Anda di halaman 1dari 11

ATEROSKLEROSIS

A. Kejadian Aterosklerosis

Aterosklerosis merupakan proses yang berbeda. yang menyerang intima arteri


besar dan medium. Perubahan tersebut meliputi penimbunan lemak, kalsium.
komponen darah, karbohidrat dan jaringan fibrosa pada lapisan intima arteri.
Penimbunan tersebut dikenal sebagai aleroma atau plak. Karena aterosklerosis
merupakan penyakit arteri umum, maka bila kita menjumpainya di ekstremitas, maka
penyakit tersebut juga terdapat di bagian tubuh yang lain. (Brunner & Suddarth,
2002).
Pertumbuhan ini disebut dengan plak. Plak tersebut berwarna kuning karena
mengandung lipid dan kolesterol. Telah diketahui bahwa aterosklerosis bukanlah
suatu proses berkesinambungan, melainkan suatu penyakit dengan fase stabil dan fase
tidak stabil yang silih berganti. Perubahan gejala klinik yang tiba-tiba dan tidak
terduga berkaitan dengan rupture plak, meskipun rupture tidak selalu diikuti gejala
klinik. Seringkali rupture plak segera pulih, dengan cara inilah proses plak
berlangsung. (Hanafi, Muin R, & Harun, 1997)
Beberapa pengerasan dari arteri biasanya terjadi ketika seseorang mulai tua.
Namun sekarang bukan hanya pada orang yang mulai tua, tetapi juga pada kanak-
kanak. Karena timbulnya bercak-bercak di dinding arteri koroner telah menjadi
fenomena alamiah yang tidak selalu harus terjadi lesi aterosklerosis terlebih dahulu.
Hipotesis aterosklerosis. Penjelasan Hansson (2009) tersebut secara tidak
langsung merangkum beberapa teori penyebab aterosklerosis seperti teori lipid, teori
peradangan, teori kepekaan mesenkim, teori perlukaan, ataupun disfungsi 11 endotel.
Teori-teori ini menghasilkan beberapa hipotesis, tentang timbulnya plak aterosklerosis
dan komplikasinya. Williams & Tabas (1995) menjelaskan bahwa pengembangan
hipotesis ini umumnya berdasarkan pada temuan komponen plak aterosklerosis seperti
komponen seluler (sel otot polos, makrofag, lekosit), komponen jaringan matriks
(elastin dan kolagen), komponen lipid (kolesterol, intra dan ektraseluler lipid), dan
komponen kalsifikasi. Adapun hipotesis yang sering digunakan untuk menjelaskan
mekanisme aterosklerosis meliputi hipotesis disfungsi endotelium, hipotesis respon
peradangan kronis, hipotesis migrasi sel otot polos (dari media ke intima), hipotesis
proliferasi sel otot polos (dalam rangka menghasilkan matriks elastin dan kolagen
pada intima), serta hipotesis terjadinya akumulasi lipid.
B. Mekanisme aterosklerosis
Pada intinya, mekanisme aterosklerosis menjelaskan proses terjadinya dan
berkembangnya lesi aterosklerosis sampai timbul komplikasi dan kematian. Menurut
Hansson (2009), aterosklerosis bermula dari akumulasi LDL, pengaktifan endotelium,
serta perekrutan sel-T dan monosit. Monosit mengalami diferensiasi menjadi
makrofag agar dapat melakukan fagositosis lipoprotein termodifikasi dan berkembang
menjadi sel busa. Sel-T bertugas mengenal adanya antigen lokal, kemudian
mengundang respons sel Helper-1 agar terlibat dalam peradangan lokal dan
pertumbuhan lesi aterosklerosis. Sejalan dengan itu sinyal yang bersifat anti-
peradangan muncul, sehingga terjadi pengaturan sistem kekebalan. Aktivasi
peradangan secara intensif mengakibatkan terjadinya komplikasi berupa proteolisis
lokal, kerusakan plak, formasi trombus, iskhemia, dan infark.
Kondisi dimana terjadi penyempitan pembuluh darah akibat timbunan lemak
yang meningkat dalam dinding pembuluh darah yang akan menghambat aliran darah.
Aterosklerosis bisa terjadi pada arteri di otak, jantung, ginjal, dan organ vital lainnya
serta pada lengan dan tungkai. Jika aterosklerosis terjadi didalam arteri yang menuju
ke otak (arteri karoid) maka bisa terjadi stroke. Namun jika terjadi didalam arteri yang
menuju kejantung (arteri koroner), maka bisa terjadi serangan jantung. Biasanya arteri
yang paling sering terkena adalah arteri koroner, aorta, dan arteri-arteri serbrum.

KELENJAR PARATIROID DAN PEMBENTUKAN HORMON PARATIROID

A. Kelenjar Paratiroid
Kelenjar paratiroid berasal dari jaringan endodermal kantong faringeal
(pharyngeal pouches wall). Kantong faringeal berasal dari arkus faringeal. Kelenjar
paratiroid inferior juga dikenal dengan parathyroid thirds karena berasal dari bagian
lateral kantong faringeal ketiga (wing of the third pharyngeal pouch). Awalnya kedua
bagian ventral dan dorsal saling berhubungan dengan dinding faringeal, namun pada
minggu ketujuh gestasi terjadi diskoneksi antara dinding ventral dan dorsal terhadap
dinding faringeal. Kelenjar timus lalu bergerak menuju kaudal dan medial, diikuti
oleh kelenjar paratiroid, kemudian terjadi diskoneksi antara paratiroid dengan timus.
Selanjutnya kelenjar paratiroid inferior menetap pada permukaan posterior kelenjar
tiroid, biasanya pada bagian luar kapsul fibrosa kelenjar tiroid.
kelenjar paratiroid terdiri dari gugusan sel parenkim, dinamakan ‘chief cells’,
yang dibatasi septa jaringan penunjang dan terbentang dari tepi kapsula sampai
kedalam kelenjar. Sekitar usia 6 tahun, terbentuk sel oksifil (oxyphil cells) yang
kemungkinan berasal dari chief cells. Pada awal pubertas, muncul jaringan adipose,
yang semakin meningkat proporsinya dalam kelenjar seiring dengan pertambahan
usia.3 Pada manusia dewasa, kelenjar paratiroid tersusun dari jaringan parenkim dan
stroma, termasuk sel lemak. Stroma terdiri dari jaringan kapiler sinusoidal dengan
pulau-pulau sel sekretori tersebar diantara jaringan lemak.
Sel kelenjar paratiroid dewasa terdiri dari 2 tipe yaitu ‘chief cell’ atau
‘principal cell’ (predominan dalam kelenjar paratiroid) dan sel oksifil (oxyphil cell).
Chief cell berukuran kecil dengan nukleus vesikular dan sitoplasma yang ‘poorly
staining’ dan terdiri dari granula sekretoris, kompleks Golgi berukuran besar serta
sejumlah mitokondria. Chief cell berfungsi mensekresi hormon paratiroid (PTH)
dari sitoplasma kedalam kapiler secara eksostosis. Oxyphil cell, berukuran lebih
besar dari chief cell (merupakan turunan dari chief cell) namun berjumlah lebih
sedikit, mempunyai nukleus yang ‘deeply staining’ dan sitoplasma granular
eosinofilik. Hingga saat ini, fungsi oxyphil cell belum diketahui secara pasti.
Histologi kelenjar paratiroid dengan pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE) yang
menunjukkan chief cell dan oxyphil cell dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1.
Histologi kelenjar paratiroid (pewarnaan HE) menunjukkan oxyphil cell (panah biru)
dan chief cell (panah merah).
Struktur, Sintesis, dan Sekresi Hormon Paratiroid Chief cell kelenjar
paratiroid memproduksi Hormon Paratiroid ( Parathormon / Parathyrin / PTH). PTH
kemudian masuk ke aliran darah menuju sel target tertentu, diikat oleh reseptor
khusus yang terdapat baik di dalam maupun di permukaan sel target. PTH merupakan
suatu peptida rantai lurus (straight-chain peptide) dengan berat molekul ± 9500
Dalton, terdiri dari 84 asam amino dan waktu paruh 2-5 menit.
Sintesis PTH terjadi di ribosom chief cell sebagai preproPTH yang terdiri
dari 115 asam amino, selanjutnya 25 asam amino dipecah dari preproPTH
membentuk proPTH dengan 90 asam amino. ProPTH selanjutnya menuju aparatus
golgi, kemudian 6 asam amino dipecah dan membentuk PTH dengan 84 asam amino
yang disimpan dalam vesikel sekretoris untuk disekresikan kemudian. Setelah
sekresi, maka PTH secara cepat dimetabolisme di hati dan ginjal menjadi beberapa
fragmen kecil, salah satunya adalah rantai amino 1 – 34 yang mempunyai aktivitas
biologik. Fragmen lainnya yaitu terminal-C PTH yang tidak berinteraksi dengan
reseptor PTH selanjutnya diekskresikan tubuh melalui ginjal. Degradasi PTH
intraselular diatur oleh level kalsium ekstraselular dimana pada serum kalsium yang
rendah akan menghambat degradasi PTH, agar dapat dicapai kadar PTH yang cukup
sebelum biosintesis terpenuhi, demikian juga sebaliknya.
Pada manusia dengan fungsi ginjal normal, level serum PTH berkisar antara
10 – 65 pg/ml. Kalsium (Ca2+) merupakan regulator utama bagi sekresi hormon
paratiroid. Faktor lain yang dikatakan turut berpengaruh dalam sekresi PTH antara
lain: katekolamin dan derivat amin biogenik lainnya, prostaglandin (16a), kation
(Litium dan Magnesium), Fosfat dan Transforming Growth Factor Alpha (TGFα).
Apabila konsentrasi Ca2+ plasma total berada dalam batas normal (10 mg/dl) atau
lebih, maka PTH akan disekresikan pada tingkat basal / kadar rendah. Sebaliknya
bila konsentrasi plasma kalsium lebih rendah dari 10 mg/dl, sekresi PTH meningkat
dan akan mencapai kadar sekresi maksimal pada kadar kalsium 7,5 mg/dl. Dengan
kata lain, stimulus primer bagi sekresi PTH adalah penurunan kadar kalsium plasma
sedangkan inhibitor sekresi PTH adalah peningkatan kalsium plasma. Regulasi ini
akan menjaga fluktuasi kadar kalsium plasma dalam batas normal.

B. Mekanisme Kerja Hormon Paratiroid


Secara umum Target organ tempat kerja PTH adalah tulang, ginjal (efek
langsung) dan intestinal (efek tak langsung melalui vitamin D). Kerja PTH pada ginjal
dan tulang terjadi melalui sistem adenilsiklase dimana PTH menstimulasi aktivitas
adenilsiklase dan meningkatkan kadar cyclic 3’,5’ - AMP pada ginjal dan tulang.
Mekanisme ini dipicu oleh ikatan PTH pada reseptor PTH di ginjal dan tulang.
Mekanisme kerja PTH pada ginjal Ginjal merupakan organ sentral bagi
pengaturan keseimbangan kalsium dan PTH memegang peranan penting dalam
pengaturan ini. Kerja PTH pada ginjal melalui 2 cara yaitu menghambat reabsorpsi
fosfat dan menstimulasi reabsorpsi kalsium. PTH menghambat kotransporter Na+-
Fosfat pada tubulus kontortus proksimal yang mengakibatkan reabsorpsi fosfat
terhambat sehingga terjadi fosfaturia.
Mekanisme kerja PTH pada tulang Kerja PTH pada tulang mencakup ketiga
tipe sel tulang yaitu osteosit, osteoblas yang bertanggung jawab bagi formasi tulang
dan osteoklas yang bertanggung jawab terhadap resorpsi tulang. Awalnya, PTH
menstimulasi osteolisis osteosit yang mengakibatkan disolusi permukaan tulang dan
kalsium bergerak dari cairan kanalikular tulang menuju osteosit kemudian ke cairan
ekstraseluler. Fase ini disebut juga fase cepat (rapid phase), karena terjadi dalam
beberapa menit. Pada fase selanjutnya, terjadi lebih lambat (dalam beberapa hari) dan
terbagi menjadi 2 komponen. Pertama, PTH (secara sinergis dengan vitamin D)
menstimulasi osteoklas untuk meningkatkan resorpsi tulang serta melepaskan kalsium
dan fosfat kedalam cairan ekstraseluler. Bagian organik dari matriks tulang (terutama
kolagen tipe I) juga diresorbsi dan komponen kolagen utama yaitu hidroksiprolin
(hydroxyproline) turut dilepaskan kemudian diekskresikan lewat urin.16,18 Kedua,
terjadi proliferasi osteoklas ( reseptor PTH pada membran osteoklas matur sangat
sedikit didapatkan). Aktivasi dan proliferasi distimulasi oleh pelepasan sitokin oleh
osteoblas – osteosit teraktivasi atau oleh diferensiasi prekursor osteoklas prematur
yang memiliki reseptor PTH dan reseptor vitamin D pada permukaan membrannya.
Mekanisme kerja PTH pada usus Kerja PTH pada absorpsi kalsium usus
terjadi secara tidak langsung yaitu PTH menstimulasi enzim 1α-hidroksilase pada
ginjal yang bertanggung jawab dalam pembentukan vitamin D3 aktif.16 Kalsium
diabsorpsi secara aktif oleh sel epitel usus halus dan sintesis protein transpor pada sel
usus membutuhkan vitamin D3 aktif.20 Vitamin D3 aktif meningkatkan absorpsi
kalsium usus halus dengan cara menstimulasi pembentukan calcium-binding protein (
calbindin-D3) pada sel epitel usus.
Pengaturan Sekresi Hormon Paratiroid Pada manusia dengan fungsi ginjal
normal, kadar PTH serum berkisar antara 10 – 65 pg / ml. Kadar PTH serum
terutama diatur oleh kadar kalsium serum.4 Faktor lain yang mempengaruhi sekresi
PTH yaitu 1,25- Dihydroxyvitamin D3. Kadar 1,25- Dihydroxyvitamin D3 yang
cukup akan menghambat produksi PTH secara langsung dengan cara mengurangi
ekspresi PTH dan konversi preproPTH menjadi PTH.4 Secara lebih jelas, mekanisme
umpan balik (feedback) sekresi PTH dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2.

Mekanisme umpan balik (feedback) bagi sekresi hormon paratiroid. (+)= efek
stimulasi; (-) = efek inhibisi.

Pada individu normal, kelenjar paratiroid dapat mendeteksi hipokalsemia


kemudian memberikan respon berupa sintesis dan sekresi PTH. PTH kemudian
menuju target organ dan juga menstimulasi produksi vitamin D3 agar dapat
memobilisasi kalsium untuk mencapai konsentrasi kalsium serum yang normal. Bila
serum kalsium kembali normal maka terjadi feedback negatif ke kelenjar paratiroid
untuk menekan pelepasan PTH.

OVULASI
Ovulasi adalah interaksi dari hipotalamus – hipofise – ovarium dan
endometrium. Ovarium memiliki 2 peran utama :
1. Fungsi endokrin untuk menghasilkan estrogen dan progesteron dalam rangka
mempersiapkan uterus untuk menerima hasil konsepsi
2. Gametogenesis dan ovulasi . Ovulasi pada wanita terjadi pada hari ke 14 dari siklus
normal seksual 28 hari. Sesaat sebelum ovulasi, dinding luar folikel yang menonjol
akan membengkak dengan cepat dan daerah kecil pada bagian tengah kapsul yang
disebut stigma akan menonjol seperti puting. Dalam waktu 30 menit kemudian, cairan
mulai mengalir dari folikel melalui stigma. Sekitar 2 menit kemudian folikel menjadi
lebih kecil karena kehilangan cairannya, stigma akan robek cukup besar dan cairan
yang lebih kental yang terdapat di bagian tengah folikel mengalami evaginasi. Cairan
kental ini membawa ovum bersamanya yang dikelilingi oleh beratus-ratus sel
granulosa kecil yang disebut korona radiata atau sel cumulus Terhentinya produksi
FSH oleh hipofisis akibat pengaruh tingginya kadar estrogen memungkinkan hipofisis
memproduksi hormon LH. Hormon LH merangsang pematangan ovum dan
meninggalkan folikel. Peristiwa ini disebut ovulasi.
PROSES OVULASI PADA MANUSIA

1. Perkembangan folikel ovarium terjadi sebagai akibat dari stimulasi hormon yang
dihasilkan oleh kelenjar hipofise
2. Hipotalamus dan hipofise merupakan organ yang saling terkait. Secara bersama-sama
keduanya mengatur struktur dan fungsi ovarium melalui siklus menstruasi.
3. Hipotalamus menghasilkan GnRH - Gonadotropin Releasing Hormone yang
selanjutnya akan merangsang produksi FSH – follicle stimulating hormone dan LH –
Luteinizing Hormone
. FSH – follicle stimulating hormone, yang merangsang pertumbuhan folikel ovarium
. LH – Luteinizing Hormone, yang menyebabkan ovulasi dan menyebabkan
luteinisasi sel granulosa setelah ovulasi
Hormon adalah getah yang dihasilkan oleh suatu kelenjar dan langsung
diedarkan oleh darah. Kelenjar tersebut tidak mempunyai saluran khusus sehingga
sering disebut sebagai kelenjar buntu atau kelenjar endokrin. Jadi, kelenjar ini
menghasilkan hormon yang merupakan sekrit internal. Kata hormon berasal dari kata
hormaeni yang berarti memacu atau menggiatkan. Hormon diperlukan oleh tubuh
dalam jumlah sedikit, namun mempunyai pengaruh yang amat besar. Bila kekurangan
dapat ditambah dengan hormon sejenis dari luar. Bila kelebihan akan mengakibatkan
berbagai gangguan kerja organ tubuh. Hormon berfungsi untuk mengatur homeostatis,
memacu pertumbuhan, reproduksi, metabolisme, dan tingkah laku. Beberapa jenis
kelenjar adalah, kelenjar hipofisis, kelenjar adrenalin atau suprarenalis, dan kelenjar
kelamin atau kelenjar gonad dimana ketiga jenis kelenjar ini mempunyai pengaruh
yang cukup besar terhadap perkembang biakan seksual pada manusia
Folikel Ovulasi

Pada setiap terjadinya proses ovulasi,jumlah sel telur yang diovulasikan


tergantung
pada jenis hewan.Pada manusia hanya satu sel telur matang yang diovulasikan.Pada
jenis
hewan unipara,biasanya jumlah sel telur yang di ovulasikan satu atau dua buah sel
telur.Pada
hewan multipara,sel telur yang diovulasikan lebih dari dua,bahkan pada babi bias
mencapai
10-25 sel telur.
Ovulasi dapat dibedakan menjadi 2 macam :
1.Ovulasi spontan adalah ovulasi yang tejadi tanpa rangsangan seperti pada mamalia
2.Ovulasi dirangsang adalah ovulasi yang terjadi apabila ada rangsangan misalnya
dirangsang dengan kopulasi dan menggosok-gosok badan ke hewan jantan,dirangsang
dengan bulu ayam pada vagina,dilakukan pada ayam dan tikus.
Proses ovulasi terjadi disebabkan tahap-tahap perubahan ovarium selama siklus estrus
yang kita sebut dengan siklus ovarium.
Perubahan-perubahan tersebut meliputi :
a.Selama tidak ada aktifitas seksual atau diestrus di dalam ovarium terliahat folikel-
folikel
kecil (primer)
b.sebelum estrus folikel-folikel primer tersebut akan membesar telapi pada akhirnya
hanya
satu yang berisi ovum matang.Yang lainnya mengalami degenerasi dan menjadi
atretik.
c.folikel yang berisi ovum matang ini akan pecah dan sel telur akan dilepaskan yang
disebut
ovulasi.Saat ini disebut estrus.
d.biula terjadi fertilisasi maka corpus luteum akan dipertahankan maka siklus berhenti
sampai kelahiran.
e.sedangkan bila ovum tidak dibuahi corpus luteum berdegenerasi kemudian folikel
akan
tumbuh kembali dan siklus akan berulang.
Selain itu ovulasi juga dipengaruhi oleh pengaruh hormun hormonal yaitu
dibawah pengaruh FSH dan LH. Setiap bulan sebuah telur dilepaskan dari saluran
tuba wanita.Telur inilah yang dapat membuat seorang wanita hamil.Proses ini sangat
penting bagi seorang wanita yang berpikir untuk memiliki keluarga.Interaksi antara
otak dan ovarium memulai proses ini.Hipotalamus adalah bagian dari otak yang
menghasilkan hormon yang disebut GnRH (gonadotropin releasing hormone).Hormon
adalah kirim ke kelenjar pituitari untuk mengatakan bahwa tubuh siap untuk masuk ke
siklus ovulasi.Hipofisis senang kemudian menyampaikan utusan bahwa ovarium
boleh pergi ke depan dan melepaskan telur. Jika wanita berada di bawah tekanan atau
GnRH cukup kelaparan tidak dikirim oleh hipotalamus.Dengan demikian
menunjukkan kurang likeliness kehamilan sebagai otak tahu bahwa tubuh tidak akan
mampu menahan tekanan perumahan bayi. Telur tinggal di ovarium.Adalah di sini
bahwa hormon estrogen dan progesteron yang memancar.Telur hadir pada seorang
wanita pada saat lahir sebagai lawan bahwa seorang
laki-laki yang memproduksi sperma sepanjang hidupnya LH

pada proses ovulasi disekresikan dalam jumlah yang besar oleh kelenjar
hipofisis anterior. Kemudian LH menyebabkan sekresi hormonhormon steroid
folikuler dengan cepat yang mengandung sejumlah kecil progestron untuk pertama
kalinya yang mana progesteron tersebut meningkatakan daya regang dinding folikel.
Beberapa jam kemudian terjadi peristiwa-peristiwa yang diperlukan untuk terjadinya
ovulasi. Pada peristiwa pertama, theca eksterna (kapsul folikel) melepaskan enzim
proteolitik (kolagenase) dari lisozim yang mengakibatkan pelarutan dinding kapsul
dan akibatnya yaitu melemahnya dinding, pembengkakan folikel dan degenerasi dari
stigma. Pada saat bersamaan terjadi juga peristiwa yang kedua yang mana pada
peristiwa ini terjadinya pertumbuhan pembuluh darah baru yang berlangsung cepat ke
dalam dinding folikel. Dengan adanya pembuluh darah baru maka akan merangsang
peningkatan prostaglandin (PGE2). Selain itu, dengan adanya pembuluh darah baru
pada folikel akan menyebabkan peningkatan 23 permeabilitas vaskular yang akan
menyebabkan edema pada jaringan folikel sekitanya dan dapat juga meningkatkan
plasminogen. Dengan adanya progesteron dan prostaglandin (E dan F) akan memicu
terbentuknya aktivator plasminogen yang nantinya berperan dalam perubahan

plasminogen menjadi plasmin. Kemudian plasmin tersebut akan masuk ke dalam


folikel. Di dalam folikel, plasmin akan merubah collagenase yang tidak aktif menjadin
aktif yang mana akan melemahkan kolagen dari tunika albuginea dan lapisan theca.
Selain itu, plasmin akan merangsang sel granulosa untuk menghasilkan cairan
folikuler sehingga terjadi pembengkakan folikel. Pada saat yang bersamaan terjadi
degenerasi stigma dengan terlihat adanya desakan keluar dan dinding semakin lemah.
Dengan adanya pembengkakan folikel dan degenerasi stigma mengakibatkan
pecahnya folikel yang disertai dengan pengeluaran ovum.
Pengaruh LH dalam proses ovulasi

DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Alih Bahasa : Agung
Waluyo, et al, Edisi 8, EGC. Jakarta.

Erickson, G.F. 2006. Morphology and Physiology of the Ovary.

Hanafi, Muin Rahman, Harun. 1997. Ilmu Penyakit Dalam jilid I. Jakarta: FKUI

Hansson. 2009. Inflammation, atherosclerosis, and coronary artery disease. N Engl J Med,
352, 1685-95.
Monks,F.J. 2002. Psikologi Perkembangan, Gajah Mada University Press, Yogyakarta

Ningsih,Suryani.2008.Biologi SMA dan MA jilid 2.Jakarta:Pustaka Jaya.

Nursitah,maida,dkk.2007.Sistem Reproduksi.Jakarta:Grafindo Pustaka.

Sulaiha,Siti.2006.Reproduksi Manusia.Semarang:Graha Usaha

Widodo Ario Kentjono, Selvianti. 2018. Anatomi Dan Fisiologi Kelenjar Paratiroid.
Dep/SMF Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan
LeherFakultas Kedokteran Universitas Airlangga/RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
Williams KJ, Tabas I. 1995. The Response to Retention Hypothesis of Early Atherogenesis.
Arterioscler Thromb Vasc Biol (15) : 551 – 561

Anda mungkin juga menyukai