Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lebah madu adalah salah satu kekayaan sumber daya alami Indonesia. Selain dapat
dimanfaatkan sebagai penghasil madu dan produk perlebahan lainnya bagi kepentingan
peningkatan pendapatan dan gizi masyarakat, lebah madu juga penting bagi kesehatan
lingkungan. Peran dari lebah madu terhadap penyerbukan tumbuhan memberikan
sumbangan yang sangat besar bagi kelangsungan hidup banyak spesies tumbuhan
mengingat tidak sedikit tumbuhan yang proses polinasinya hanya dapat dilakukan oleh
lebah madu. Mengingat peran dan manfaat lebah madu yang sangat besar tersebut, maka
keberadaannya perlu dijaga dan pemanfaatannya perlu ditingkatkan.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa itu penggembalaaan lebah madu?
1.2.2 Apa tujuan dan prinsip dari dilakukannya penggembalaan lebah madu?
1.2.3 Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi penggembalaan lebah madu?
1.2.4 Bagaimana cara penggembalaan lebah madu?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian penggembalaan lebah madu
1.3.2 Untukmengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penggembalaan lebah madu
1.3.3 Untuk mengetahui cara penggembalaan lebah madu
1.3.4 Untuk memenuhi tugas makalah Ilmu Produksi Aneka Ternak

1.4 Manfaat
1.4.1 untuk memberikan informasi tentang penggembalaan lebah madu kepada pembaca

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penggembalaan Lebah Madu


Penggembalaan lebah madu adalah menggiring lebah madu ke tempat yang banyak
nektarnya sebagai memenuhi kesinambungan kehidupan lebah. Indonesia merupakan Negara
tropis dengan 25.000 jenis tanaman berbunga berupa tanaman pertanian, perkebunan, hutan,
semak belukar, rumput dan bunga yang dapat menghasilkan nektar serta tepung sari yang
berpotensi sebagai pakan lebah madu dan tersebar luas pada lahan seluas 200 juta hektar.
Lebah madu yang banyak dibudidayakan di Indonesiaadalah lebah unggul jenis Apis mellifera
dari Eropa. Lebah madu ini dibudidayakan di Indonesia sejak tahun 1841 oleh Rijkeuns
seorang Belanda dan tahun 1971 didatangkan Apis mellifera dari Australia, sehingga perlu
penggembalaan lebah madu.
Budidaya lebah madu Apis mellifera di Pulau Jawa dilakukan secara intensif. Pada
budidaya lebah ini peternak membuat stup (kotak sarang lebah), pondasi sarang, bingkai
sisiran sarang, menggembalakan koloni lebah, membuat pakan buatan saat musim hujan,
membuatkan ratu lebah, mengendalikan hama dan penyakit serta proses panen madu.
Produksi madu pada koloni lebah Apis mellifera akan didapatkan pada saat musim kemarau
dan peternak akan membawa koloni lebahnya pada Berkembangnya usaha perlebahan di
masyarakat dan peningkatan jumlah populasi koloni A. mellifera yang pesat, di sisi lain,
berdampak negatif bagi kegiatan budidaya lebah itu sendiri. Perkembangan jumlah koloni
menjadi semakin tidak berimbang dengan luasan areal tanaman pakan yang cenderung terus
menyusut akibat pengalihan penggunaan lahan yang tinggi di Pulau Jawa. Hal ini tidak saja
menyebabkan penurunan produktivitas koloni, te-tapi juga berdampak negatif yaitu
munculnya persaingan perebutan lahan penggembalaan yang tidak sehat antar peternak.

2.2 Tujuan dan prinsip dilakukannya Penggembalaan Lebah Madu


Tujuan dilakukannya penggembalaan lebah madu adalah untuk memenuhi kebutuhan
pakan, apabila sumber pakan tidak tersedia. Alasan penggembalaan lebah madu antara lain
untuk mendekatkan koloni pada sumber pakan, mengurangi biaya pakan dan memenuhi
kebutuhan pakan. Sedangkan prinsip dari penggembalaan ini adalah dengan melepas lebah
madu di alam bebas, lebah madu bisa mncari pakan sendiri secara alami.

2
2.3 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Penggembalaan Lebah Madu
Pada tempat penggembalaan lebah madu dengan ketinggian berbeda sangat
dipengaruhi oleh kondisi mikro klimat yang meliputi suhu, kelembaban, jumlah hari hujan,
intensitas curah hujan, kecepatan angin dan intensitas cahaya matahari. Saat lingkungan
lembab dan basah koloni lebah madu kesulitan mendapatkan nektar maupun tepung sari untuk
kebutuhan hidup serta perkembangan koloni. Untuk menjaga kelangsungan hidup koloni
lebah madu peternak memberikan pakan buatan dari gula pasir bercampur air tetapi secara
umum kondisi koloni lebah menurun, tidak ada proses panen hingga hama dan penyakit
mudah menyerang koloni lebah madu Apis mellifera. Saat koloni lebah melemah akibat curah
hujan tinggi, luas sarang tidak mengalami pertambahan optimal bahkan cenderung menyempit
dalam arti jumlah telur, larva dan pupa dalam sarang berkurang.
Hal ini diduga akibat lebah kesulitan dalam mendapatkan nektar maupun tepung sari
dari tanaman disekitarnya. Oleh karena itu jumlah lebah dalam koloni cenderung menurun
dan hama maupun penyakit sangat mudah sekali memasuki sarang lebah untuk
berkembangbiak dengan memakan persediaan pakan atau membunuh pupa lebah. Pada
periode ini peternak harus memberikan pakan buatan secara intensif agar koloni lebah dapat
bertahan hidup dan proses ini memerlukan biaya mahal terutama saat curah hujan
berkepanjangan. Jika koloni lebah terus menerus kesulitan dalam mendapatkan pakan buatan
atau pakan alami dari tanaman disekitarnya dan diganggu oleh hama dan penyakit maka
koloni lebah akan berpindah tempat ( a b s c o n d i n g ) meninggalkan sarang yang masih
berisi telur, larva, pupa dan persediaan pakan yang tersisa. Pada kondisi ini peternak
mengalami kerugian yang besar karena koloni lebah tidak akan kembali ke sarang.
Pada saat musim kemarau koloni lebah Apis melifera dapat mencari pakan berupa
nektar maupun tepung sari pada tanaman di lingkungan areal penggembalaan. Secara umum
pada musim kemarau ini koloni lebah dapat lebih leluasa dalam mencari pakan dan tidak
terganggu dengan curah hujan. Jika persediaan pakan diareal penggembalaan cukup memadai,
peternak dapat melakukan proses panen pada sisiran sarang lebah yang telah dipenuhi oleh
madu. Mortalitas pupa di areal penggembalaan koloni lebah Apis mellifera di ketinggian 950
m di Kecamatan Junrejo dan 597 m di Kecamatan Tumpang secara statistik tidak didapatkan
perbedaan. Pengaruh mikroklimat terutama suhu dan kelembaban yang dipengaruhi oleh
intensitas hujan tinggi yang berlangsung terus menerus diiduga mempengaruhi kondisi pupa.
Intensitas curah hujan di Junrejo yang mencapai 236 mm {bulan Desember} dan 448 mm
{bulan Januari} sedangkan di Tumpang 267 mm {bulan Desember} dan 628 mm {bulan
Januari} sangat mempengaruhi kelembaban sarang. Kelembaban di daerah berketinggian 950
m dengan kisaran 88,5% sampai 93% akan membuat sarang lembab dan hama sangat mudah
3
berkembangbiak dalam sarang yang mempunyai kelembaban tinggi. Pada daerah dengan
ketinggian 597 m mempunyai kelembaban yang berkisar antara 68,5% sampai 82%.
Pada wilayah dengan intensitas curah hujan tinggi akan mengganggu aktivitas lebah
pekerja untuk mencari pakan berupa nektar maupun tepung sari dan kondisi nektar dan tepung
sari juga mengalami kerusakan akibat air hujan hingga produktivitas koloni lebah menurun
(Anonymous, 2008). Pada periode ke 3 dan 4 jumlah pupa di Junrejo Batu (950 m) lebih
tinggi dibandingkan dengan jumlah pupa di Tumpang (597 m) meskipun kondisi mikroklimat
di Junrejo (959 m) dengan dataran lebih tinggi kurang mendukung. Hal ini disebabkan oleh
ketersediaan tepung sari yang tercukupi dalam sarang karena banyak tanaman penghasil
nektar di areal penggembalaan lebah.
Meskipun jumlah tepung sari mencukupi pada Kecamatan Junrejo (950 m) tetapi
jumlah pupa pada pengamatan periode ke 1 dan 2 tidak optimal. Diduga hal ini berkaitan erat
dengan kondisi suhu yang berkisar 22,50C - 240C dan kelembaban lingkungan yang berkisar
antara 88,5% - 93% kurang mendukung koloni Apis mellifera untuk beraktivitas optimal
terutama kemampuan ratu untuk menghasilkan telur. Menurut Trisnawati (2005) kisaran suhu
antara 310C – 330C dan kelembaban antara 64% - 68% di ketinggian 474 m koloni lebah
dapat beraktivitas secara optimal untuk meningkatkan produktivitasnya . Sedangkan menurut
Suhartono (2005) perkembangbiakan koloni Apis mellifera akan optimal pada suhu antara
300C – 330C dan kelembaban 70%.

2.4 Cara Penggembalaan Lebah Madu

Tidak hanya ayam, kambing atau sapi saja yang perlu digembalakan, ternyata lebah
juga perlu digembalakan. Jika diperhatikan ternyata banyak ragam jenis madu, misalnya
madu kapuk, madu karet, madu durian, madu pollen dan lain sebagainya. Macam-macam
madu tadi ternyata diperoleh dari madu yang berasal dari lebah yang digembalakan di
areal tanaman tadi. Manfaatnya pun berbeda tergantung jenis madu tersebut.
Jadi untuk mendapatkan misalnya madu kapuk diperoleh dari lebah yang
digembalakan di areal tanaman kapuk dimana saat pengembalaan bertepatan dengan
musim kapuk sehingga madu yang diperoleh berasal dari sari bunga kapuk. Adapun
manfaat dari madu kapuk ini berguna untuk obat turun panas, sariawan juga menambah
nafsu makan. Sedangkan madu karet yang berasal dari lebah yang digembalakan di areal
karet pada saat musim bunga karet digunakan untuk obat alergi begitu juga yang lainnya
mempunyai fungsi dan manfaat yang berbeda bagi kesehatan tubuh. Jadi dengan sistem

4
pengembalaan ini bisa diperoleh macam-macam jenis madu dan berpindah-pindah
tergantung musim bunganya.
Saat-saat tidak ada musim bunga disebut masa paceklik dimana tidak ada panenan
tetapi cenderung dikembangbiakan untuk memperbanyak populasi. Biasanya saat
paceklik, lebah digembalakan di daerah atau areal pertanaman jagung, yang pada saat-
saat tersebut terjadi musim bunga atau bisa juga disuplai dengan air gula sebagai pakan
lebah.
Pemindahan koloni lebah ini atau penggembala lebah ini dilakukan pada malam hari
sebab pada malam hari anggota koloni lebah sudah kembali semua ke sarangnya sehingga
lebih mudah dilakukan. Jadi untuk memindahkannya bersamaan dengan rumah-
rumahnya, dengan menggunakan truk pengangkut. Penggembalaan dilakukan saat awal
musim bunga hingga panen madu dilakukan atau hingga musim bunga selesai. Jadi
misalnya sekalipun tanaman atau areal tanaman rambutan tetapi perlu diketahui bahwa
musim bunganya akan berbeda sehingga tidak perlu dikhawatirkan lebah menyerap
bunga tanaman lain yang tidak dikehendaki.
Sedangkan untuk mendapatkan royal jelly bisa diperoleh dari makanan calon ratu,
yaitu dengan membuat calon ratu sebanyak-banyaknya sebab setiap calon ratu hanya
terdapat 0.2 gram royal jelly. Untuk membuatnya ada alat semacam sel khusus seperti
mangkukan ratu untuk membuat calon-calon ratu tersebut. Jadi larva yang baru berumur
1 hari atau 24 jam dipasang pada mangkukan tadi setelah 3 hari calon ratu sengaja
dibuang untuk diambil makanannya dan ini disebut royal jelly yang bisa meningkatkan
vitalitas tubuh.
Dalam satu koloni lebah terdapat seekor ratu, calon-calon ratu, pekerja dan pejantan
yang mempunyai fungsi berbeda-beda. Jadi ratu bertugas menelurkan calon-calon ratu,
lebah pekerja bertugas mencari pakan untuk ratu dan calon-calon ratu sedangkan pejantan
tugasnya hanya mengawini ratu tetapi setelah dia kawin pejantan ini akan mati.

5
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Penggembalaan lebah madu adalah menggiring lebah madu ke tempat yang banyak
nektarnya sebagai memenuhi kesinambungan kehidupan lebah. Pada tempat penggembalaan
lebah madu dengan ketinggian berbeda sangat dipengaruhi oleh kondisi mikro klimat yang
meliputi suhu, kelembaban, jumlah hari hujan, intensitas curah hujan, kecepatan angin dan
intensitas cahaya matahari. Pada wilayah dengan intensitas curah hujan tinggi akan
mengganggu aktivitas lebah pekerja untuk mencari pakan berupa nektar maupun tepung sari
dan kondisi nektar dan tepung sari juga mengalami kerusakan akibat air hujan hingga
produktivitas koloni lebah menurun. Macam-macam madu tadi ternyata diperoleh dari madu
yang berasal dari lebah yang digembalakan di areal tanaman tadi. Manfaatnya pun berbeda
tergantung jenis madu tersebut. Jadi untuk mendapatkan misalnya madu kapuk diperoleh dari
lebah yang digembalakan di areal tanaman kapuk dimana saat pengembalaan bertepatan
dengan musim kapuk sehingga madu yang diperoleh berasal dari sari bunga kapuk.

Saran
Diharapkan pembaca dapat memberikan kritik dan saran agar makalah ini menjadi
lebih baik. Diharapkan penulis dapat memeprbaiki kesalahan pengetikan atau kesalahan
dalam menulis materi.

6
DAFTAR PUSTAKA

Budiwijono, Tedjo. 2012. Identifikasi Produktivitas Koloni Lebah Apis Mellifera Melalui
Mortalitas Dan Luas Eraman Pupa Di Sarang Pada Daerah Dengan
Ketinggian Berbeda. Jurnal Gamma. 7(2): 111-123
Widiarti, Asmanah.,Kuntadi. 2012. Budidaya Lebah Madu Apis Mellifera L. Oleh
Masyarakat Pedesaan Kabupaten Pati, Jawa Tengah (Beekeeping Of Apis
Mellifera L. Honeybees By Rural People In Pati Regency, Central Jawa).
Jurnal Penelitian Hutan Dan Konservasi Alam. 9 (4) : 351-361

Anda mungkin juga menyukai