Anda di halaman 1dari 18

erita terkini: Organisasi kesehatan

Sedunia (World Health Organization =


WHO) Menyatakan bahwa Indonesia
menduduki tempat keempat setelah Cina,
India dan Amerika Serikat – sebagai
Negara dengan penyandang diabetes
terbanyak di dunia! Pada tahun 2000
jumalahnya diketahui ada 8,4 juta. Dan
pada tahun 2030 diperkirakan menjadi
21,3 juta.

Kalau dibandingkan dengan jumlah


penduduk Indonesia yang 230 juta
memang belum seberapa. Namun tetap
saja itu bukan prestasi yang
membanggakan, bukan? Apalagi fakta
berikutnya menunjukan bahwa usia
diabetes semakin lama semakin muda
saja.
1
Penyebabnya? Lagi-lagi, gaya
hidup. Kurang gerak, pola makan
tinggi kalori, tentunya anda tidak
asing lagi, bukan? Itu semua
tampaknya sudah menjadi
‘trademark’ orang muda yang
mengaku selalu sibuk mengejar
karier. Tanpa mereka sadari,
kesehatan merekalah yang
menjadi korban.

2
Beratnya kerja si insulin

Semua makanan yang mengandung


karbohidrat seperti roti, buah-buahan
(tidak semua), susu, madu, akan diubah
menjadi glukosa dalam tubuh. Inilah
yang akan digunakan tubuh sebagai
sumber energy. Yang mengatur
peredaran glukosa ke seluruh tubuh
adalah insulin, yaitu hormon yang
dihasilkan oleh kelenjar pankreas, yang
terletak didekat perut. Insulin akan
segera bekerja begitu ada makanan
masuk ke tubuh.

Tujuannya menormalkan kadar glukosa


dalam darah. Kalau insulin tidak bisa
melakukan tugasnya dengan baik,
glukosa akan menumpuk dan kadar gula
dalam darah akan meningkat. Inilah
yang menimbulkan diabetes.
3
Mengapa insulin tidak bisa
menjalankan tugasnya? Salah
satunya karena memang
hormon yang satu ini tidak
diproduksi oleh pankreas, yang
sel-selnya telah dirusak oleh
system imunitas tubuh. Insulin
yang tidak diproduksi ini harus
diganti dengan suntikan insulin
setiap hari sepanjang hidup.

Biasanya kondisi tersebut dialami anak-anak dan


remaja. Inilah yang disebut diabetes tipe 1 atau diabetes
yang tergantung pada insulin.

Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti


diabetes tipe 1. Sejumlah ahli mengatakan bahwa faktor
keturunan memegang peran disini. Infeksi virus juga
bisa memicu system imunitas tubuh untuk merusak sel-
sel pembuat insulin dalam pankreas.

4
Insulin juga bisa ada dalam tubuh, tetapi tidak
cukup atau tidak bisa digunakan secara maksimal
oleh tubuh atau tidak mengalami resistensi
terhadap insulin. Kondisi ini disebut diabetes tipe
2 atau diabetes yang tidak tergantung pada
insulin. Inilah tipe yang paling banyak (85%-90%)
ditemukan di antara semua penyandang diabetes.
Dan biasanya terjadi pada usia dewasa, walaupun
anak - anak juga bisa mengalaminya.

Diabetes tipe 2 inilah yang disbutkan


penyandangnya semakin bertambah dan usia
penyandangnya semakin muda. “Khususnya di
Negara-negara yang penduduknya besar seperti
india, Cina, Amerika Serikat, dan juga Indonesia.
Populasi yang besar membuat orang yang
mengidap diabetes semakin kelihatan.

5
GEJALA DIABETES

1. Rasa haus dan buang air

kecil yang berlebihan

2. Penurunan berat badan

yang tidak biasa

3. Penglihatan kabur

4. Peningkatan nafsu makan

5. Disfungsi ereksi

6. Penyembuhan dari luka

menjadi lambat

7. Kerusakan saraf

6
Bisa tanpa gejala
Diabetes akan terjadi bila kadar glukosa
dalam tubuh cukup tinggi (hiperglikemia).
Kapan kadar glukosa dianggap berbahaya?

dr. A. B. Wardoyo, SpPD menjelaskan


bahwa saat anda tidak makan, kadar gula darah
anda (kadar gula darah puasa) semestinya 110
mg/dl. Dua jam setelah itu, bila anda makan
kadar gula darah anda memang akan naik.
Tetapi normalnya tidak boleh lebih dari 140
mg/dl. Kalau kadar gula darah anda saat puasa
110-126 mg/dl, berarti anda berada pada
kondisi pradiabetes. Kalau saat puasa kadar
gula darah anda melebihi 126 mg/dl dan
setelah makan 200 mg/dl, itulah yang disbut
diabetes.

7
Namun, ada kalanya diabetes akan tidak
menimbulkan gejala-gejala. Sehingga seseorang
tidak menyadari bahwa ia menyandang penyakit
yang juga kerap disebut ‘kencing manis’ ini. Contoh
“Misalnya, kadar gula darah sesudah makan 140.
Beberapa bulan kemudian menjadi 150. Lalu 160.
Jadi, naiknya pelan-pelan. Tentu saja gejalanya tidak
kelihatan atau tidak terasa. Lain halnya kalau dari
140 langsung naik jadi 300. Disinilah akan timbul
gejala. Jadi, itu tergantung progresivitas penyakit.”

Kadang-kadang diabetes baru ketahuan


setelah timbulnya penyulit. Misalnya, pasien datang
ke dokter kulit karena kulitnya gatal-gatal. Saat
diperiksa, tidak ditemukan masalah alergi atau
masalah kulit lainnya. Setelah memeriksa darah,
baru ketahuan ia mengidap diabetes. Atau
seseorang yang akan menjalani oprasi gigi, saat
diminta kecek darah, ternyata diketahui bahawa
kadar gula darahnya tinggi.

8
Penyulit atau komplikasi adalah masalah-masalah
yang bisa timbul kalau diabetes tidak segera ditangani
secara memadai. Gula yang menumpuk bisa
menimbulkan penyakit di dinding pembuluh darah kecil
dan pembuluh darah besar. Pada pembuluh darah kecil
bisa mengakibatkan masalah di mata, ginjal, kaki, dan
saraf. Sedangkan pembuluh darah besar bisa
menimbulkan masalah yang mengarah ke serangan
jantung dan stroke.

Kerusakan pada pembuluh darah dalam mata


(retinapathy) bisa menyebabkan kebutaan. Pada ginjal
akan menimbulkan gagal ginjal atau penyakit ginjal
(nephropathy). Kerusakan saraf (neuropathy), terutama
pada tangan dan kaki, akan mengalami rasa kesemutan,
lemas, dsb. Bukan itu saja, diabetes juga bisa
mempengaruhi kulit, gigi dan gusi, system pencernaan,
serta system imunitas. Saking banyaknya penyulit yang
ditimbulkan, ada pendapat di dunia kedokteran bahwa
memahami diabetes berarti memahami beberapa
ganguan kesehatan lain.
9
Memang tidak semua diabetes akan mengalami

komplikasi atau penyulit. Para peneliti pun belum

belum bisa memastikan mengapa seseorang

mengalami diabetes, sementara orang lain tidak

mengidapnya. Lama diabetes dalam tubuh, genetik,

berat badan, kadar aktivitas fisik, rokok, alkohol, kadar

kolesterol, dan tekanan darah dicurigai sebagai

pemicunya.

10
Bukan menderita, tetapi …

Aduh, kok, sepertinya diabetes membuat hidup


benar-benar menderitaya, ya?

“Sebenarnya tidak perlu begitu, kalau anda tahu


cara menanganinya. Dan orang yang mengidap
diabetes sebaiknya tidak disebut ‘penderita
diabetes’. Secara pisikologi istilah itu membuat
pengidapnya sangat menderita. Padahal, tidak
begitu. Memang diabetes tidak bisa disembuhkan.
Penyakit ini akan terus seumur hidup. Tetapi, usia
harapan hidup pengidapnya bisa sama dengan
mereka yang tidak mengalami diabetes. Asalkan ia
bisa mengendalikan dirinya dengan baik. Makanya
lebih baik disebut ‘penyandang diabetes’ atau
‘diabetisi’.

11
Ada 5 pilar dalam penanganan diabetes, yaitu
edukasi, pengaturan makan, gerakan badan,
pengobatan, dan self-monitoring. Edukasi bisa
diperoleh melalui media atau buku. “Diabetisi harus
mengenal segala sesuatu tentang penyakitnya.
Dengan begitu, ia diharapkan bisa menaklukan
penyakitnya itu.”

Pilar berikutnya adalah pengaturan makan. Yang


perlu diperhatikan diabetisi adalah asupan
karbohidrat. Karena karbohidrat iniah yang akan
diubah menjadi glukosa dalam darah dan bisa
meningkat kalau tidak dikendalikan. Kecepatan
makanan dalam mengingkatkan kadar gula darah
disebut ‘respons glikemia’. Respon ini dipengaruhi
oleh banyak faktor, seperti berapa banyak makanan
yang anda makan, berapa banyak makanan
tersebut mengalami proses pengolahan. Misalnya
seperti pasta yang dimasak secara al dente ( keras)
memiliki respons glikemia yang lebih rendah dari
pada pasta yang dimasak terlalu lama.
12
Contoh Menu Diit Makanan DM

13
Respons glikemia ini disebut juga indeks glikemia
(glycaemic index = GI). Makanan yang bisa cepat
meningkatkan kadar glukosa darah dikatakan memiliki GI
tinggi. Sedangkan yang aksinya lambat dikaitkan GI-nya
rendah. Secara umum, semakin rendah milai GI sebuah
makanan, semakin baik kualitas karbohidrat makanan
tersebut. Tentu saja, diabetisi disarankan mengkonsumsi
makanan ber –GI rendah. Biasanya makanan seperti itu
rendah kalori dan lemak serta tinggi serat , zat gizi, dan
antioksidan.

Pola makan perlu diatur, begitu juga dengan


aktivitas fisik. Itulah pilar penanganan berikutnya, yaitu
olahraga teratur. Olahraga diyakini bisa membantu
menurunkan berat badan dan memacu sirkulasi. Dengan
begitu olahraga bisa memperbaiki penyempitan pembulu
darah yang kalau tidak ditangani, bisa mengarah ke
komplikasi diabetes. Aktivitas fisik secara teratur juga
bisa membantu insulin bekerja lebih baik.

14
Pengaturan pola makan dan rutin
berolahraga memang merupakan aspek
penting dalam penanganan diabetes.
Kalau ini belum berhasil mengendalikan
kadar glukosa darah, diabetisi perlu
diberi obat oral untuk memperbaiki
‘kinerja’ insulin. Kalau masih kurang
ampuh juga, barulah pasien mendapat
suntikan insulin. Itu untuk diabetes tipe
2. Sedangkan bagi pasien diabetes tipe
1, insulin dibutuhkan seumur hidup.
Tentu saja semua pengobatan tersebut
dikombinasikan dengan perubahan gaya
hidup.

15
Gaya hidup sudah diubah menjadi lebih
sehat, obat pengendali glukosa sudah diminum,
insulin sudah diberikan. Semestinya itu semua
bisa mengendalikan diabetes anda. Tetapi, dokter
atau rumah sakit tentunya tidak bisa mengawasi
anda terus-menerus samala 24 jam. Nah, di
sinilah perlunya pilar kelima yaitu self-
monitoring. Untuk keperluan itu, dokter akan
mengajarkan cara mengukur sendiri kadar gula
darah seperti yang disarankan atau dibutuhkan
dan menyuntikan sendiri insulin.

Hasil self-monitoring tersebut sebaiknya


didiskusikan bersama dokter. “Hasil pada setiap
pasien pasti berbeda-beda. Self-monitoring
diperlukan untuk memahami diri sendiri dan
penyakit yang diidap. Dengan begitu, pasien
diaharapkan bisa mengendalikan penyakitnya”.

16
“Tujuan penanganan diabetes adalah menurunkan
kadar gula darah. Kalau kadar gula darah turun,
kemungkinan terjadinya komplikasi akan berkurang.
Dan kalau komplikasi berkurang, kualitas hidup pasien
menjadi lebih baik, usai harapan hidupnya pun
menjadi panjang”.

Namun bukan yang penyandang diabetes lho yang


perlu memperbaiki gaya hidup. Anda yang ‘merasa’
sehat pun harus benar-benar hidup sehat. Pola makan
sehat, syarat mutlak untuk memperoleh hidup yang
benar-benar manis, bukan sekedar manis karna gula.

17
18

Anda mungkin juga menyukai