Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KIMIA LINGKUNGAN
PERCOBAAN II
ASIDI-ALKLINITAS
2017
PERCOBAAN II
ASIDI-ALKLINITAS
I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui kadar asidi-
alkalinitas pada suatu larutan.
Istilah asam mineral bebas (free mineral acid) adalah asam kuat seperti
H2SO4 dan HCl di dalam air. Asiditas total ditentukan oleh titrasi dengan basa
untuk mencapai titik akhir phenolphtalein (pH 8,2). Asam mineral bebas
ditentukan oleh titrasi dengan basa untuk mencapai titik akhir methyl orange
(pH 4,3). Karakter asam dari ion-ion logam asam, dan biasanya beberapa
merupakan asam kuat (Syafila, 1994). Berikut merupakan persamaan reaksi
asiditas :
H+ + OH- → H2O
CO2 + OH- → HCO3-
HCO3- + H+ → H2O + CO2
Alkalinitas secara umum menunjukkan konsentrasi basa atau bahan
yang mampu menetralisir kemasamaan dalam air. Secara khusus, alkalinitas
sering disebut sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas larutan penyangga
dari ion bikarbonat, dan sampai tahap tertentu ion karbonat dan hidroksida
dalam air. Ketiga ion tersebut di dalam air akan bereaksi dengan ion hidrogen
sehingga menurunkan kemasaman dan menaikan pH. Alkalinitas biasanya
dinyatakan dalam satuan ppm (mg/l) kalsium karbonat (CaCO3) (Yurida,
2013). Berikut merupakan persamaan reaksi alkalinitas :
OH- + H+ → H2O
CO3- + H+ → HCO3-
HCO3- + H+ → H2O + CO2
Titrasi asidi- alkalimetri dibagi menjadi dua bagian besar yaitu
asidimetri dan alkalimetri. Asidimetri adalah titrasi dengan menggunakan
larutan standar asam untuk menentukan basa. Asam-asam yang biasanya
dipergunakan adalah HCl, asam cuka, asam oksalat, asam borat. Sedangkan
alkalimetri merupakan kebalikan dari asidimetri yaitu titrasi yang
menggunakan larutan standar basa untuk menentukan asam. Pada percobaan
ini adalah penentuan kadar dengan metode asidi-alkalimetri menggunakan
indikator phenopthalein dan metil jingga, hal ini dilakukan karena jika
menggunakan indikator yang lain, adanya kemungkinan trayek pH-nya jauh
dari titik ekuivalen. Titrasi asidi-alkalimetri dibagi menjadi dua bagian besar
yaitu asidimetri dan alkalimetri. Asidimetri aldalah titrasi dengan
menggunakan larutan standar asam untuk menentukan basa. Asam-asam yang
biasanya dipergunakan adalah HCl, asam cuka, asam oksalat, asam borat.
Sedangkan alkalimetri merupakan larutan standar basa untuk menentukan
asam (Yurida, 2013).
Analisis kimia yang diketahui terhadap sampel yaitu analisis kualitatif
dan analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif yang paling sering diterapkan yaitu
analisis titrimetri. Analisis titrimetri dilakukan dengan menitrasi suatu sampel
tertentu dengan larutan standar, yaitu larutan yang sudah diketahui
konsentrasinya. Perhitungan didasarkan pada volume titran yang diperlukan
hingga tercapai titik ekuivalen titrasi. Analisis titrimetri yang didasarkan pada
terjadinya reaksi asam dan basa antara sampel dengan larutan standar disebut
analisis asidi–alkalimetri. Apabila larutan yang bersifat asam maka analisis
yang dilakukan adalah analisis asidimetri. Sebaliknya jika digunakan suatu
basa sebagai larutan standar, analisis tersebut disebut sebagai analisis
alkalimetri (Keenan, 1991).
Dalam analisis larutan asam dan basa, titrasi akan melibatkan
pengukuran yang seksama volume–volumenya suatu asam dan suatu basa yang
tepat akan saling menetralkan. Reaksi penentralan atau asidimetri dan
alkalimetri adalah salah satu dari empat golongan utama dalam penggolongan
reaksi alam analisis titrimetri. Asidi–alkalimetri ini melibatkan titrasi basa
bebas atau basa yang terbentuk karena hidrolisis garam yang berasal dari asam
lemah, dengan suatu standar (asidimetri) dan teori asam bebas yang terbentuk
dari hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah, dengan suatu basa standar
(alkalimetri). Reaksi–reaksi ini melibatkan bersenyawaannya ion hidrogen dan
ion hidroksida untuk membentuk air (Bassett, 1994).
Asidimetri dan alkalimetri adalah salah satu cara analisis kuantitatif
volumetrik berdasarkan reaksi asam-basa secara titrasi. Titrasi asam asetat/
asam cuka (CH3COOH) dengan larutan natrium hidroksida (NaOH) sebagai
larutan standar akan menghasilkan garam CH3COONa yang berasal dari sisa
asam lemah dan basa kuat yang kemudian terhidrolisis. Reaksi hidrolisis ini
merupakan reaksi keseimbangan yang dapat ditulis:
CH3COOH (aq) + NaOH (aq) CH3COONa (aq) + H2O (l)
Pada titrasi ini sebagian asam asetat (asam cuka) dan basanya akan
tinggal dalam larutan. Saat titik ekuivalen (titik akhir titrasi) terjadi, banyaknya
asam asetat (asam cuka) dan NaOH bebas adalah sama, tetapi karena asam
asetat termasuk elektrolit lemah maka ion H+ yang dibebaskan sangat sedikit,
dan akan lebih banyak tinggal sebagai molekul CH3COOH. Sedangkan basa
bebasnya (NaOH) merupakan elektrolit kuat yang hampir terionisasi sempurna,
membebaskan ion hidroksil (OH-) dalam larutan. Hal ini mengakibatkan titrasi
akan berakhir pada pH di atas 7 (Syafila, 1994).
Reaksi asidimetri dan alkalimetri adalah salah satu dari empat golongan
utama dalam penggolongan reaksi dalam analisis titrimetri. Asidi alkalimetri
ini melibatkan titrasi basa bebas atau basa yang terbentuk karena hidrolisis
garam yang berasal dari asam lemah, dengan suatu standar (asidimetri) dan
titrasi asam bebas atau asam yang terbentuk dari hidrolisis garam yang berasal
dari basa lemah, dengan suatu basa standar (alkalimetri). Reaksi-reaksi ini
melibatkan bersenyawanya ion hidrogen dan ion hidroksida untuk membentuk
air (Basset, 1994).
Penentuan kekuatan suatu larutan asam dengan suatu basa standar
disebut asidimetri dan penentuan kekuatan suatu alkali berdasarkan titrasi
dengan asam standar disebut dengan istilah alkalimetri. Indikator tertentu yang
digunakan adalah salah satu asam lemah seperti phenolphtalein atau basa
lemah seperti metil jingga. Kehadiran asam atau basa dengan indikator yang
sangat cocok, akan mengalami ionisasi dan menunjukkan perubahan warna
(Rianthi, 2012).
Pada percobaan ini adalah penentuan kadar dengan metode asidi-
alkalimetri menggunakan indikator phenopthalein dan metil jingga, hal ini
dilakukan karena jika meggunakan indikator yang lain, adanya kemungkinan
trayek pH-nya jauh dari titik ekuivalen. Beberapa contoh larutan indikator
antara lain adalah fenolptalein (PP) yang memberikan warna pink dalam
lingkungan basa dan tidak berwarna dalam lingkungan asam, dan metil orange
yang memberikan warna merah dalam lingkungan asam dan kuning dalam
lingkungan basa. Perubahan warna indikator ini terjadi dalam rentangan pH
tertentu yang disebut trayek pH. Sebagai contoh, indikator pp memiliki trayek
pH sebesar 8,0 – 9,6 dan indikator memiliki trayek pH sebesar 3,1–4,4
(Rubinson, 1998).
B. BAHAN
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan
NaOH 0,1 N, 25 mL larutan asam oksalat (H2C2O4.2H2O) 0,1 N, 25 mL
larutan Natrium Tetra Borat 0,1 N, larutan HCl, akuades, etanol, indikator
fenolftalein 0,035%, dan indikator metil orange 0,1%.
Perhitungan
1. Standarisasi Larutan NaOH 0,1 N
Percobaan 1
Vawal = 0,2 mL
Vakhir = 30,6 mL
Vtitrasi = Vakhir - Vawal
= 30,4 mL
Percobaan 2
Vawal = 31,2 mL
Vakhir = 61,4 mL
Vtitrasi = Vakhir - Vawal
=30,2 mL
a. Volume rata- rata NaOH
𝑉𝑃𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 1 +𝑉𝑃𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 2
VRata-rata =
2
30,4+30,2
= 2
= 30,3 mL
b. Normalitas NaOH
Diketahui : Vasam oxalat = 25 mL
VNaOH = 30,3 mL
Nasam oxalat = 0,1 N
Ditanya : NNaOH ?
Dijawab :
(V x N ) asam oksalat = ( V x N ) NaOH
(25 x 0,1 N) = ( 30,3 x NNaOH )
2,5 = 30,3 NNaOH
NNaOH = 0,082 N
2. Standarisasi Larutan HCl 0,1 N
Percobaan 1
Vawal = 62,0 mL
Vakhir = 92,8 mL
Vtitrasi = Vakhir - Vawal
= 30,8 mL
Percobaan 2
Vawal = 0 mL
Vakhir = 32,0 mL
Vtitrasi = Vakhir - Vawal
= 32,0 mL
a. Volume rata- rata HCl
𝑉𝑃𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 1 +𝑉𝑃𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 2
VRata-rata = 2
30,8+32,0
= 2
= 31,4 mL
b. Normalitas HCl
Diketahui : VNatrium Tetra Borat = 25 mL
VHCl = 31,4 mL
NNatrium Tetra Borat = 0,1 N
Ditanya : NHCl ?
Dijawab :
(V x N ) Natrium Tetra Borat = ( V x N ) HCl
(25 x 0,1) = ( 31,4 x NHCl)
2,5 = 31,4 NHCl
NHCl = 0,079 N
B. PEMBAHASAN
Tujuan dari percobaan kali ini adalah untuk mengetahui kadar asidi
alkalinitas pada suatu larutan dengan cara menstandarisasi larutan yang
kemudian digunakan dalam proses analisis kimia dengan metode titrasi asam –
basa. Prinsip indikator adalah bahan yang memberikan warna yang berbeda
pada lingkungan asam dan basa. Pengertian dari Indikator sendiri adalah
senyawa kimia pada interval pH tertentu yang akan memberikan warna yang
berbeda pada reaksi asam basa. Disamping itu indikator dapat dimanfaatkan
dalam suatu reaksi tertentu apabila indikator tersebut ikut bereaksi dengan zat-
zat yang direaksikan. Tingkat keasaman suatu larutan sangat dipengaruhi oleh
harga pH dari larutan asam dan basa. Oleh karena itu untuk membedakan suatu
larutan termasuk asam dan basa diperlukan suatu senyawa kimia yang mampu
sebagai petunjuk dengan terjadinya perubahan warna bila larutan asam atau
basa. Senyawa kimia yang dapat menunjukkan titik akhir titrasi dari suatu
reaksi tertentu itulah yang disebut sebagai indikator. Pemilihan indikator yang
tepat merupakan syarat utama saat titrasi. Jika indikator yang digunakan
berubah warna saat titik ekuivalen, maka titik akhir titrasi akan sama dengan
titik ekuivalen. Akan tetapi, jika perubahan warna indikator terletak pada pH
dimana zat penitrasi sedikit berlebih, maka titik akhir titrasi berbeda dengan
titik ekuivalen.
Fungsi indikator dalam proses titrasi adalah untuk menentukan titik
ekuivalen ketika dua larutan telah mencapai netralisasi. Indikator dapat berupa
internal maupun eksternal. Indikator internal dicampur dengan reaktan dan
biasanya menyediakan tampilan visual segera, sementara indikator eksternal
adalah alat elektrokimia. Indikator fenolftalein biasanya digunakan sebagai
indikator keadaan suatu zat yang bersifat lebih asam atau lebih basa. Prinsip
perubahan warna ini digunakan dalam metode titrasi. Fenolphtalein cocok
untuk digunakan sebagai indikator untuk proses titrasi HCl dan NaOH karena
memberikan perubahan warna yang lebih jelas yaitu dari bening menjadi merah
muda untuk larutan basa. Fenolphtalein tidak akan berwarna (bening) dalam
keadaan zat yang asam atau netral, namun akan berwarna kemerahan dalam
keadaan zat yang basa. Tepatnya pada titik pH di bawah 8,3 fenolftalein tidak
berwarna, namun jika mulai melewati 8,3 maka warna merah muda yang
semakin kemerahan akan muncul. Semakin basa maka warna yang ditimbulkan
akan semakin merah.
Percobaan ini diawali dengan diambilnya 25 mL larutan Asam Oksalat
dimasukkan ke dalam erlenmeyer menggunakan propipet bersama dengan
pipet volume 25 mL lalu ditambahkan 20 tetes indikator fenolphtalein 0,035%.
Saat itu warna larutan tetap berwarna bening sama seperti sebelum ditetesi oleh
indikator PP. Kemudian ditambahkan dengan larutan NaOH 0,1 N dan warna
larutan menjadi merah muda saat itu ∆V sebesar 30,4 mL setelahnya
dilanjutkan ditambahkan 20 tetes metil orange 0,1% dan warna larutan berubah
lagi menjadi orange. Sedangkan indikator metil orange mengubah larutan asam
dari kuning menjadi merah. Dalam kimia, titrasi merupakan teknik analitis
yang digunakan untuk memastikan konsentrasi larutan tidak dikenal.
1. Standarisasi Larutan NaOH 0,1 N
Natrium hidroksida (NaOH) juga dikenal sebagai soda kaustik,
soda api, atau sodium hidroksida adalah sejenis basa logam kaustik.
Sedangkan asam oksalat adalah senyawa kimia yang memiliki rumus
H2C2O4 dengan nama sistematis asam etanadioat. Merupakan asam
organik yang relatif kuat yaitu 10.000 kali lebih kuat daripada asam
asetat.
Pada percobaan ini standarisasi larutan NaOH 0,1 N dengan
menggunakan titrasi dilakukan secara 2 kali. Pada percobaan pertama
dilakukan dengan mengambil 25 mL asam oksalat menggunakan pipet
volumetri kemudian dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer lalu
ditambahkan 20 tetes indikator fenolphtalein 0,035% dan menghasilkan
warna bening. Kemudian dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N, hingga
terjadi perubahan warna dari bening menjadi merah muda. Kemudian
mencatat volume NaOH yang digunakan maka nantinya akan diperoleh
volume pada titrasi pertama. Saat percobaan kedua langkah-langkah
yang digunakan tetap sama yang berbeda hanya volume yang
digunakan, kemudian catat volumenya NaOH yang digunakan pada
percobaan kedua dan nantinya akan di peroleh volume pada titrasi
kedua. Persamaan reaksi:
H2C2O4(aq) + NaOH(aq)→ NaC2O4(aq)+ H2O(aq)
2. Standarisasi Larutan HCl 0,1 N
HCl dalah asam kuat dan merupakan komponen utama dalam
asam lambung. Senyawa ini juga digunakan secara luas dalam industri.
Asam klorida harus ditangani dengan cara yang tepat karena merupakan
cairan yang sangat korosif. Boraks merupakan garam natrium tetraborat
(Na2B4O7) yang berbentuk serbuk kristal putih dengan karakteristik
tidak berbau, dapat larut dalam air dan tidak larut dalam alkohol serta
mempunyai pH sebesar 9,5.
Percobaan ini standarisasi larutan HCl 0,1 N dengan
menggunakan titrasi dilakukan secara 2 kali. Percobaan pertama
dilakukan dengan mengambil 25 mL Natrium Tetra Borat
menggunakan pipet volumetri kemudian dimasukkan ke dalam labu
erlenmeyer lalu ditambahkan 20 tetes indikator metil orange 0,1% dan
menghasilkan warna kuning yang awalnya dari bening. Kemudian
dititrasi dengan larutan HCl 0,1 N, hingga terjadi perubahan warna dari
kuning menjadi merah muda. Kemudian mencatat volume HCl yang
digunakan maka nantinya akan diperoleh volume pada titrasi pertama.
Percobaan kedua langkah-langkah yang digunakan tetap sama yang
berbeda hanya volume yang digunakan, kemudian catat volumenya
NaOH yang digunakan pada percobaan kedua dan nantinya akan
diperoleh volume pada titrasi kedua. Persamaan reaksi:
HCl(aq) + Na2B4O7(aq) → NaCl(aq) + HB4O7(aq)
Pengukuran Asidi-Alkalinitas
1. Asidi
Asidi adalah titrasi untuk menentukan kadar suatu asam atau
garam menggunakan larutan standar basa. Pada percobaan ini
dilakukan dua percobaan agar bisa dibandingkan volumenya. Awalnya
diambil 25 mL asam oksalat dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer
menggunakan propipet bersama dengan pipet volumetri kemudian
ditambahkan 20 tetes indikator fenolphtalein 0,035% yang warna awal
pada dua percobaan berwarna bening. Lalu dititrasi dengan larutan
NaOH 0,1 N, saat itu ∆𝑉 ( V1 – V0) = (30,6 mL – 0,2 mL ) = 30,4 mL,
sehingga berubah warna menjadi merah muda. Pada percobaan kedua
dengan cara yang sama tapi volume berbeda yaitu volume awal 31,2
mL dan volume akhir 61,4 mL sehingga pada saat itu diperoleh ∆𝑉 ( V1
– V0) = (61,4 mL − 31,2 mL ) = 30,2 mL sehingga diperoleh perubahan
warna menjadi merah muda.
2. Alkalinitas
Alkalinitas merupakan penyangga (buffer) perubahan pH air
dan indikasi kesuburan yang diukur dengan kandungan karbonat.
Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam
tanpa penurunan nilai pH larutan. Percobaan ini diawali dengan
mengambil 25 mL Natrium Tetra Borat menggunakan propipet bersama
dengan pipet volumetri kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer,
lalu ditambahkan 20 tetes indikator fenolphtalein 0,035% yang
larutannya memiliki warna bening dan dititrasi dengan larutan HCl 0,1
N lalu mengalami perubahaan warna menjadi orange, saat itu ∆𝑉 ( V1
– V0) = (92,8 mL − 62 mL ) = 30,8 mL. Percobaan kedua dengan cara
yang sama tapi ∆𝑉 berbeda, yaitu ∆𝑉 ( V1 – V0) = (32 mL – 0 mL ) =
32 mL dan mengalami perubahan warna menjadi orange.
IV. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah :
1. Asiditas adalah titrasi untuk menentukan kadar suatu asam atau garam
menggunakan larutan standar basa. Pada percobaan ini menggunakan basa
kuat NaOH.
2. Alkalinitas adalah titrasi untuk menentukan kadar suatu basa atau senyawa
yang bersifat basa menggunakan larutan standar asam. Pada percobaan ini
menggunakan asam kuat HCl.
3. Dalam melakukan pengukuran asidi-alkalinitas digunakan larutan standar
NaOH 0,1 N dan HCl 0,1 N. Nilai normalitas pengukuran standarisasi
NaOH yang digunakan pada percobaan ini adalah 0,082N dan pengukuran
standarisasi HCl yang digunakan pada percobaan ini adalah 0,079 N.
4. Indikator metil orange mengubah larutan natrium tetra borat dari warna
kuning menjadi merah setelah di titrasi dengan larutan HCl
5. Indikator fenolftalein mengubah larutan asam oxalat dari bening menjadi
merah muda setelah di titrasi dengan larutan NaOH.
DAFTAR PUSTAKA
Bassett, J. et al. 1994. Buku Ajar Vogel : Kimia Analitik Kuantitatif Anorganik.
EGC, Jakarta.
Yurida, M., Evi, A., Susila, A. R. 2013. Asidi-Alkalimetri. Jurnal Teknik Kimia,
2(19): 1-8.