A. Kejadian Aterosklerosis
A. Kelenjar Paratiroid
Kelenjar paratiroid berasal dari jaringan endodermal kantong faringeal
(pharyngeal pouches wall). Kantong faringeal berasal dari arkus faringeal. Kelenjar
paratiroid inferior juga dikenal dengan parathyroid thirds karena berasal dari bagian
lateral kantong faringeal ketiga (wing of the third pharyngeal pouch). Awalnya kedua
bagian ventral dan dorsal saling berhubungan dengan dinding faringeal, namun pada
minggu ketujuh gestasi terjadi diskoneksi antara dinding ventral dan dorsal terhadap
dinding faringeal. Kelenjar timus lalu bergerak menuju kaudal dan medial, diikuti
oleh kelenjar paratiroid, kemudian terjadi diskoneksi antara paratiroid dengan timus.
Selanjutnya kelenjar paratiroid inferior menetap pada permukaan posterior kelenjar
tiroid, biasanya pada bagian luar kapsul fibrosa kelenjar tiroid.
kelenjar paratiroid terdiri dari gugusan sel parenkim, dinamakan ‘chief cells’,
yang dibatasi septa jaringan penunjang dan terbentang dari tepi kapsula sampai
kedalam kelenjar. Sekitar usia 6 tahun, terbentuk sel oksifil (oxyphil cells) yang
kemungkinan berasal dari chief cells. Pada awal pubertas, muncul jaringan adipose,
yang semakin meningkat proporsinya dalam kelenjar seiring dengan pertambahan
usia.3 Pada manusia dewasa, kelenjar paratiroid tersusun dari jaringan parenkim dan
stroma, termasuk sel lemak. Stroma terdiri dari jaringan kapiler sinusoidal dengan
pulau-pulau sel sekretori tersebar diantara jaringan lemak.
Sel kelenjar paratiroid dewasa terdiri dari 2 tipe yaitu ‘chief cell’ atau
‘principal cell’ (predominan dalam kelenjar paratiroid) dan sel oksifil (oxyphil cell).
Chief cell berukuran kecil dengan nukleus vesikular dan sitoplasma yang ‘poorly
staining’ dan terdiri dari granula sekretoris, kompleks Golgi berukuran besar serta
sejumlah mitokondria. Chief cell berfungsi mensekresi hormon paratiroid (PTH)
dari sitoplasma kedalam kapiler secara eksostosis. Oxyphil cell, berukuran lebih
besar dari chief cell (merupakan turunan dari chief cell) namun berjumlah lebih
sedikit, mempunyai nukleus yang ‘deeply staining’ dan sitoplasma granular
eosinofilik. Hingga saat ini, fungsi oxyphil cell belum diketahui secara pasti.
Histologi kelenjar paratiroid dengan pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE) yang
menunjukkan chief cell dan oxyphil cell dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1.
Histologi kelenjar paratiroid (pewarnaan HE) menunjukkan oxyphil cell (panah biru)
dan chief cell (panah merah).
Struktur, Sintesis, dan Sekresi Hormon Paratiroid Chief cell kelenjar
paratiroid memproduksi Hormon Paratiroid ( Parathormon / Parathyrin / PTH). PTH
kemudian masuk ke aliran darah menuju sel target tertentu, diikat oleh reseptor
khusus yang terdapat baik di dalam maupun di permukaan sel target. PTH merupakan
suatu peptida rantai lurus (straight-chain peptide) dengan berat molekul ± 9500
Dalton, terdiri dari 84 asam amino dan waktu paruh 2-5 menit.
Sintesis PTH terjadi di ribosom chief cell sebagai preproPTH yang terdiri
dari 115 asam amino, selanjutnya 25 asam amino dipecah dari preproPTH
membentuk proPTH dengan 90 asam amino. ProPTH selanjutnya menuju aparatus
golgi, kemudian 6 asam amino dipecah dan membentuk PTH dengan 84 asam amino
yang disimpan dalam vesikel sekretoris untuk disekresikan kemudian. Setelah
sekresi, maka PTH secara cepat dimetabolisme di hati dan ginjal menjadi beberapa
fragmen kecil, salah satunya adalah rantai amino 1 – 34 yang mempunyai aktivitas
biologik. Fragmen lainnya yaitu terminal-C PTH yang tidak berinteraksi dengan
reseptor PTH selanjutnya diekskresikan tubuh melalui ginjal. Degradasi PTH
intraselular diatur oleh level kalsium ekstraselular dimana pada serum kalsium yang
rendah akan menghambat degradasi PTH, agar dapat dicapai kadar PTH yang cukup
sebelum biosintesis terpenuhi, demikian juga sebaliknya.
Pada manusia dengan fungsi ginjal normal, level serum PTH berkisar antara
10 – 65 pg/ml. Kalsium (Ca2+) merupakan regulator utama bagi sekresi hormon
paratiroid. Faktor lain yang dikatakan turut berpengaruh dalam sekresi PTH antara
lain: katekolamin dan derivat amin biogenik lainnya, prostaglandin (16a), kation
(Litium dan Magnesium), Fosfat dan Transforming Growth Factor Alpha (TGFα).
Apabila konsentrasi Ca2+ plasma total berada dalam batas normal (10 mg/dl) atau
lebih, maka PTH akan disekresikan pada tingkat basal / kadar rendah. Sebaliknya
bila konsentrasi plasma kalsium lebih rendah dari 10 mg/dl, sekresi PTH meningkat
dan akan mencapai kadar sekresi maksimal pada kadar kalsium 7,5 mg/dl. Dengan
kata lain, stimulus primer bagi sekresi PTH adalah penurunan kadar kalsium plasma
sedangkan inhibitor sekresi PTH adalah peningkatan kalsium plasma. Regulasi ini
akan menjaga fluktuasi kadar kalsium plasma dalam batas normal.
Mekanisme umpan balik (feedback) bagi sekresi hormon paratiroid. (+)= efek
stimulasi; (-) = efek inhibisi.
OVULASI
Ovulasi adalah interaksi dari hipotalamus – hipofise – ovarium dan
endometrium. Ovarium memiliki 2 peran utama :
1. Fungsi endokrin untuk menghasilkan estrogen dan progesteron dalam rangka
mempersiapkan uterus untuk menerima hasil konsepsi
2. Gametogenesis dan ovulasi . Ovulasi pada wanita terjadi pada hari ke 14 dari siklus
normal seksual 28 hari. Sesaat sebelum ovulasi, dinding luar folikel yang menonjol
akan membengkak dengan cepat dan daerah kecil pada bagian tengah kapsul yang
disebut stigma akan menonjol seperti puting. Dalam waktu 30 menit kemudian, cairan
mulai mengalir dari folikel melalui stigma. Sekitar 2 menit kemudian folikel menjadi
lebih kecil karena kehilangan cairannya, stigma akan robek cukup besar dan cairan
yang lebih kental yang terdapat di bagian tengah folikel mengalami evaginasi. Cairan
kental ini membawa ovum bersamanya yang dikelilingi oleh beratus-ratus sel
granulosa kecil yang disebut korona radiata atau sel cumulus Terhentinya produksi
FSH oleh hipofisis akibat pengaruh tingginya kadar estrogen memungkinkan hipofisis
memproduksi hormon LH. Hormon LH merangsang pematangan ovum dan
meninggalkan folikel. Peristiwa ini disebut ovulasi.
PROSES OVULASI PADA MANUSIA
1. Perkembangan folikel ovarium terjadi sebagai akibat dari stimulasi hormon yang
dihasilkan oleh kelenjar hipofise
2. Hipotalamus dan hipofise merupakan organ yang saling terkait. Secara bersama-sama
keduanya mengatur struktur dan fungsi ovarium melalui siklus menstruasi.
3. Hipotalamus menghasilkan GnRH - Gonadotropin Releasing Hormone yang
selanjutnya akan merangsang produksi FSH – follicle stimulating hormone dan LH –
Luteinizing Hormone
. FSH – follicle stimulating hormone, yang merangsang pertumbuhan folikel ovarium
. LH – Luteinizing Hormone, yang menyebabkan ovulasi dan menyebabkan
luteinisasi sel granulosa setelah ovulasi
Hormon adalah getah yang dihasilkan oleh suatu kelenjar dan langsung
diedarkan oleh darah. Kelenjar tersebut tidak mempunyai saluran khusus sehingga
sering disebut sebagai kelenjar buntu atau kelenjar endokrin. Jadi, kelenjar ini
menghasilkan hormon yang merupakan sekrit internal. Kata hormon berasal dari kata
hormaeni yang berarti memacu atau menggiatkan. Hormon diperlukan oleh tubuh
dalam jumlah sedikit, namun mempunyai pengaruh yang amat besar. Bila kekurangan
dapat ditambah dengan hormon sejenis dari luar. Bila kelebihan akan mengakibatkan
berbagai gangguan kerja organ tubuh. Hormon berfungsi untuk mengatur homeostatis,
memacu pertumbuhan, reproduksi, metabolisme, dan tingkah laku. Beberapa jenis
kelenjar adalah, kelenjar hipofisis, kelenjar adrenalin atau suprarenalis, dan kelenjar
kelamin atau kelenjar gonad dimana ketiga jenis kelenjar ini mempunyai pengaruh
yang cukup besar terhadap perkembang biakan seksual pada manusia
Folikel Ovulasi
pada proses ovulasi disekresikan dalam jumlah yang besar oleh kelenjar
hipofisis anterior. Kemudian LH menyebabkan sekresi hormonhormon steroid
folikuler dengan cepat yang mengandung sejumlah kecil progestron untuk pertama
kalinya yang mana progesteron tersebut meningkatakan daya regang dinding folikel.
Beberapa jam kemudian terjadi peristiwa-peristiwa yang diperlukan untuk terjadinya
ovulasi. Pada peristiwa pertama, theca eksterna (kapsul folikel) melepaskan enzim
proteolitik (kolagenase) dari lisozim yang mengakibatkan pelarutan dinding kapsul
dan akibatnya yaitu melemahnya dinding, pembengkakan folikel dan degenerasi dari
stigma. Pada saat bersamaan terjadi juga peristiwa yang kedua yang mana pada
peristiwa ini terjadinya pertumbuhan pembuluh darah baru yang berlangsung cepat ke
dalam dinding folikel. Dengan adanya pembuluh darah baru maka akan merangsang
peningkatan prostaglandin (PGE2). Selain itu, dengan adanya pembuluh darah baru
pada folikel akan menyebabkan peningkatan 23 permeabilitas vaskular yang akan
menyebabkan edema pada jaringan folikel sekitanya dan dapat juga meningkatkan
plasminogen. Dengan adanya progesteron dan prostaglandin (E dan F) akan memicu
terbentuknya aktivator plasminogen yang nantinya berperan dalam perubahan
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Alih Bahasa : Agung
Waluyo, et al, Edisi 8, EGC. Jakarta.
Hanafi, Muin Rahman, Harun. 1997. Ilmu Penyakit Dalam jilid I. Jakarta: FKUI
Hansson. 2009. Inflammation, atherosclerosis, and coronary artery disease. N Engl J Med,
352, 1685-95.
Monks,F.J. 2002. Psikologi Perkembangan, Gajah Mada University Press, Yogyakarta
Widodo Ario Kentjono, Selvianti. 2018. Anatomi Dan Fisiologi Kelenjar Paratiroid.
Dep/SMF Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan
LeherFakultas Kedokteran Universitas Airlangga/RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
Williams KJ, Tabas I. 1995. The Response to Retention Hypothesis of Early Atherogenesis.
Arterioscler Thromb Vasc Biol (15) : 551 – 561