Viscosity

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 29

PERCOBAAN II

VISKOSITAS DAN RHEOLOGI

A. Tujuan
1. Menerangkan arti viskositas dan rheologi.
2. Membedakan cairan newton dan cairan non newton.
3. Menggunakan alat-alat penentu viskositas dan rheologi.
4. Menentukan viskositas dan rheologi cairan newton dan non newton

B. Dasar Teori
1. Pengertian Visikositas
Istilah reologi, berasal dari bahasa Yunani rheo (mengalir) dan logos (ilmu),
diusulkan oleh Bingham dan Crawford (seperti dilaporkan oleh Fischer) untuk
menggambarkan aliran-aliran cairan dan deformasi dari padatan. Viskositas
adalah suatu pernyataan tentang tahanan dari suatu cairan untuk mengalir,
semakin tinggi viskositas, semakin besar tahanan tersebut.
(Sinko, 2011)
Jika zat diklasifikasikan menurut tipe alir dan diformasinya, maka pada
umumnya zat dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu: sistem newton dan sistem
non newton. Pemilihannya tergantung dari apakah sifat alirnya sesuaidengan
hukum alir newton atau tidak (Wijayanti, 2008).
Di dalam fluida non-Newtoian, tegangan geser bergantung pada laju regangan
geser. Ketika fluida berubah bentuk secara kontinu di bawah pengaruh tegangan
geser, plastik akan mempertahankan tegangan geser sebelum deformasi terjadi.
“Plastik ideal” mempunyai hubungan tegagan terhadap laju-regangan yang linear
untuk tegangan yang lebih besar dari tegangan yield. Zat tiksotropik, seperti tinta
printer mempunyai resistensi terhadap deformasi yang tergantung pada laju
deformasi dan waktu. Walaupun zat-zat diatas berbeda dalam hubungan tegangan
laju regangan, zat-zat tersebut serupa perilakunya di perbatasan. Di dalam fluida
Newtonian dan non-Newtonian, lapisan fluida yang berdampingan dengan
perbatasan mempunyai kecepatan nol relative terhadap perbatasan. Bila
perbatasan merupakan dinding stasioner, lapisan fluida di samping dinding adalah
diam. Jika perbatasan atau dinding bergerak, lapisan fluida bergerak dengan
kecepatan bidang batas, karena itu diberi nama kondisi (batas) tanpa-selip.
Kondisi tanpa-selip adalah hasil pengamatan eksperimental dan gagal bila fuida
tidak lagi dapat diperlakukan sebagai suatu kontinu (Welty, 2004).
Perbedaan kecepatan (dv) antara dua bidang cairan yang dipisahkan oleh
suatu jarak yang sangat kecil (dr) adalah gradient kecepatan (velocity gradient)
atau laju geser (rate of shear), dv/dr . Gaya per satuan luas, F’/A, yang diperlukan
untuk menyebabkan aliran ini disebut tegangan geser (shearing stress) dan diberi
lambing F. Newton adalah orang pertama yang mempelajari sifat-sifat aliran
cairan secara kuantitatif. Dia menemukan bahwa semakin besar viskositas suatu
cairan, makin besar pula gaya per satuan luas (tegangan geser) yang diperlukan
untuk menghasilkan suatu laju geser tertentu . Laju geser diberi lambing G. Oleh
sebab itu laju geser harus berbanding langsung dengan tegangan geser, atau
F′ dv

A dr
Dimana, 𝜂 adalah koefisien viskositas (Sinko, 2011).
Kurva yang menggambarkan sifat alir dinamakan reogram.
Reogramdiperoleh dengan menyatakan F terhadap G yang untuk sistem Newton
memiliki suatu koefisien viskositas konstan, yang tidak bergantung dari jumlah
absolute tegangan geser yang terdapat atau dari turunnya geseran yang berkuasa.
Untuk menentukan viskositas cairan Newton dapat digunakan semua alat
pengukur viskositas, misalnya viskometer Ostwald, Hoppler, Brookfield, dan
Stormer. Satuan viskositas adalah poise, yaitu gaya gesek yang diperlukan untuk
menghasilkan kecepatan 1 cm/dt antara 2 bidang paralel dari zat cair yang luasnya
1 cm2 dan dipisahkan oleh jarak 1 cm (Wijayanti, 2008).
2. Cairan Newtonian dan Cairan Non-Newtonian
a. Cairan Newtonian
Newton adalah orang pertama yang mempelajari sifat-sifat aliran cairan
secara kuantitatif. Ia menemukan bahwa makin besar viskositas suatu cairan,
makin besar pula gaya per satuan luas (tegangan geser) yang diperlukan untuk
menghasilkan suatu laju geser tertentu (Sinko, 2011).
1) Hukum Aliran Newton
Jika lapisan dasar ditempel pada tempatnya dan bidang puncak cairan
digerakkan dengan kecepatan konstan, setiap lapisan yang lebih rendah akan
bergerak dengan suatu kecepatan yang berbanding lurus dengan jarak dengan
lapisan dasar yang diam. Perbedaan kecepatan antara dua bidang cairan yang
dipisahkan oleh suatu jarak yang sangat kecil adalah gradien kecepatan (velocity
gradient) atau laju geser (rate of shear). Gaya per satuan luas yang diperlukan
untuk menyebabkan aliran disebut tegangan geser (shearing stress).

Lajugeser

Tegangangeser
Kurva aliran Newton ditunjukkan pada gambar tersebut di atas, dimana besarnya
tegangan geser sebanding dengan laju geser sehingga diperoleh garis lurus yang
melalui titik asal (0,0).
Menurut Newton :
F′ dv dv
= G=
A dx dx
F′ F
= A
maka =
dv G
dx F′
F′ dv F=
= A
A dx

Dimana,
 : koefisien viskositas, satuan Poise.
G : laju geser
F : tekanan geser
2) Viskositas Kinematis
Viskositas kinematis adalah viskositas absolut dibagi dengan densitas cairan
tersebut pada temperatur tertentu.
η
Viskositas kinematis =
ρ
Satuan viskositas kinematis adalah stoke (s) dan centistoke (cs). Skala sembarang
untuk pengukuran viskositas digunakan dalam berbagai industri, skala-skala ini
kadang-kadang diubah dengan menggunakan tabel atau rumus tertentu.
(Sinko, 2011)
Menurut Astuti (2008), viskositas suatu zat dipengaruhi oleh suhu. Viskositas
gas meningkat dengan bertambah tingginya suhu, sedangkan viskositas zat cair
menurun dengan meningginya suhu. Hubungan antara viskositas dengan suhu
tampak pada persamaan Arrhenius :
 = A e Ev/RT
Dimana,
A : konstanta yang tergantung pada berat molekul dan volume molar zat cair
Ev : energi aktivasi
R : konstanta gas
T : suhu mutlak
(Astuti, 2008)
b. Cairan Non-Newtonian
Sebagian besar produk farmasetik cair bukan merupakan cairan sederhana
dan tidak mengikuti hukum aliran Newton. Sistem ini disebut sistem non-Newton.
Sifat non-Newton biasanya ditunjukkan oleh dispersi heterogen cairan dan
padatan seperti larutan koloid, emulsi, supensi cair, dan salep (Sinko, 2011).
Cairan non-Newtonian dibagi ke dalam dua jenis, yaitu :
1) Time Independent (Tidak Dipengaruhi Waktu)
a) Aliran Plastis
Kurva aliran plastik tidak melalui titik nol tetapi agak memotong sumbu
tekanan geser (atau akan memotong jika bagiannya yang lurus diekstrapolasikan
terhadap sumbu tersebut) pada titik tertentu yang dinamakan yield value. Zat
Bingham tidak akan mengalir sampai tekanan geser yang diberikan padanya
melampaui yield value tersebut. Pada tekanan-tekanan di bawahnya zat tersebut
akan berkelakuan sebagai zat yang elastik. Para ahli reologi mengklasifikasikan
zat-zat Bingham (yaitu zat yang mempunyai yield value) sebagai zat padat, sedang
zat yang mulai mengalir pada tekanan geser yang paling kecil didefinisikan
sebagai zat cair. Yield value merupakan suatu sifat yang penting dari sistem
dispersi tertentu (Sinko, 2011).

Laju
geser
f

Tegangan geser

b) Aliran Pseudoplastik
Sejumlah besar produk farmasi, termasuk gom alam dan sintetik misalnya
dispersi cair dari tragakan, natrium alginat, metal selulosa dan karboksil-
metilselulosa, menunjukkan aliran pseudoplastis. Gambar 1 (c) memperlihatkan
suatuan aliran pseudoplastik mulai pada titik nol (atau paling sedikit mendekati
pada tekanan-tekanan geser yang rendah). Tidak ada yield value seperti yang
terlihat pada zat plastik. Tegangan geser berkurang dengan bertambahnya
kecepatan geser. Pada bekerjanya gaya geser yang lebih tinggi aliran yang mula-
mula terhambat beralih menjadi sikap aliran ideal atau nyaris ideal (bagian lurus
dari kurva) viskositas turun dengan menaiknya kebutuhan geseran, sistem tersebut
menjadi lebih cair. Contoh bahan beraliran pseudoplastik ini adalah sediaan cair
dari turunan selulosa dan lendir tanaman dan suspensi konsentrasi rendah. Sifat
pseudoplastik dapat berubah pada suhu yang lebih tinggi atau pada penempatan
konsentrasi bahan lainnya menjadi kekentalan ideal (Wijayanti, 2008).
Laju geser

Tegangan geser
c) Aliran Dilatan
Aliran dilatandikarakteristikkan dengan menaikkan viskositas seiring dengan
naiknya kecepatan geser, karena itu juga disebut pemadatan aliran. Aliran ini
merupakan kebalikan dari aliran pseudoplastik. Aliran pseudoplastik seringkali
dikenal sebagai shearthinningsystem, dan aliran dilatan diberi istilah shear –
thickening system (Sinko, 20011).

Laju geser

Tegangan geser
2) Time Dependent (Dipengaruhi Waktu)
a) Tiksotropi

pseudoplastis

Lajugeser

plastis
Tegangangeser
Tiksotropi bisa didefinisikan sebagai suatu pemulihan yang isoterm dan
lambat pada pendiaman suatu bahan yang kehilangan konsistensinya karena
shearing. Gejala tiksotropi sering dikenal dengan shear thinning systems (aksi
plastis dan pseudoplastis). Kurva menurun seringkali diganti ke sebelah kiri dan
kurva yang menaik menunjukkan bahan tersebut mempunyai konsistensi lebih
rendah pada setiap harga rate of shear pada kurva menurun dibandingkan dengan
Pada kurva menaik. Ini menunjukkan adanya pemecahan struktur dan juga shear
thinning yang tidak terbentuk kembali dengan segera jika stress tersebut
dihilangkan atau dikurangi.
(Wijayanti, 2008)
b) Rheopeksi
Rheopeksi adalah suatu gejala dimana suatu sol membentuk suatu gel lebih
cepat jika diaduk perlahan-lahan atau kalau dishear daripada jika dibiarkan
membentuk gel tersebut tanpa pengadukan. Dalam suatu sistem reopektis, gel
tersebut adalah bentuk keseimbangan. Sedangkan dalam antitiksotropi keadaan
keseimbangan adalah sol.

Lajugeser

Tegangangeser
c) Antitiksotropi

Lajugeser

Tegangangeser

Antithiksotropi yang menyatakan kenaikan bukan pengurangan konsistensi


pada kurva menurun. Kenaikan dalam hal kekentalan atau hambatan (resisten)
mengalir dengan bertambahnya waktu shear ini telah di selidiki oleh Chong et. Al
(Sinko, 2011)
3. Viskometer
a. Viskometer Satu Titik
Viskometer ini bekerja pada titik kecepatan geser, sehingga hanya dihasilkan
satu titik pada rheogram. Ekstrapolasi dari titik tersebut ke titik nol akan
menghasilkan garis lurus. Alat ini hanya dapat digunakan untuk menentukan
viskositas cairan Newton. Yang termasuk dalam jenis ini misalnya viskometer
kapiler, bola jatuh, penetrometer, plate plastometer,dll (Astuti, 2008).
1) Viskometer Kapiler

Batas atas

Batas bawah

Tabungkapiler
Viskometer cairan Newton dapat ditentukan dengan mengukur waktu yang
dibutuhkan bagi cairan tersebut untuk lewat antara dua tanda ketika mengalir
karena gravitasi melalui suatu tabung kapiler vertikal, yang sebagai viscometer
Oswald. Waktu yang dibutuhkan oleh zat cair yang diselidiki untuk mengalir
diantara dua tanda tersebut dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan oleh zat
cair yang telah diketahui viskositasnya (biasanya air).
2) Viskometer Bola Jatuh

Dalam tipe ini, suatu bola gelas atau bola besi jatuh ke bawah dalam suatu
tabung gelas yang hampir vertikal, mengandung cairan yang diuji pada
temperature konstan. Laju jatuhnya bola yang mempunyai kerapatan dan diameter
tertentu adalah kebalikan fungsi viskositas sampel tersebut. Viskometer Hoeppler,
merupakan alat yang kerjanya berdasarkan pada prinsip ini.
b. Viskositas banyak titik
Dengan viskometer ini dapat dilakukan pengukuran pada beberapa harga
kecepatan geser sehingga diperoleh rheogram yang sempurna. Viskosimeter jenis
ini dapat juga digunakan baik untuk menentukan viskositas dan rheologi cairan
Newton maupun non Newton. Yang termasuk ke dalam jenis viskosimeter ini
adalah viskosimeter rotasi tipe Stormer, Brookfield, Rotovico, dll (Astuti, 2008).
1. Viskometer Cup dan Bob

Dalam viskometer cup dan bob, sampel digeser dalam ruangan di antara
dinding luar dari bob dan dinding dalam dari cup di mana bob masuk persis di
tengah-tengahnya. Ada bermacam-macam alat tipe ini, yang perbedaannya
terutama terletak pada putaran bob yang dihasilkan oleh cup atau bobnya sendiri
yang berputaran. Dalam viskometer tipe couette, cupnya yang berputar. Tarikan
sampel yang kental pada bob menyebabkannya berputar. Resultan putarannya
berbanding lurus dengan viskositas sampel. Viskometer Mac Michael adalah salah
satu contoh dari alat tersebut di atas. Viskometer tipe Searle mempunyai prinsip
cup-nya diam dan bob-nya berputar. Putaran yang dihasilkan oleh tarikan sistem
yang kental yang diteliti pada umumnya diukur dengan satuan per atau sensor
dalam batang penggerak yang berhubungan dengan bob. Contoh alat yang
mempunyai prinsip demikian adalah Viskometer Rotovisco. Alat tersebut juga
dapat dimodifikasikan agar bekerja sebagai suatu alat cone and plate. Viskometer
yang populer yang kerjanya berdasarkan prinsip Searle adalah alat Stormer.
2. Viskometer Cone dan Plate

Viskometer Ferranti-Shirley merupakan contoh dari viskometer cone and


plate yang berputar. Cara pemakaiannya, sampel ditempatkan di tengah-
tengahpapan, kemudian dinaikkan posisinya sampai di bawah kerucut.
Kerucutdigerakkan oleh motor dengan bermacam-macam kecepatan dan
sampelnyadigeser di dalam ruang yang sempit antara papan yang diam dan
kerucut yangberputar.
(Wijayanti 2008)

3. Viskometer Brookfield
Viskositas dari sediaan farmasetik dapat ditentukan menggunakan viskometer
Brookfield, yang mengukur viskositas dengan gaya yang dibutuhkan untuk
memutar poros dalam cairan yang diuji (Ansel, 1989).
Viskometer Brookfield adalah viskometer rotasi tipe Searle yang populer di
laboratorium pengawasan mutu di pabrik farmasi. Sejumlah spindel (rotor)
dengan berbagai geometris, termasuk silinder, batang t, dan konfigurasi cone-
plate, tersedia untuk memberikan data reologis ilmiah untuk cairan Newton dan
non-Newton, serta untuk pengukuran viskositas pasta dan semisolid lain secara
empiris. Berbagai model viskometer Brookfield tersedia untuk pemakaian pada
bahan viskositas tinggi, medium, dan rendah (Sinko, 2011).
4. Viskometer Rhion

Viskometer Rhion digunakan untuk mengukur suatu cairan yang memiliki


viskositas tinggi. Memiliki rentang ukuran 30 sampai 400.000 mPa's (cP). Hal
tersebut cocok dan nyaman pada satu tangan. Dengan menggunakan baterai kering
sebagai sumber tegangan. Dan dapat membaca viskositas dengan segera setelah
diaktifkan (Martin, 2006).
C. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Batang pengaduk
b. Gelas kimia 100 mL
c. Piknometer
d. Pipet tetes
e. Pipet volume 10 mL
f. Propipet
g. Statif
h. Stopwatch
i. Timbangan analitik
j. Viskometer Rion
k. Viskometer Oswald
2. Bahan
a. Aquades
b. Etanol 96%
c. Sorbitol
d. Susu kental manis
e. Krim

D. Prosedur Kerja
1. Percobaan dengan Viskometer Kapiler
a. Dibuat larutan aquades : sorbitol = 3 : 1, 2 : 1, dan 1 : 1 masing-masing 25
mL.
b. Dibuat larutan aquades : etanol = 2 : 1 dan 1 : 1 masing-masing 25 mL.
c. Diposisikan viskometer tegak pada tiang penyangga dan dijepit dengan
penjepit.
d. Dipipet cairan sebanyak 3 mL dan dimasukkan ke dalam pipa lengan
viskometer yang lebar.
e. Dihisap cairan di dalam viskometer dengan karet penghisap hingga melewati
batas pada pipa kapiler.
f. Dinyalakan stopwatch pada saat meniskus menyinggung batas atas dan
matikan pada saat menyinggung batas bawah pipa kapiler viskometer.
g. Dicatat waktu yang diperlukan oleh cairan untuk melewati dua batas tersebut.
h. Ditentukan massa jenis cairan dengan menggunakan piknometer.
2. Percobaan dengan Viskometer Rion
a. Menentukan viskositas sediaan
1) Diletakkan viskometer pada posisi yang benar dengan mengatur letak
gelembung udara tepat di tengah lingkaran.
2) Dipilih spindle yang kira-kira sesuai dengan viskositas bahan yang diujikan.
3) Dimasukkan spindle ke dalam sampel, dihubungkan dengan rotor dengan cara
mengencangkan uliran.
4) Diturunkan posisi spindle beserta rotornya sampai batas tanda tercelup pada s
pindle.
5) Dinyalakan power on, kemudian dibaca nilai skala yang ada, setelah 3-5 putar
an.
b. Menentukan pengaruh lamanya pengadukan terhadap viskositas sediaan.
1) Digunakan nomor spindle yang sama.
2) Dimasukkan spindle ke dalam sampel, dihubungkan dengan rotor dengan cara
mengencangkan uliran.
3) Diturunkan posisi spindle beserta rotornya sampai batas tanda tercelup pada s
pindle.
4) Dinyalakan power on, kemudian dibaca nilai skala yang ada, setiap 5 menit se
lama 30 menit.
5) Dicatat nilai skala setiap 5 menit selama 30 menit.
c. Menentukan pengaruh temperatur terhaap viskositas sediaan
1) Digunakan nomer spindle yang sama, kecuali krim menggunakan spindle
nomer 3.
2) Dimasukkan spindle dan termometer ke dalam sampel, dihubungkan dengan
rotor dengan cara mengencangkan uliran.
3) Dinyalakan power on, kemudian dibaca nilai skala yang ada selama 10 menit
dengan suhu yang berbeda.
4) Dicatat nilai skala selama 10 menit dengan suhu yang berbeda.
E. Hasil Pengamatan
1. Tabel Hasil Pengamatan
a. Percobaan dengan viskometer kapiler

Waktu alir (detik) T rata-


Bahan rata 𝜂 rel
T1 T2 T3 (detik) Cpoise
Aquades 10 8 8 8 8,116

Etanol 16 15 15 15 1,50221
Aquades
: sorbitol 12 13 12 12 1,60512
3:1
Aquades
: sorbitol 17 18 18 17 2,32838
2:1
Aquades
: sorbitol 32 33 33 32 4,61508
1:1
b. Penentuan massa jenis dengan piknometer

H2O : H2O : H2O :


Parameter H2O EtOH Sorbitol Sorbitol Sorbitol
3:1 2:1 1:1
M pikno +
19,65
bahan 21,67 22,38 22,64 23,23
3
(gram)
M
11,52 11,52 11,52 11,52 11,52
pikno(gram)
M
10,14 8,12 10,85 11,11 11,70
bahan(gram)

V pikno (mL) 10 10 10 10 10
η bahan
(Cpoise) 8,11 12,50 15,51 17,36 31,13
c. Percobaan dengan viskometer rion
1) Penentuan viskositas sediaan

Tipe Nomor Jenis


Sediaan
Viskometer Spindel Cairan
Susu Non
Rion 1
kental newtonian

Krim Rion 2 Newtonian

2) Penentuan sifat tiksotropi / reopeksi sediaan

RPM Waktu Viskositas


Tipe Nomor (menit) (dpa.s)
No
Viskometer Spindel
Susu Krim

(1) Susu
1. Rion 62,5 0 30 100
(2) Krim

(1) Susu
2. Rion 62,5 5 26 70
(2) Krim

(1) Susu
3. Rion 62,5 10 25 50
(2) Krim

(1) Susu
4. Rion 62,5 (2) Krim 15 24 50

(1) Susu
5. Rion 62,5 (2) Krim 20 24 50

(1) Susu
6. Rion 62,5 25 23 50
(2) Krim
3) Penentuan viskositas yang dipengaruhi suhu
Suhu
Sediaan
Jenis Nomor Suhu 60o 80o Jenis
Viskometer Spindel Kamar C C Cairan
Non
Susu
Rion 1 26 7 9 New
Kental
tonian
Suhu
kamar
New
(2) 100 0,3 0,5
Krim Rion tonian
60o dan
80o (3)
2. Perhitungan
a. T rata-rata
Aquades
T1 + T2 + T3 = 10 + 8 + 8
26
=
3
=8s
Etanol
T1 + T2 + T3 = 16 + 15 + 15
46
=
3
= 15 s
Aquades : Sorbitol = 3:1
T1 + T2 + T3 = 12 + 13 + 12
37
=
3
= 12 s
Aquades : Sorbitol = 2:1
T1 + T2 + T3 = 17 + 18 + 18
53
=
3
= 17 s
Aquades : Sorbitol = 1:1
T1 + T2 + T3 = 32 + 33 + 33
98
=
3
= 32 s
b. M pikno + Bahan = M pikno + M bahan
Aquades = 11,525 + 10,145
= 21,670 gr/cm3
Etanol = 11,525 + 8,128
= 19,653
Aquades : Sorbitol = 3 : 1 = 11,525 + 10,856
= 22,381gr/cm3
Aquades : Sorbitol = 2 : 1 = 11,525 + 11,116
= 22,641gr/cm3
Aquades : Sorbitol = 1 : 1 = 11,525 + 11,705
= 22,230 gr/cm3
m
c. =P – ρ bahan
v
Η= ρ bahanx T rata-rata
Aquades
10 x 145
=1,0145
10
1,0145 x 8 = 8,116 cps
Etanol
0,128
=0,8128
10
0,8128 x 15 = 8,116 cps
Aquades : Sorbitol = 3:1
10,856
=1,0856
10
1,0856 x 12 = 13,0272 cps
Aquades : Sorbitol = 2:1
11,116
=1,1116
10
1,1116 x 17 = 18,8972 cps
Aquades : Sorbitol = 1:1
11,705
=1,1705
10
1,1705 x 32 = 37,456 cps
d. η rel
ρ x T rata-rata
η rel =
Aquades
0,8128 x 15
η rel =
8,116
= 1,50221 gr/mL.s
1,0856 x 12
η relAquades : Sorbitol = 3:1 = = 1,60512 gr/mL.s
8,116
1,1116 x 17
η relAquades : Sorbitol = 2:1 = = 2,37838 gr/mL.s
8,116
1,1705 x 32
η relAquades : Sorbitol = 1:1 = = 4,61508 gr/mL.s
8,116
3. Kurva
a. Waktu vs Viskositas
1) Susu

WAKTU VS VISKOSITAS

30
26 25 24 24 23
Viskositas

0 5 10 15 20 25
Waktu (menit)

2) Krim

WAKTU VS VISKOSITAS

100
Viskositas

70

50 50 50 50

0 5 10 15 20 25
Waktu (menit)
b. 1/T vs Log Viskositas
1) Susu

1/T VS LOG VISKOSITAS

1.41497
Log Viskositas

0.95424
0.84509

0.003355705 0.003003003 0.002832861


1/T

2) Krim

1/T VS LOG VISKOSITAS

2
Log Viskositas

0.003355705 0.003003003 0.002832861


-0.30103
-0.52288

1/T
F. Pembahasan
Viskositas adalah ukuran tahanan (resistensi) dari suatu cairan untuk
mengalir. Rheologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Rheo dan Logos. Rheo
berarti mengalir, dan logos berarti ilmu. Sehingga rheologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang aliran zat cair dan deformasi zat padat. Rheologi erat
kaitannya dengan viskositas. Viskositas merupakan suatu pernyataan tahanan dari
suatu cairan untuk mengalir, semakin tinggi viskositas, semakin besar tahanannya
untuk mengalir. Viskositas dinyatakan dalam simbol η.
Dalam bidang farmasi, prinsip-prinsip rheologi diaplikasikan dalam
pembuatan krim, suspensi, emulsi, losion, pasta, penyalut tablet, dan lain-lain.
Selain itu, prinsip rheologi digunakan juga untuk karakterisasi produk sediaan
farmasi (dosage form) sebagai penjaminan kualitas yang sama untuk setiap batch.
Rheologi juga meliputi pencampuran aliran dari bahan, penuangan, pengeluaran
dari tube, atau pelewatan dari jarum suntik. Rheologi dari suatu zat tertentu dapat
mempengaruhi penerimaan obat bagi pasien, stabilitas fisika obat, bahkan
ketersediaan hayati dalam tubuh (bioavailability). Sehingga viskositas telah
terbukti dapat mempengaruhi laju absorbsi obat dalam tubuh.
Cara menentukan viskositas suatu zat menggunakan alat yang dinamakan
viskometer.Alat yang digunakan adalah viskometer kapiler dan viskometer rion.
Prinsip dari viskometer kapiler adalah diukur waktu yang dibutuhkan oleh
sejumlah cairan untuk mengalir melalui pipa kapiler dengan gaya yang
disebabkan oleh berat cairan itu sendiri. Pada percobaan sebenarnya, sejumlah
cairan dipipet kedalam viskometer. Cairan kemudian dihisap melalui labu
pengukur dari viskometer sampai permukaan cairan lebih tinggi daripada batas
atas. Cairan kemudian dibiarkan turun ketika permukaan cairan turun melewati
batas atas, stopwatch mulai dinyalakan dan ketika cairan melewati tanda batas
bawah, stopwatch dimatikan. Jadi waktu yang dibutuhkan cairan untuk melalui
jarak antara atas dan bawah dapat ditentukan. Tekanan ρ merupakan perbedaan
antara kedua ujung pipa U dan besarnya disesuaikan sebanding dengan berat jenis
cairan. Viskometer kapiler biasanya digunakan untuk menentukan viskositas
cairan Newtonian. Sedangkan prinsip dari viskometer Rion adalah mengamati
besarnya hambatan yang dialami oleh spindle yang berputar didalam sediaan yang
akan diperiksa sebagai akibat dari pemberian laju geser. Sedangkan besarnya
viskositas, dapat langsung diperoleh.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perhitungan pengukuran parameter dengan
menggunakan viskometer kapiler yaitu massa jenis, kekentalan, dan konsentrasi.
Massa jenis etanol adalah 0,83781 gram/cm3, massa jenis air adalah 1,03634
gram/cm3, dan masa jenis sorbitol adalah 1,34744gram/cm3. Dalam pengukuran
viskometer satu titik dengan viskometer kapiler menggunakan aquades dan
larutan sorbitol dengan perbandingan volume yang berbeda, yaitu 3:1, 2:1, dan
1:1. Berdasarkan hasil percobaan menggunakan viskometer kapiler menunjukkan
bahwa menunjukkan larutan aquades dan sorbitol dengan perbandingan 1:1
memerlukan waktu terlama untuk melewati batas bawah yaitu 32 detik, aquades
dan sorbitol dengan perbandingan 2:1 yaitu 17 detik, dan yang tercepat yaitu
aquades dengan waktu 8 detik. Hal ini menunjukkan bahwa semakin kecil massa
jenis suatu cairan atau larutan maka semakin cepat waktu yang dibutuhkan suatu
cairan tersebut untuk melampaui garis awal sampai garis akhir. Sebaliknya,
semakin besar massa jenis suatu cairan atau larutan maka semakin lambat waktu
yang dibutuhkan cairan tersebut untuk melampaui garis awal sampai garis
akhir.Penentuan massa jenis cairan dari setiap larutan yang dibuat dengan
perbandingan volume yang berbeda dengan menggunakan piknometer dengan
volume 10 mL dan massa 13,525 gram. Dari hasil pengukuran didapat massa
aquades 8,116 gram, etanol 12,500 gram, aquades dan sorbitol dengan
perbandingan 3:1 adalah 15,513 gram, aquades dan sorbitol dengan perbandingan
2:1 adalah 17,363 gram, aquades dan sorbitol dengan perbandingan 1:1 adalah
31,135gram. Berdasarkan hasil perhitungan viskositas pada aquades adalah 8,116
cps, etanol adalah 8,116 cps, aquades dan sorbitol dengan perbandingan 3:1
adalah 13,0272, pada perbandingan 2:1 adalah 18,8972 dan pada perbandingan
1:1 adalah 37,456. Urutan cairan yang memiliki viskositas tertinggi sampai
terendah adalah aquades dan sorbitol dengan perbandingan 1:1 > aquades dan
sorbitol dengan perbandingan 2:1 > aquades dan sorbitol dengan perbandingan 1:1
> etanol > aquades. Selain itu, semakin besar massa jenis suatu cairan maka
semakin besar viskositasnya, sehingga cairan membutuhkan waktu yang lama
untuk sampai digaris akhir. Dan semakin kecil masa jenis suatu cairan maka
semakin kecil viskositasnya, sehingga cairan hanya membutuhkan waktu yang
singkat untuk sampai digaris akhir. Dari hasil praktikum diketahui viskositas
sorbitol lebih besar daripada air, sehingga daya alir sorbitol memerlukan waktu
yang lambat.Dengan kata lain, waktu yang diperlukan oleh suatu cairan untuk
mengalir sebanding atau berbanding lurus dengan viskositasnya
Sampel yang digunakan untuk pengujian menggunakan alat viskometer rion
adalah cairan susu kental manis dan sediaan krim, sampel ini akan diuji apakah
termasuk dalam cairan Newton atau cairan non Newton. Pada percobaan ini
spindle yang digunakan untuk susu kental manis adalah spindle nomer 1
sedangkan pada krim adalah spindle nomer 2.Spindleadalah salah satu komponen
viskometer yang digunakan untuk mengukur kekentalan suatu sampel. Semakin
kecil ukuran spindel, kekentalan suatu sampel semakin besar (kental). Sebaliknya,
semakin besar ukuran spindel yang digunakan, kekentalan suatu sampel semakin
kecil. Ukuran spindel dari terkecil sampai terbesar yaitu spindel no. 7, 6, 5, 4, 3, 2,
1. Kecepatan spindel dalam mengukur sampel dinyatakan dalam TOR (%).
Kecepatan yang digunakan dalam praktikum in adalah 100 rpm. semakin kecil
nomor spindel, ukurannya akan semakin besar dan Cp yang diperoleh akan
semakin kecil.Susu kental manis termasuk dalam cairan Newton. Hal ini
dikarenakan pada menit ke-15 hingga menit ke-20 angka viskositasnya tetap yaitu
24 cps. Hal ini menandakan bahwa cairan yang mengikuti hukum Newton,
viskositasnya tetap pada suhu dan tekanan tertentu dan tidak tergantung pada
kecepatan geser. Sedangkan krim termasuk kedalam cairan non Newton. Hal ini
dikarenakan pada menit ke-5 cairan turun dari 100 cps menjadi 70 cps. Setelah itu
angka viskositas menjai stabil hingga menit ke-20 yaitu 50 cps. Hasil yang
didapatkan menandakan bahwa susu kental manis memiliki sifat cairan non
Newton karena angka viskositasnya tidak stabil atau berubah-ubah
Selanjutnya penentuan pengaruh temperatur terhadap viskositas susu kental
manis dan krim. Spindle yang digunakan pada pengukuran susu kental manis
adalah spindle nomer 1 sedangkan pada krim menggunakan spindle nomer 3. Hal
ini dikarenakan krim yang awalnya berkonsistensi padat berubah menjadi cair
akibat dari pemanasan sehingga pada saat menggunakan spindle nomer 2
viskositasnya tidak dapat terbaca, sehingga digunakan spindle nomer 3. Semakin
tinggi suhu zat cair, semakin besar pula spindle yang digunakan. Hasil yang
diperoleh pada susu kental manis dengan suhu kamar adalah 26, pada suhu 600C
adalah 9 dan pada suhu 800C adalah 7. Sedangkan hasil yang diperoleh pada krim
dengan suhu kamar adalah 100, pada suhu 600C adalah 0,5 dan pada suhu 800C
adalah 0,3. Penurunan viskositas ini sesuai dengan teori, karena Viskositas akan
turun dengan naiknya suhu, sedangkan viskositas gas akan naik dengan naiknya
suhu. Pemanasan zat cair menyebabkan molekul-molekulnya memperoleh energi.
Molekul-molekul cairan bergerak sehingga gaya interaksi antar molekul melemah.
Dengan demikian viskositas cairan akan turun dengan kenaikan temperatur.
Viskometer Rion digunakan untuk mengukur suatu cairan yang memiliki viskositas
tinggi. Memiliki rentang ukuran 30 sampai 400.000 mPa's (cP). Hal tersebut cocok dan
nyaman pada satu tangan. Dengan menggunakan baterai kering sebagai sumber
tegangan. Dan dapat membaca viskositas dengan segera setelah diaktifkan. Prinsip dari
viskometer ini adalah pengukur jenis cairan dengan kecepatan rotasi yang dilakukan
dengan menghubungkan spindle dan cairan uji. Viskometer ini digunakan untuk
mengetahui apakah suatu cairan merupakan cairan Newton atau non Newton. Hal ini
dapat dilihat dengan angka konstan yang ditunjukkan pada alat tersebut. Jika angka yang
tertera selalu konstan dalam tiap menit pengukuran, maka dapat diketahui bahwa cairan
tersebut merupakan cairan Newton. Sebaliknya, jika angka yang tertera tidak konstan
dalam tiap menit pengukurannya, maka dapat diketahui bahwa cairan tersebut merupakan
cairan non Newton. Berdasarkan grafik, semakin lama pengadukan menyebabkan
viskositas sediaan menurun. . Berdasarkan hasil pengamatan, semakin lama
mendapatkan tegangan geser (shearing stress) yang berupa pengadukan,
menyebabkan viskositas sediaan menurun. Berdasarkan data yang telah
didapatkan dapat disimpulkan jika sediaan krim dan susu kental manis termasuk
ke dalam jenis cairan non-Newton karena viskositas sediaan tidak stabil dengan
adanya tegangan geser (shearing stress) berupa pengadukan dan suhu. Sediaan
krim dan susu kental manis memiliki tipe aliran tiksotropi, karena setelah
mengalami pengadukan dan didiamkan, konsistensi krim akan kembali seperti
semula. Tiksotropi dapat didefinisikan sebagai suatu pemulihan isotherm dan
relatif lambat pada pendiaman suatu bahan yang kehilangan konsistensinya karena
pemberian tegangan geser. Sedangkan untuk jenis aliran non-Newton yang tidak
dipengaruhi waktu, susu kental manis dan krim memiliki tipe aliran pseudoplastis,
dikarenakan viskositas sediaan semakin menurun ketika semakin diberikan
tegangan geser.
G. Kesimpulan
Berasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Semakin kecil masa jenis suatu cairan maka semakin besar viskositasnya,
sehingga cairan membutuhkan waktu yang lama untuk sampai digaris akhir,
begitupun sebaliknya.
2. Viskositas berbanding terbalik dengan suhu, jika suhu naik maka viskositas
akan turun, begitu pula sebaliknya. Hal ini disebabkan karena adanya gerak
partikel-partikel cairan yang semakin cepat apabila suhu ditingkatkan dan
menurunkan kekantalannya.
3. Cairan susu kental manis termasuk cairan non-Newton.
4. Krim termasuk cairan non Newtonian karena angka viskositasnya tidak stabil
atau berubah-ubah.
5. Susu kental manis dan krim termasuk jenis cairan non-Newton yaitu aliran
tiksotropi
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, Howard C. 1989. Introduction to Pharmauceutical Dossage Forms. UI-


Press : Jakarta.

Astuti, K.W. dkk. 2008. Buku Ajar Farmasi Fisik. Jurusan Farmasi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Univesitas Udayana : Jimbaran.

Martin, A.N. 2006. Physical Pharmacy 5th edition. Lea & Febiger : Philadelphia.

Sinko, Patrick J. 2011. FarmasiFisika dan Ilmu Farmasetika Martin Edisi 5.


EGC: Jakarta.

Welty, James R. 2004. Dasar-dasar Fenomena Transport. Erlangga: Jakarta.

Wijayanti, Alfiah Wahyu. 2008. Uji Aktifitas Mikrolitik Infusa Daun Pare
(Momordica charantia L.) Pada Usus Sapi Secara In Vitro. Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta: Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai