Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN KEPANITERAAN KLINIK

MODUL LESI ORAL


TORUS PALATINUS

Nama Pasien : Shofiana Islamiyati M


No. RM : 036439
Operator : Rinanda Yulia Ikha Putri, S.KG
NIM : 20110340080
Pembimbing : drg. Afryla

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2018
LAPORAN KASUS
LESI ORAL

A. DATA PASIEN
Nama : Shofiana Islamiyati M
No. RM : 036439
Usia : 24 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Boyolali

B. PEMERIKSAAN
1. Pemeriksaan subjektif
Pasien perempuan seorang mahasiswa berusia 24 tahun datang ke RSGMP
UMY untuk memeriksakan keadaan langit – langit di rongga mulutnya yang terdapat
benjolan. Benjolan ini sudah dirasakan pasien sejak kecil. Pasien tidak merasa
terganggu dengan adanya benjolan pada langit-langit ini, hanya saja terasa saat ujung
lidah pasien mengenai bagian langit-langit.

2. Pemeriksaan Obyektif
Terdapat lesi noduler pada permukaan midline palatum durum sewarna mukosa
daerah sekitarnya dengan ukuran kurang lebih 2 cm, konsistensi keras, jumlah single,
berbentuk cembung, dan batas jelas.

C. DIAGNOSIS
Dx : Torus palatinus
Ddx : - Exostosis
- Abses palatal

D. TERAPI

Dari hasil pemeriksaan subjektif dan objektif maka perlu dilakukan observasi pada
torus palatum pasien.

Treatment Planning :

a) KIE
1) Memberikan infomasi kepada pasien bahwa benjolan di langit – langit rongga
mulut pasien itu tidak berbahaya.
2) Memberikan infomasi kepada pasien jika torus palatinus yang dimiliki pasien
bertambah besar dan mengganggu fungsi dari rongga mulut itu sendiri maka akan
dilakukan perawatan lebih lanjut seperti di lakukan pembedahan (torus removal).
b) Observasi
Karena torus palatinus yang dimiliki oleh pasien tidak ada keluhan dan tidak
mengganggu rencana perawatan, maka hanya dilakukan observasi saja.
c) Kontrol dan evaluasi
E. PEMBAHASAN
Definisi Torus Palatinus
Torus merupakan suatu pembesaran, penonjolan yang membulat pada rongga mulut. Jika
terjadi di daerah palatum disebut torus palatines (Harty, 1995). Torus lebih sering terjadi pada
wanita daripada laki-laki. Torus biasanya muncul pada orang dewasa dan jarang terjadi pada usia
dibawah 15 tahun. Torus dianggap sebagai anomali yang berkembang, yang tumbuh secara
perlahan – lahan sepanjang hidup. Torus biasanya terlihat pada daerah premolar dan dapat muncul
multiple di rongga mulut, berdiameter 1,5-4 cm kadang torus sulit dibedakan dengan peripheral
ossifying atau produksi masa jaringan lunak tulang pada mulut. Torus mandibularis terletak di
sisi lingual dari alveolar, sedangkan yang biasanya terletak pada midline palatal disebut torus
palatinus.
Torus palatinus adalah penonjolan tulang yang umum terjadi di tengah palatum durum.
Ukurannya bervariasi dari yang hampir tidak nyata hingga sangat besar, dari yang bentuknya flat
hingga terbatas/lobular. Torus palatinus pada rongga mulut biasanya terdiri dari tulang kanselous
yang matur dan padat dikelilingi tulang kortikal dengan ketebalan bervariasi (Belsky, 2003).

Etiologi Torus Palatinus


Beberapa faktor yang dapat mengakibatkan timbulnya torus palatinus (Garcia et al, 2010)
a. Genetik
Peneliti menyebutkan bahwa torus diturunkan secara autosomal dominan. Dimana
pada anak perempuan, ibu dan nenek memiliki autosomal dominan ditemukan terdapat
pada semua wanita tersebut.
b. Lingkungan
Adanya injury superfisial merupakan respon fungsional individual.
c. Konsumsi obat
Penggunaan obat phenitoin dalam jangka waktu panjang merupakan faktor yang
dapat meningkatkan ukuran torus karena phenitoin akan mempengaruhi peningkatan
hemostasis kalsium yang berfungsi sebagai agen osteogenik.

Gambaran Klinis
Torus palatinus tampak seperti suatu pembesaran yang padat dan keras, kebanyakan torus
palatinus berukuran kecil, dengan ukuran diameter kurang lebih 2 cm, bentuk cembung,
permukaan datar dan bentuknya bertangkai, dilapisi dengan lapisan mukosa yang tipis berwarna
merah jambu seperti gusi, lapisannya tipis sehingga jaringan lunaknya lebih sensitif terhadap
tekanan gigi tiruan dibandingkan dengan jaringan lunak di tempat yang lain di bawah gigi tiruan,
torus palatinus biasanya tanpa gejala dan tanpa ada rasa sakit, tetapi pada beberapa kasus lapisan
mukosa torus yang besar dapat menjadi ulser akibat trauma (Pedlar et al, 2001).

Torus palatinus yang bermula pada masa anak – anak terus berkembang dan mencapai
puncak perkembangannya pada usia dewasa muda, setelah berada pada ukuran yang tetap maka
perkembangannya berhenti, torus palatinus dapat menjadi sangat besar.Klasifikasi torus
berdasarkan pada bentukya adalah sebagai berikut (Archer, 1975) :

1. Convex sessile: lunak, pertumbuhan keluar, bilateral, biasanya simetris.


2. Nodular: massanya bersifat semifuse (agak menyebar), ukurannya bervariasi dan ada
sejumlah peninggian tulang yang semi pedunculated.
3. Lobular: kebanyakan menyerupai bentuk nodular yang pertumbuhannya lebih cepat
dan sangat luas serta menyerupai banyak undercut. Bagian dasarnya pedunculated tapi
hal ini sangat sukar dilihat pada torus lobular yang besar sampai beberapa segmennya
sudah diekspose dengan refleksi dari membrane mukoperiosteal.
4. Spindle: bentuknya panjang tipis, tampak disepanjang midline ridge. Spindle juga
dapat mempunyai bentuk tapered. Bentuk tapered ini merupakan bentuk yang tidak
biasa dari tori spindle yang besar.

Perawatan
A. Tindakan non bedah
1) Observasi
Jika torus palatinusnya tidak ada keluhan dan tidak mengganggu rencana
perawatan.
2) Pembebasan daerah torus
Jika pasien memakai alat orto lepasan maupun memakai gigi tiruan lepasan.

B. Tindakan bedah
1) Torus removal
Indikasi :
a. Bagi pasien yang memakai gigi tiruan dan alat orto lepasan, terdapat ulserasi
yang berulang, dan kesulitan dalam makan dan berbicara (laskin, 1985).
b. Dilakukan jika torus membesar dan pasien merasa terganggu dengan adanya
torus tersebut, sehingga dapat menghambat fungsi dari rongga mulut itu sendiri
(fragiskos, 2007).
c. Apabila mengganggu stabilitas gigi tiruan lepasan, dan apabila ukurannya terlalu
besar, dan jika tidak dilakukan relief pada landasan gigi tiruan (ardan, 2007).
Kontraindikasi :
a. Pasien menderita kelainan darah, penyakit kardiovaskuler.

Prosedur bedah torus removal menurut Fragiskos (2007) :


1. Lakukan anestesi terlebih dahulu, sebelum penghilangan torus palatinus.
2. Setelah dilakukan anestesi, lakukan insisi di sepanjang midline palatum dengan dua
insisi serong pada anterior dan posteriornya.
3. Flap yang berbentuk lalu ditarik dengan benang jahit atau jahitan traction.
4. Lesi kemudian dibagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dengan fissure bur.
5. Kemudian dilakukan penghilangan fregmen eksostosis dengan monobevel chisel.
6. Lalu dilakukan penghalusan permukaan tulang dengan bur tulang.
7. Apabila ada jaringan yang berlebihan maka dilakukan pemotongan seperlunya
8. Dilakukan penutupan flap dimulai dari posterior dengan jahitan matras horizontal
terputus.
9. Hematom yang terjadi di bawah flap palatal merupakan hal biasa yang terjadi.
Kejadian ini bisa dihindari atau diperkecil dengan pengikatan sponge pada palatum
sehingga membantu menekan flap kearah palatum.

Medikasi pasca bedah :


1. Pengobatan rasa sakit.
2. Achetaminophen 500 mg setiap 4-6 jam seperlunya.
3. Antibiotik.
4. Roburantia, untuk mempercepat penyembuhan.
5. Vitamin C 500 mg setiap 2 kali sehari.
6. Obat kumur (Chlorhexidine glukonat).
7. Setelah 5-7 hari jahitan dibuka.

Kesimpulan :

Torus palatinus merupakan variasi normal dalam rongga mulut manusia berupa
benjolan yang membulat pada palatal (langit-langit) rongga mulut. Penyebab torus bisa
karena faktor genetik, lingkungan maupun konsumsi obat (seperti phenitonin). Apabila
torus yang berada di dalam rongga mulut pasien tidak ada keluhan dan tidak mengganggu
fungsi rongga mulut maka tidak perlu dilakukan tindakan pembedahan.

Yogyakarta, Desember 2018

Operator, Pembimbing,

Rinanda Yulia Ikha Putri, S.KG drg. Afryla

Anda mungkin juga menyukai