Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan


1. Mampu memahami prinsip analisa gravimetri.
2. Mampu melakukan penentuan kadar klorida dalam sampel dengan metode
gravimetri.

1.2 Dasar teori


1.2.1 Analisa Gravimetri
Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat
suatu unsur atau senyawa tertentu. Bagian terbesar dari penentuan
senyawa gravimetri meliputi transformasi unsur atau radikal senyawa
murni stabil yang dapat segera diubah menjadi bentuk yang dapat
ditimbang dengan teliti. Berat unsur dapat dihitung berdasarkan rumus
senyawa dan berat atom unsur – unsur atau senyawa yang dikandung
dilakukan dengan berbagai cara, seperti : metode pengendapan; metode
penguapan; metode elektroanalisis; atau berbagai macam cara lainya.
Pada prakteknya 2 metode pertama adalah yang terpenting, metode
gravimetri memakan waktu yang cukup lama, adanya pengotor pada
konstituen dapat diuji dan bila perlu faktor – faktor pengoreksi dapat
digunakan (Khopkar,1999).
Analisa gravimetri merupakan salah satu cabang utama kimia
analisis. Tahap pengukuran dalam metode gravimetri adalah
penimbangan. Analitnya secara fisis dipisahkan dari semua komponen
lain dari sampel itu maupun pelarutnya. Pengendapan merupakan teknik
yang paling meluas penggunaannya untuk memisahkan analit dari
pengganggu-pengganggunya; elektrolisis, ekstraksi pelarut,
kromatografi, dan pengatsirian merupakan metode penting lain untuk
pemisahan itu (Underwood, 1996).
Suatu metode analisis gravimetri biasanya didasarkan pada reaksi
kimia seperti:
aA+rR→AaRr
dimana a molekul analit, A, bereaksi dengan r molekul reagennya R.
Produknya, yakni AaRr, biasanya merupakan suatu substansi yang
sedikit larut yang bisa ditimbang setelah pengeringan, atau yang bisa
dibakar menjadi senyawa lain yang komposisinya diketahui, untuk
kemudian ditimbang. Sebagai contoh, kalsium biasa ditetapkan secara
gravimetri melalui pengendapan kalsium oksalat dan pembakaran oksalat
tersebut menjadi kalsium oksida,dengan reaksi :
Ca2 + CaO42- → CaC2O4(S)
CaC2O4 → CaO(S) + CO2 (g) + CO(g)

Persyaratan berikut haruslah dipenuhi agar metode gravimetri itu


berhasil :

1. Proses pemisahan hendaknya cukup sempurna sehingga


kuantitas analit yang tak terendapkan secara analitis tak dapat
di deteksi ( biasanya 0,1 mg atau kuarang dalam menetapkan
penyusun utama dari suatu makro )
2. Zat yang ditimbang hendaknnya mempunyai susunan yang
pasti dan hendaknya murni, atau sangat hamper murni.
Apabila tidak, akan diperoleh hasil yang galat (Underwood,
1996).

1.2.2 Pembentukkan dan Sifat – Sifat Endapan


1.2.2.1 Koloid
Proses pengendapan garam AB, yang berawal dari ion A+ dan
B- dalam larutan air. Diameter ion – ion itu berorde beberapa
angstrom (10-8 cm). Bila hasil kali kelarutan telah dilewati, A+ dan
B- mulai saling melekat, membentuk kisi. Kristal dan tumbuh cukup
besar untuk mengendap ke dasar wadah berkat gaya berat.
Sebagai suatu aturan umum, dikatakan bahwa sebuah partikel
haruslah berdiameter lebih besar dari kira – kira 10-4 agar
mengendap dari dalam larutan sebagai suatu endapan. Selama proses
pertumbuhan partikel itu melewati jangkauan koloid. Partikel
dengan garis tengah sekitar 10-4 sampai 10-7 cm disebut koloid.
Proses pengendapan itu dinyatakan sebagai
Ion-ion dalam larutan  partikel koloid 
pengendapan
(10-8 cm) (10-7 sd 10-4 ) (7.10 -4)
Partikel – partikel koloid bermuatan listrik dan bertahan untuk
tidak membentuk partikel yang lebih besar yang akan mengendap
dari dalam larutan. Muatan listrik itu disebabkan oleh teradsorpsinya
ion – ion pada permukaan partikel. Partikel – partikel kecil
mempunyai angka banding luas permukaan, massa yang besar dan
ion-ion pada permukaan menarik ion –ion yang muatannya
berlawanan kedalam larutan. Misalnya, setetes larutan perak nitrat
ditambahkan ke dalam larutan NaCl dan adaikan hasil kali kelarutan
AgCl di lampaui.
Ketika partikel – partikel pertama tumbuh ke ukuran koloid,
terdapat sejumlah besar ion Ag+ dan Cl- pada permukaannya. Dalam
larutan terdapat ion Na+,Cl-, dan NO3-. Ion Ag+ permukaan menarik
ion- ion Cl- dan NO3- dari dalam larutan, dan ion Cl- permukaan
menarik ion Na+ (Underwood, 1996).

1.2.2.2 Kemurnian Endapan


Salah satu masalah yang paling sulit yang dihadapi analis
dalam mempergunakan pengendapan dan penetapan gravimetri
adalah memperoleh endapan dengan derajat kemurnian yang tinggi.
Sekarang ingin diperiksa cara –cara suatu endapan dapat tercemar
dan menjaga kondisi apa yang dapat dipergunakan oleh analis untuk
meminimumkan pencemaran selama proses pengendapan. Juga akan
di uji metode – metode yang dapat dipergunakan untuk
meningkatkan kemurnian endapan itu setelah pengendapan
dilakukan (Underwood, 1996).

1.2.2.3 Kopresipitasi
Proses dimana suatu zat yang biasanya dapat larut, terbawa
mengendap selama pengendapan suatu endapan yang diinginkan,
disebut pengendapan – ikutan atau kopresipitasi. Kopresipitasi dapat
terjadi oleh pembentukan kristal campur atau oleh adsorpsi ion – ion
selama proses pengendapan. Dalam kasus pertama, yang hanya
kadang – kadang terjadi, ketidakmurnian itu sebenarnya memasuki
kisi kristal endapan. Dalam kasus kedua, ion – ion yang teradsorpsi
di tarik kebawah bersama – sama endapan selama proses koagulasi
(Underwood, 1996).

1.2.2.4 Pengeringan endapan


Dalam prosedur gravimetri apa saja yang melibatkan
pengendapan, orang akhirnya harus mengubah zat yang dipisahkan
menjadi suatu bentuk yang cocok untuk ditimbang. Hal ini perlu
bahwa zat yang ditimbang murni, stabil dan susunannya pasti agar
hasil analisis itu tepat. Bahkan jika kopresipitasi telah diminimalkan,
masih tinggal masalah penyingkiran air dan elektrolit apa saja yang
ditambahkan ke dalam air pencuci. Beberapa endapan ditimbang
pada bentuk kimia yang sama dengan waktu diendapkan. Endapan
lain mengalami perubahan kimia selama pemanggangan, dan reaksi-
reaksi ini haruslah berjalan sempurna agar hasilnya tidak salah.
Beberapa endapan mudah melepaskan air dalam oven pada
temperatur 100 -130 oC. Perak klorida tidak menyerap air dengan
kuat dan biasanya di keringkan dengan cara analitik biasa.
Pemanggangan pada temperatur tinggi diperlukan untuk
penyingkiran air dengan sepenuhnya, air yang teradsorpsi dengan
sangat kuat, dan untuk mengubah selengkapnya beberapa endapan
menjadi senyawa yang diinginkan .
1.2.2.5 Peptisasi
Peptisasi merupakan salah satu cara pembentukan system
koloid dengan cara kimia. Peptisasi ini termasuk dalam prinsip
disperse. Peptisasi sering terjadi karena proses mendispersikan suatu
bahan tak larut ke dalam cairan sebagai koloid dengan penambahan
elektrolit yang mengandung ion sejenis. Tetapi dalam prosedur
analisa kualitatif peptisasi harus dihindari karena dikhawatirkan
akan terjadi koagulasi disperse koloid yang dilakukan oleh ion – ion
yang bukan ion endapan dari larutan sendiri. Dan dimungkinkan
adanya ion – ion yang tercuci keluar pada saat penyaringan endapan.
Oleh sebab itu, dilakukan pencuci dengan menambahkan asam nitrat
encer ke dalam air terhadap endapan perak klorida. Ketika endapan
dikeringkan, asam nitrat yang tertinggal pada perak klorida akan
teruapkan sehingga tidak mengganggu analisa.

1.2.3 Titrasi Pengendapan (Presipitasi )


Dasar penitaran pengendapan adalah reaksi – reaksi yang
melibatkan endapan sukar larut. Termasuk dalam golongan ini adalah
argenometri, yaitu penitaran berdasarkan pengendapan ion klorida,
iodide dan bromide dengan perak nitrat yang titarnya diketahui .
NaCl + AgNO3  AgCl ↓ + NaNO3

Salah satu cara yang di gunakan adalah cara fajang. Cara ini
adalah cara penitaran pengendapan dengan menggunakan indicator
adsorbs untuk mengendapakan AgCl. Suatu senyawa organik berwarna
diabsorbsi pada permukaan suatu endapan dan mengubah atau dapat
terjadi modifikasi struktur organiknya. Warna itu dapat menjadi lebih tua
ini digunakan untuk mendeteksi titik akhir titrasi pengendapan garam
perak. Senyawa organik ini disebut indicator adsorbsi.
Bila AgNO3 ditambahkan NaCl, partikel AgCl yang halus itu
cenderung memegangi pada permukaannya sejumlah ion klorida berlebih
yang ada dalam larutan itu. Ion –ion klorida ini dikatakan membentuk
lapisan teradsorpsi primer dan dengan demikian menyebabkan pertikel
AgCl bermuatan negatif. Pertikel negative ini kemudian cenderung
menarik ion – ion positif dari dalam larutan untuk membentuk lapisan
adsorpsi sekunder yang terikat lebih longgar.
(AgCl).Cl- │ M+ Klorida berlebih
Lapisan primer │ lapisan sekunder
Jika perak nitrat terus – menerus ditambahkan sampai ion
peraknya berlebih, ion-ion inilah yang akan menggantikan ion Cl-
dalam lapisan primer, maka partikel – partikel menjadi bermuatan
positif, dan anion dalam anion ditarik untuk membentuk lapisan
sekunder.
(AgCl).Ag+ │ X- Perak klorida
Lapisan primer │ lapisan sekunder

1.2.4 Kadar klorida dalam sampel

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑁𝑎𝐶𝑙
𝑛 𝑁𝑎𝐶𝑙 =
𝑀𝑟 𝑁𝑎𝐶𝑙

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐴𝑔𝐶𝑙 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘


%𝑟𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑦 = 𝑥100%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐴𝑔𝐶𝑙 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐶𝑙
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑘𝑙𝑜𝑟𝑖𝑑𝑎 = 𝑥100%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑁𝑎𝐶𝑙

Massa AgCl praktek = (massa kertas saring + endapan AgCl) – (massa


kertas saring kosong )
Massa AgCl teori = n AgCl x BM AgCl
Dimana n AgCl = n NaCl
BAB II
METODOLOGI

2.1 Alat
 Buret  Hot plate
 Bulp  Neraca digital
 Spatula  Kertas saring watchman no.42
 Batang Pengaduk  Oven
 Corong  Statif dan klem
 Kaca arloji  Desikator
 Erlenmeyer 250 ml  Botol semprot
 Gelas kimia 100 ml  Pipet ukur 10 ml
 Magnetic stirrer

2.2 Bahan
 Larutan HNO3 6 N
 Padatan NaCl (sampel garam dapur)
 Larutan AgNO3 0,1 N
 Aquadest

2.3 Prosedur kerja


1. Menimbang dengan teliti 150 mg padatan NaCl (sampel), mengencerkannya
dalam 100 ml aquadest dan mengaduknya dengan magnetic stirrer.
2. Menambahkan 1 ml HNO3 6 N, kemudian mengaduk kembali larutan
tersebut.
3. Menambahkan tetes demi tetes larutan AgNO3 0.1 N (lewat buret) sambil
mengaduknya sampai tetesannya tidak menimbulkan endapan lagi.
4. Memanaskan larutan ( jangan sampai mendidih ) sambil mengaduknya
selama 5 menit.
5. Mendiamkan selama 2 – 3 menit sampai terjadi pemisahan endapan,
menambahkan 2 – 3 tetes larutan AgNO3.
6. Menyimpan ditempat yang gelap selama 20 menit kemudian menyaringnya
dengan menggunakan kertas saring whatman no. 42 yang telah diketahui
bobotnya terlebih dahulu.
7. Mencuci endapan dengan asam nitrat encer dan aquadest, kemudian
mengeringkan endapan yang diperoleh dengan oven pada suhu 110 C
selama 1 jam.
8. Mendinginkan endapan dalam desikator selama 30 menit dan menimbang
endapan yang diperoleh sampai diperoleh berat konstan.
9. Menghitung kadar klorida dalam endapan tersebut.

2.4 Diagram Alir

Sampel garam dapur

- Ditimbang 150 mg
- Diencerkan dengan 100 ml aquades
- Diaduk dengan magnetic stirrer
- Ditambahkan dengan 1 ml HNO3 6 N
- Dititrasi dengan AgNO3 0,1 N
- Dipanaskan dan diaduk selama 5 menit
- Didiamkan dan ditetesi 3 tetes AgNO3 0,1 N
- Disaring dengan kertas saring
- Dicuci dengan HNO3 6 N dan aquades
- Ddipanaskan di oven pada suhu 110oC selama 1 jam

Hasil Pengamatan
BAB III
PENGOLAHAN DATA

3.1 Data Pengamatan


Tabel 3.1.1 Data pengamatan penentuan kadar klorida
Pengamatan
NO Perlakuan
Percobaan I Percobaan II
1. Menimbang sampel NaCl Massa = 150,1 mg Massa = 150,9 mg
Mengencerkan dalam 100 Larutan berwarna Larutan berwarna
2.
ml aquades + 1 ml HNO3 bening bening
Larutan berwarna Larutan berwarna
putih kemudian putih kemudian
Menambahkan AgNO3 mulai terbentuk mulai terbentuk
3.
0,1 N endapan. endapan.
Volume AgNO3 = Volume AgNO3 =
26,6 ml 26,6 ml
Larutan berwarna Larutan berwarna
Memanaskan larutan
keruh dan endapan keruh dan endapan
4. selama 5 menit sambil
berwarna abu-abu berwarna abu-abu
mengaduk
muda muda
Larutan berwarna Larutan berwarna
Mendiamkan, kemudian
keruh, endapan keruh, endapan
5. menambahkan 3 tetes
berwarna abu-abu berwarna abu-abu
AgNO3 0,1 N
muda muda
Menyaring, mengeringkan,
Endapan berwarna Endapan berwarna
6. dan mengoven pada suhu
abu-abu muda abu-abu muda
110oC
Menimbang endapan setiap Penimbangan ke-: Penimbangan ke-:
7. 15 menit hingga massa 1. Massa = 0,2652 g 1. Massa = 0,3012 g
konstan. 2. Massa = 0,2103 g 2. Massa = 0,2984 g
3. Massa = 0,3005 g 3. Massa = 0,3012 g
4. Massa = 0,3041 g 4. Massa = 0,298 g
5. Massa = 0,2971 g Endapan berwarna
6. Massa = 0,2942 g abu-abu
Endapan berwarna
abu-abu

3.2 Hasil Perhitungan


Tabel 3.2.1 Data hasil perhitungan penentuan kadar klorida

Percobaan % recovery Kadar klorida

80,08 % 48,49 %
I

80,49 % 48,85 %
II

3.3 Pembahasan
Percobaan ini bertujuan untuk memahami prinsip analisa gravimetri serta
dapat melakukan penentuan kadar klorida dalam sampel dengan metode
gravimetri. Metode gravimetri yaitu metode analisa kuantitatif yang tahap
utamanya dengan penimbangan. Langkah pengukuran yang dilakukan pada
analisa gravimetri yaitu pengukuran berat analit yang secara fisik sudah
dipisahkan dari semua komponen lain dengan teknik pengendapan. Sampel yang
digunakan dalam percobaan ini adalah garam dapur yang ada di pasaran.
Pada percobaan ini, hal pertama yang dilakukan yaitu menimbang sampel
garam dapur (NaCl). Sampel garam dilarutkan dengan aquades dan
menambahkan HNO3 6 N sambil dilakukan pengadukan dengan magnetic stirrer.
Kemudian menambahkan AgNO3 0.1 N sampai tetesan tidak menimbulkan
endapan lagi. Endapan yang terbentuk dalam campuran ini yaitu endapan AgCl
yang dihasilkan dari reaksi antara AgNO3 dengan sampel garam dapur (NaCl).
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
NaCl + AgNO3  AgCl ↓+ NaNO3

Campuran ini dipanaskan selama 5 menit, tujuannya untuk melarutkan


pengotor lain selain AgCl. Campuran lalu didiamkan selama 10 menit agar
semua endapan dapat mengendap. Kemudian meneteskan kembali larutan
AgNO3 ke dalam campuran untuk mengetahui apakah masih ada Cl– yang belum
bereaksi dengan AgNO3. Hal ini ditandai dengan masih terbentuknya endapan
apabila AgNO3 diteteskan ke dalam campuran, tetapi jika tidak terbentuk
endapan maka Cl– telah habis bereaksi. Endapan lalu disaring dengan
menggunakan kertas saring dan mencuci endapan dengan HNO3 yang sudah
diencerkan. Tujuannya pencucian dengan HNO3 yaitu untuk memisahkan
pengotor lain yang masih terkandung dalam endapan AgCl. Endapan AgCl yang
sudah diperoleh dari penyaringan di oven selama 1,5 jam dan dilakukan
penimbangan setiap 15 menit sampai massa kertas saring dan endapan konstan.
Pemanasan di oven dilakukan pada suhu 1100C karena titik didih air 1000C
sehingga untuk menguapkan air yang masih terkandung dalam endapan AgCl
digunakan suhu diatas suhu titik didih air. Endapan AgCl yang diperoleh pada
percobaan ini berwarna abu-abu.

Percobaan ini dilakukan secara duplo dengan massa sampel garam I


sebanyak 150,1 mg dan sampel garam II sebanyak 150,9 mg. Kemudian
dilakukan penentuan persen recovery dan kadar klorida. Untuk dapat
menghitung persen recovery perlu diketahui massa AgCl secara teori dan
praktek. Massa AgCl teori dapat diketahui melalui stoikiometri reaksinya,
kemudian mengalikan mol AgCl dengan berat molekul AgCl. Dari hasil
perhitungan diperoleh massa AgCl teori untuk sampel I sebanyak 367,36 mg dan
sampel II sebanyak 370,23 mg. Sedangkan massa AgCl yang diperoleh dari hasil
praktek untuk sampel I sebanyak 294,2 mg dan sampel II sebanyak 298 mg.
Persen recovery diperoleh dengan membagi massa AgCl praktek dengan massa
AgCl teori kemudian dikalikan 100%. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh
persen recovery untuk sampel I sebesar 80,08 % dan sampel II sebesar 80,49 %.
Selanjutnya menentukan kadar klorida dalam sampel. Untuk menentukan
kadar klorida dalam sampel garam perlu diketahui massa klorida yang terdapat
dalam endapan AgCl. Massa klorida dalam endapan AgCl diperoleh dengan
membagi berat atom klorida dengan berat molekul AgCl kemudian dikalikan
dengan massa AgCl praktek. Dari hasil perhitungan diperoleh massa klorida
pada sampel I sebanyak 72,78 mg dan pada sampel II sebanyak 73,72 mg. Kadar
klorida diperoleh dengan membagi massa klorida tersebut dengan massa sampel
NaCl (garam dapur) yang digunakan kemudian dikalikan 100%. Dari hasil
perhitungan diperoleh kadar klorida untuk sampel I sebesar 48,49 % dan untuk
sampel II sebesar 48,85 %.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil setelah percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Analisa gravimetri merupakan metode analisa kualitatif yang tahapan
utamanya dengan penimbangan.
2. Kadar klorida yang terdapat dalam garam dapur sebesar 48,49 – 48,85 %
dengan % recovery sebesar 80,08 – 80,49 % .

4.2 Saran
1. Lebih berhati-hati ketika mencuci endapan agar tidak ada endapan AgCl yang
tertinggal pada corong buchener.
2. Penimbangan sebaiknya dilakukan dengan interval waktu yang tidak terlalu
lama untuk memastikan massa endapan dan kertas saring telah konstan.
Karena dalam praktikum ini praktikan menggunakan interval waktu 15 menit,
praktikan menyarankan agar pada praktikum yang akan datang menggunakan
interval waktu 10 menit.
DAFTAR PUSTAKA

Khopkar,S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik . UI-Press : Jakarta.

Tim Penyusun 2016. Penuntun Praktikum Kimia Analitik Klasik. Samarinda:


Politeknik Negeri Samarinda

Underwood, A.L., dan Day, R.A. 1996. Analisa Kimia Kuantitatif. Edisi Kelima.
Jakarta: Erlangga.
LAMPIRAN

PERHITUNGAN
1. Percobaan I
𝑚 150,1 𝑚𝑔
m NaCl = 150,1 mg 𝑛 𝑁𝑎𝐶𝑙 = 𝐵𝑀 = 58,5 𝑚𝑔/𝑚𝑜𝑙 = 2,56 𝑚𝑜𝑙

V AgNO3 = 26,6 ml
N AgNO3 = 0,1 N 𝑛 AgNO3 = 𝑉𝑥𝑀 = 26,6 𝑚𝑙(1𝑥0,1𝑁) = 2,66 𝑚𝑜𝑙

NaCl + AgNO3  AgCl ↓ + NaNO3

Mula 2,56 mmol 2,66 mmol - -

Reaksi 2,56 mmol 2,56 mmol 2,56 mmol 2,56 mmol

Setimbang - 0,1 mmol 2,56 mmol 2,56 mmol

Teoritis :

m AgCl = n AgCl x BM AgCl

= 2,56 mmol x 143,5 mg/mmol = 367,36 mg

Praktek :

m kertas saring = 0,5908 g

m kertas saring + AgCl = 0,885 g

m.AgCl praktek = (masaa endapan AgCl +kertas saring )–(massa kertas saring kosong)
= (0,885 – 0,5908) g
= 0,2942 gram = 294,2 mg

𝐵𝐴 𝐶𝑙 35,5 𝑚𝑔/𝑚𝑜𝑙
𝑚 𝐶𝑙 = 𝑥𝑚 𝐴𝑔𝐶𝑙 = 𝑥294,2 𝑚𝑔 = 72,78 𝑚𝑔
𝐵𝑀 𝐴𝑔𝐶𝑙 143,5 𝑚𝑔/𝑚𝑜𝑙

𝑚 𝐴𝑔𝐶𝑙 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘 294,2 𝑚𝑔


% 𝑟𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑦 = 𝑥100% = 𝑥100% = 80,08 %
𝑚 𝐴𝑔𝐶𝑙 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 367,36 𝑚𝑔
𝑚 𝐶𝑙 72,78 𝑚𝑔
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐶𝑙 = 𝑥100% = 𝑥100% = 48,49 %
𝑚 𝑁𝑎𝐶𝑙 150,1 𝑚𝑔

2. Percobaan II
𝑚 150,9 𝑚𝑔
m NaCl = 150,9 mg 𝑛 𝑁𝑎𝐶𝑙 = 𝐵𝑀 = 58,5 𝑚𝑔/𝑚𝑜𝑙 = 2,58 𝑚𝑜𝑙

V AgNO3 = 26,6 ml
N AgNO3 = 0,1 N 𝑛 AgNO3 = 𝑉𝑥𝑀 = 26,6 𝑚𝑙(1𝑥0,1𝑁) = 2,66 𝑚𝑜𝑙

NaCl + AgNO3  AgCl ↓ + NaNO3

Mula 2,58 mmol 2,66 mmol - -

Reaksi 2,58 mmol 2,58 mmol 2,58 mmol 2,58 mmol

Setimbang - 0,08 mmol 2,58 mmol 2,58 mmol

Teoritis :

m AgCl = n AgCl x BM AgCl

= 2,58 mmol x 143,5 mg/mmol = 370,23 mg

Praktek :

m kertas saring = 0,5882 g

m kertas saring + AgCl = 0,8862 g

m.AgCl praktek = (masaa endapan AgCl +kertas saring )–(massa kertas saring kosong)
= (0,8862 – 0,5882) g
= 0,298 gram = 298 mg

𝐵𝐴 𝐶𝑙 35,5 𝑚𝑔/𝑚𝑜𝑙
𝑚 𝐶𝑙 = 𝑥𝑚 𝐴𝑔𝐶𝑙 = 𝑥298 𝑚𝑔 = 73,72 𝑚𝑔
𝐵𝑀 𝐴𝑔𝐶𝑙 143,5 𝑚𝑔/𝑚𝑜𝑙

𝑚 𝐴𝑔𝐶𝑙 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘 298 𝑚𝑔


% 𝑟𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑦 = 𝑥100% = 𝑥100% = 80,49 %
𝑚 𝐴𝑔𝐶𝑙 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 370,23 𝑚𝑔

𝑚 𝐶𝑙 73,72 𝑚𝑔
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐶𝑙 = 𝑥100% = 𝑥100% = 48,85 %
𝑚 𝑁𝑎𝐶𝑙 150,9 𝑚𝑔
GAMBAR ALAT

LAMPIRAN 2

Buret 50 mL Klem dan statif Kaca Arloji

Erlenmeyer
Desikator Botol Semprot

Neraca Digital Batang Pengaduk Cawan Penguapan

Spatula Oven Kertas Wheatman No.42

Magnetic stirer Bulp stirrer

Anda mungkin juga menyukai