Anda di halaman 1dari 3

ATURAN PEMBENTUKAN TEMPAT/LOKASI

PETERNAKAN AYAM POTONG


KETENTUAN SURAT KEPUTUSAN MENTERI
PERTANIAN NOMOR 406/KPTS/ORG/6/80

 Tidak bertentangan dengan kepentingan umum


 Tidak terletak di pusat kota dan pemukiman penduduk : jarak dan pemukiman > (lebih
dari ) 1.000/1 km
 Topografi => tidak mencemari wilayah sekitar peternakan
 Jarak dengan perusahaan peternak ayam bibit > (lebih dari) 1.000 m/ 1 km
 Jarak dengan perusahaan lain > (lebih dari ) 250 m
 Jarak dengan perusahaan sejenis > (lebih dari) 50 m
 Pakai pagar pembatas keliling, tinggi > (lebih dari) 7 m
 Batas pagar > (lebih dari) 5 m dari kandang

 Membangun peternakan di sekitar pemukiman warga hingga mengakibatkan polusi suara


maupun polusi udara yang meresahkan merupakan pelanggaran aturan dan di kualifikasi
sebagai perbuatan melawan hukum (PMH). Perbuatan tersebut menimbulkan sejumlah
kerugian baik materi maupun non materi. Oleh karenanya, dapat di gugat atas dasar
PMH.
 Di tinjau dari segi hukum perdata mengenai langkah hukum yang dpat di lakukan,
sebagai pihak yang merasa di rugikan dengan polusi suara maupun polusi udara tersebut
dapat menggugat pemilik hewan untuk bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan
oleh ayam ternaknya sebagaimana di atur dalam : pasal 1368. kitab undang-undang
hukum perdata (KUH perdata)
" pemilik seekor binatang, atau siapa yang memakainya, adalah, selama binatang itu di
pakai nya,bertanggung jawab tentang kerugian yang di terbitkan oleh binatang tersebut,
baik binatang itu ada di bawah pengawasannya, maupun tersesat atau terlepas dari
pengawasannya."

 Pasal 1365 KUH per :


" Tiap Perbuatan yang melanggar hukum dan membawa kerugian kepada orang lain,
mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian itu karena kesalahan nya untuk
menggantikan kerugian tersebut.
Berdasarkan pasar 2 perda 4/2006, setiap orang pribadi tau badan yang akan mendirikan
atau memperluas tempat usaha yang kegiatannya dapat menimbulkan bahaya kerugian
dan gangguan, wajib memperoleh iz in terlebih dahulu dari bupati. Dalam penjelasan
pasal 2 di sebutkan bahwa peternakan termasuk sebagai tempat usaha yang wajib
memperoleh izin gangguan.
Jika pelaku usaha telah memperoleh izin ganguan, izin gangguan tersebut berlaku selama
usaha masih beroperasi dan setiap 3 tahun sekali dilakukan daftar ulang ( pasal 4 ayat (1)
perda 4/2006. bagi setiap pemegang izin berkewajiban antara lain (pasal 5 ayat (1) perda
4/2006 :
a. Memasang piagam tanda izin gangguan
b. Memasang papan nama tempat usaha
c. Menyediakan alat pemadam kebakaran dan obat-obatan (pppk)
d. Mencegah terjadinya kerusakan dan /atau pencemaran lingkungan
e. Memelihara dan menjaga ketertiban,keamanan,kebersihan,kesehatan,dan
keindahan dalam lingkungan tempat usaha : dan
f. Mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Izin ganguan yang telah di berikan dapat di cabut dengan diberikan surat peringatan sekali
terlebih dahulu oleh bupati apabila (pasal 8 perda 4/2006) :

a. pemegang izin tidak memenuhi kewajibannya sebagaimana di maksud dalam pasal 5 ayat
(1)
b. pemegang izin tidak memenuhi kewajibannya sebagaimana di maksud dalam pasal 4 :
c. melakukan pencemaran yang mengakibatkan kerusakan lingkungan

Pencabutan izin gangguan izin gangguan ini merupakan langkah represif pemerintah dalam
menindak lanjuti kewajibannya sesuai pasal 63 ayat (1) dan (2) UU NO.18 Tahun 2009 tentang
peternakan dan kesehatan hewan. ("UU peternakan") untuk menjaga kesehatan lingkunga. dan
menjamin higine dan sanitasi juga merupakan kewajiban pemerintah dan pemerintah daerah
dengan cara pengawasan inspeksi, dan audit terhadap tempat produksi rumah pemotongan hewan,
tempat pemerahan, tempat penyimpanan,tempat pengolahan dan tempat penjualan atau penjajaan
serta alat dan mesin produk hewan.

Selain ketentuan soal izin gangguan berdasarkan pasal 60 ayat (1) UU Peternakan setiap orang
yang mempunyai unit usaha produk hewan wajib mengajukan permohonan untuk memperoleh
nomor kontrol veteriner kepada pemerintah daerah provinsi di uraikan dalam penjelasan pasal
tersebut :
" Yang di maksud dengan " Nomor Kontrol Veteriner (NKV) " Adalah nomor registrasi
unit usaha produk hewan sebagai bukti telah di penuhinya persyaratan Higiene
dan senitasi sebagai kelayakan dasar jaminan keamanan produk hewan. Bagi unit
usaha produk hewan yang mengedarkan produk hewan segar di seluruh negara kesatuan
republik indonesia atau memasukkan dari dalam wilayah negara kesatuan
republik indonesia dan /atau menegluarkan keluar wilayah negara kesatuan
republik indonesia wajib memiliki NKV."

Kemudian masyarakat sekitar dapat melakukan pengaduan kepada pihak pemerintah terkait
pelanggaran izin gangguan (pasal 9 perda 4/2006) dan dapat pula mengadukan kepada dinas
peternakan, perikanan dan kelautan kabupaten setempat, karena dinas tersebut adalah yang
bertanggung jawab terhadap pembinaan umum peternakan serta pemberian izin dan pembinaan
teknis peternakan (Pasal 3 Peraturan Bupati No 72 Tahun 2008 Tentang Rincian Tugas Pokok,
Fungsi Dan Tata Kerja Dinas Peternakan,Perikanan Dan Kelautan).

Anda mungkin juga menyukai