1
MEMUTUSKAN
TANGGAL :
2
DAFTAR ISI
Daftar Isi i
BAB I PENDAHULUAN
BAB II DEFINISI 1
BAB III RUANG LINGKUP 2
BAB IV KEBIJAKAN 3
BAB V TATA LAKSANA 4
BAB VI DOKUMENTASI 5
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
petugas, perawat dan dokter di Rumah Sakit Umum Daerah Tebing Tinggi
untuk memudahkan berkomunikasi dengan pasien dan keluarganya.
5
BAB II
DEFINISI
6
Tibodean (2003) menyampaikan beberapa hal untuk meningkatkan
komunikasi efektif, yakni :
1. Pesan disampaikan tepat waktu, pesan berubah secara konstan dan
bila terjadi keterlambatan dalam menyampaikan pesan
menyebabkan informasi ketinggalan jaman ( kuno ).
2. Pesan hendaknya disampaikan dengan lengkap sehingga pendengar
dapat mengerti informasi yang ingin disampaikan
3. Informasi disampaikan dengan jelas
4. Informasi harus akurat dan sesuai dengan inti permasalahan, tidak
membingungkan penerima ( pendengar )
5. Pesan di verifikasi oleh penyampai berita
7
fokuskan kepada isi komunikasi,supaya menerima pesan dengan
benar.
4. Catat informasi yang menarik bagi pendengar. Hal ini membantu
konsentrasi dan ketertarikan sebagai pendengar.
5. Ajukan pertanyaan dengan kata yang baik, hal ini untuk
memperjelas atau menilai keberhasilan komunikasi dan umpan balik.
Pendengar yang baik berperan aktif dalam proses komunikasi.
Untuk komunikasi internal ini terdapat dua bentuk yakni vertikal dan
horizontal. Komunikasi vertikal , yaitu komunikasi dari atas ke bawah dan dari
bawah ke atas. Komunikasi dari pimpinan kepada bawahan dan dari bawahan
kepada pimpinan. Dalam komunikasi vertikal, pimpinan memberikan
instruksi-instruksi, petunjuk-petunjuk, informasi-informasi kepada bawahannya.
Bawahan memberikan laporan, saran, pengaduan-pengaduan kepada
pimpinan.
Komunikasi horizontal atau lateral, yaitu kominikasi antara sesame seperti
dari karyawan kepada karyawan, manajer kepada manajer. Pesan dalam
komunikasi ini bisa mengalir di bagian yang sama di dalam organisasi atau
mengalir antar bagian. Komunikasi lateral ini memperlancar penukaran
pengetahuan, pengalaman, metode, dan masalah. Hal ini membantu
organisasi untuk menghindari beberapa masalah dan memecahkan yang
lainnya,serta membangun semangat kerja dan kepuasan kerja. Komunikasi
eksternal rumah sakit dilakukan dengan rumah sakit lain, mitra kerja
8
( stakeholder ). Bentuk komunikasi ini dapat dilakukan melalui telepon,
interpersonal (face to face ), maupun ceramah saat rapat.
9
BAB III
RUANG LINGKUP
3.1 Komunikasi
Komunikasi adalah bagian yang sangat vital dalam sebuah rumah sakit
agar rumah sakit dapat beroperasi dengan baik. Asuhan pasien adalah suatu
upaya yang kompleks dan sangat bergantung pada komunikasi dari informasi.
Komunikasi tersebut adalah kepada dan dengan komunitas (masyarakat),
pasien dan keluarganya, serta antarstaf klinis, terutama Profesional Pemberi
Asuhan (PPA). Kegagalan dalam berkomunikasi merupakan salah satu akar
masalah yang paling sering menyebabkan insiden keselamatan pasien. Agar
proses penyampaian komunikasi dapat berjalan dengan baik, maka diperlukan
suatu bentuk panduan dalam melakukan komunikasi. Panduan komunikasi
efektif ini meliputi :
10
BAB IV
KEBIJAKAN
11
3. Komunikasi Antar Pemberi Pelayanan Di Dalam Dan Ke Luar RS
a. Direktur meneyediakan media komunikasi dan informasi secara
efektif, teratur dan terstruktur melalui :
Rapat Bagian
Rapat koordinasi
Rapat pimpinan
Rapat komite
Rapat Umum
Pertemuan ilmuh
Pertemuan klinis
b. Informasi mengenai kebijakan internal diketahui dan disetujui oleh
direktur serta dikomunikasikan secara tepat waktu melalui :
Pertemuan
Surat Tugas
Surat Dinas
Surat Edaran Direktur
Surat Keputusan
c. Komunikasi dengan pihak-pihak di luar rumah sakit dikelola oleh
Bagian Humas dan Pemasaran.
d. Komunikasi dan informasi dalam rangka asuhan dan pelayanan
pasien didokumentasikan dalam rekam medis dengan
menggunakan format terintegrasi dan baku yang mudah dipahami
dan dimengerti.
e. Setiap informasi yang dikomunikasikan kepada pasien dan
keluaraga didokumentasikan dalam format baku dan ditanda
tangani.
f. Rumah sakit memberikan laporan berkala ke pengurus informasi
tentang asuhan pasien dan respon terhadap asuhan
dikomunikasikan antara praktisi medis, keperawatan dan praktisi
kesehatan lainnya setiap kali pergantian shift. Informasi dapat
dikomunikasikan secara lisan dan tertulis yang meliputi :
Status kesehatan pasien
Ringkasan asuhan yang telah diberikan
Respon pasien terhadap asuhan
Perkembangan kesehatan pasien
g. Tenaga kesehatan yang bekerja di lingkungan RSUD Tebing Tinggi
berhak untuk akses rekam medis pasien, selama pasien tersebut
masih dalam asuhannya serta untuk media komunikasi dan
informasi pelayanan.
h. Profesi lain diperbolehkan akses rekam medis pasien selama
menyangkut kepentingan berkelanjutan asuhan dan pelayanan
pasien.
i. Rumah sakit menegeluarkan resume medis, surat rujukan dan surat
control ulang untuk kepentingan berkelanjutan asuhan dan
pelayanan pasien.
12
j. Pasien rawat inap yang dipindahkan antar bagian keperawataan
harus dibuat dokumennya dalam format formulir transfer, berkas
rekam medis didertakan saat pasien pindah, formulir transfer
berisikan :
Alasan masuk rawat inap dan alasan pindah
Temuan yang signifikan
Diagnosa kerja yang ditegakkkan
Tindakan yang telah dilakukan
Pengobatan yang telah diberikan
Kondisi pasien saat dipindah
13
BAB V
TATA LAKSANA
14
A. KOMUNIKASI DENGAN PASIEN DAN KELUARGA
a). Tata cara berkomunikasi efektif dengan pasien dan keluarga :
1. Humas & Marketing dengan menghubungi 085881927971 --> ini
yang kemaren mau diganti nomor cantik?
2. Hotline ke Informasi (0267) 403073
3. Email ke webmail@rsud.empatlawangkab.go.id
4. Kotak saran /komplain
5. Pemberian informasi kepada pasien dan keluarga tentang edukasi
kesehatan
6. Media leflet, banner, spanduk, poster.
15
rumah sakit. Dalam hal ini petugas juga harus memperhatikan cara
berkomunikasi dan bisa menentukan bahasa apa yang harus digunakan
kepada pasien dan atau keluarga karena kemampuan setiap orang berbeda –
beda.
16
RSUD Tebing Tinggi memiliki proses dimana setiap pasien dan keluarga
diberi informasi tentang asuhan dan pelayanan diberikan oleh rumah sakit
dengan cara memberikan informasi pelayanan secara tertulis yang
kemungkinan akan dilakukan terhadap diri pasien, informasi tersebut
dilakukan pada saat proses admisi. Pada saat pasien mengisi lembar
pernyataan persetujuan untuk dirawat di rumah sakit, petugas
menginformasikan segala hal yang berhubungan dengan pelayanan
terutama yang ada pada lembar persetujuan tersebut.
Selain itu petugas juga menginformasikan kepada pasien dan
keluarga bagaimana cara untuk mengakses pelayanan tersebut. Informasi
dapat disampaikan rumah sakit melalui petugas rumah sakit yang langsung
kepada pasien dan keluarga, sehingga petugas harus memahami dan
menguasai informasi tersebut. Layanan dapat diakses dengan melakukan
prosedur yang ada dan berlaku. Juga dapat memberikan leaflet kepada
setiap pasien dan keluarga.
Jika rumah sakit tidak bisa menyediakan asuhan dan pelayanan
yang dikehendaki pasien atau yang tidak dapat dilayani di rumah sakit,
maka rumah sakit menyampaikan informasi tentang sumber altenatif bagi
asuhan dan pelayanan lain.
Banyak proses komunikasi yang dilakukan oleh petugas kepada
pasien dan atau keluarga pasien selain beberapa contoh diatas, misalnya
adalah ketika :
a. Petugas pendaftaran melakukan proses pendaftaran
b. Proses pengkajian pasien yang dilakukan oleh perawat
c. Petugas memberikan penjelasan mengenai Informed Consent
d. Petugas melakukan edukasi terhadap pasien pulang
e. Petugas menjelaskan terkait penyakit pasien
Bahasa yang digunakan oleh rumah sakit tidak jauh berbeda dengan
komunikasi yang dilakukan kepada masyarakat. Rumah sakit menentukan
bahasa Indonesia sebagai bahasa utama.
Komunikasi antara rumah sakit dengan pasien tidak hanya melalui lisan
saja, sudah disebutkan diatas bahwa rumah sakit menggunakan beberapa
media komunikasi secara tertulis. Hal tersebut menuntut rumah sakit untuk
membuat media informasi yang mudah dipahami oleh siapapun mengingat
pasien dan keluarganya terdiri dari berbagai macam kalangan. Setelah
adanya penyampaian informasi petugas melakukan verifikasi terhadap
informasi yang sudah disampaikan, dari proses tersebut dapat diketahui
apakah pasien dan keluarga dapat menerima dengan jelas informasi yang
sudah disampaikan oleh petugas.
Cara penyampaian informasi kepada pasien dan keluarga dapat
dilakukan sesuai dengan hasil pengkajian awal yang dilakukan terhadap
pasien dimana dengan diketahuinya tingkat pendidikan, kemampuan bicara
atau asal daerah pasien petugas dapat melakukan penyampaian informasi
dengan cara yang lebih mudah dipahami.
17
Jika terdapat pasien dengan keterbatasan dan keluarga yang tidak
berkompeten untuk menerima informasi, maka rumah sakit menyediakan
penerjemah sebagai upaya untuk membantu pasien dan keluarganya
dalam memahami informasi yang disampaikan oleh petugas. Namun hal
tersebut dilakukan sebagai upaya terakhir.
b). Tata Laksana Komunikasi Dokter UGD dengan Pasien dan Keluarga
1. Setelah dilakukan pemeriksaan [anamnesis, pemeriksaan fisik]
kemudian dokter menjelaskan diagnose atau perkiraan diagnose
pasien, serta pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan.
2. Dokter menjelaskan tujuan pemeriksaan, hasil yang diharapkan dari
pemeriksaan penunjang tersebut untuk menegakkan diagnose.
3. Apabila keluarga dan pasien setuju, pemeriksaan dapat dikerjakan
4. Apabila keluarga dan pasien tidak setuju maka pemeriksaan tidak
dilakukan dan keluarga menandatangani surat penolakan.
5. Setelah hasil pemeriksaan penunjang [Radiologi,lab,EKG,USG] sudah
selesai kemudian dokter menjelaskan ke keluarga pasien .
c). Informasi Dokter DPJP dengan Pasien dan Keluarga
1. DPJP wajib memberikan pendidikan kepada pasien tentang
kewajibannya terhadap rumah sakit antara lain :
Memberi informasi yang benar, jelas dan jujur
Mengetahui kewajibannya dan tanggung jawab pasien dan keluarga
Mengajukan pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti
Memahami konsekuensi pelayanan
Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan rumah sakit
Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa
Edukasi tersebut disampaikan secara lisan dan dicatat dalam Lembar
Edukasi yang dilengkapi tanda tangan pasien, dan DPJP.
2. DPJP wajib membuat rencana pelayanan
a. Menuliskan rencana pelayanan
a) Dokter menuliskan rencana kerja atau permasalahan medis
yang akan ditangani
b) Dokter menulis rencana tindakan yang akan dilaksanakan,
dapat berupa rencana pemeriksaan penunjang, konsul dan
lain-lain.
c) Dokter menyususn rencana terapi atau intervensi guna
menangani masalah.
d) Dokter membubuhkan tanda tangan dan waktu penulisan.
b. Menginformasikan rencana pelayanan kepada pasien/
keluarga
a) Dokter sudah menyampaikan pada pasien bahwa pasien
diperiksa dan dibuat diagnose kerja.
18
b) Dokter menyampaikan pada pasien pemeriksaan/tindakan apa
yang akan dilaksanakan.
c) Dokter menyampaikan kemungkinan manfaat dan resikonya
terhadap tindakan
d) Dokter memastikan apakah pasien sudah paham.
e) Dokter mempersilakan kepada pasien untuk menanyakan
sesuatu apabila belum jelas.
f) Dokter menuliskan pada dokumen rekam medis bahwa telah
menginformasikan rencana pelayanan dan membubuhkan
paraf.
19
Setelah pasien setuju dengan tindakan medis, petugas pendaftaran
menginformasikan ke unit terkait.
5). Jika Pasien tidak setuju dengan informasi biaya, Petugas
Pendaftaran akan menginformasikan kepada Dokter yang
merawat dan Dokter akan memberikan solusi apakah akan
memberikan keringanan biaya atau disarankan ke rumah sakit
pemerintah.
6) Jika terjadi perubahan kriteria tindakan dari ruang tindakan akan
menginfomasikan kepada keluarga pasien.
d). Tata Laksana Komunikasi antara perawat dengan pasien dan keluarga
1. Memberi salam pada pasien dan keluarga
2. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang fasilitas yang ada
di ruang perawatan dan prosedur penggunaannya
3. Menjelaskan tata tertib di Rumah Sakit
4. Menjelaskan hak dan kewajiban pasien
5. Memberikan penjelasan dokter/petugas yang merawat
6. Informasi waktu konsultasi
7. Informasi catatan perkembangan konsisi pasien dan rencana asuhan
perawatan
8. Informasi tentang persiapan pulang
9. Setiap selesai melaksanakan orientasi harus tercatat pada checklist
dan ditanda tangani oleh kedua belah pihak
6. Melakukan upaya :
a) Mengecek arti atau maksud yang disampaikan
Bertanya lebih lanjut kepada pasien/keluarga pasien apakah ia sudah
mengerti apa yang dibicarakan.
Contoh: Petugas pendaftaran/Perawat bertanya pada pasien
“Apakah sudah mengerti, Pak?”
b) Meminta penjelasan lebih lanjut
20
Petugas lebih aktif berbicara untuk memastikan apakah ada hal lain
yang perlu ditanyakan lagi.
Contoh: “Apa ada hal lain yang kurang jelas, Bu?”
c) Mengecek umpan balik atau hasil
Petugas memancing kembali dengan mengajukan pertanyaan
mengenai hal atau pesan yang telah disampaikan kepada pasien /
keluarga pasien.
Contoh: “Tadi obatnya sudah diminum , Pak?”
d) Mengulangi pesan yang disampaikan memperkuat dengan bahasa
isyarat
Contoh: “Obatnya diminum 3 kali sehari ya” sambil menggerakkan
tangan.
e) Dokter atau perawat lebih mendekatkan diri dengan berbincang
mengenai hal-hal yang menyangkut keluarga, keadaannya saat ini
(keluhan tentang penyakitnya).
f) Membuat pesan secara singkat, jelas dan tepat
Petugas menyampaikan hanya hal-hal yang berhubungan pasien
(atau yang ditanyakan pasien) sehingga lebih efisien dan tidak
membuang-buang waktu.
7. Hambatan bahasa untuk pasien asing
a) Apabila pasien membawa guide/penterjemah, maka informasi
diberikan/ditanyakan melalui guide/penterjemah.
b) Apabila pasien tidak membawa penterjemah/guide, petugas
memanggil karyawan yang dilain yang mempunyai kemampuan.
Menggunakan penterjemah bagi pasien asing baik menggunakan guide
maupun dengan cara melatih karyawan berbahasa inggris.
21
7. Gunakan kata atau kalimat yang menimbulkan semangat atau
meyakinkannya.
8. Ulangi pesan yang penting.
9. Pastikan pasien/keluarga mengerti apa yang disampaikan.
10. Menanggapi reaksi psikologis yang ada, terlihat dari ucapan atau sikap
dan dengan empati. ”Saya dapat mengerti jika ibu khawatir”.
11. Menyimpulkan apa yang telah disampaikan.
12. Beri kesempatan pasien/keluarga untuk bertanya, jangan memonopoli
pembicaraan.
13. Berikan nomor telpon yang bisa dihubungi jika sewaktu-waktu
diperlukan.
Komunikasi yang dibahas dalam buku ini adalah komunikasi yang
terjadi antara dokter dan pasien dalam rangka menyelesaikan masalah
kesehatan pasien yang bukan dalam keadaan gawat darurat (emergency).
Selain itu komunikasi efektif juga dapat dilaksanakan di kamar operasi,
saat pasien akan dilakukan tindakan operatif yang meliputi menanyakan
identitasnya (nama, tanggal lahir, alamat), jenis operasi/lokasi operasi unuk
memastikan identitas pasien dan tindakan ynag akan dilakukan. Apabila
pasien tidak mampu untuk melakukan komunikasi maka dapat diwakilkan oleh
keluarga pasien.
Komunikasi efektif dalam hubungan dokter – pasien diharapkan dapat
mengatasi kendala yang ditimbulkan oleh dokter dan pasien. Tujuannya
adalah untuk mengarahkan proses penggalian riwayat penyakit lebih akurat
untuk dokter, lebih memberikan dukungan kepada pasien sehingga
diharapkan terjadi perubahan sikap dalam hubungan dokter pasien.
Sikap profesional dokter harus ditunjukkan ketika dokter berhadapan
dengan tugas-tugasnya, secara terus menerus sejak awal konsultasi, selama
proses konsultasi berlangsung dan di akhir konsultasi. Sikap dokter ketika
menerima pasien adalah :
1. Menyilakan masuk dan mengucapkan salam
2. Memanggil / menyapa pasien dengan namanya
3. Menciptakan suasana yang nyaman
4. Memperkenalkan diri
5. Menilai suasana hati lawan bicara
6. Memperhatkan sifat non verbal
7. Menatap mata pasien secara profesional
8. Memperhatikan keluhan yang disampaiakan pasien
9. Melibatkan pasien dalam rencana tindakan medis selanjutnya atau
pengambilan keputusan
10. Memeriksa ulang segala sesuatu yang belum jelas
11. Melakukan negosiasi atas segala sesuatu berdasarkan kepentingan
kedua belah pihak
12. Membukakan pintu atau berdiri ketika pasien hendak pulang
Hal penting yang harus diperhatikan agar efektif dalam berkomunikasi dengan
pasien yaitu :
22
a. Materi informasi apa yang disampaikan, apakah berupa tujuan
pemeriksaan fisik, kondisi saat ini, berbagai tindakan medis yang akan
dilakukan, hasil dan interpretasi tindakan medis, diagnosis, piliihan
tindakan medis, prognosis dan dukungan yang tersedia
b. Siapa yang diberi informasi, apakan pasien, keluarganya atau pihak lain
yang menjadi wali
c. Berapa banyak atau sejauh mana pasien atau keluarga pasien
menghendaki informasi dan sejauh mana kesiapan mental
d. Kapan menyampaikan informasi, apakah bersifat segera
e. Dimana menyampaikannya, apakah di ruang praktik dokter, bangsal atau
tempat lain
f. Bagaimana menyampaikannya apakah secara langsung atau media yang
lain
Langkah-langkah komunikasi :
Ada empat langkah yang terangkum dalam satu kata untuk melakukan
komunikasi yaitu SAJI ( Salam, Ajak Bicara, Jelaskan, Ingatkan).
23
b. Komunikasi Pemberi Pelayanan Asuhan kepada Dokter Umum dan
atau Spesialis
c. Komunikasi dalam pengelolaan hasil pemeriksaan penunjang
d. Operan shift jaga
e. Komunikasi keadaan emergency
a. Rapat koordinasi
Rapat adalah pertemuan atau kumpulan dalam suatu organisasi,
perusahaan, instansi pemerintah baik dalam situasi formal maupun
nonformal untuk membicarakan, merundingkan dan memutuskan suatu
masalah berdasarkan hasil kesepakatan bersama.
Salah satu upaya Rumah Sakit dalam meningkatkan komunikasi
efektif antar pemberi pelayanan maka rumah sakit mengadakan rapat
koordinasi, yaitu :
1) Rapat Mingguan
2) Rapat Bulanan
3) Rapat Triwulan
4) Rapat Tahunan
5) Rapat insidental
Rapat koordinasi dapat dipimpin oleh Direktur , namun tidak harus
dipimpin oleh Direktur. Peserta yang hadir adalah Kepala Bagian, serta
tamu undangan yang diharapkan hadir pada saat rapat koordinasi tersebut
berlangsung.
Rapat koordinasi antar bagian digunakan untuk mendiskusikan
yang melibatkan antar bagian. Diharapkan dengan adanya rapat
koordinasi yang berkelanjutan akan memperbaiki kelemahan sistem
sehinggga tujuan dari sasaran keselamatan pasien dapat tercapai.
24
tangan atau paraf dokter spesialis tersebut. Dalam keadaan dimana
Pemberi Pelayanan Asuhan menerima perintah lisan bertemu langung
memegang rekam medis pasien maka TulBaKon dilakukan persis
seperti konsultasi via telepon seperti dibawah ini.
Berikut hal yang harus dilakukan oleh Pemberi Pelayanan
Asuhan ketika melakukan konsultasi via telepon kepada dokter
spesialis:
a) Pemberi Pelayanan Asuhan memperkenalkan identitas diri kepada
dokter spesialis dan menyampaikan maksud dan tujuan
b) Bahasa yang digunakan pada saat melakukan konsultasi adalah
bahasa Indonesia, atau dalam kondisi tertentu dapat menggunakan
bahasa Daerah yang dipahami oleh keduanya dengan intonasi
bahasa yang jelas dan sopan
c) Pemberi Pelayanan Asuhan menginformasikan keadaan pasien
dengan menggunakan S-BAR, meliputi :
(1) SITUATION : bagaimana kondisi pasien saat ini ?
Identitas pasien ( nama, tanggal lahir, alamat, nomor rekam
medis pasien, ruang perawatan pasien, lama perawatan
Diagnosa medis
Keluhan utama yang saat ini dirasakan data keadaan
umum dan vital sign terakhir
(2) BAGROUND
Riwayat alergi, riwayat pengobatan
Hasil pemeriksaan penunjang : Lab , USG, Rongten atau
Scan
Tindakan atau pengobatan yang sudah diberikan
Obat yang sudah diberikan
(3) ASSESMENT
Pemberi Pelayanan Asuhan menyampaikan pendapat
mengenai analisa permasalahan (kesimpulan dari Situation dan
Baground) yang terjadi pada pasien saat ini
(4) RECOMENDATIONS
Dokter umum menyampaikan usulan pengobatan / tindakan
yang harus dilakukan ke pasien.
25
terjadi kesalahpahaman dalam maksud dan tujuan. Untuk
obat-obatan yang masuk dalam daftar LASA atau NORUM, maka
petugas membacakan ulang kembali nama obat yang dimaksud
dengan mengeja obat-obatan tersebut sehingga tidak terjadi
kesalahan pemberian obat dan menulis di Rekam medik : sudah di
bacakan kembali.
g) Pemberi Pelayanan Asuhan melakukan konfirmasi (Kon) kepada
dokter atas penulisan dan pembacaan yang dilakukannya dan
dinyatakan benar oleh dokter.
h) Jika terdapat kesalahan pencatatan dan atau salah pemahaman
dalam menerimaan advis, maka catatan dibenarkan, dibacakan
ulang dan dikonfirmasi ulang (reconfirm /konfirmasi ulang/Kon)
pada Dokter Spesialis
i) Pencatatan pada rekam medis kemudian di stempel TulbaKon
dan advis ditandatangani oleh Pemberi Pelayanan Asuhan yang
kemudian dimintakan tanda tangan atau paraf kepada Dokter
Spesialis pada saat Dokter Spesialis tersebut visit Apabila dokter
spesialis tidak mau memberikan paraf atau tanda tangan, maka di
bawah stempel di tulis : dokter spesialis (......) tidak bersedia tanda
tangan
j) Dalam keadaan darurat, pembacaan ulang catatan pesan tidak
harus dilakukan
k) Daftar berikut dapat dipergunakan saat konfirmasi dengan cara
mengeja huruf menjadi kata sebagai berikut
26
yang sudah disediakan di rekam medis pasien. Namun hasil pemeriksaan
penunjang yang abnormal (Nilai Kritis) harus segera disampaikan kepada
petugas terkait melalui lisan atau telepon, tidak harus menunggu hasil
pemeriksaan tertulisnya jadi terlebih dahulu. Karena itulah maka petugas
penunjang medis juga harus melakukan komunikasi efektif jika melakukan
perintah atau menerima perintah secara lisan atau melalui telepon untuk
menyampaikan hasil pemeriksaan penunjang kepada disiplin klinis lain di
rumah sakit.
Petugas penerima hasil pemeriksaan penunjang secara lisan atau
telepon harus mencatat (Tul) di lembar catatan perkembangan pasien dalam
rekam medis atau dicatat di kertas atau media lain apabila tidak
memungkinkan untuk mencatatnya dalam rekam medis pasien, membaca
ulang (Ba), melakukan konfirmasi (Kon) kepada pemberi informasi dan
membubuhkan stempel nama, paraf atau tanda tangan pada catatannya.
Khusus untuk obat-obatan yang masuk dalam daftar NORUM/LASA
(nama obat rupa mirip), pada saat petugas membacakan ulang perintah
pengobatan, petugas harus mengeja kembali nama obat yang ditulisnya ketika
menerima perintah secara lisan atau telepon.Jika hasil pemeriksaan
penunjang sudah jadi, maka petugas menempel di lembar yang sudah
disediakan di rekam medis pasien.
27
b. Ringkasan asuhan yang sudah diberikan kepada pasien
c. Respon pasien terhadap asuhan yang sudah diberikan
d. Perencanaan asuhan keperawatan berikutnya
28
merencanakan dan merancang proses manajemen informasi untuk
memenuhi kebutuhan informasi baik internal dan maupun eksternal.
Proses komunikasi tidak diharuskan dengan surat formal melainkan
dapat dilakukan dengan bentuk rapat koordinasi yang isi dari rapat tersebut
meliputi :
a. Pelayanan yang harus diberikan kepada pasien.
b. Informasi yang harus dihasilkan setiap rumah sakit.
29