hubungan kuat (+) pengaruhnya akan sama dengan
hubungan kuat positif hanya saja dampak yang dihasilkan tidak sekuat hubungan kuat
positif. Hubungan negatif (-) apabila hubungan berjalan tidak searah, hal ini terjadi
bila suatu karakteristik mengalami penurunan tetapi karakteristik yang lainnya akan
mengalami kenaikan. Hubungan kuat negatif (--) apabila dampak yang dihasilkan
lebih kuat dari hubungan negatif.
6. Menentukan tingkat kepentingan kebutuhan teknis

Cascading Matrix
Sebagian besar QFD analisis hanya menggunakan house of quality saja. Namun untuk lebih
mendalam lagi, Anda dapat melakukan cascade pada matriks untuk mengidentifikasi jejak dari
customer requirements sampai ke parameter proses yang perlu dikontrol untuk memenuhi
kebutuhannya.

Pada gambar di atas, matriks pertama dicocokan dengan requirements dari customer
sebagaimana whats bertemu dengan hows. Kemudian pada matriks berikutnya hows berubah
menjadi whats sebagaimana chart design menampilkan fitur yang berhadapan
dengan hows yang menjadi bagian (parts) terpilih untuk diimplementasikan. Bagian (parts)
terpilih ini kemudian menjadi whats dalam matriks ketiga yang diplot terhadap hows dari
proses yang digunakan untuk membuat parts. Akhirnya proses menjadi whats dalam matriks
terakhir dimana hows adalah parameter proses yang harus dikontrol.
Teknik apapun yang digunakan, baik itu cascading matrixes, house of quality, maupun matriks
dasar, QFD adalah sebuah proses intensif tenaga kerja. Pada dasarnya QFD menginvestasikan
waktu dalam perencanaan untuk mendapatkan keuntungan dengan siklus pengembangan
keseluruhan yang lebih pendek berdasarkan pada apa yang diinginkan oleh customer. QFD
juga akan meminimalisir kebutuhan untuk melakukan redesign.
Quality Function Deployment (QFD) adalah sebuah metodologi dalam proses perancangan
dan pengembangan produk yang mampu mengintegrasikan voice of costumer ke dalam proses
perancangannya.

Validitas dan Reliabilitas


Salah satu pokok perhatian dalam setiap kegiatan penelitian adalah masalah cara
memperoleh data informasi yang akurat, cerman dan objektif. Hal tersebut menjadi sangat
penting artinya dikarenakan hasil dan kesimpulan penelitian dapat dipercaya apabila
didasarkan pada informasi yang juga dapat dipercaya. Sifat valid dan reliable
diperlihatkan oleh tingginya akurasi dan kecermatan alat ukur. Intrumen ukur atau tes
disebut sebagai tidak valid bila tidak mampu menghasilkan informasi yang akurat
mengenai atribut atau variabel yang diukurnya, yaitu skornya tidak mencerminkan
keadaan yang sebenarnya. Keputusan dan kesimpulan yang tepat hanya dapat dicapai bila
datanya diperoleh dengan cara yang benar dan menggunakan instrument ukur yang
memenuhi persyaratan. Disinilah pentingnya peranan reliabilitas dan validitas.

Sebelum data hasil kuesioner dipergunakan untuk pengujian statistik, maka perlu
diuji validitas dan reliabilitasnya terlebih dahulu untuk memperoleh data yang valid dan
andal. Reliabilitas merupakan terjemahan dari kata reliability. Suatu pengukuran yang
mampu menghasilkan data yang memiliki tingkat reliabilitas tinggi disebut sebagai
pengukuran yang reliabel (reliable). Reliabilitas dapat diartikan sebagai tingkat keandalan
suatu alat ukur dalam mengukur nilai pada subjek dengan kondisi yang sama, tetapi dalam
waktu yang berbeda. Menduga reliabilitas suatu alat ukur dapat dilakukan dengan
beberapa metode antara lain yaitu test-retest dan internal consistency.

Test-retest menduga nilai reliabilitas alat ukur dengan mengukur subyek atau
obyek yang sama pada dua waktu yang berbeda. Internal consistency menduga nilai
reliabilitas alat ukur dengan melakukan perhitungan ragam terhadap jawaban pertanyaan
dalam satu kelompok pertanyaan. Cara umum digunakan untuk mengukur reliabilitas
kuesioner dengan metode internal consistency adalah Cronbach’s Alpha, yang dapat
dirumuskan sebagai berikut:(2.1)
Keterangan:
= reliabilitas instrumen
= banyaknya butir pertanyaan
= ragam skor butir ke-i
= ragam skor total
Kriteria keandalan kuesioner di bidang sosial adalah jika nilai koefisien reliabilitasnya lebih
besar atau sama dengan 0,6. (Ghozali, 2005).
Validitas berasal dari kata validity. Validitas diartikan sebagai ketepatan suatu
alat ukur dalam memperoleh informasi yang ingin diukur. Validitas adalah pertimbangan
yang paling utama dalam mengevaluasi tes sebagai instrument ukur. Metode untuk
menguji validitas suatu kuesioner ada empat, yaitu face validity, content validity, criterion
validity, dan constract validity. Face validity adalah pengujian secara statistik yang paling
sederhana karena hanya didasarkan pada pendapat orang yang ahli di bidang penelitian
tersebut mengenai ketepatan alat ukur yang digunakan. Content validity mengukur
kemampuan suatu pengukuran dalam mengukur semua aspek yang harus diukur dari
bidang penelitian tertentu. Criterion validity mengukur kemampuan suatu pengukuran
sebagai indicator dari kejadian tertentu. Construct validity mengukur kemampuan suatu
pengukuran dalam mengukur konsep yang ingin diukur.( Key, J.P. 1997)

Adapun langkah-langkah dalam pengujian validitas dapat dijelaskan sebagai


berikut:
a. Mendefenisikan secara operasional suatu konsep yang akan diukur. Konsep yang
akan diukur hendaknya dijabarkan terlebih dahulu sehingga operasionalnya dapat
dilakukan.
b. Melakukan uji coba pengukur tersebut pada sejumlah responden. Responden diminta
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada. Disarankan agar jumlah responden
untuk uji coba minimal 30 orang. Dengan jumlah minimal 30 orang ini, distribusi
skor (nilai) akan lebih mendekati kurva normal.

c. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban.


d. Menghitung nilai korelasi antara data pada masing-masing pertanyaan dengan skor
total.

Untuk mengetahui tiap instrumen pernyataan valid atau tidak, maka nilai korelasi
tersebut dibandingkan dengan 0,3. dimana jika nilai korelasi ( r ) lebih besar dari 0,3
maka, intrumen tersebut dinyatakan valid, begitu pula sebaliknya. Sebagaimana yang
dinyatakan Masrun yang dikutip oleh Sugiyono (2008) bahwa:
“Item yang mempunyai korelsi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi
yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula.
Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3. Jadi
kalau korelasi antara butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka butir dalam instrumen
tersebut dinyatakan tidak valid”.

2.3 Skala Likert


Skala likert pertama kali dikembangkan oleh Rensis Linkert pada tahun 1932
dalam mengukur sikap masyarakat. Dalam skala ini hanya menggunakan item yang secara
pasti baik dan secara pasti buruk. Total skor merupakan penjumlahan skor responsi dari
responden yang hasilnya ditafsirkan sebagai posisi responden. Skala ini menggunakan
ukuran ordinal sehingga dapat membuat ranking walaupun tidak diketahui berapa kali satu
responden lebih baik atau lebih buruk dari responden lainnya.
Untuk menjelaskan skala likert sebagai skala ordinal, maka kita perlu melihat
definisi dari skala ordinal terlebih dahulu. Skala ordinal adalah skala yang sudah memiliki
tingkatan namun jarak antar tingkatan belum pasti. Pada skala likert dengan skala lima
terdapat lima alternatif jawaban yaitu: sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju dan sangat
tidak setuju. Pada skala likert lima skala tersebut maka sangat setuju pasti lebih tinggi
daripada yang setuju, yang setuju pasti lebih tinggi daripada yang netral, yang netral pasti
lebih tinggi daripada yang tidak setuju, sedangkan yang tidak setuju pasti lebih tinggi
daripada yang sangat tidak setuju. Namun jarak antara sangat setuju ke setuju dan dari
setuju ke netral dan seterusnya tentunya tidak sama, oleh karena itu data yang dihasilkan
oleh skala likert adalah data ordinal. Sedangkan cara scoring bahwa sangat setuju 5, setuju
4, netral 3, tidak setuju 2 dan sangat tidak setuju 1 hanya merupakan kode saja untuk
mengetahui mana yang lebih tinggi dan mana yang lebih rendah. Dari cara scoring
tersebut kita tidak bisa memaknai bahwa sangat setuju adalah netral ditambah setuju
(Sewindu Statistika, FMIPA UNDIP 2011).

Rumah kualitas atau biasa disebut juga House of Quality (HOQ) merupakan tahap pertama
dalam penerapan metodologi QFD. Secara garis besar matriks ini adalah upaya untuk
mengkonversi voice of costumer secara langsung terhadap persyaratan teknis atau spesifikasi
teknis dari produk atau jasa yang dihasilkan. Perusahaan akan berusaha mencapai persyaratan
teknis yang sesuai dengan target yang telah ditetapkan, dengan sebelumnya melakukan
benchmarking terhadap produk pesaing. Benchmarking dilakukan untuk mengetahui
posisiposisi relatif produk yang ada di pasaran yang merupakan kompetitor. Berikut ini adalah
struktur matrik pada HOQ:

a. Bagian A
berisikan data atau informasi yang diperoleh dari penelitian pasar atas kebutuhan dan
keinginan konsumen. “Suara konsumen” ini merupakan input dalam HOQ. Metode
identifikasi kebutuhan konsumen yang biasa digunakan dalam suatu penelitian adalah
wawancara, baik secara grup atau perorangan. Melalui wawancara, perancang dapat dengan
bebas mengetahui lebih jauh kebutuhan konsumen. Wawancara secara perorangan dapat
dianggap mencukupi, dalam arti cukup menggambarkan kebutuhan konsumen sampai sekitar
90% adalah sebanyak 30 wawancara. Ini berdasarkan pada penelitian untuk suatu produk
picnic coolers oleh Griffin dan Houser (Ulrich & Eppinger, 1995).
b. Bagian B
berisikan tiga jenis data yaitu:
1. Tingkat kepentingan dari tiap kebutuhan konsumen.
2. Data tingkat kepuasan konsumen terhadap produk-produk yang dibandingkan.
3.Tujuan strategis untuk produk atau jasa baru yang akan dikembangkan.

D Matrik Relationship (antara kebutuhan konsumen dan Persyaratan teknis). A Kebutuhan


Konsumen.B Matriks Perencanaan (Penelitian Pasar dan Perencanaan Strategis).F.Matriks
Target Persyaratan Teknis (Tingkat kepentingan, daya saing, dan target Persyaratan teknis).C
Persyaratan Teknis

c. Bagian C
berisikan persyaratan-persyaratan teknis terhadap produk atau jasa baru yang akan
kembangkan. Data persyaratan teknis ini diturunkan berdasarkan “suara konsumen” yang
telah diperoleh pada bagian A. Untuk setiap persyaratan teknis ditentukan satuan pengukuran,
Direction of Goodness dan target yang harus dicapai. Direction of Goodness terdiri dari 3,
yaitu:
1. The More the Better atau semakin besar semakin baik, target maksimal tidak terbatas.
2. The Less the Better atau semakin kecil semakin baik, target maksimal adalah nol.
3. Target is Best atau target maksimalnya adalah sedekat mungkin dengan suatu nilai
nominal dimana tidak terdapat variasi disekitar nilai tersebut.

d. Bagian D
berisikan kekuatan hubungan antara persyaratan teknis dari produk atau jasa yang
dikembangkan (bagian C) dengan “suara konsumen” (bagian A) yang mempengaruhinya.
Kekuatan hubungan ditunjukkan dengan symbol tertentu atau angka tertentu. Berikut ini
hubungan antara kepuasan pelanggan dengan persyaratan teknis, ada empat kemungkinan
korelasi:
1. Not linked (Blank) diberi nilai nol. Perubahan pada persyaratan teknis, menurut direction of
goodness-nya, tidak akan berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan.2.
2. Possibly linked, diberi nilai 1. Perubahan yang relative besar pada persyaratan teknis,
menurut direction of goodness-nya akan memberi sedikit perubahan pada kepuasan
pelanggan.
3. Moderate linked, diberi nilai 3. Perubahan yang relative besar pada persyaratan teknis,
menurut direction of goodness-nya, akan memberikan pengaruh yang cukup berarti pada
kepuasan pelanggan.
4. Strongly linked, diberi nilai 9. Perubahan yang relative kecil pada persyaratan teknis,
menurut direction of goodness-nya, akan memberikan pengaruh yang cukup berarti pada
kepuasan pelanggan.

e. Bagian E
berisikan keterkaitan antar persyaratan teknis yang satu dengan persyaratan teknis yang lain
yang terdapat pada bagian C. Korelasi antar persyaratan teknis tergantung pada direction of
goodness dari setiap persyaratan teknis, ada lima kemungkinan:
1. Strong Possitive Impact : perubahan pada persyaratan teknis 1 ke arah direction of
goodness-nya, akan menimbulkan pengaruh positif kuat terhadap direction of goodness
persyaratan teknis 2.
2. Moderate Possitive Impact : perubahan pada persyaratan teknis 1 ke arah direction of
goodness-nya, akan menimbulkan pengaruh positif yang sedang terhadap direction of
goodness persyaratan teknis 2.
3. No Impact : perubahan pada persyaratan teknis 1 ke arah direction of goodnessnya, tidak
akan menimbulkan pengaruh terhadap direction of goodness persyaratan teknis 2.
4. Moderate Negative Impact ( x ) : perubahan pada persyaratan teknis 1 ke arah direction of
goodness-nya, akan menimbulkan pengaruh negatif yang sedang terhadap direction of
goodness persyaratan teknis 2.
5. Strong Negative Impact ( xx ) : perubahan pada persyaratan teknis 1 ke arah direction of
goodness-nya, akan menimbulkan pengaruh negatif kuat terhadap direction of goodness
persyaratan teknis 2.

f. Bagian F
beriskan tiga macam jenis data, yaitu:
1. Tingkat kepentingan (ranking) persyaratan teknis.
2. Technical benchmarking dari produk yang dibandingkan.
3.Target kinerja persyaratan teknis dari produk yang dikembangkan.

Part Deployment
Part Deployment merupakan iterasi kedua dalam metode QFD. Berikut ini adalah struktur
matrik pada Part Deployment:
a. Bagian A
Bagian ini berisi persyaratan teknis yang diperoleh dari QFD iterasi 1.
b. Bagian B
Bagian ini berisi hasil normalisasi kontribusi persyaratan teknis yang diperoleh dari QFD
iterasi 1.
c. Bagian C
Bagian ini berisi:
1.Persyaratan part yang berhubungan dan bersesuaian dengan persyaratan teknis yang
diperoleh pada QFD iterasi 1.
2. Direction of goodness dari masing-masing persyaratan part.

d. Bagian D
Bagian ini menggambarkan hubungan diantara persyaratan part dan persyaratan teknis.
Sehingga hubungan ini didasarkan pada dampak persyaratan part terhadap persyaratan teknis.

e. Bagian E
Bagian ini berisi;
1.Part spesification Merupakan satuan dari persyaratan part.
2. Column weight
Merupakan kontribusi dari persyaratan part.
3. Target
Spesifikasi yang ingin dicapai oleh masing-masing persyaratan part dalam rangka
pengembangan.

Anda mungkin juga menyukai