Oleh:
ZAQIYAH
I4B016122
KEPERAWATAN DASAR PROFESIONAL
SEMESTER I
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Jantung merupakan organ berotot yang berfungsi memompa darah ke pembuluh
darah seluruh tubuh secara teratur dan berulang (Jatmiko, 2013). Apabila fungsi
tersebut terganggu maka akan menyebabkan sakit jantung yang biasa disebut dengan
gagal jantung. Gagal jantung termasuk salah satu penyakit jantung yang mematikan
bagi manusia. Ciri-ciri penderita penyakit jantung antara lain sering kelelahan, sering
berkeringat, mual berlebihan, merasa cemas dan tegang, nyeri dada, denyut jantung
tidak teratur, sakit kepala, sesak nafas, dan pembengkakan perut dan kaki (Harjana,
2004). Namun, adanya ciri-ciri tersebut tidak bisa langsung digunakan untuk
mendiagnosa seseorang menderita sakit jantung. salah satu cara yang digunakan
dokter atau tenaga kesehatan lain untuk mendiagnosis dan memeriksa penyakit
jantung adalah dengan mendengarkan suara jantung dengan stetoskop. Teknik ini
dikenal dengan teknik auskultasi. Suara jantung yang dihasilkan pada beberapa kasus
penyakit jantung menunjukkan adanya pola tertentu yang bisa dikenali. Pola suara ini
dapat diambil sebagai bahan untuk menentukan diagnosis. Akan tetapi hal tersebut
juga kurang akurat untuk menentukan jenis penyakit jantung yang diderita.
Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan saat ini telah mengalami
pertumbuhan yang sangat pesat. Salah satu dari perkembangan teknologi tersebut
terdapat dalam dunia kesehatan, seperti pada beberapa alat kesehatan, yaitu
elektrokardiografi (EKG). EKG merupakan suatu alat elektronika biomedis yang
berfungsi untuk merekam reaksi jantung. Hasil rekam jantung tersebut kemudian
dianalisis untuk mengetahui kondisi dan masalah pada jantung pasien. EKG
mendeteksi perubahan-perubahan potensial listrik pada jantung manusia. Prinsip
kerja dari EKG adalah merekam sinyal listik yang terkait dengan aktivitas jantung
dan menghasilkan grafik rekaman tegangan listrik terhadap waktu. EKG sangat
efektif untuk merekam aktivitas kelistrikan jantung pada manusia (Price, 2006).
Sehingga dalam laporan ini dibahas mengenai tindakan pemasangan EKG sesuai
dengan prosedur yang benar agar dapat digunakan sebagai pemeriksaan penunjang
untuk menentukan penyakit jantung yang diderita pasien.
2. Tujuan
Laporan pendahuluan ini bertujuan untuk:
a. Mengetahui prosedur pemasangan EKG.
b. Mendasari praktek pemasangan EKG yang sesuai prosedur pada klien.
B. TINJAUAN TEORI
1. Pengertian Elektrokardiogram (EKG)
Elektrokardiografi (EKG) adalah pencatatan potensial bioelektrik yang
dipancarkan jantung melalui elektroda-elektroda yang diletakan pada posisi di
permukaan tubuh (Mansjoer, 2007). Elektrokardiografi adalah ilmu yang
mempelajari perubahan-perubahan potensial atau perubahan voltage yang terdapat
dalam jantung (Ruhyanudin, 2007). Elektrokardiogram adalah grafik yang merekam
perubahan potensial listrik jantung yang dhubungkan dengan waktu (Ruhyanudin,
2007). Electrocardiogram (ECG atau EKG) merupakan alat diagnosa yang digunakan
untuk mengukur dan merekam aktivitas listrik jantung yang sangat detail.
Elektrokardiogram (ECG) adalah grafik yang merekam potensial listrik yang
dihasilkan denyutan jantung. EKG diperoleh dengan menempatkan elektrode pada
posisi tertentu (sesuai standar) pada dada dan ekstremitas (Price, 2006).
Mesin EKG merekam aktivitas jantung dari beberapa “sudut pandang” yang
disebut dengan “lead”. Untuk mendukung interpretasi EKG, diperlukan pencatatan
data umur pasien, jenis kelamin, tekanan darah (TD), BB, TB, gejala dan obat-obatan
(khususnya digitalis dan antiaritmia). Dalam mesin EKG yang banyak digunakan di
Indonesia, terdapat 12 lead: I, II, III, aVR, aVL, aVF, V1, V2, V3, V4, V5, V6.
Artinya jantung dilihat dari 12 sudut pandang (Thaler, 2000).
Lead I, II, III adalah lead bipolar. Maksudnya, ia terdiri dari dua elektroda yang
memiliki potensi muatan yang berbeda (positif dan negatif).
Lead aVR, aVL, aVF adalah lead unipolar, yang terdiri dari satu elektroda positif
dan satu titik referensi (yang bermuatan nol) yang terletak di pusat medan jantung
Lead V1-V6 adalah lead unipolar, terdiri dari sebuah elektroda positif dan sebuah
titik referensi yang terletak di pusat listrik jantung.
2. Tujuan
Tujuan tindakan pemasangan EKG yaitu untuk mendapatkan informasi kegiatan
listrik pada kondisi – kondisi sebagai berikut (Ruhyanudin, 2007):
a. Disritmia jantung
b. Iskemia miokard ( angina pectoris )
c. Lokasi dan perluasan daerah infark miokard
d. Hipertrofi jantung
e. Ketidakseimbangan elektrolit
f. Keefektifan obat-obat jantung
3. Indikasi
Pemasangan EKG diindikasikan untuk (Udjianti, 2010):
a. Tes diagnosyik penyakit jantung.
b. Terlihatnya TTV yang berbeda dari TTV normal:
c. Pergerakan dada yang tidak seimbang
d. Adanya bunyi jantung 3 dan 4
e. Nyeri pada dada.
f. Intoleransi aktivitas.
4. Kontraindikasi
Tidak adan kontraindikasi dalam melakukan tindakan pemasangan EKG, kecuali
pasien menolak (Thaler, 2000).
6. Prosedur Tindakan
1. Persiapan alat-alat yang di butuhkan
a. Elektrokardiografi dengan perlengkapannya :
Elektroda untuk pergelangan tangan dan kaki
Elektroda isap prekordial
Sumber listrik
b. Kapas dan alcohol
c. Tempat tidur pasien. Perhatikan bahwa tempat tidur tidak bersentuhan dengan
dinding yang mengandung kabel aliran listrik.
d. Jeli atau pasta elektrolit.
2. Persiapan pasien
a. Pasien berbaring terlentang di atas tempat tidur.
Rasional: memudahkan pemasangan lead.
b. Kulit di kedua pergelangan tangan dan kaki dibersihkan dengan kapas alkohol.
Rasional: membersihkan area yang akan diberi jelly untuk pemasangan lead.
c. Pasien dalam kondisi relaks dan kedua tungkai bawah tidak saling menempel.
Rasional: agar tidak memengaruhi hasil perekaman EKG.
3. Persiapan ruangan
a. Suasana tempat pemeriksaan sebaiknya sejuk, tenang dan nyaman.
b. Alat-alat listrik yang ada dalam ruangan dapat menggangu pemeriksaan.
4. Oleskan keempat elektroda pergelangan anggota gerak dan elektroda prekordial
dengan jeli yang mengandung elektrolit secara merata dan pasanglah elektroda
sesuai ketentuan yang berlaku.
Rasional: jelly mengurangi resistensi antara elektrode dan kulit.
5. Hubungkan kabel penghubung ke pasien dengan elekroda sebagai berikut
a. Kabel warna merah (RA, right arm) dihubungkan dengan elektroda
pergelangan tangan kanan.
b. Kabel warna kuning (LA, left arm) dihubungkan dengan elektroda
pergelangan tangan kiri
c. Kabel warna hijau (LL, left leg) dihubungkan dengan elektroda pergelangan
kaki kiri
d. Kabel warna hitam (RL, right leg) dihubungkan dengan elektroda
pergelangan kaki kanan
e. Kabel C1-C6 dihubungkan dengan V1-V6
Posisi standar untuk sadapan dada adalah sebagai berikut:
1) V1 ruang intercostal IV, tepikanan sternum
2) V2 ruang intercostal IV, tepi sternum kiri
3) V4 (Jangan khawatir, bukan kesalahan, tempatkan elektrode keempat
sebelum ketiga) Ruang intercostal kelima di garis midclavicula
4) V3 di pertengahan antara elektrode kedua dan keempat
5) V5 terletak pada iga ke lima di garis aksilaris anterior
6) V6 pada suatu garis horisontal dengan V5 di garis aksilaris media
6. Sebelum merekam lead, buatlah rekaman kalibrasi.
7. Setelah selesai merekam, bersihkan lead dan tubuh pasien yang terkena pasta.
Rasional: jelly atau pasta yang lengket dapat membuat pasien tidak nyaman.
8. Tulis tanggal dan jam pembuatan, nama dan umur pasien.
Rasional: memberi identitas pada kertas hasil rekaman EKG.
9. Kembalikan elektrode dan alat perekam EKG pada tempatnya.
Rasional: menjaga keamanan alat.
C. DAFTAR PUSTAKA
Harjana, 2004. Gejala Penyakit Jantung Dan Serangan Jantung,
http://gejalapenyakitJantung.com/2013/04/gejala-penyakit-jatung-dan- serangan.
Jatmiko. 2013. Teknis Biomedis Teori Aplikasi. Penyakit jantung dan Penanganannya.
Depok: FIK UI. Hal 31
Mansjoer, A. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Ruhyanudin, F. 2007. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler. Malang: UMM Press
Price, S. 2006. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Thaler. 2000. Satu-Satunya Buku EKG Yang Anda Perlukan, edisi 2. Jakarta: Hipokrates
Udjianti, WJ. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.