Ab Iminent
Ab Iminent
A. DEFINISI
B. ETIOLOGI
Faktor maternal :
1. Faktor janin
Faktor janin penyebab keguguran adalah kelainan genetik, dan ini terjadi pada 50%-
60% kasus keguguran.
2. Faktor ibu:
c. Infeksi, diduga akibat beberapa virus seperti cacar air, campak jerman, toksoplasma
, herpes, klamidia.
3. Faktor Ayah:
Selain 3 faktor di atas, faktor penyebab lain dari kehamilan abortus adalah:
1. Faktor genetik
2. Faktor anatomi
Faktor anatomi kogenital dan didapat pernah dilaporkan timbul pada 10-15 % wanita
dengan abortus spontan yang rekuren.
1) Lesi anatomi kogenital yaitu kelainan duktus Mullerian (uterus bersepta). Duktus
mullerian biasanya ditemukan pada keguguran trimester kedua.
3) Kelainan yang didapat misalnya adhesi intrauterin (synechia), leimioma, dan endo
metriosis.
3. Faktor endokrin:
b. Insufisiensi fase luteal ( fungsi corpus luteum yang abnormal dengan tidak
cukupnya produksi progesteron).
Kenaikan insiden abortus bisa disebabkan oleh hipertiroidismus, diabetes melitus dan
defisisensi progesteron. Hipotiroidismus tampaknya tidak berkaitan dengan kenaikan
insiden abortus (Sutherland dkk, 1981). Pengendalian glukosa yang tidak adekuat
dapat menaikkan insiden abortus (Sutherland dan Pritchard, 1986). Defisiensi
progesteron karena kurangnya sekresi hormon tersebut dari korpus luteum atau
plasenta, mempunyai kaitan dengan kenaikan insiden abortus. Karena progesteron
berfungsi mempertahankan desidua, defisiensi hormon tersebut secara teoritis akan
mengganggu nutrisi pada hasil konsepsi dan dengan demikian turut berperan dalam
peristiwa kematiannya.
4. Faktor infeksi
5. Faktor imunologi
7. Faktor Nutrisi
Malnutrisi umum yang sangat berat memiliki kemungkinan paling besar menjadi
predisposisi abortus. Meskipun demikian, belum ditemukan bukti yang menyatakan
bahwa defisisensi salah satu/ semua nutrien dalam makanan merupakan suatu
penyebab abortus yang penting.
9. Faktor psikologis.
Dibuktikan bahwa ada hubungan antara abortus yang berulang dengan keadaan
mental akan tetapi belum dapat dijelaskan sebabnya. Yang peka terhadap terjadinya
abortus ialah wanita yang belum matang secara emosional dan sangat penting dalam
menyelamatkan kehamilan. Usaha-usaha dokter untuk mendapat kepercayaan pasien,
dan menerangkan segala sesuatu kepadanya, sangat membantu. Pada penderita ini,
penyebab yang menetap pada terjadinya abortus spontan yang berulang masih belum
dapat dipastikan. Akan lebih baik bagi penderita untuk melakukan pemeriksaan
lengkap dalam usaha mencari kelainan yang mungkin menyebabkan abortus yang
berulang tersebut, sebelum penderita hamil guna mempersiapkan kehamilan yang
berikutnya
C. Mekanisme Abortus
Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau seluruh bagian
embrio akibat adanya perdarahan minimal pada desidua. Kegagalan fungsi plasenta
yang terjadi akibat perdarahan subdesidua tersebut menyebabkan terjadinya kontraksi
uterus dan mengawali proses abortus. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, embrio
rusak atau cacat yang masih terbungkus dengan sebagian desidua dan villi chorialis
cenderung dikeluarkan secara in toto , meskipun sebagian dari hasil konsepsi masih
tertahan dalam cavum uteri atau di canalis servicalis. Perdarahan pervaginam terjadi
saat proses pengeluaran hasil konsepsi. Pada kehamilan 8 – 14 minggu, mekanisme
diatas juga terjadi atau diawali dengan pecahnya selaput ketuban lebih dulu dan
diikuti dengan pengeluaran janin yang cacat namun plasenta masih tertinggal dalam
cavum uteri. Plasenta mungkin sudah berada dalam kanalis servikalis atau masih
melekat pada dinding cavum uteri. Jenis ini sering menyebabkan perdarahan
pervaginam yang banyak. Pada kehamilan minggu ke 14 – 22, Janin biasanya sudah
dikeluarkan dan diikuti dengan keluarnya plasenta beberapa saat kemudian. Kadang-
kadang plasenta masih tertinggal dalam uterus sehingga menyebabkan gangguan
kontraksi uterus dan terjadi perdarahan pervaginam yang banyak. Perdarahan
umumnya tidak terlalu banyak namun rasa nyeri lebih menonjol. Dari penjelasan di
atas jelas bahwa abortus ditandai dengan adanya perdarahan uterus dan nyeri dengan
intensitas beragam
Spontan
1. Abortus Iminens
Penderita akan merasa mulas karena kontraksi yang sering dan kuat,
perdarahanya bertambah sesuai dengan pembukaan serviks uterus dan umur
kehamilan. Besarnya uterus masih sesuai dengan umur kehamilan dan tes
urin kehamilan masih positif. Pada pemeriksaan USG akan didapati
pembesaran uterus yang masih sesuai dengan umur kehamilan, gerak janin
dan gerak jantung janin masih jelas walau mungkin sudah mulai tidak
normal, biasanya terlihat penipisan serviks uterus atau pembukaannya.
Perhatikan pula ada tidaknya pelepasan plasenta dari dinding uterus.
3.Abortus Inkompletus
Sebagian buah kehamilan telah keluar dari kavum uteri dan masih ada
yang tertinggal. Batasan ini juga masih terpancang pada umur kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Sebagian
jaringan buah kehamilan masih tertinggal didalam uterus dimana pada
pemeriksaan vagina, kanalis servikalis masih terbuka dan teraba jaringan
dalam cavum uteri atau menonjol pada ostium uteri eksterna. Perdarahan
biasanya masih terjadi jumlahnya pun bisa banyak atau sedikit bergantung
pada jaringan yang tersisa, yang menyebabkan sebagian plasenta site masih
terbuka sehingga perdarahan berjalan terus. Pasien dapat terjatuh dalam
keadaan anemia atau syok hemoragik sebelum sisa jaringan konsepsi
dikeluarkan. Pengelolaan pasien diawali dengan perhatian terhadap keadaan
umum dan mengatasi gangguan pada hemodinamik yang terjadi kemudian
disiapkan tindakan kuretase. Pemeriksaan USG hanya dilakukan bila ragu
dengan diagnosis klinis. Besarnya uterus sudah lebih kecil dari umur
kehamilan dan kantung gestasi sudah sulit dikenali, dicavum uteri tampak
masa hiperekoik yang bentuknya tidak beraturan.
4.Abortus Kompletus
Seluruh buah kehamilan telah keluar dari kavum uteri pada kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Ostium uteri
telah menutup, uterus sudah mengecil sehingga perdarahan sedikit. Besarnya
uterus tidak sesuai dengan umur kehamilan. Pemeriksaan USG tidak perlu
dilakukan bila pemeriksaan secara klinis sudah memadai. Pada pemeriksaan
urin tes biasanya masih positif sampai 7-10 hari setelah abortus. Pengelolaan
penderita tidak memerlukan tindakan khusus ataupun pengobatan. Biasanya
hanya diberi roboransia bila keadaan pasien memerlukan, uterotonika tidak
perlu diberikan.
5.Missed Abortion
Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah meninggal dalam
kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan buah kehamilan seluruhnya
masih tertahan dalam kandungan.
Penderita missed abortion biasanya tidak merasakan keluhan apapun
kecuali merasakan pertumbuhan kehamilannya tidak seperti yang diharapkan.
Bila kehamilan diatas 14 minggu sampai 20 minggu penderitas justru
merasakan rahimnya semakin mengecil dengan tanda-tanda kehamilan
sekunder pada payudara mulai menghilang. Kadangkala missed abortion juga
diawali dengan abortus iminens yang kemudian merasa sembuh, tetapi
pertumbuhan janin terhenti. Pada pemeriksaan tes urin kehamilan biasanya
negatif setalah 1 minggu dari terhentinya pertumbuhan kehamilan. Pada
pemeriksaan USG akan didapatkan uterus yang mengecil, kantung gestasi
yang mengecil dan bentuknya tidak beraturan disertai gambaran fetus yang
tidak ada tanda-tanda kehidupan.
6.Abortus habitualis
Abortus Provokatorius
b) Abortus kriminalis
Abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau
tidak berdasarkan indikasi medis
E. PATOGENESIS
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Tes kehamilan akan menunjukkan hasil positif bila janin masih hidup bahkan 2-
3 hari setelah abortus. Tes kehamilan dengan pengenceran urin 1/10, jika
masih (+) masih baik.
2) Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.
H. PENATALAKSANAAN
- Pertahankan kehamilan
- Bedrest total
- Progesterone atau derivatnya
- Tidak melakukan hubungan sex
- Jika perdarahan berhenti cek keadaan ibu dan janin tiap pada pemeriksan
antenatal termasuk Hb dan USG panggul tiap 4 minggu
- Jika perdarahan tidak berhenti, nilai kesejahteraan janin dengan USG cari
penyebab lain.
I. KOMPLIKASI
- Abortus spontan
- Infeksi
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2015
A. IDENTITAS
1. Nama penderita : Ny. IY
2. Umur : 26 tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : D3
6. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
7. Status : Menikah
8. Alamat : Patar RT02/06, Sidorejo Sayung, Demak
9. Tanggal Masuk : 13 Februari 2015
10. Masuk Jam : 14.15 WIB
11. Ruang : Baitunnissa
12. Kelas : III
B. ANAMNESA
Anamnesa dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 14 Februari 2015
pukul WIB.
1. Keluhan Utama :
Keluar flek- flek coklat hilang timbul,
Anamnesis :
Pasien datang dengan keluhan keluar flek dari jalan lahir sejak 2 hari yang
lalu. Flek berwarna coklat, tidak ada prongkolan, tidak ada keputihan.
Pasien tidak mengeluh badan lemas, tidak demam, batuk , pilek.
BAB dan BAK normal.
2. Riwayat Kehamilan
G2P0A0 Hamil 19 minggu
HPHT : 2-10-2014
HPL : 9-07-2015
3. Riwayat ANC
ANC baru dilakukan 1 kali di bidan setelah pasien dinyatakan hamil. Saat
periksa ke bidan, pasien mendapat multivitamin dan penambah darah.
4. Riwayat Obstetri
G2P0A0
G1 : laki laki, 3200g , spontan, sehat , 3 tahun
5. Riwayat Menstruasi
- Menarche : 11 tahun
- Siklus haid : 28 hari
- Lama haid : 7 hari
- Dismenore : (-)
- HPHT : 2-10-2014
6. Riwayat KB
-
7. Riwayat Perkawinan
Pasien menikah yang pertama kali dengan suami sekarang.
Usia pernikahan 4 tahun
C. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Present
Vital Sign :
TD : 120/70 mmHg
RR : 18 x/menit BB : 60 Kg
Suhu : 36,8 0C
b. Status Internus
c. Status Obstetri
- Abdomen
Inspeksi : Perut datar, striae gravidarum (+)
Palpasi : Nyeri tekan (+), TFU setinggi pusar, ballotement
(+)
Perkusi : Timpani (+)
Aukultasi : DJJ 12-11-11
- Genitalia
Externa : fluksus (+) warna coklat
Interna :
VT : Inspeksi : fluksus (+) warna coklat
Palpasi : Vagina : licin
Portio : lembut, menutup, tidak teraba KK/ jaringan
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium Darah (tanggal 13 Februari 2015)
a. Pemeriksaan Hematologi
Darah Rutin
Hb : 13,6 g/dL
Hematokrit : 41,5 %
E. RESUME
Pasien G2P0A0 hamil 19 minggu, datang dengan keluhan keluar flek darah
berwarna kecoklatan hilang timbul dari jalan lahir kadang disertai kram perut
pada tanggal 13 Februari 2015
Riwayat Kehamilan
HPHT : 2/10/2014
Status Present :
• Abdomen
• Abdomen
• Inspeksi : Perut cembung, striae gravidarum (+)
• Palpasi : Nyeri tekan (+), TFU setinggi pusar, ballotement
(+)
• Perkusi : Timpani (+)
• Aukultasi : DJJ 12-11-11
• Genitalia
• Externa : Darah segar (+)
Interna :
VT : Inspeksi : fluksus (+) warna coklat
Palpasi : Vagina : licin
Portio : lembut, menutup, tidak teraba KK/ jaringan
F. DIAGNOSA AWAL
Pasien G2P0A0, usia 26 tahun, hamil 19 minggu curiga abortus imminent
DD : Abortus Insipiens
G. SIKAP
1. Pasien rawat inap
2. Pengawasan: KU, Vital Sign, Hb, PPV, USG
3. Terapi medicamentosa
Infuse RL / D5 + diazepam 1 Amp 32 tpm
Cygest 400 1x1 / vagina/ rectal
Kalnex 2 x 1
Inj. Kalnex 1 amp. Extra
4. Bedrest total
H. PROGNOSA
Kehamilan : dubia ad bonam
I. EDUKASI
1. Memberi tahu kondisi ibu dan janin pada keluarga
2. Memberi tahu tujuan terapi dan tindakan (bedrest total) yang akan
dilakukan serta kemungkinan terjadinya komplikasi setelah tindakan.
3. Memberi tahu untuk control satu minggu setelah keluar dari RS
REFKAS
Abortus Iminents
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Program Pendidikan Profesi Dokter
Pembimbing :
dr. F.X. Sunarto, Sp.OG
Disusun oleh :
Mikael Brilianta YP
012106218
FAKULTAS KEDOKTERAN
2014