Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

“NIFAS FISIOLOGIS”

di Ruang 8 RSUD Dr. Saiful Anwar Malang


Untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners Departemen Maternitas

Oleh:
Dinda Ayu Annisa
NIM. 180070301131004

PROGRAM PROFESI NERS JURUSAN KEPERWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
LAPORAN PENDAHULUAN
NIFAS FISIOLOGIS
A. DEFINISI
Ada beberapa pengertian masa nifas, antara lain:
1. Masa nifas dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai dengan 6
minggu berikutnya
2. Masa nifas tidak kurang dari 10 hari dan tidak lebih dari 8 hari setelah akhir
persalinan, dengan pemantauan bidan sesuai kebutuhan ibu dan bayi
Dalam bahasa Latin, waktu tertentu setelah melahirkan anak ini disebut puerperium,
yaitu dari kata puer yang artinya bayi dan parous melahirkan. Puerperium berarti masa
setelah melahirkan bayi.
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai
hingga alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa nifas yaitu 6-8
minggu. Nifas dibagi dalam tiga periode, yaitu:
1. Puerperium dini, yaitu kepulihan ketika ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan
2. Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genital
3. Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna,
terutama bila selama hami atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu
untuk sehat sempurna mungkin beberapa minggu, bulan, atau tahun.

B. PERAWATAN DIRI IBU NIFAS SELAMA MASA NIFAS


1. Perawatan vulva atau perineum
Perineum yang dilalui seorang bayi umumnya mengalami peregangan, lebam,
dan trauma. Akibat normalnya bisa terasa ringan, bisa juga tidak. Rasa sakit pada
perineum akan semakin parah jika perineum robek atau disayat pisau bedah. Seperti
semua luka baru, area episiotomy atau luka sayatan membutuhkan waktu untuk
sembuh selama 7-10 hari. Rasa nyeri saja selama masa ini tidak menunjukkan
adanya infeksi, kecuali jika nyeri sangat parah.
Tujuan perawatan vulva atau perineum adalah untuk menjaga kebersihan dan
mencegah terjadinya infeksi. Rasa nyeri dan tidak nyaman di daerah perineum dapat
diatasi dengan menggunakan kompres dingin pada area perineum setiap 2 jam sekali
selama 24 jam pertama sesudah melahirkan. Kompres hangatm duduk di dalam air
hangat atau menggunakan lampu pemanas selama 20 menit, 3x sehari juga dapat
digunakan untuk meredakan ketidaknyamanan. Menghindari tekanan di area
perineum dengan berbaring miring dan menghindari posisi duduk atau berdiri yang
lama juga membantu mengatasi ketidaknyamanan perineum. Sering melakukan
latihan kegel sesudah melahirkan akan merangsang peredaran darah di daerah
perineum, mempercepat penyembuhan dan meningkatkan kebugaran otot.
Menurut Danuatmaja (2003) cara melakukan perawatan perineum atau vulva
yaitu dengan mengganti pembalut yang bersih setiap 4-6 jam. Setelah ibu selesai
BAK atau BAB, ibu dapat mengalirkan atau membilas area perineum dengan air
hangat atau cairan antiseptic, kemudian mengeringkannya dengan kain pembalut
atau handuk dengan cara diteepuk-tepuk tetap dari arah muka ke belakang.
2. Mobilisasi
Mobilisasi yang dilakukan sangat bervariasi tergantung pada komplikasi
persalinan, nifas, atau sembuhnya luka. Jika tidak ada kelainan, mobilisasi dapat
dilakukan sedini mungkin, yaitu 2 jam setelah persalinan normal. Ini berguna untuk
memperlancar sirkulasi darah dan mengeluarkan cairan vagina (lochea). Mobilisasi
haruslah dilakukan bertahap, yaitu dimulai dengan gerakan miring ke kanan dank e
kiri, lalu menggerakkan kaki. Selanjutnya ibu dapat mencoba untuk duduk di tepi
tempat tidur kemudian ibu bisa turun dari ranjang.
3. Diet
Ibu dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan sehat seperti saat hamil.
Pedoman umum yang baik adalah 4 porsi setiap hari dari 4 kelompok makanan dasr
yaitu makanan harian, daging dan makanan yang mengandung protein, buah dan
sayuran, roti dan biji-bijian. Ibu yang menyusui perlu mengkonsumsi protein, mineral
dan cairan ekstra. Makanan ini juga bisa diperoleh dengan susu rendah lemak dalam
dietnya setiap hari. Ibu juga dianjurkan untuk mengkonsumsi multivitamin dan
suplemen zat besi.
Saat menyusui kebutuhan nutrisi meningkat 25% yaitu untuk produksi ASi dan
memenuhi kebutuhan cairan yang meningkat 3x dari biasanya. Penambahan kalori
pada ibu menyusui sebanyak 500 kkal tiap hari.
4. Eliminasi Urin
Kebanyakan wanita mengalami sulit BAK selama 24 jam pertama setelah
melahirkan. Hal ini terjadi karena kandung kemih mengalami trauma atau lebam
selama melahirkan akibat tertekan oleh janin sehingga ketika sudah penuh tidak
mampu untuk mengirim pesan agar mengosongkan isinya. Nyeri pada perineum bisa
menyebabkan rasa kejang pada uretra sehingga BAK menjadi sulit. Edema perineum
juga bisa mengganggu BAK.
Hal tersebut dapat diatasi dengan memperbanyak minum, bangun dari tempat
tidur dan berjalan segera setelah melahirkan akan membantu mengosongkan
kandung kemih. Tetapi sebaliknya, setelah seminggu persalinan, umumnya wanita
sering BAK dalam jumlah banyak. Ini terjadi karena cairan tubuh yang berlebih akibat
kehamilan mulai dikeluarkan. Hal ini dapat diatasi dengan latihan kegel yang dapat
membantu mengembalikan kebugaran otot dan kendali terhadap aliran air kemih.
5. Defekasi
Menurut Mochtar (1998) pola defekasi atau BAB harus dilakukan 3-4 hari
setelah melahirkan. Tetapi hal ini terkadang masih sulit dilakukan karena kebanyakan
penderita mengalami obstipasi setelah melahirkan. Hal ini disebabkan karena
sewaktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan kolon
menjadi kosong, selain itu mempengaruhi peristaltic usus. Fungsi defekasi dapat
diatasi dengan makan makanan yang dapat merangsang gerakan usus besar seperti
buah dan sayuran. Gerakan usu juga akan aktif dengan melakukan mobilisasi dini
seperti bangun dari tempat tidur ataupun jalan-jalan.
6. Perawatan Payudara
Untuk 24-72 jam pertama sesudah melahirkan, payudara akan mengeluarkan
kolostrum, yaitu suatu cairan kuning jernih yang merupakan susu pertama untuk bayi.
air susu yang lebih matang akan muncul antara hari ke-2 sampai ke-5. Pada saat ini
payudara akan membesar (penuh, keras, panas, dan nyeri) yang dpaat menimbulkan
kesulitan dalam menyusui. Menyusui dengan interval waktu yang sering akan dapat
mencegah pembengkakan payudara atau membantu meredakannya.
Bagi ibu yang menyusui bayinya, perawatan putting susu merupakan suatau hal
yang amat penting. Payudara harus dibersihkan dengan teliti setiap hari selama
mandi dan sekali lagi ketika hendak menyusui. Hal ini akan mengangkat kolostrum
yang kering atau sisa susu dan membantu mencegah akumulasi dan msuknya
bakteri bak ke putting susu maupun ke mulut bayi.
7. Pemeriksaan setelah persalinan
Pemeriksaan fisik yang umum mencakup pemeriksaan panggul yang dilakukan
untuk menilai pemulihan. Pada kunjungan ini juga dilakukan pemeriksaan umum (TD,
nadi, keluhan, dsb). Keadaan umum (suhu badan, selera makan, dsb). Payudara
(ASI, putting susu), dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum, serta secret
yang keliar, seperti lokchea, fluor albus dan keadaan alat-alat kandungan.

C. TUJUAN ASUHAN MASA NIFAS


Tujuan dari perawatan nifas ini adalah:
1. Memulihkan kesehatan umum penderita
a. Menyediakan makanan sesuai kebutuhan
b. Mengatasi anemia
c. Mencegah infeksi dengan memberikan kebersihan dan sterilisasi
d. Mengembalikan kesehatan umum dengan pergerakan otot untuk memperlancar
peredaran darah
2. Mempertahankan kesehatan psikologis
3. Mencegah infeksi dan komplikasi
4. Memperlancar pembentukan air susu ibu (ASI)
5. Mengajarkan ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri sampai masa nifas selesai
dan memelihara bayi dengan baik, sehingga bayi dapat mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang normal

D. KEBIJAKAN PROGRAM NASIONAL MASA NIFAS


Paling sedikit empat kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk mencegah, mendeteksi,
dan menangani masalah yang terjadi
Kunjungan Waktu Tujuan
I 6-8 jam 1. Mencegah perdarahan masa nifas akibat atonia uteri
setelah 2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan
persalinan dan rujuk jika perdarahan berlanjut
3. Member konseling pada ibu atau salah satu anggota
keluarga mengenai cara mencegah perdarahan masa
nifas akibat atonia uteri
4. Pemberian ASI awal
5. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
6. Menjaga bayi tetap sehat dengan mencegah
hipotermia
7. Petugas kesehatan yang menolong persalinan harus
mendampingi ibu dan bayi lahir selama 2 jam pertama
setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam
keadaan stabil
II 6 hari 1. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus
setelah berkontraksi, fundus di bawah umbilicus, tidak ada
persalinan perdaraha abnormal, tidak ada bau
2. Menilai adanya demam
3. Memastikan agar ibu mendapatkan cukup makanan,
cairan dan istirahat
4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda penyulit
5. Member konseling apda ibu tentang asuhan pada bayi,
perawatan tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan
perawtaan bayi sehari-hari
III 2 minggu 1. Sama dengan 6 hari setelah persalinan
setelah
persalinan
IV 6 minggu 1. Mengkaji tentaang kemungkinan penyulit pada ibu
setelah 2. Member konseling keluarga beren
persalinan

E. PERUBAHAN FISIOLOGIS MASA NIFAS


Esty Yunitasari juga mengungkapkan beberapa perubahan fisiologis yang terjadi
pada ibu post partum, yaitu:
1. Uterus
Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali
seperti sebelum hamil
 Bayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus 1000 gr
 Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari bawah pusat dengan
berate uterus 750 gr.
 Satu minggu post partum tinggi fundus uteri teraba pertengan pusat simpisis
dengan berat uterus 500 gr
 Dua minggu post partum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas simpisis dengan
berat uterus 350 gr
 Enam minggu postpartum fundus uteri bertambah kecil dengan berat uterus 50 gr
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut: (http://digilib.unimus.ac.id)
a. Iskemia miometrium
Disebabkan oleh retraksi dan kontraksi terus-menerus dari uterus setelah
pengeluaran sisa plasenta membuat uterus relative anemi dan menyebabkan
serat otot atrofi.
b. Autolysis
Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot
uterine. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah sempat
mengendur hingga 10x panjangnya dari semula dan 5x lebar dari semula selama
kehamilan atau dapat juga dikatakan sebagai pengrusakan secara langsung
jaringan hipertropi yang berlebihan. Hal ini disebabkan karena penurunan
hormon estrogen dan progesteron.
c. Efek oksitosin
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterin sehingga
akan menekan pembuluh darah yang akan mengakibatkan berkurangnya suplai
darah ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi situs atau tempat
implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan.
2. Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat
besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah
proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3
minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam
vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia manjadi
lebih menonjol.
3. Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya
teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke-5,
perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap
lebih kendur dari pada keadaan sebelum melahirkan.
4. Payudara
Perubahan pada payudara dapat meliputi :
 Penurunan kadar progesteron secara cepat dengan peningkatan hormon prolaktin
setelah persalinan.
 Kolostrum sudah ada saat persalinan produksi Asi terjadi pada hari ke-2 atau hari
ke-3 setelah persalinan.
 Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya proses laktasi
5. Sistem Perkemihan
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama, kemungkinan terdapat spasme
sfingter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara
kepala janin dan tulang pubis selama persalinan.
Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12 – 36 jam sesudah
melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormone estrogen yang bersifat
menahan air akan memgalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan
diuresis. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.
6. Sistem Gastrointestinal
Seringkali diperlukan waktu 3 – 4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun
kadar progesteron menurun setelah melahirkan, namun asupan makanan juga
mengalami penurunan selama satu atau dua hari, gerak tubuh berkurang dan usus
bagian bawah sering kosong jika sebelum melahirkan diberikan enema. Rasa sakit
didaerah perineum dapat menghalangi keinginan ke belakang.
7. Sistem Hematologi
Penurunan kadar estrogen, volume darah kembali kepada keadaan tidak hamil.
Jumlah sel darah merah dan hemoglobin kembali normal pada hari ke-5. Meskipun
kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat besar selama masa nifas, namun
kadarnya masih tetap lebih tinggi daripada normal. Plasma darah tidak begitu
mengandung cairan dan dengan demikian daya koagulasi meningkat. Pembekuan
darah harus dicegah dengan penanganan yang cermat dan penekanan pada
ambulasi dini.
8. Sistem Endokrin
Kadar estrogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3 jam post partum. Progesteron
turun pada hari ke 3 post partum.
9. Sistem Musculosceletal
Ambulasi pada umumnya dimulai 4 – 8 jam post partum. Ambulasi dini sangat
membantu untuk mencegah komplikasi dan mempercepat proses involusi.
10. Sistem Integumen
Penurunan melanin umumnya setelah persalinan menyebabkan berkurangnya
hyperpigmentasi kulit. Perubahan pembuluh darah yang tampak pada kulit karena
kehamilan dan akan menghilang pada saat estrogen menurun.

F. PERUBAHAN PSIKOLOGIS MASA NIFAS


Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sebagai
berikut (Huliana, M, 2003):
1. Fase taking in yaitu periode ketergantungan yang berlangsung dari hari pertama
sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu, focus perhatian ibu terutama
pada dirinya sendiri. Pengalaman secara persalinan sering berulang-ulang
diceritakan.
2. Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan.
Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab
dalam merawat bayinya. Selain itu, perasaan ibu sangat sensitif sehingga mudah
tersinggung jika komunikasinya kurang hati-hati. Oleh sebab itu, ibu memerlukan
dukungan karena saat ini merupakan kesempatan yang baik menerima berbagai
penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga tumbuh rasa percaya diri.
3. Fase letting go merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang
berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan
ketergantungan bayinya. Pada fase ini sudah ada keinginan tinggi untuk merawat
bayinya.
Symptoms of Postpartum Ilness from Cleveland Clinic (2004) and National Mental
Health Association (2003), dalam Roswiyani P. Zahra, menyimpulkan beberapa tanda
gejala dalam ketiga jenis depresi post partum sebagai berikut:
Postpartum Postpartum
Babyblues
Depression Psychosis
Simtom fisik Kurang tidur Cepat lelah Menolak makan
Hilang tenaga Gangguan tidur Tidak mampu
Hilang nafsu makan Selera makan menurun menghentikan
atau sangat bernafsu Sakit kepala aktifitas
untuk makan Sakit dada Kebingungan akan
Merasa lelah setelah Jantung berdebar- kelebihan energi
bangun tidur debar
Sesak nafas
Mual muntah
Simtom Cemas dan khawatir Mudah tersinggung Sangat bingung
emosional berlebihan Perasaan sedih Hilang ingatan
Bingung Hilang harapan Tidak koheren
Mencemaskan kondisi Merasa tidak berdaya Halusinasi
fisik secara berlebihanMood swings
Tidak percaya diri Perasaan tidak adekuat
Sedih sebagai ibu
Perasaan diabaikan Hilang minat
Pemikiran bunuh diri
Ingin menyakiti orang
lain (termasuk bayi, diri
sendiri, dan suami)
Perasaan bersalah
Simtom Sering menangis Panik Curiga
perilaku Hiperaktif atau senang Kurang mamapu Tidak rasional
berlebihan merawat diri sendiri Preokupasi terhadap
Terlalu sensitive Enggan melakukan hal-hal kecil
Perasaan mudah aktivitas
tersinggung menyenangkan
Tidak peduli terhadap Motivasi menurun
bayi Enggan bersosialisasi
Tidak peduli pada bayi
Terlalu peduli terhadap
perkembangan bayi
Sulit mengendalikan
perasaan
Sulit mengambil
keputusan

G. PENGKAJIAN
1. Data umum klien
 Initial klien & suami
 Usia
 Status perkawinan
 Pekerjaan
 Pendidikan terakhir
 Initial suami
2. Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu
3. Pengalaman menyusui
4. Riwayat kehamilan saat ini
5. Riwayat persalinan
6. Riwayat ginekologi (masalah ginekologi, riwayat KB)
7. Data umum kesehatan saat ini
 Status obstetric
 Keadaan umum
 Tanda-tanda vital
 Pemeriksaan head to toe
H. PATHWAY
Proses persalinan

Robekan jalan lahir Kelahiran anggota


keluarga baru
Diskontinuitas jaringan Terbukanya port de entri
kuman Menerima peran baru
Pelepasan mediator dalam keluarga
inflamasi Resiko infeksi
Perubahan menjadi
Ambang nyeri menurun orangtua

Nyeri Gangguan rasa nyaman

I. MASALAH KEPERAWATAN
1. Nyeri akut
2. Gangguan rasa nyaman
3. Perubahan menjadi orangtua
4. Resiko infeksi

J. INTERVENSI
Nyeri akut
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam klien tidak mengalami nyeri
Kriteria hasil :
 klien melaporkan nyeri berkurang
 klien mengatakan mampu mengontrol nyeri
 klien mampu mengenali nyeri
INTERVENSI RASIONAL
Lakukan pengkajian nyeri secara Memudahkan menentukan inetrvensi
komprehensif termasuk lokasi nyeri, durasi, selanjutnya
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
Observasi reaksi nonverbal dari
Mengidentifikasi adanya nyeri pada
ketidaknyamanan klien
Kontrol tekanan darah klien Perubahan tekanan darah dapat
mengindikasikan adanya reaksi dari
pemberian obat-obatan
Kontrol lingkungan yang dapat Mengurangi faktor pencetus nyeri
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan, dan kebisingan
Kurangi faktor presipitasi nyeri Apabila faktor pencetus berkurang
maka intensitas nyeri akan berkurang
Bantu klien dan keluarga untuk mencari dan Dukungan dari keluarga dapat
menemukan dukungan membantu klien mengatasi nyeri
Ajarkan tentang teknik non farmakologi: Teknik non farmakologi yang benar
napas dada, relaksasi, distraksi, kompres akan membuat klien rileks dan nyaman
hangat/dingin sehingga dapat mengurangi nyeri
Tingkatkan istirahat Istirahat akan membuat klien merasa
nyaman, sehingga nyeri dapat
berkurang
Kolaborasi: Penggunaan agens-agens farmakologi
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri, untuk mengurangi atau menghilangkan
seperti nyeri

Gangguan Rasa Nyaman


Tujuan :
Dalam waktu 1x24 jam setelah dilakukan intervensi keperawatan gangguan rasa
nyaman berkurang atau hilang
Kriteria hasil :
 Klien menyatakan peningkatan rasa nyaman
 Klien dapat beristirahat dengan cukup dan adekuat: tidur dalam 8 jam dan
menyatakan bangun dalam keadaan segar
 Menyatakan kekakuan pada lengan kiri berkurang atau hilang
 Menyatakan rasa tidak nyaman pada perut berkurang atau hilang
 RR= 18-20 x/menit
INTERVENSI RASIONAL
Monitor cara klien mengatasi Menentukan kemampuan pasien dalam
ketidaknyamanannya dan tentukan apa mengontrol ketidaknyamanan secara
yang bisa meningkatkan atau menurunkan mandiri dan menentukan cara yang
kenyamanan klien (posisi tidur, music, dsb) efektif untuk meningkatkan
kenyamanan
Review modifikasi atau tindakan yang Beberapa obat atau
didapatkan klien tindakanmempunyai efek samping
ketidaknyamanan sehingga dapat
ditentukan cara mengurangi efek
sampingnya atau menurunkan
kecemasan
Ajarkan/berikan tindakan nonfarmakologis Membantu meningkatkan kenyamanan
yang sesuai untuk meningkatkan secara nonfarmakologis
kenyamanan:
a. Menggosok punggung
b. Mengubah posisi tidur
c. Kompres hangat
Dorong klien untuk mendapatkan istirahat Untuk mencegah kelemahan
yang cukup

Perubahan Menjadi Orangtua


Tujuan :
Dalam waktu 1x24 jam setelah dilakukan intervensi keperawatan klien menunjukkan
perilaku ketahanan keterikatan perasaan antara orangtua dan bayi
Kriteria Hasil :
 Secara verbal mengungkapkan perasaan positif terhadap bayi
 Sentuhan, usapan, tepukan, ciumanm dan senyuman pada bayi
 Berbicara pada bayi
 Posisi berhadapan dan melakukan kontak mata
INTERVENSI RASIONAL
Pantau “reaksi orangtua baru” terhadap Kekecewaan yang muncul dapat
bayi, observasi untuk perasaan jijik, takut mengurangi rasa tanggung jawab
atau kecewa dalam masalah jenis kelamin orangtua dalam memelohara bayi
Tentukan pengetahuan orangtua terhadap Pengetahuan yang dimiliki orangtua
kebutuhan perawatan dasar bayi/anak dan kan menentukan perawatan yang
berikan informasi perawatan anak yang diberikan orangtua kepada anak
tepat, sesuai indikasi
Menunjukkan cara menyentuh bayi yang Orangtua baru biasanya masih memiliki
dilahirkan dan diisolasi rasa takut dan khawatir ketika akan
menyentuh bayinya
Letakkan bayi pada tubuh ibu segera Kontak kulit antara ibu dan bayi dapat
setelah kelahiran meningkatkan kelekatan antara ibu dan
bayi
Berikan kesempatan kepada ayah untuk Meningkatkan pelekatan antara ayah
memegang anak di area pelahiran dan bayi
Berikan penghilang nyeri untuk ibu Nyeri yang dirasakan ibu dapat
mengganggu proses pelekatan antara
ibu dan bayi
Berikan privasi keluarga selama melakukan Privasi yang diberikan dapat membuat
interaksi dengan bayi baru lahir keluarga merasa nyaman berinteraksi
dengan BBL
Dukung orangtua untuk menyentuh dan Pemberian stimulasi berupa
bicara kepada bayi baru lahir rangsangan dan sentuhan akan
membuat bayi tumbuh dan
berkembang dengan baik

Resiko Infeksi
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam resiko infeksi tidak menjadi
aktual
Kriteria hasil :
 Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
 Klien menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
 Jumlah leukosit dalam batas normal
 Klienmenunjukkan perilaku hidup sehat
 Status imun, gastrointestinal, genitourinaria dalam batas normal
INTERVENSI RASIONAL
Pantau tanda/gejala infeksi (missal.suhu Mengetahui tanda infeksi secara dini
tubuh, denyut jantung, pembuangan, memungkinkan pencegahan terhadap
penampilan luka, sekresi, penampilan urin, infeksi dan mengurangi keparahan
suhu kulit, lesi kulit, keletihan, malaise) infeksi yg mungkin sudah terjadi
Kaji faktor yg meningkatkan serangan Faktor pemberat dapat mengakibatkan
infeksi (missal.usia lanjut, tanggap imun infeksi berkembang leboh cepat
rendah, dan malnutrisi)
Pantau hasil laboratorium (DPL, hitung Perubahan hasil laboratorium
granulosit absolut, hasil-hasil yg berbeda, mengidentifikasikan adanya infeksi
protein serum, dan albumin)
Ajarkan pasien teknik mencuci tangan yg Cuci tangan dengan benar dapat
benar mencegah transmisi organism
Ajarkan kepada pasien dan keluarganya Perubahan hasil laboratorium dapat
tanda/gejala infeksi dan kapan harus mengindikasikan adanya infeksi
melaporkannya ke pusat kesehatan
Berikan terapi antibiotic bila diperlukan Mencegah infeksi
TANDA BAHAYA NIFAS
1. Perdarahan vagina yang keluar biasa atau tiba-tiba bertambah banyak
2. Pengeluaran vagina yang baunya menusuk
3. Rasa sakit di bagian bawah abdomen atau punggung
4. Sakit kepala yang terus menerus, nyeri ulu hati atau masalah pengelihatan
5. Pembengkakan di wajah atau di tangan
6. Demam, muntah, rasa sakit waktu buang air kecil (BAK)
7. Payudara yang berubah menjadi merah, panas, atau terasa sakit
8. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama
9. Rasa sakit, merah, lunak, atau pembengkakan di kaki
10. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh bayinya atau dirinya sendiri

Dalam sumber lain juga disebutkan beberapa tanda bahaya nifas, diantaranya:
1. Perdarahan Pervagina
a. perdarahan ≥ 500 cc pasca salin dalam 24 jam
b. setelah anak dan plasenta lahir
 perkiraan pendarahan  kadang bercampur amnion, urine, darah.
 akibat kehilangan darah bervariasi  anemi
 perdarahan dapat terjadi lambat  waspada terhadap shock
2. Infeksi Nifas
Semua peradangan yang disebabkan masuknya kuman ke dalam alat–alat genital pada
waktu persalinan dan nifas. Faktor predisposisi infeksi nifas:
 partus lama
 tindakan operasi persalinan
 tertinggalnya plasenta, selaput ketuban, bekuan darah
 pendarahan antepartum dan post partum
 anemia
 ibu hamil dengan infeksi (endogen)
 manipulasi penolong (eksogen)
 infeksi nosokomial
 bakteri colli
3. Demam nifas / febris purpuralis
Kenaikan suhu tubuh ≥ 38 c selama 2 hari dan pada 10 hari pertama pp dengan
mengecualikan hari 1 (pengukuran suhu 4x / 24 jam oral/rektal). Faktor predisposisi:

 pertolongan persalinan kurang steril


 partus lama / kasep
 malnutrisi
 anemi
4. Rasa Sakit Waktu Berkemih
Gejala sistitis:
 kencing sakit
 nyeri tekan diatas simpisis
5. Mastitis
Peradangan pada mamae, kuman masuk melalui luka pada putting susu
 suhu > 38 c
 terjadi minggu ke 2 pp
 bengkak keras, kemerahan, nyeri tekan
6. Tromboflebitis / Flegmasia Alba Dolens
Inflamasi vena femoralis dengan pembentukan pembekuan darah
 odem pada paha bagian atas dan tungkai
 nyeri hebat pada lipat paha dan daerah paha serta pada betis
 suhu badan meningkat, menggigiL
Post partum
Letting go phase
Estrogen & progesterone
menurun

Oksitosin meningkat

Prolaktin meningkat

Involusi uterus Isapan bayi adekuat Isapan bayi tidak Kehadiran


adekuat anggota baru
Kontraksi uterus Kontraksi uterus Laserasi jalan Oksitosin meningkat
lambat lahir Pembendungan ASI Ansietas
Pelepasan Duktus & alveoli
Atonia uteri jaringan Serviks & kontraksi Payudara bengkak Perubahan
endometrium vagina pola peran
Perdarahan Vol.darah turun Tidak efektif Gangguan rasa
Lokhea keluar Port de entry nyaman, Nyeri
Vol.cairan turun Anemia akut kuman Efektif ASi tidak keluar
Kurang
Perubahan Hb O2 turun perawatan Resiko inveksi ASI keluar Ketidakefektifan
perfusi proses menyusui
jaringan Hipoksia Invasi bakteri

Resiko syok Daya tahan tubuh


hipovolemik turun Kuman mudah
masuk
Kelemahan
umum Intoleransi Defisit
aktivitas perawatan diri
DAFTAR PUSTAKA
Bahiyatun. 2009. Uku Ajar Asuhan Kebidanan nifas normal. Jakarta. EGC

NANDA Intl. 2012. Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2002-2014. Jakarta.
EGC.

Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC. Diterjemahkan oleh: Widyawati, dkk. Jakarta. EGC.

Yunitasari, Esty. Asuhan Keperawatan Postpartum.


http://ners.unair.ac.id/materikuliah/ASUHAN%-
20KEPERAWATAN%20POST%20PARTUM.pdf. Diakses tanggal 8 Desember 2010.
Pukul 8.46 WIB.

Zahra, Roswiyani P. 2010. Depresi Pasca Melahirkan (Postpartum Depression).


http://www.psikologi.tarumanagara.ac.id/s2/wp-content/uploads/2010/09/39-
postpartum-depression-roswiyani-p-zahra-mpsi.pdf. Diakses tanggal 8 Desember
2010. Pukul 8.44 WIB.

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-perbedaanp-5102-3-bab2.pdf

Anda mungkin juga menyukai