Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa merupakan identitas suatu komunitas masyarakat tertentu,


ia hidup bersama dengan penuturnya, juga mengalami perkembangan yang
tentunya bisa pula mengalami perubahan bahkan pergeseran. pergeseran
dan pemertahanan bahasa merupakan dua sisi mata uang yang terjadi
secara bersamaan. Bahasa yang bisa tergeser oleh bahasa lain atau bahasa
yang tetap bertahan oleh pergeseran bahasa lain, bergantung pada
masyarakat penuturnya, memilih menggunakan atau meninggalkan
pemakaiannya.

Arus global, ataupun trend sangat mempengaruhi pergeseran dan


pemertahanan bahasa itu sendiri. Penggunaan bahasa asing (bahasa Arab)
yang kerap kali diselipkan dalam bahasa ibu (bahasa Indonesia) juga
menjadi pemicu terjadinya pergeseran bahasa. Sebagai contoh, “antum
hendak kemana” kata “kamu” dalam percakapan tersebut telah dianti
dengan kata “antum”. Fenomena ini mungkin saja disebut sebagai
perubahan atau pergeseran bahasa. Untuk lebih jelasnya, dalam makalah
ini akan menguaikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan perubahan,
pergeseran, dan pemertahann bahasa.
D. Faktor-faktor Pergeseran Bahasa

Mbete (2003:14) berpendapat bahwa pergeseran bahasa berawal dari


penyusutan fungsi-fungsi dasarnya yang umumnya terjadi dalam rentang
waktu yang lama. Punahnya suatu bahasa ditandai dengan berkurangnya atau
bahkan hilangnya bahasa lokal yang dipakai dalam pertuturan di dalam
keluarga, misalnya antara orang tua dan anak-anak. Terlebih lagi, hal itu
ditandai dengan hilangnya budaya dongeng, sirnanya kebiasan bercerita
kepada anak sebelum tidur, dan tidak berfungsinya lembaga tradisional
sebagai benteng dan budaya dan tradisi.1Berikut ini uraian mengenai faktor-
faktor terjadinya pergeseran bahasa:

1. Faktor Ekonomi, Sosial, dan Politik

Masyarakat memandang adanya alasan penting untuk mempelajari


bahasa kedua dan mereka tidak memandang perlu untuk mempertahankan
bahasa etnisnya. Semua itu untuk tujuan meningkatkan ekonomi, status
sosial, atau kepentingan politik. Salah satu faktor ekonomi itu adalah
industrialisasi (yang kadang-kadang bergabung dengan faktor migrasi).
Kemajuan ekonomi kadang-kadang mengangkat posisi sebuah bahasa
menjadi bahasa yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Bahasa Inggris
misalnya, menjadi minat banyak orang untuk menguasai dan kalau perlu
meninggalkan bahsa pertama.

2. Faktor Demografi

Letak daerah baru yang jauh dari daerah asal bisa menjadi salah
satu penyebab terjadinya pergeseran bahasa. Hal ini disebabkan
kelompok-kelompok pendatang akan mengadakan asimilasi dengan
penduduk setempat agar mudah diterima menjadi bagian masyarakat
setempat. Pergeseran bahasa biasanya terjadi di negara, daerah, atau
wilayah yang bisa memberi harapan untuk kehidupan sosial ekonomi yang

Mujid F. Amin dan Suyanto,”Pergeseran dan Pemertahanan Bahsa Ibu dalam Ranah Rumah
1

Tangga Migran di Kota Semarang”, Pergeseran dan Pemertahanan Bahasa, NUSA, Vol 3.no. 1 Februari
2017.
lebih baik sehingga mengundang penduduk daerah lain untuk
mendatanginya. Adanya pergeseran bahasa tersebut dapat mengakibatkan
punahnya suatu bahasa karena ditinggalkan oleh para penuturnya.
Peristiwa ini terjadi bila pergeseran bahasa terjadi di daerah asal suatu
bahasa digunakan.

3. Sekolah

Sekolah sering juga dituding sebagai faktor penyebab bergesarnya


bahasa ibu murid, karena sekolah biasanya mengajarkan bahasa asing
kepada anak-anak. Anak-anak ini kemudian menjadi dwibahasawan.
Padahal. Kedwibahasaan seperti kita ketahui, mengandung resiko
bergesarnya salah satu bahasa. Sekolah pada zaman Belanda di Indonesia
kadang-kadang tidak mengizinkan pemakaian bahasa daerah, bahasa
pengantar harus dengan bahasa Belanda.

4. Migrasi

Salah satu faktot itu adalah migrasi atau perpindahan penduduk,


yang bisa berwujud dua kemungkinan. Pertama, kelompok-kelompok kecil
bermigrasi ke daerah atau negara lain yang tentu saja menyebabkan bahasa
mereka tidak berfungsi di daerah baru. Ini misalnya terjadi pada
kelompok-kelompok migrasi berbagai etnik di Amerika Serikat. Kedua,
gelombang besar penutur bahasa bermigrasi membanjiri sebuah wilayah
kecil dengan sedikit penduduk, menyebabkan penduduk setempat terpecah
dan bahasanya tergeser.Ini misalnya banyak terjadi di wilayah Inggris
ketika industry mereka berkembang. Beberapa bahasa kecil tergeser oleh
bahasa Inggris yang dibawa oleh para buruh industri ke tempat kecil itu.

E. Studi Kasus

Penelitian kualitatif ini mengemukakan masalah hubungan bahasa


dan etnik dengan mengangkat kasus bahasa Arab yang berkembang dalam
komunitas keturunan Arab di Surakarta (bAS). Diasumsikan bahwa dalam
situasi kontak bahasa yang cukup panjang, unsur-unsur bAS akan
dipengaruhi oleh bahasa-bahasa Austronesia (dalam hal ini bI dan bJ)
sebagai bahasa kelompok mayoritas dari berbagai aspek. Oleh karena itu,
penelitian ditujukan untuk menjawab permasalahan tentang (1) ciri-ciri
unsur-unsur bAS, (2) penggunaan unsur-unsur bAS dalam komunikasi
penuturnya, dan (3) pergeseran dan pemertahanan bA dalam komunitas
tersebut. Untuk itu, dibutuhkan berbagai jenis data baik data verbal lingual
maupun data ekstra linguistik. Data lingual yang digunakan adalah tuturan
alami yang mengandung unsur-unsur bAS, daftar leksikon bAS, daftar
kalimat dengan unsurunsur bAS, dan sistem bA klasik/ standar sebagai
pembanding. Data tuturan alami diperoleh dengan metode simak bebas
libat cakap. Data leksikon dan daftar kalimat dijaring dengan metode
cakap, sedangkan data sistem bA klasik diperoleh dengan metode cakap
dan pustaka. Adapun data ekstralingual berupa informasi historis dan
kehidupan sosial masyarakat tutur bAS diperoleh dengan metode cakap,
observasi, dan metode pustaka. Analisis data menggunakan metode padan
intralingual dan ekstralingual. Adapun teori yang dijadikan acuan adalah
teori perubahan bahasa untuk menjawab permasalahan pertama; teori
tentang alih kode, strategi wacana, dan etnografi komunikasi untuk
permasalahan kedua; dan teori kontak bahasa untuk menjawab
permasalahan ketiga. Setelah mencermati data yang ada dan melakukan
analisis, penulis sampai pada beberapa kesimpulan. Pertama, unsur-unsur
bAS banyak mengalami modifikasi baik secara formal juga leksikal karena
interferensi bI dan bJ. Kedua, unsur-unsur bAS digunakan secara terbatas
sebagai kode bermarkah dalam mekanisme alih kode baik yang bersifat
situasional juga non-situasional. Kode ini dipilih oleh penutur dalam
tuturannya dengan mempertimbangkan faktor peserta tutur, konteks situasi
tutur, media pertuturan, dan tujuan pertuturan. Ketiga, bA di Surakarta
telah mengalami pergeseran yang cukup signifikan dengan bukti berupa
modifikasi unsur-unsur bAS, walaupun penggunaannya sampai saat ini
juga berarti telah ada pemertahanan bahasa. Faktor-faktor linguistik dan
ekstralinguistik menunjukan bahwa pergeseran bAS lebih besar
peluangnya. Indikasi sikap pemertahanan bA muncul, tetapi yang
dimaksud dan diinginkan oleh sebagian besar penutur adalah bAK/bASM
sebagai identitas keislaman mereka, bukan identitas keetnisan mereka

Anda mungkin juga menyukai