Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN KASUS

PADA Tn. S DENGAN ANEMIA

DIRUANG AMARILIS 8 SMC RS TELOGOREJO

Disusun oleh:

ULANI MARGIYANTI (115109)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN TELOGOREJO

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEMARANG

2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan atau hitung eritrosit lebih rendah dari
normal. Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah Hb dalam 1mm3 darah
atau berkurangnya volume sel yang didapatkan (packed red cells volume) dalam 100 ml
darah (sudoyo aru.2009. hlm 77)

Anemia masih menjadi masalah besar bagi kesehatan masyarakat global dengan jumlah
penderita yang mencapai hingga 2,3 miliar – diperkirakan 50% nya disebabkan oleh
Anemia Defisiensi Besi (ADB) Asia Tenggara dan Afrika terus tercatat memiliki
prevalensi anemia tertinggi – terhitung 85% dari para penderita anemia adalah para wanita
dan anak-anak. Secara numerik, dapat dilihat data wanita usia subur antara 15 dan 49
tahun, angkanya sedikit lebih dramatis. Di Asia Tenggara, ada 202 juta wanita yang terkena
anemia sedangkan di Pasifik Barat, ada sekitar 100 juta jiwa. 41,8% ibu hamil dan kurang
lebih 600 juta anak sekolah dasar dan anak usia sekolah di seluruh dunia adalah penderita
anemia, dimana hampir 60% kasus ibu hamil dan sekitar 50% dari kasus anak-anak.

Pada penderita anemia penyebab timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan


sumsum tulang atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan
sumsum tulang dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau
kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui
perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat
akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal
atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah
merah (marton, 2012. Hlm 102).

B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Penulis mampu menerapkan pola pikir ilmiah dalam melaksanakan asuhan
keperawatan dengan penyakit anemia.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus dari penulisan karya tulis agar penulis mampu:
a. Mengumpulkan data pada Tn. A dengan penyakit anemia.
b. Menganalisa data yang telah dikumpulkan .
c. Merumuskan masalah keperawatan.
d. Menentukan prioritas masalah.
e. Menentukan diagnosa keperawatan.
f. Menentukan rencana tindakan keperawatan.
g. Melaksanakan tindakan keperawatan.
h. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan.
i. Mendokumentasi hasil tindakan keperawatan.

C. MANFAAT
Diharapkan mahasiswa atau praktisi mampu:
a. Memahami konsep anemia ( definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis).
b. Memahami tentang pengkajian serta diagnosis keperawatan klien dengan anemia.
c. Memahami tentang intervensi atau perencanaan keperawatan klien dengan anemia.
d. Memahami tentang implementasi serta evaluasi keperawatan klien dengan anemia.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Anemia
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan atau hitung eritrosit lebih
rendah dari normal. Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah Hb
dalam 1mm3 darah atau berkurangnya volume sel yang didapatkan (packed red cells
volume) dalam 100 ml darah (sudoyo aru, 2009. Hlm 77).

B. Etiologi Anemia
Anemia dapat dibedakan menurut marton (2012, hlm.100) mekanisme kelainan
pembentukan, kerusakan atau kehilangan sel-sel darah merah serta penyebabnya.
Penyebab anemia antara lain sebagai berikut:
1. Anemia pasca perdarahan : akibat perdarahan massif seperti kecelakaan,
operasi dan persalinan dengan perdarahan atau perdarahan menahun:cacingan.
2. Anemia defisiensi: kekurangan bahan baku pembuat sel darah. Bisa karena
intake kurang, absorbsi kurang, sintesis kurang, keperluan yang bertambah.
3. Anemia hemolitik: terjadi penghancuran eritrosit yang berlebihan. Karena
faktor intrasel: talasemia, hemoglobinopatie,dll. Sedang factor ekstrasel:
intoksikasi, infeksi –malaria, reaksi hemolitik transfusi darah.
4. Anemia aplastik disebabkan terhentinya pembuatan sel darah oleh sumsum
tulang (kerusakan sumsum tulang)

C. Patofisiologi terjadinya anemia


Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum tulang
dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau
kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang
melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir,
masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel
darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang
menyebabkan destruksi sel darah merah.

Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam
sistem retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping
proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran
darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan
dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang
kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera. Apabila sel darah merah
mengalami penghancuran dalam sirkulasi, seperti yang terjadi pada berbagai
kelainan hemolitik, maka hemoglobin akan muncul dalam plasma
(hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin
plasma (protein pengikat hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya (mis.,
apabila jumlahnya lebih dari sekitar 100 mg/dL), hemoglobin akan terdifusi dalam
glomerulus ginjal dan ke dalam urin (hemoglobinuria). Jadi ada atau tidak adanya
hemoglobinemia dan hemoglobinuria dapat memberikan informasi mengenai
lokasi penghancuran sel darah merah abnormal pada pasien dengan hemolisis dan
dapat merupakan petunjuk untuk mengetahui sifat hemolitik tersebut.

Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien tertentu disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak
mencukupi, biasanya dapat diperoleh dengan dasar (1) hitung retikulosit dalam
sirkulasi darah, (2) derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang
dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dengan biopsy; dan (3) ada atau
tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemian.

Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar


hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa
makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan
oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ penting.
Salah satunya otak, otak terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya
kurang, maka otak akan seperti komputer yang memorinya lemah, lambat
menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki (marton, 2012, hlm 102).

D. Manifestasi klinis anemia


Manifestasi klinis anemia menurut sudoyo (2009. Hlm 78) yaitu:
1. Tanda-tanda umum anemia: Pucat, tacicardi, bising sistolik anorganik, bising
karotis, pembesaran jantung.
2. Manifestasi khusus pada anemia:
a. Anemia aplastik: ptekie, ekimosis, epistaksis, ulserasi oral, infeksi bakteri,
demam, anemis, pucat, lelah, takikardi.
b. Anemia defisiensi: konjungtiva pucat (Hb 6-10 gr/dl), telapak tangan pucat
(Hb < 8 gr/dl), iritabilitas, anoreksia, takikardi, murmur sistolik, letargi,
tidur meningkat, kehilangan minat bermain atau aktivitas bermain. Anak
tampak lemas, sering berdebar-debar, lekas lelah, pucat, sakit kepala, anak
tak tampak sakit, tampak pucat pada mukosa bibir, farink,telapak tangan dan
dasar kuku. Jantung agak membesar dan terdengar bising sistolik yang
fungsional.
c. Anemia aplastik : ikterus, hepatosplenomegali.

BAB III

RESUME KASUS
A. Pengkajian
Pasien Tn. S umur 77 tahun dating dengan keluhan lemas diagnose dokter anemia, saat
dilakukan pengkajian pasien mengatakan badan terasa lemas, mual, muntah, BAB hitam
sebelumnya pada bulan agustus pasien sudah masuk RS Telogorejo dengan keluhan magh.
Setelah itu pada tanggal 13 november 2018 masuk lagi dengan keluhan badan terasa lemas
mersa cepat lelah ketika beraktifitas curiga perdaraha kolon, Hb 9,1 g/dl , GDS 226, TD:
133/81 mmHg, RR: 20 x/mnt, N: 78 x/mnt, Spo2: 99%, suhu 36,20C.
Riawayat kesehatan lalu pasien mengatakan sudah mempunyai DM sejak 7 tahun yang
lalu, mempunyai riwayat colonoscopy tumor colon, dari keluarga juga tidak ada riwayat
penyakit menurun

Pola aktifitas dan latihan selama dirumah pasien mengerjakan aktivitas secara mandiri dan
sudah tidak bekerja, saat dirumah sakit pasien membutuhkan bantuan orang lain saat
melakukan aktivitas seperti makan, minum, berpakaian, mandi toileting, mobilisasi karena
badan lemas berasa tambah lemas ketika beraktifitas ditandai dengan Hb 9,1 g/dl.

Pola isrirahat tidur pasien mengatakan ketika dirumah pasien bisa istirahat tidur 6-7 jam
perhari ketika dirumah sakit pasien mengatakan lebih sering tidur karena merasaa badan
lemas dan belum kuat beraktivitas

B. Diagnosa keperawatan
Pada kasus anemia ini memunculkan dua diagnosa yaitu:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
2. ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan proses penyakit

C. Intervensi keperawatan
1. Intoleransi aktivitas
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x7 jam diharapkan masalah
dapat teratasi

NOC:
a. Toleransi terhadap aktifitas
b. Daya tahan

NIC:
a. manajemen lingkungan
b. peningkatan latihan kekuatan
c. bantu peraawatan diri: ADL
d. terapi latihan pergerakan
e. kolaborasi dengan dokter pemberian obat

2. ketidakefektifan perfusi jaringan perifer


Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x7 jam diharapkan masalah
dapat teratasi

NOC
a. Perfusi jaringan
b. Tanda tanda vital dalam batas normal

NIC
a. Monitor asam basa
b. Menejemen elektrolit dan cairan
c. Pengaturan posisi
d. Monitor ttv

BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Dalam tahap pengkajian penulis mengadakan wawancara langsung pada anggota
keluarga pasien, pengkajian diawali dengan pengumpulan dta tentang identitas
klien,riwayat kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan sekarang dan kebiasaan hidup
sehari-hari. Setelah dilakukan tindakan pengkajian Pasien Tn. S umur 77 tahun datang
dengan keluhan lemas diagnose dokter anemia, saat dilakukan pengkajian pasien
mengatakan badan terasa lemas, mual, muntah, BAB hitam sebelumnya pada bulan
agustus pasien sudah masuk RS Telogorejo dengan keluhan magh. Setelah itu pada
tanggal 13 november 2018 masuk lagi dengan keluhan badan terasa lemas mersa cepat
lelah ketika beraktifitas curiga perdaraha kolon, Hb 9,1 g/dl , GDS 226, TD: 133/81
mmHg, RR: 20 x/mnt, N: 78 x/mnt, Spo2: 99%, suhu 36,20C.
Riawayat kesehatan lalu pasien mengatakan sudah mempunyai DM sejak 7 tahun yang
lalu, mempunyai riwayat colonoscopy tumor colon, dari keluarga juga tidak ada
riwayat penyakit menurun

Pola aktifitas dan latihan selama dirumah pasien mengerjakan aktivitas secara mandiri
dan sudah tidak bekerja, saat dirumah sakit pasien membutuhkan bantuan orang lain
saat melakukan aktivitas seperti makan, minum, berpakaian, mandi toileting,
mobilisasi karena badan lemas berasa tambah lemas ketika beraktifitas ditandai dengan
Hb 9,1 g/dl.

Pola isrirahat tidur pasien mengatakan ketika dirumah pasien bisa istirahat tidur 6-7
jam perhari ketika dirumah sakit pasien mengatakan lebih sering tidur karena merasaa
badan lemas dan belum kuat beraktivitas

B. Diagnosa keperawatan – evaluasi keperawatan


1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
Intoleransi aktivitas yaitu ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk
mempertahankan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus
atau ingin dilakukan, keadaan pasien sesuai dengan batasan karakteristik yaitu
keletihan, ketidaknyamanan setelah beraktivitas dipsnea setelah beraktifitas.

Diagnosa Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara


suplai dan kebutuhan oksigen didukung dengan adanya data subjektif pasien
mengatakan belum bisa melakukan aktivitas secara mandiri membutuhkan bantuan
orang lain, dan data objektif pasien terlihat lemas saat melakukan aktivitas seluruh
ADL memerlukan bantuan orang lain Hb 9,1 g/dl, Spo2 99%.

Masalah intoleransi aktivitas kemudian dilakukan intervensi sesuai NIC yaitu


membentu perawatan diri: ADL, melatih pergerakan otot, memberikan lingkungan
yang nyaman, kolaborasi dengan dokter pemberian obat. Setelah dilakukan
tindakan keperawata selama 3x7 jam kebutuhan ADL pasien dapat terpenuhi,
pasien bisa melakukan beberapa aktivitas secara mandiri seperti minum, menggeser
posisi tidur, masalah belum teratasi lakukan kembali bantuan perawatan diri: ADL
dan latihan kekuatan otot

2. ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan proses penyakit


ketidakefektifan perfusi jaringan yaitu penurunan sirkulasi darah ke perifer yang
dapat nebgganggu kesehatan, dalam mengambil diagnose keadaan pasien sesuai
batasan karakeristik yang ada pada NANDA yaitu penurunan fungsi motoric, warna
kulit pucat, perubahan tekanan darah.

Diagnose ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan proses


penyakit didukung dengan adanya data subjektif yaitu pasien mengatakan badan
terasa lemas dan adanya data objektif yaitu pasien terlihat lemas, mukosa bibir
kering, sianosis, kesadaran composmentis, TD: 133/81 mmHg, RR: 20 x/mnt, nadi:
78 x/mnt, GDS: 226

Masalah ketidakefektifan perfusi jaringan perifer kemudian dilakukan intervensi


sesuai dengan NIC yaitu monitor asam basa, menejemen cairan dan elektrolit,
pengaturan posisi, monitor ttv. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x7
jam masalah belum teratasi pasien masih mengatakan lemas, pusing pasien juga
terlihat belum mampu melakukan semua aktivitas secara mandiri, saat pasien saya
kelola dari dokter masih dilakukan pencarian penyebab anemia rencana dilakukan
ct scan abdomen kontras, sinar x-ray. Untuk bagian keperawatan lanjutkan
intervensi monitor cairan dan elektrolit dan monitor ttv.
BAB V

PENUTUPAN

A. Simpulan
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan atau hitung eritrosit lebih rendah dari
normal. Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah Hb dalam 1mm3 darah
atau berkurangnya volume sel yang didapatkan (packed red cells volume) dalam 100 ml
darah. Yang dapat disebabkan oleh beberapa macam menurut mekanisme kelainan
pembentukan, kerusakan atau kehilangan sel-sel darah merah serta penyebabnya.
Penyebab anemia antara lain sebagai berikut: Anemia pasca perdarahan : akibat perdarahan
massif seperti kecelakaan, operasi dan persalinan dengan perdarahan atau perdarahan
menahun:cacingan. Anemia defisiensi: kekurangan bahan baku pembuat sel darah. Bisa
karena intake kurang, absorbsi kurang, sintesis kurang, keperluan yang
bertambah.mAnemia hemolitik: terjadi penghancuran eritrosit yang berlebihan. Karena
faktor intrasel: talasemia, hemoglobinopatie,dll. Sedang factor ekstrasel: intoksikasi,
infeksi –malaria, reaksi hemolitik transfusi darah. Anemia aplastik disebabkan terhentinya
pembuatan sel darah oleh sumsum tulang (kerusakan sumsum tulang). Tanda-tanda umum
anemia: Pucat, tacicardi, bising sistolik anorganik, bising karotis, pembesaran jantung.

Pasien Tn. S umur 77 tahun datang dengan keluhan lemas diagnose dokter anemia, saat
dilakukan pengkajian pasien mengatakan badan terasa lemas, mual, muntah, BAB hitam
sebelumnya pada bulan agustus pasien sudah masuk RS Telogorejo dengan keluhan magh.
Setelah itu pada tanggal 13 november 2018 masuk lagi dengan keluhan badan terasa lemas
mersa cepat lelah ketika beraktifitas curiga perdaraha kolon, Hb 9,1 g/dl , GDS 226, TD:
133/81 mmHg, RR: 20 x/mnt, N: 78 x/mnt, Spo2: 99%, suhu 36,20C.
Riawayat kesehatan lalu pasien mengatakan sudah mempunyai DM sejak 7 tahun yang
lalu, mempunyai riwayat colonoscopy tumor colon setelah dilakukan muncul dua diagnose
yaitu intoleransi aktifitas dan ketidakefektifan perfusi jaringan perifer.
Pada kasus Tn. S intervensi disusun berdasarkan konsep intervensi keperawatan kepada
pasien intoleransi aktifitas dan ketidakefektifan perfusi jaringan perifer. Namun tidak
semua masalah keperawatan dapat teratasi disesuaikan dengan waktu dan kondisi . dari
hasil implementasi menunjukan bahwa masalah keperawatan intoleransi aktifitas dan
ketidakefektifan perfusi jaringan perifer belum teratasi lanjutkan intervensi.

B. Saran
1. Bagi institusi pendidikan
Makalah diharapkan mampu memberikan wacana dan dapat digunakan referensi bagi
mahasiswa dalam pemberian asuhan keperawatan klien dengan intoleransi aktifitas dan
ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
2. Bagi praktisi kesehatan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi seluruh praktisi kesehatan
khususnya dalam memberikan asuhan keperawatan klien dengan intoleransi aktifitas
dan ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria. (2012). Nursing intervention calsssification (NIC). Indonesia: Mocomedia

Herdman, Heater. (2015). Diagnosis keperawatan definisi dan classification 2015-2017 edisi 10.
Jakarta: EGC

Marton, Gallo. (2012). Keperawatan kritis volume 1 dan 2 edisi 8. Jakarta: EGC

Moorhead, Heater. (2015). Nursing outcomes classification (NOC). Singapore: Elsevier

Sudoyo, Aru, dkk. (2009). Buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid 1,2,3 edisi 4. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai