Anda di halaman 1dari 8

Mengetahui Perkembangan Jiwa dan Gangguannya

pada Anak
Mariana Astuti Dam ( 102013128) D9

Fakultas Kedokteran Ukrida

Email: marianadam636@gmail.com

Pendahuluan

Saat ini ada perubahan paradigma penanganan gangguan jiwa dari perawatan di rumah sakit
jiwa menjadi perawatan berbasis masyarakat. Dalam penanganan gangguan jiwa, obat bukan
segala-galanya, namun diperlukan pula konseling psikoterapi serta rehabilitasi. Berbagai riset
menunjukkan bahwa faktor penyebab gangguan jiwa. Dalam makalah ini akan membahas
mengenai gangguan pada perkembangan jiwa pada remaja.

Anamnesis Psikiatri

Identitas pasien

Riwayat penyakit sekarang, yakni alasan datang ke tempat praktik anda, keluhan pasien, lama
keluhan tersebut dan kronologis. Dapat dicatat siapa keluarga atau teman yang mengantar

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Neurologis

Pemeriksaan dilakukan dengan menilai kesadaran dan responnya terhadap lingkungan,


respon terhadap suara dan nyeri (tekan sternum, supra orbita, tendo, kuku), pemeriksaan pupil
dan gerakan mata dimana menilai ukuran pupil, refleks cahaya, refleksa okulovestibuler,
pemeriksaan tanda rangsang meningeal (kaku kuduk, tanda brudzinski), pemeriksaan saraf
kranial nervus III, IV, VII, XIII, pemeriksaan motorik ekstremitas atas( rigidity, cogwheel
phemene, pemeriksaan gerakan aktif deltoid, biceps, triceps, wrist extension, wirst flexion,
extension jari-jari, dan flexi jari-jari), pemeriksaan refleks patologis (barbinski dan klonus
kaki), pemeriksaan koordinasi(percobaan telunjuk hidung dan test romberg).

Pemeriksaan psikiatri (keadaan mental)

Pada pemeriksaan psikiatri kita menilai perilaku umum, berbicara, afek(kegembiraan,


kesedihan, iritabilitas, kebingungan, ketakutan, ansietas), pola pikir, daya ingat, interpretasi,
halusinasi, fenomena obsesi, orientasi, perhatian dan konsentrai, pengetahuan umum dan
intelegensi.
Tes psikologi

Untuk mengukur aspek intelegensi atau personalisasi pasien psikiatri digunakan beberapa
test:1

Test intelegensi/ Intelligence Quetient(IQ). Test ini digunakan dalam mendiagnosis cacat
mental

Faktor- Faktor yang mempengaruhi perilaku anak

Faktor biologis

Pertumbuhan dan perkembangan termasuk proses yang berubah- ubah, pembentukan


jaringan, pembesaran kepala, tubuh serta anggota badan lainnya seperti tangan dan kaki,
peningkatan yang drastis dalam kekuatan dan kemampuan untuk mengendalikan otot-otot
yang besar maupun kecil, perkembangan hubungan social, pemikiran dan bahasa serta
munculnya kepribadian. Pengaruh biologis pada perkembangan meliputi faktor- faktor
genetika. Pematangan fisik dan saraf mendorong anak untuk maju dan membuat batasan yang
rendah untuk

Depresi

Anak yang mengalami depresi dapat menimbulkan efek merugikan bagi kehidupan dirinya
sendiri. Cara yang paling mudah untuk melindungi kehidupan anak yang sedang depresi
adalah mendeteksi secara dini gejala depresi pada anak, lalu memberikan penanganan agar
kehidupan nya terselamatkan. Tanda- tanda apabila seorang anak mengalami depresi adalah
uring-uringan atau gampang marah, ini adalah gejala yang paling umum dari orang-orang
yang depresi. Bahkan dalam kasus sering terjadi ledakan amarah, merasakan sakit atau nyeri
yang samar- samar, apabila seorang remaja merasakan sakit kepala, sakit perut, dan keluhan
lain yang tak nampak secara fisik penyebabnya dan tak menunujukkan masalah medis. Maka
kemungkinan si anak mengalami depresi, peka terhadap kritik, seseorang yang sensitif
terhadap kritikan terkadang normal, akan tetapi bila seorang remaja terlalu marah ketika
dikritik, bisa jadi remaja tersebut sedang mengalami depresi, berkumpul dengan kenalan-
kenalan baru, jika seorang remaja menjauhi teman- teman lama, keluarga dan sahabat
kemudian lebih sering berkumpul dengan komunitas yang baru dikenalnya, ada kemungkinan
si anak sedang depresi. Depresi pada anak membawa efek buruk dalam kehidupannya bahkan
dapat menghancurkan kehidupan remaja dan sangat sulit dipulihkan.

Berikut ini adalah berbagai dampak buruk anak yang depresi:

Bermasalah di sekolah, energy yang rendah menyebabkan sulit berkonsentrasi untuk


menerima pelajaran. Nilai rendah, tingkat kehadiran buruk, dan tidak sanggup mengerjakan
tugas- tugas sekolah, perasaan rendah diri sangat dominan, mengalami gangguan makan,
bahkan anorexia, kecanduan game computer dan surfing internet sebagai mekanisme
pelarian, penyalahgunaan zat, seperi kecanduan alcohol atau pun obat-obatan terlarang,
sering berperilaku ceroboh, seperti kurang hati- hati dalam berkendara, sering ceroboh
meletakkan benda- benda tidak pada tempatnya.

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan dilakukan wawancara terstruktur, skala depresi anak dan uji depresi
deksametason.

Etiologi

Peningkatan angka depresi 3-6 kali lebih besar pada sanak keluarga tingkat pertama penderita
yang menderita gangguan afektif berat dan kadar fungsional norepinephrine dan serotonin
yang rendah diduga penanda genetic penting. Kurangnya keterampilan social,
ketidakberdayaan yang dipelajari, masalah dengan control diri, stress hidup.

Epidemiologi

Prevalensi gangguan depresif pada masa anak diperkirakan 0.15- 2 %. Pada populasi yang
memiliki masalah- masalah klinis telah diperkirakan sampai 10-20 %. Prevalenso depresi
berat pada anak prapubertas dilaporkan sekitar 1,8 % dan pada remaja 3,5- 5 %. Anak
perempuan dilaporkan memiliki gejala- gejala depresif lebih bermakna daripada anak laki-
laki.

Gejala klinis

Depresi anaklitik masa bayi adalah menangis, mencari- cari, perilaku seperti panil,
hipermotilitas kedua tangan maupun kaki, apatis di mata bayi, hipotonik dan tidak aktif, tidak
dapat melekat dengan orang asing. Depresi pada anak seperti ekspresi wajah sedih, mudah
meneteskan air mata, iritabilitas, menarik diri dari minat yang biasanya menyenangkan dan
gejala vegetative yang melibatkan gangguan makan dan tidur. Pada remaja biasanya
kelelahan depresi dan keinginan bunuh diri, halusinasi dan delusi. Adanya anoreksia nervosa,
gangguan somatisasi, ketidakmampuan menyesuaikan diri,emosional, menyendiri dan
mengalami masalah dalam prestasi

Penatalaksanaan

Penggunaan obat antidepresan mungkin berguna dalam mengobati distimik, Khususnya


membantu pada penderita distimil yang menampakkan gejala- gejala vegetative depresi

Retardasi mental

Retardasi mental adalah suatu keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau tidak lengkap,
yang terutama ditandai oleh terjadinya rendah ketrampilan selama masa perkembangan,
sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara menyeluruh, misalnya kemampuan
kognitif, bahasa, motoric dan social. Menurut The American Association on Mental
Defeciency(AAMD), defenisi retardasi mental mencakup dua dimensi utama yaitu perilaku
adaptif dan kecerdasan. Retardasi mental didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana fungsi
intelektual umum di bawah rerata normal disertai dengan kekurangan atau hendaknya dalam
perilaku adaptif yang muncul pada periode perkembangan. Terdapat dua model pendekatan
yang dipakai yaitu model pendekatan biomedik dan pendekatan sosialkultural. Dari
pendekatan biomedik lebih menitikberatkan pada perubahan- perubahan dasar pada sistem
otak, sedangkan pendekatan sosialkultural menyoroti fungsi- fungsi social dan adaptasi
secara umum untuk mengikuti norma- norma yang berlaku. Beberapa istilah yang dipakai
untuk retardasi mental adalah keterbelakangan mental, lemah ingatan, cacat mental, tuna
mental. Istilah asing yang sering digunakan adalah mental deficiency, oligophrenia, amentia
dan mental subnormality. Penyebab 25 % dari penderita retardasi mental disebabkan oleh
faktor biologik. Yang paling sering terdapat adalah kelainan kromosom atau metabolisme
seperti pada sindroma down, phenil keton uria dan ibu yang banyak minum alcohol sewaktu
hamil. Pada retardasi mental yang etiologinya faktor biologik, perbandingan jumlah penderita
antara golongan social ekonomi tinggi dan rendah adalah sama, tidak ada peningkatan
prevalensi pada anggota keluarga kecuali bila disebabkan oleh karena kelainan genetic seperti
phenylketonuria. Untuk 75 % sisanya tidak didapatkan faktor biologic. Retardasi mental
tanpa etiologik biologic dapat dikaitkan dengan berbagai jenis deprivasi psikososial seperti
deprivasi stimulasi, social, bahasa dan intelektual(PPDGJ II, 1983). Taraf kekurangan
intelektual biasanya ringan, diagnosis biasanya ditegakkan pada waktu masuk sekolah, lebih
banyak terdapat pad golongan social ekonomi rendah sering terdapat pola keluarga dengan
taraf retardasi mental yang sama dengan orang tua atau saudara.

Pemeriksaan penunjang

Dilakukan test IQ( test fungsi kecerdasan), hasil lebih rendah dari 50 sangat beresiko
menderita retardasi mental dan pemeriksaan ultrasonografi(USG) kepala dapat membantu
menilai adanya kalsifikasi serebral, perdarahan intra kranial pada bayi dengan ubun- ubun
masih terbuka. Pemeriksaan laboratorium dilakukan atas indikasi, pemeriksaan ferriklorida
dan asam amino urine dapat dilakukan sebagai screening PKU.

Etiologi

Kemungkinan menemukan etiologi Retardasi mental bergantung pada beratnya retardasi.


Hanya kira- kira 50 % kasus retardasi mental ringan yang etiologinya dapat diketahui,
sebaliknya 80 % kasus retardasi berat atau sangat berat etiologinya tidak diketahuinya. Faktor
prenatal adalah gangguan pertumbuhan otak trisemester I, II, III( trisomy, infeksi, disfungsi
plasenta, kelainan congenital otak, ibu malnutrisi). Faktor perinatal pada premature, asfiksia
neonatorum, trauma lahir, meningitis.faktor postnatal pada trauma berat di kepala, neurotoxin
misalnya logam berat, gizi buruk, hipotiroid, ensefalitis.

Epidemiologi

Prevalens retardasi mental pada anak- anak di bawah umur 18 tahun di negara maju
diperkirakan mencapi 0,5- 2,5 %, di negara berkembang berkisar 4,6 %. Insidens retardasi
mental di negara maju berkisar 3- 4 kasus baru per 1000 anak dalam 20 tahun terakhir. Angka
kejadian anak retardasi mental berkisar 19 per 1000 kelahiran hidup. Banyak penelitian
melaporkan angka kejadian retardasi mental lebih banyak pada anak laki- laki dibandingkan
perempuan.

Gejala klinis

Kelainan pada mata seperti katarak, kejang umum tonik klonik, kejang pada masa neonatal,
kelainan rambut seperti rambut rontok, cepat memutih, rambut sangat halus, pada kepala
seperti mikrosefali atau makrosefali, dan perawakan pendek.

Psikosis ini terjadi pada anak usia dibawah 3 tahun. Kelainan ini ditandai dengan gangguan
kualitatif pada komukasi verbal dan nonverbal, pada aktifitas dan imajinatif, dan pada
interaksi social timbal balik.5

Penatalaksanaan

Untuk mendiagnosis retardasi mental dengan tepat perlu diambil anamnesa dari orang tua
dengan teliti mengenai kehamilan, persalinan dan perkembangan anak. Bila mungkin
dilakukan juga pemeriksaan psikologik, bila perlu diperiksa juga di laboratorium, diadakan
evaluasi pendengaran dan bicara. Observasi psikiatrik dikerjakan untuk mengetahui adanya
gangguan psikiatrik dikerjakan untuk mengetahui adanya gangguan psikiatrik disamping
retardatasi mental. Tingkat kecerdasan intelegensia bukan satu-satunya karakteristik,
melainkan harus dinilai berdasarkan sejumlah besar ketrampilan spesifik yang berbeda.
Penilaian tingkat kecerdasan harus berdasarkan semua informasi yang tersedia, termasuk
temuan klinis, perilaku adaptif dan hasil test psikometrik. Untuk diagnosis yang pasti harus
ada penurunan tingkat kecerdasan yang mengakibatkan berkurangnya kemampuan adaptasi
terhadap tuntutan dari lingkungan social biasa sehari-hari. Pada pemeriksaan fisik pasien
dengan retardasi mental dapat ditemukan berbagai macam perubahan fisik, misalnya
perubahan bentuk mikrosefali, hidrosefali dan sindrom down. Wajah pasien dengan redartasi
mental sangat mudah dikenali seperti hipertelorisme, lidah yang menjulur keluar, gangguan
pertumbuhan gigi dan ekspresi wajah tampak tumpul

Autisme
Psikosis ini terjadi pada anak usia dibawah 3 tahun. Kelainan ini ditandai dengan gangguan
kualitatif pada komukasi verbal dan nonverbal, pada aktifitas dan imajinatif, dan pada
interaksi social timbal balik.5
Pemeriksaan penunjang
CT scanning yaitu tampak ventrikel lateral otak tidak normal, terutama daerah temporal,
histopatologi dimana tampak pembentukan sel- sel di daerah hippocampus terlihat tidak
normal dan amygdale di kedua sisi otak.

Etiologi
Penyebab autism adalah spekulatif. Sebab-sebak genetic telah dilibatkan. Gen yang
berkontribusi pada anak autistic adalah pada kromosom ke 7, 2, 8, 15 dan 19. Kelainan
kromosom, terutama pada sindrom X yang mudah pecah (fragil), juga lebih lazim pada
keluarga dengan autism. Jika dalam keluar terdapat salah satu anak yang menderita autistic
maka resiko saudara atau adiknya menderita autism meningkat. Sekalipun tidak terkena
autime, namun resiko mereka menderita berbagai gangguan perkembangan yang sering
terkait dengan keterampilan-keterampilan komunikasi dan social meningkat (broad
phenotype). Selain factor genetic factor neuroanatomis juga berperan dalam terjadinya
autiSelain factor genetic factor neuroanatomis juga berperan dalam terjadinya autisme seperti
dipusatkan pada berbagai kemungkinan, meliputi cedera otak, pembesaran volume substansia
alba dan grisea cerebri, kerusakan pada lobus temporalis, lesi pada hipokampus serta
penurunan pada sel purkinje.5

Epidemologi
Prevalensi biasanya diperkirakan ada3-4/ 10.000 anak. Gangguan ini adalah jauh lebih lazim
pada laki-laki daripada wanita (5:1). Beberapa penyakit sistemik, infeksi, dan neurologis
menunjukan gejala-gejala seperti autistic atau memberikan kecenderungan penderita pada
perkembangan gejala autistic. Juga ditemukan peningkatan yang berhubungan dengan
kejang.5

Manifestasi klinik
Diantara gejala-gejala dan tanda-tanda yang paling penting adalah kemampuan komunikasi
verbal dan non verbal yang tidak atau kurang berkembang, kelainan pada pola berbicara,
gangguan kemampuan mempertahankan percakapan, permainan social yang abnormal,
tiadanya empati, dan tidakmampuan untuk berteman. Sering juga memperlihatkan gerakan
tubuh yang stereotipik, kebutuhan kesamaan yang mencolok, minat yang sempit, dan
keasyikan dengan bagian-bagian tubuh. Anak autistic menarik diri dan sering menghabiskan
waktunya untuk bermain sendiri. Ledakan amarah dapat menyertai gangguan rutin. Kontak
mata minimal atau tidak ada. Pengamatan visual terhadap gerakan jari dan tangan,
pengunyahan benda, dan menggosok permukaan dapat menunjukan pengutan kesadarandan
sensivitas terhadap bebrapa rangsangan, sedangkan hilangnya respon terhadap nyeri dan
kurangnya respon terkejut terhadap suara-suara keras yang mendadak menunjukan
menurunnya sensivitas pada rangsangan lain. Jika berbicara memperlihatkan echolalia,
pembalikan kata ganti (pronomial), dan bentuk-bentuk bahasa aneh lainnya dapat menonjol.5
Inteligensi dengan uji psikologi konvensional biasanya jatuh pada kisaran retardasisecara
fungsional. Namun, defisit dalam kemampuan berbicara dan sosialisasi membuatnya sulit
memperoleh estimasi yang tepat dari potensi intelektual anak autistic. Dalam tes nonverbal
yang dilakukan, beberapa anak autistic hasilnya cukup memadai, dan mereka yang
kemampuan bicarannya berkembang dapat mempergerakan kapasitas intelektual yang
memadai. Ciri khas anak autistic adalah deficit dalam ketergantungan verbal, abstraksi,
memori rutin dan pertukaran verbal timbal balik. Selain itu, juga menunjukan deficit dalam
pemahamannya mengenai apa yang mungkin dirasakan atau dipikirkan orang lain, apa yang
disebut dengan kekurangan berfikir.

Penatalaksanaan
Terapi perilaku dengan pemanfaatan keadaan yang sedang berlaku diperlukan meningkatkan
kemahiran bicara

Asparger Syndrom
Asperger syndrome adalah anak yang memiliki gangguan pada kemampuan komunikasi,
interaksi social, serta tingkah lakunya. Namun gangguan pada anak Asperger tergolong lebih
ringan dibanding dengan ank-anak autis. Hal yang paling membedakan antara anak autis dan
Asperger adalah kemampuan pada kemampuan bicaranya. Kemampuan bicaranya anak
Asperger jauh lebih baik dari pada anak dengan autis. Bila anak autis tidak bias berinteraksi
dengan lingkungan socialnya, anak Asperger masih bias dan punya kemauan untuk
berinterasi dengan dengan lingkungan sosialnya. Kecerdasan anak Asperger biasanya pada
great rata-rata keatas.
Pada umumnya, penderita Asperger tidak dapat berkomunikasi dengan dua arah maupun
berkomunikasi nonverbal dengan Bahasa tubuh. Dalam berbahasa walau memakai tata
Bahasa tubuh. Dalam berbahasa walaupun memakai tata Bahasa yang baik, tetapi mereka
sering mengulang kata-kata yang sama dengan artikulasi yang tidak baik dan tanpa intonasi,
sehingga terdengar kaku dan aneh sama halnya saat melakukan kegiatan motorik.6
Etiologi
Penyebab Sindrom Asperger belum diketahui, tetapi studi keluarga menunjukan hubungan
yang mungkin dengan autistic disorder. Kesamaan ini memungkinkan adanya hubungan
sindrom Asperger dengan factor genetic, metabolic infeksi dan keadaan perinatal. Gangguan
ini juga tampaknya dapat dihungkan dengan kelainan structural pada beberapa bagian otak.6

Epidemologi
Insiden Sindrom Asperger tidak menetap, namunpara ahli dalam studi populasi konservatif
memperkirakan prevalensi biasanya diperkirakan ada 2/ 10.000 anak mengalami gangguan
ini, sindrom Asperger lebih sering terjadi pada anak laki-laki dibandingkan dengan anak
perempuan dengan perbandingan 9:1.6

Manifestasi Klinik

Hal-hal yang aneh pada penderita Asperger sudah terlihat mulai dari dari sekitar anak usia 3
tahun, karena memulai kekacauan dalam perkembangannya. Dia tidak mampu bersosialisasi
dengan anak lain, tidak bapat mengerti dengan perubahan rutinitas, dan ketika besar dia tidak
dapat berbicara secara efektif, bertele-tele, dan hanya tertarik pada satu atau dua hal saja, dan
tidak perduli apakah orang lain mendegarkan atau tidak. Pada anak Asperger pada satu sisi, ia
sering mencari perhatian dengan berbicara keras dan tidak peduli bilang orang lain ingin
mengalihkan pembicaraan, dan pada sisi lain ia menolak untuk bertatapan mata, tidak mampu
berkomunikasi nonverbal atau menggunakan bahasa tubuh, tidakmemperhatikan ekspresi
wajah, dan kalau mengerakan tubuhnya atau memberikan isyarat selalu tidak lazim. Penderita
Asperger menunjukan ketertarikan hanya pada satu atau dua hal saja, tidak memiliki rasa
humor dan tidak mengerti bila orang lain membuat lelucon dan tertawa karenanya. Gaya
bicara pada anak Asperger selalu monoton, kaku dan sangat cepat, tidak seperti anak
umumnya.6

Penatalaksanaan

Harus segera diberikan psikoterapi secar individual untuk meningkatkan kecerdasan


emosinya dan memodifikasi sikap dan perilakunya, melatih dan meningkatkan keterampilan
bersosialisasi anak dan berkomunikasi dua arah melalui terapi bicara, pemeberian obat-
obatan seperti jenis serotonin, risperidonem olanzapine, quetiapine diperuntukan untuk
meredam perilaku agresivitas. Jenis SSRI lainnya seperti fluoxetine diberikan bila disertai
gangguan kecemasan dan clomipramine diberikan untuk meredamkan perilaku obsesif

Anda mungkin juga menyukai