Anda di halaman 1dari 18

RESUME ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

A
DENGAN SECTIO CAESAREA INDIKASI PREEKLAMSI
DIRUANG OPERASI SMC RS TELOGOREJO

Disusun oleh:
1. Tria Hidayatul
2. Susanti
3. Ulani Margiyanti
4. Yunita Rahayu
5. Zuyun Naimatul

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES TELOGOREJO
SEMARANG
2018
LAPORAN PENDAHULUAN SECTIO CAESAREA
1. Konsep dasar
a. Definisi
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu
insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan
utuh serta berat janin di atas 500 gram.

Sectio Caesaria ialah tindakan untuk melahirkan janin dengan berat badan diatas 500
gram melalui sayatan pada dinding uterus yang utuh.

b. Etiologi
1) CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak
sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat
melahirkan secara alami. Tulang tulang panggul merupakan susunan beberapa
tulang yang membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui
oleh janin ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan
kelainan atau panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses
persalinan alami sehingga harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis
tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan ukuran bidang
panggul menjadi abnormal.
2) PEB (PreEklamsi Berat)
Preeklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan
oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah perdarahan dan
infeksi, preeklamsi dan eklamsi merupakan penyebab kematian maternal dan
perinatal.
3) KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan
ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah
hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan di bawah 36 minggu.
4) Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena kelahiran
kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu
bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak
lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.
5) Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak memungkinkan
adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat
pendek dan ibu sulit bernafas.
6) Kelainan Letak Janin
7) Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan
kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Dikenal
beberapa jenis letak sungsang, yakni presentasi bokong, presentasi bokong kaki,
sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki.

c. Klasifikasi
1) Sectio cesaria transperitonealis profunda
Sectio cesaria transperitonealis propunda dengan insisi di segmen bawah uterus.
insisi pada bawah rahim, bisa dengan teknik melintang atau memanjang.
Keunggulan pembedahan ini adalah:
a) Pendarahan luka insisi tidak seberapa banyak.
b) Bahaya peritonitis tidak besar.
c) Perut uterus umumnya kuat sehingga bahaya ruptur uteri dikemudian hari tidak
besar karena pada nifas segmen bawah uterus tidak seberapa banyak mengalami
kontraksi seperti korpus uteri sehingga luka dapat sembuh lebih sempurna.
2) Sectio cacaria klasik atau section cecaria korporal
Pada cectio cacaria klasik ini di buat kepada korpus uteri, pembedahan ini yang
agak mudah dilakukan,hanya di selenggarakan apabila ada halangan untuk
melakukan section cacaria transperitonealis profunda. Insisi memanjang pada
segmen atas uterus.
3) Sectio cacaria ekstra peritoneal
Section cacaria eksrta peritoneal dahulu di lakukan untuk mengurangi bahaya
injeksi perporal akan tetapi dengan kemajuan pengobatan terhadap injeksi
pembedahan ini sekarang tidak banyak lagi di lakukan. Rongga peritoneum tak
dibuka, dilakukan pada pasien infeksi uterin berat.
4) Section cesaria Hysteroctomi Setelah sectio cesaria, dilakukan hysteroktomy
dengan indikasi: Atonia uteri, Plasenta accrete, Myoma uteri, Infeksi intra uteri
berat

d. Patofisiologi
SC merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500 gr dengan
sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan tindakan ini yaitu
distorsi kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak, placenta previa dll,
untuk ibu. Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin besar dan letak lintang
setelah dilakukan SC ibu akan mengalami adaptasi post partum baik dari aspek kognitif
berupa kurang pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari aspek fisiologis yaitu
produk oxsitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar hanya
sedikit, luka dari insisi akan menjadi post de entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu
diberikan antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri adalah salah utama
karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman.

Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat regional dan
umum. Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap janin maupun ibu
anestesi janin sehingga kadangkadang bayi lahir dalam keadaan upnoe yang tidak dapat
diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan pengaruhnya anestesi bagi
ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah banyak yang
keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat sekret
yan berlebihan karena kerja otot nafas silia yang menutup. Anestesi ini juga
mempengaruhi saluran pencernaan dengan menurunkan mobilitas usus.. Selain itu
motilitas yang menurun juga berakibat pada perubahan pola eliminasi yaitu konstipasi.
e. Pathway

CPD, PEB, KPD, bayi kembar,


kelainan letak janin

Tindakan sc

Pembatasan cairan insisi anastesi


peroral

luka bedrest Penurunan syaraf


Resiko simpatis
kekurangan Resiko Penurunan peristaltik
volume cairan infeksi Kondisi diri
konstipasi menurun

Ketidakmampuan
Gelisah
miksi

Gangguan pola
Gangguan rasa
tidur
nyaman

f. Pemeriksaan diagnostic
1) Elektroensefalogram ( EEG )
Untuk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang.
2) Magneti resonance imaging (MRI)
Menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapangan magnetik dan gelombang
radio, berguna untuk memperlihatkan daerah – daerah otak
3) Uji laboratorium : Fungsi lumbal , Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit
dan hematokrit , elektrolit , urin, AGD , Kadar kalsium darah, Kadar natrium
darah,Kadar magnesium darah
g. Komplikasi
1) Infeksi puerperial
kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas dibagi menjadi 3 yaitu:
a) Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari
b) Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit
kembung
c) Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik
2) Perdarahan
perdarahan banyak bisa terjadi jika pada saat pembedahan cabang arteri uterine ikut
terbuka atau karena atonia uteri.
3) komplikasi lainnya antara lain luka kandung kencing, embolisme paru yang sangat
jarang terjadi.
4) Kurang kuatnya parut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya
bisa terjadi ruptur uteri. Yang sering terjadi pada ibu bayi : Kematian perinatal

h. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan medis: pembedahan
2) Penatalaksanaan keperawatan: diet, mobilisasi, kolaborasi dengan dokter
2. Konsep keperawatan

a. Pengkajian
Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat ditemukan meliputi
distress janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi janin, prolaps tali
pust, abrupsio plasenta dan plasenta previa.
1) Identitas atau biodata klien Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat,
suku bangsa, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit
nomor register , dan diagnosa keperawatan.
2) Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan dahulu: Penyakit kronis atau menular dan menurun sepoerti
jantung, hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
b) Riwayat kesehatan sekarang : Riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatka
cairan ketuban yang keluar pervaginan secara sepontan kemudian tidak di ikuti
tandatanda persalinan.
c) Riwayat kesehatan keluarga: Adakah penyakit keturunan dalam keluarga
seperti jantung, DM, HT, TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin
penyakit tersebut diturunkan kepada klien.

b. Diagnose
1) Resiko kekurangan volume cairan
2) Gangguan pola tidur
Factor yang berhubungan:
a) Gangguan karena pasangan
b) Halangan lingkungan
c) Imobilisasi
d) Kurang privasi
e) Pola tidur tidak menyehatkan
3) Resiko ifeksi
4) Gangguan rasa nyaman
Factor yang berhubungan:
a) Gejala terkait penyakit
b) Kurang control penyakt
c) Program pengobatan
d) Sumber daya tidak adekuat

c. Intervensi
1) Resiko kekurangan volume cairan
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x15 menit diharapkan
masalah dapat teratai
Noc;
a) Keseimbangan cairan
b) hidrasi
Nic:
a) Pencegahan perdarahan
b) Pengurangan perdarahan: uterus postpartum
c) Menejemn elektrolit
d) Terapi intravena
e) Monitor tanda tanda vital

2) Gangguan pola tidur


Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x15 menit diharapkan
masalah dapat teratasi
Noc:
a) Tingkat kelelahan
b) Status kenyamanan: lingkungan
Nic:
a) Manajemen lingkungan
b) Pemberian obat
c) Terapi relaksasi
d) Pengurangan kecemasan
e) Menejemen energu
f) Terapi music

3) Resiko ifeksi
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x15 menit diharapkan
msalah teratasi
Noc:
a) control resiko
b) keperahan infeksi

Nic:

a) identifikasi resiko
b) monitor elektrolit
c) menejemen penyakit menular

4) Gangguan rasa nyaman


Tujuan: setelah dilakukan tindkaan keperawatan selama 1x15 menit diharapkan
maslaah teratasi
Noc:
a) Status kenyamanan
b) Tingkat kecemasan
c) Kepuasan klien
Nic:
a) Pengukuran kecemasan
b) Teknk menenagkan
c) Pemberian obat
d) Menejemennyeri
e) Terapi relaksasi
f) Peningkatan system dukungan
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito. 2011. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan, Diagnosa keperawatan dan
masalah kolaboratif. Jakarta: EGC

Saddle River Mansjoer, A. 2010. Asuhan Keperawatn Maternitas. Jakarta : Salemba Medika

Bagus Gede. 2012. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana, Jakarta : EGC

Upper Saddle River Muchtar. 2005. Obstetri patologi, Cetakan I. Jakarta : EGC

Nurjannah Intansari. 2010. Proses Keperawatan NANDA, NOC &NIC. Yogyakarta : mocaMedia

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 20052006. Jakarta: Prima Medika

Saifuddin, AB. 2002. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta :
penerbit yayasan bina pustaka

sarwono prawirohardjo Sarwono Prawiroharjo. 2009. Ilmu Kebidanan, Edisi 4 Cetakan II. Jakarta
: Yayasan Bina Pustaka
RESUME ASUHAN KEPERAWATAN

A. IDENTITAS PASIEN
1. Nama : Ny. A
2. Umur : 28 tahun
3. Jenis kelamin : perempuan
4. No register : Rstg0021455225
5. Diagnose medis : G2P1A0
6. Tanggal masuk : 22 oktober 2018

B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat kesehatan sekarang
Ny. A mengatakan sekarang pasien hamil kedua dengan G2P1A0 usia 38 minggu akan
dilakukan section caesarea dengan indikasi pre eklamsi TD; 189/112 mmHg pada
tanggal 23 oktober 2018 jam 09.00 diruang periporatif, pasien merasa cemas dengan
kondisinya yang akan melakukan operasi.

2. Riwayat kesehatan lalu


Pasien mengatakan 2 tahun yang lalu mengalami section caesarea, mempunyai riwayat
hipertensi

3. Riwayat alergi
Pasien mengatakan tidak mempunya alergi apapun

4. Riwayat kesehatan keluarga


Pasien mengatakan keluarga tidak mempunyai penyakit menurun

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda-tanda vital
a. Kesadaran : composmentis
b. GCS : respon motoric =5
Respon bicara =6
Respon membuka mata =4
c. Tekanan darah: 189/112 mmHg
d. Suhu : 370C
e. Pernafasan : 24 x/mnt
f. Nadi : 81 x/mnt
D. DATA PENUNJANG
Hasil laboratorium tanggal 22-10-2018

Jenis pemeriksaan Hasil pemeriksaan Satuan Normal

Hb 12,1 g/dl 12,0-16,0

Lekosit 8,7 10^g/l 4,1-10,9

Trombosit 274,0 <0,13

HbsAg 0,01

Warna urine

Warna kuning Kuning

Kejernihan Jernih Jernih

Protein 25,0 Negative

Glukosa Negative Negative

Ph 8,0 5,0-9,0

E. FASE PREOPERASI
1. Analisa data

NO DATA FOKUS PREOPERASI MASALAH ETIOLOGI

1 DS: pasien mengatakan takut apabila Ansietas Ancaman pada


terjadi hal yang tidak diinginkan status terkini
dengan dirinya dan bayinya
pada saat dilakukan operasi

DO: pasien terlihat tegang, gelisah


merasa khawatir, ketakutan
TD: 185/100 mmHg
N: 80 x/mnt
S: 36,50C
RR: 23 x/mnt
2. Diagnosa pre operatif
Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status terkini
Tujuan: setelah dilakukan tindakan kperawatan selama 1x15 menit diharapkan masalah
ansietas dapat teratasi dengan kriteria hasil:
a. Pasien mengatakan siap dilakukan operasi
b. Pasien mampu membentuk hubungan intrapersonal
c. Pasien kooperatif dan tidak merasa khawatir

3. Intervensi:
a. Ciptakan lingkungan yang nyaman
b. Berikan dukungan
c. Damping pasien selama tindakan operasi
d. Identifikasi kebutuhan keselamatan pasien

4. Implementasi:
Tanggal Implementasi Respon pasien
/jam

23-10-2018 -Menciptakan DS: pasien mengatakan setuju dengan dengan


lingkungan yang nyaman tindakan keperawatan
Jam: 09.00 bagi pasien

DO: pasien terlihat cemas berkurang bisa


menunjukan tersenyum bahagia dan
rileks

09.15 -mendampingi pasien DO: pasien mengatakan merasa nyaman


selama tindakan operasi didampingi saat operasi

DO: pasien mampu membentuk hubungan


kooperatif
5. Evaluasi:
Tanggal/ Catatan perkembangan Ttd
jam

23-10-2018 S: pasien mengatakan rasa cemas berkurang dengan


dampingan perawat saat dilakukan operasi
09.20
O: pasien terlihat lebih rilek, senyum bahagia dan siap
dilakukan operasi

A: Masalah teratasi (ansietas)

P: lanjutkan intervensi

- Pertahankan pendampingan pasien saat operasi


- Pertahankan lingkungan yang nyaman

F. FASE INTRAOPERASI
1. Pengkajian
a. Jam masuk: 09.00 WIB
b. Jam anastesi: 09.25 WIB
c. Jam pembedahan: 09.40 WIB
d. Jenis anastesi: anastesi regional
e. Tanda-tanda vital: TD: 185/100 mmHg, N: 80 x/mnt, S: 36,50C, RR: 23 x/mnt
f. Posisi pasien intaoperasi: supinasi
g. Lokasi pembedahan; insisi diatas simfisis pubis kurang lebih panjang insisi 12 cm
secara horizontal
h. Terpasang infus RL20 tpm ditangan kiri
i. Pasien dipasang DC no 16

2. Analisa data
No Data focus intra operasi Masalah etilogi

1 DS: - Resiko infeksi area


DO: -adanya masalah penyerta pembedahan
hipertensi dengan TD :
185/100 mmHg
-Insisi luka bedah ± 12 cm

-Jumlah personal
intrapersonal melebihi
batas kapasitas (dengan
personal 10 orang) selama
prosedur pembedahan

3. Diagnosa intra operasi


Resiko infeksi area pembedahan
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x45 menit diharapkan
masalah dapat teratasi dengan kriteria hasil:
a. Tidak terjadi infeksi diarea pembedahan
b. Klien bebaas dari tanda-tanda infeksi

4. Intervensi:
a. Pertahankan teknik isolasi
b. Batasi jumlah personal diruang operasi
c. Pastiakan ruangan dan alat-alat yang digunakan bersih steril
d. Pastikan mencuci tangan sebelum tindakan
e. Kolaborasi pemberian antibiotic

5. Implementasi:
Tanggal/jam Implementasi Respon

23-10-2018 - Memastikan DS: -


09.20 ruangan bersih
dan steril DO: alat dan ruangan sudah disiapkan dalam
keadaan steril

09.25 - mencuci tangan DS: -


sebelum
melakukan DO: dokter dan perawat sudah mencuci
tindakan tangan, tangan bersih steril bebas dari kuman
dan bakteri

09.30 - membatasi DS: -


jumlah personal
diruang operasi DO : Jumlah personal yang ada diruang
operasi selama prsedur pembedahan 8 orang
6. Evaluasi:
Tanggal/ Catatan perkembangan Ttd
jam

23-10-2018 S: -

09.30 O: ruangan dan alat dalam keadaan steril, sebelum


melakukan tindakan perawat dan dokter cuci tangan
terlebih dahulu, tidak ada tanda-tanda resiko infeksi

A: Masalah teratasi (resiko infeksi area pembedahan)

P: lanjutkan intervensi

- pantau tanda-tanda infeksi


- pastikan cuci tangan sebelum tindakan

G. FASE POSTOPERASI
1. Pengkajian
a. Jam selesai operasi: 09.40 WIB
b. Keadaan insisi: luka tertutup dengan kassa bersih tidak ada rembesan
c. Pasien belum mampu menggerakan kedua ekstremitas bawah
d. TTV: TD: 163/113, Spo2:99%, N:70 x/mnt, S; 360C, RR: 20 x/mnt

2. Analisa data:

No Data focus post operasi Masalah etiologi

1 DS: pasien mengatakan belum Hambatan mobilitas Agens Obat (efek


mampu menggerakan kedua fisik Regional Anastesi)
kakinya

DO: penurunan otot ekstremitas


bawah, pengaruh anastesi
Kekuaatan otot 5555 5555
1111 1111
3. Diagnosa
Hambatan Mobilitas Fisik
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x20 menit diharapkan pasien
dapat menggerakan ekstremitas bawah, dengan kriteria hasil:
a. Pasien dapat meningkatkan aktivitas fisik (menggerakkan kedua ekstremitas
bawah)
b. Tidak akan terjadi cidera tambahan

4. Intervensi
a. Edukasi pentingnya mobilisasi dini
b. Ajarkan cara mobilisasi pasif dan aktif
c. Ajarkan dan libatkan keluarga dalam melakukan mobilisasi pasif
d. Kunci tempat tidur
e. Tutup sisi pengaman tempat tidur
f. Memberikan sarana pemanggilan (bel)

5. Implementasi
Tanggal/ Implemetasi Respon pasien
jam
23-10-2018 Mengunci tempat tidur DS: -
09.40 DO: tempat tidur terkunci pasien
dapat melakukan mobilisasi pasif dan
pasif

09.45 Mengunci sisi pengaman DS: -


tempat tidur DO: sisi pengaman tempat tidur
sudah terkunci

09.60 Mengajarkan pasien cara DS : -


mobilisasi pasif dan aktif DO : pada mobilisasi aktif pasien
belum bisa menggerakan ekstremitas
bawah, pasien kooperatif mau untuk
diajarkan mobilisasi pasif
6. Evaluasi

Tanggal/ Catatan perkembangan


jam
23-10-2018 S: -
09.50 O: pasien belum dapat menggerakan ekstremitas bawah.
5555 5555
1111 1111
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
- Ajarkan dan libatkan keluarga dalam melakukan mobilisasi
pasif
- Edukasi pentingnya mobilisasi dini

Anda mungkin juga menyukai