2 Inti Struktur Kayu
2 Inti Struktur Kayu
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Umum
Struktur kayu merupakan suatu struktur yang susunan elemennya adalah kayu.
Dalam merancang struktur kolom kayu, hal pertama yang harus dilakukan adalah
menetapkan besarnya gaya yang bekerja pada batang dan dengan memperhatikan
II.2 Kayu
dalam alam. Kayu adalah bagian keras tanaman yang digolongkan kepada pohon.
Penggunaan kayu sebagai konstruksi bangunan sudah di kenal dan banyak dipakai
Kayu mempunyai kuat tarik dan kuat tekan relatif tinggi, berat yang relatif
rendah, mempunyai daya tahan tinggi terhadap pengaruh kimia dan listrik, dapat
dengan mudah untuk dikerjakan, relatif murah, dapat mudah diganti dan bisa
Kayu sampai saat ini masih banyak dicari dan dibutuhkan orang. Dari segi
1982).
apabila di kelola dengan cara yang baik. Kayu dikatakan juga sebagai
lagi).
3. Kayu mempunyai sifat-sifat spesifik yang tidak bisa ditiru oleh bahan-
bahan lain yang dibuat oleh manusia seperti baja dan beton. Misalnya
Setiap kayu memiliki sifat fisis dan mekanis yang berbeda secara alami
sehingga akan bervariasi antar jenis, antar pohon dalam satu jenis dan antar bagian
alami dari kayu yang pada dasarnya diklasifikasikan atas kekuatan dan keawetan.
Sifat fisis kayu adalah sifat yang dapat diketahui secara jelas melalui panca
kayu atau sifat-sifat mekanisnya. Makin tinggi berat jenis suatu kayu maka
Berat jenis didefinisikan sebagai angka berat dari satuan volume suatu
benda tersebut. Berat diperoleh dengan cara menimbang suatu benda pada
kayu yang dinyatakan dalam persen terhadap berat kering tanurnya. Kayu
sebagai bahan bangunan dapat mengikat air dan juga dapat melepaskan air
udara disekeliling kayu itu berada. Kayu mempunyai sifat peka terhadap
kayu.
daya pikulnya terhadap tegangan desak sejajar arah serat dan juga tegak lurus
arah serat kayu. Sel-sel kayu mengandung air yang sebagian bebas mengisi
dinding sel. Kayu mengering pada saat air bebas keluar dan apabila air bebas
itu habis keadaannya disebut titik jenuh serat (Fibre Saturation Point). Kadar
air pada saat itu kira-kira 25% - 30%. Apabila kayu mengering dibawah titik
kadar air antara 12% - 18%, atau rata-ratanya adalah 15%. Tetapi apabila
Keteguhan tarik adalah kekuatan atau daya tahan kayu terhadap dua buah
gaya yang bekerja dengan arah yang berlawanan dan gaya ini bersifat tarik
(Gambar 2.1). Gaya tarik ini berusaha melepas ikatan antara serat-serat kayu
Bila gaya tarik ini membesar sedemikian rupa, serat-serat kayu terlepas dan
terjadilah patahan. Dalam suatu konstruksi bangunan, hal ini tidak boleh
Tegangan tarik masih diizinkan bila tidak timbul suatu perubahan atau
bahaya pada kayu. Tegangan ini disebut dengan tegangan tarik yang diizinkan
dengan notasi Ft (MPa). Misalnya, untuk kayu dengan kode mutu E26
tegangan tarik yang diizinkan dalam arah sejajar serat adalah 60 MPa.
P P
Keteguhan tekan adalah kekuatan atau daya tahan kayu terhadap gaya-
gaya tekan yang bekerja sejajar atau tegak lurus serat kayu. Gaya tekan yang
bekerja sejajar serat kayu akan menimbulkan bahaya tekuk pada kayu
tersebut (Gambar 2.2). Sedangkan gaya tekan yang bekerja tegak lurus arah
serat akan menimbulkan retak pada kayu (Gambar 2.3). Batang-batang yang
panjang dan tipis seperti papan, mengalami bahaya kerusakan lebih besar
ketika menerima gaya tekan sejajar serat jika dibandingkan dengan gaya
tekan tegak lurus serat kayu. Sebagai akibat adanya gaya tekan ini akan
P P
P
Gambar 2.3 Batang Kayu Menerima Gaya Tekan Tegak Lurus Serat
c. Keteguhan Geser
Keteguhan geser adalah kekuatan atau daya tahan kayu terhadap dua
gaya – gaya tekan yang bekerja padanya, kemampuan kayu untuk menahan
gaya – gaya yang menyebabkan bagian kayu tersebut bergeser atau tergelincir
dari bagian lain di dekatnya. Akibat gaya geser ini, maka akan timbul
tegangan geser pada kayu. Dalam hal ini dibedakan 3 macam keteguhan
geser, yaitu keteguhan geser sejajar serat, keteguhan geser tegak lurus serat
dan keteguhan geser miring. Tegangan geser terbesar yang tidak akan
menimbulkan bahaya pada pergeseran serat kayu disebut tegangan geser yang
Bahaya Geser
Gambar 2.4 Kayu yang menerima gaya geser tegak lurus arah serat
beban maka bagian bawah akan mengalami bagian tarik dan bagian atas
keteguhan lentur diperoleh nilai keteguhan kayu pada batas proporsi dan
antara tegangan dan regangan ini disebut modulus elastisitas (MOE). Akibat
tegangan tarik yang melampaui batas kemampuan kayu maka akan terjadi
Garis Netral
P
Tertekan
Tertarik
Istilah kekuatan atau tegangan pada bahan seperti kayu adalah kemampuan
bahan untuk mendukung beban luar atau beban yang berusaha merubah bentuk
dan ukuran bahan tersebut. Akibat beban luar yang bekerja ini menyebabkan
ukuran dan bentuk bahan. Gaya dalam ini disebut dengan tegangan yang
sebagai deformasi atau regangan. Jika tegangan yang bekerja kecil maka regangan
atau deformasi yang terjadi juga kecil dan jika tegangan yang bekerja besar maka
deformasi yang terjadi juga besar. Jika kemudian tegangan dihilangkan maka
Jika tegangan yang diberikan melebihi daya dukung serat maka serat-serat
akan putus dan terjadi kegagalan atau keruntuhan. Deformasi sebanding dengan
besarnya beban yang bekerja sampai pada satu titik. Titik ini adalah Limit
Proporsional. Setelah melewati titik ini besarnya deformasi akan bertambah lebih
Gambar 2.6 Hubungan beban tekan dengan deformasi untuk tarikan dan
tekanan
Kayu memiliki beberapa tegangan, pada satu jenis tegangan nilainya besar
dan untuk jenis tegangan yang lain nilainya kecil. Sebagai contoh tegangan tekan
kayu. Biasanya kayu akan menderita kombinasi dari beberapa tegangan yang
kekakuan atau elastis suatu bahan. Semakin besar modulus elastisitas kayu, maka
Dalam mencari karakteristik kekuatan kayu ada dua cara yang dapat
Pada penelitian ada dua jenis pengujian yang dapat dilakukan. Pengujian
sehingga hasilnya tidak menunjukkan beban aktual yang mampu diterima dan
faktor yang harus digunakan untuk mendapatkan tegangan kerja yang aman.
memerlukan biaya yang besar dan pekerjaannya sulit karena membutuhkan kayu
dalam jumlah yang besar dan butuh waktu yang lebih lama. Selain itu, faktor
Karena sifat kekuatan kayu sangat dipengaruhi oleh kandungan air, pengujian
dilakukan pada bahan kering udara dengan kadar air yang diketahui dan angka-
kekuatan. Pengujian dengan sampel kecil dari jenis-jenis kayu yang berbeda-beda
kini telah dilakukan, dan banyak batasan data yang diperoleh. Angka-angka yang
pengujian yang telah distandarkan. Angka-angka ini sendiri dapat dipakai dalam
Nilai tegangan diperoleh dari besarnya beban per luas penampang yang
𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝛥𝑙
𝑟𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛(Ɛ) = = (2.2)
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑢𝑙𝑎−𝑚𝑢𝑙𝑎 𝑙
demikian juga sebaliknya. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa kayu-kayu yang
berat sekali juga kuat sekali. Kekuatan, kekerasan dan sifat teknik lainnya adalah
berbanding lurus dengan berat jenisnya. Tentunya hal ini tidak terlalu sesuai,
Berdasarkan modulus elastis lentur yang diperoleh secara mekanis, kuat acuan
lainnya dapat diambil mengikuti tabel 2.1. Kuat acuan yang berbeda dengan tabel
2.1 dapat digunakan apabila ada pembuktian secara eksperimental yang mengikuti
Tabel 2.1 Nilai kuat acuan (MPa) berdasarkan pemilahan secara mekanis
Kode
Ew Fb Ft// Fc// Fv Fc┴
mutu
E26 25000 66 60 46 6,6 24
E25 24000 62 58 45 6,5 23
E24 23000 59 56 45 6,4 22
E23 22000 56 53 43 6,2 21
E22 21000 54 50 41 6,1 20
E21 20000 56 47 40 5,9 19
E20 19000 47 44 39 5,8 18
E19 18000 44 42 37 5,6 17
E18 17000 42 39 35 5,4 16
E17 16000 38 36 34 5,4 15
E16 15000 35 33 33 5,2 14
E15 14000 32 31 31 5,1 13
E14 13000 30 28 30 4,9 12
E13 14000 27 25 28 4,8 11
E12 13000 23 22 27 4,6 11
E11 12000 20 19 25 4,5 10
E10 11000 18 17 24 4,3 9
Fb = Kuat lentur
Fv = Kuat Geser
terkoreksi. Nilai faktor koreksi yang digunakan dalam menghitung nilai tahanan
fb ft fv fc﬩ fc// E
Balok kayu 0,85 1,00 0,97 0,67 0,80 0,90
Ct
Kondisi Kadar air pada
Acuan masa layan 38oC < T ≤ 52oC < T ≤
T ≤ 38oC
52oC 65oC
Basah atau 0,9
f t, E kering
1,0 0,9
pengukuran berat jenis, maka kuat acuan untuk kayu berserat lurus tanpa cacat
a. Kerapatan ρ pada kondisi basah (berat dan volume diukur pada kondisi
𝐺𝑚 (30−𝑚)
𝐺𝑏 = [1 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 ; 𝑎 = (2.4)
+ 0,265 a 𝐺𝑚] 30
Untuk kayu dengan serat tidak lurus dan/atau mempunyai cacat kayu, estimasi
nilai modulus elastis lentur acuan pada point f harus direduksi dengan mengikuti
dengan nilai rasio tahanan yang ada pada Tabel 2.4 yang bergantung pada kelas
mutu kayu . Kelas mutu kayu ditetapkan dengan mengacu pada Tabel 2.3.
Nilai rasio
Kelas mutu
tahanan
A 0.80
B 0.63
C 0.50
Mata Kayu:
Pada arah lebar 1/6 lebar kayu ¼ lebar kayu ½ lebar kayu
Pada arah sempit 1/8 lebar kayu 1/6 lebar kayu ¼ lebat kayu
Retak 1/5 tebal kayu 1/6 tebal kayu ¼ tebal
1/10 tebal atau 1/6 tebal atau ¼ tebal atau lebar
Pinggul
lebar kayu lebar kayu kayu
Arah serat 1 : 13 1:9 1:6
1/5 tebal kayu
Saluran Damar eksudasi tidak 2/5 tebal kayu ½ tebal kayu
diperkenan
Pada eksperimen ini kayu yang akan digunakan sebagai kolom ganda
adalah kayu panggoh yang berasal dari tanaman aren (Arenga Pinnata). Kayu
panggoh yang digunakan dalam eksperimen ini diambil dari tanaman aren yang
berumur tua ± 20 tahun. Kayu panggoh terdapat dibagian luar batang tanaman
aren yang merupakan kayu keras, kuat dan mengkilat. Dari sekitar 50 cm diameter
batang aren, bagian pinggir yang keras hanya setebal 5 – 7 cm. Makin keatas,
ketebalan kayu panggoh makin berkurang. Kayu panggoh berwarna hitam dan
memiliki sifat tahan air, sehingga umumnya produk dengan bahan kayu panggoh
lebih tahan lama. Kayu panggoh memiliki serat yang hampir mirip dengan kayu
kelapa.
Teori tekuk kolom yang pertama kali dikemukakan oleh Leonheardt Euler
pada tahun 1759 adalah kolom dengan beban konsentris yang semula lurus dan
semua seratnya tetap elastis sehingga tekuk akan mengalami lengkungan yang
kecil seperti gambar II.7. Euler hanya menyelideki batang yang dijepit di salah
satu ujung dengan tumpuan sederhana (simply supported) di ujung lainnya, logika
P P
z
Posisi sedikit
L melengkung
Gambar 2.8 Kolom Euler
Pada titik sejauh x, momen lentur Mx (terhadap sumbu x) pada kolom yang sedikit
melentur adalah :
Mx = P x y (2.7)
Dan karena,
𝑑2𝑦 𝑀𝑥
𝑑𝑥 2 = − 𝐸𝐼
(2.8)
𝑑2𝑦 𝑃𝑥𝑦
𝑑𝑥 2 + 𝐸𝐼
= 0. (2.9)
𝑑2𝑦
+ k2 y = 0 (2.10)
𝑑𝑥 2
harga
Dengan kata lain, persamaan 2.11 dapat dipenuhi oleh tiga keadaan :
𝑃 𝑃
3. kL = π, syarat terjadinya tekuk, dan karena k2 = maka π = L � .
𝐸𝐼 𝐸𝐼
𝑃
Apabila kedua ruas dikuadratkan π2 = L2 maka diperoleh :
𝐸𝐼
𝝅𝟐 𝑬𝑰
Pkritis = Peuler = Pcr = (2.13)
𝑳𝟐
A sin x dari pers.2.11), akan terjadi bila kL = π ; dengan demikian beban kritis
Euler untuk kolom yang bersendi pada kedua ujungnya dimana L adalah panjang
𝝅𝟐 𝑬𝑰
𝐏cr = (2.14)
𝑳𝒌 𝟐
tetap lurus. Pada beban Euler ada percabangan kesetimbangan yaitu kolom dapat
tetap lurus atau dapat dianggap berubah bentuk dengan amplitude tidak tentu.
Kelakuan ini menunjukkan bahwa keadaan kesetimbangan pada saat beban Euler
dengan ( λ ).
Dari persamaan 2.14 apabila kedua ruas dibagi dengan luas penampang,
maka diperoleh :
𝑃 𝜋2 𝐸𝐼
= (2.15)
𝐴 𝐿𝑘 2 𝐴
𝐼
Karena i2 = maka diperoleh :
𝐴
𝑃 𝜋2 𝐸 𝐿𝑘
= 𝐿 2
; dimana adalah kelangsingan (λ) maka diperoleh :
𝐴 � 𝑘� 𝑖
𝑖
𝜋2 𝐸
σ= (2.16)
𝜆2
Persamaan euler ini berlaku apabila nilai tekuk dari suatu benda uji berada
II.5 Kolom
menyangga beban aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi yang tidak ditopang
Kolom adalah suatu elemen struktur yang mendapat beban aksial tekan
(compress) pada ujung-ujungnya dan tidak ada beban transversal. Sehingga kolom
tidak mengalami lentur secara langsung (tidak ada beban tegak lurus terhadap
sumbunya). Pada kolom, beban aksial yang diterima sangat dominan sehingga
Beban sebuah bangunan dimulai dari atap. Beban atap akan meneruskan beban
dari kerusakan bila besar dan jenis pondasinya sesuai dengan perhitungan.
Namun, kondisi tanah pun harus benar-benar sudah mampu menerima beban dari
pondasi. Batang tekan yang panjang akan runtuh akibat tekuk elastis, dan batang
tekan yang pendek dapat dibebani sampai bahan meleleh atau bahkan sampai
Kolom yang ideal memiliki sifat elastis, lurus dan sempurna jika diberi
dan susunan tulangannya, posisi beban pada penampangnya, dan panjang kolom.
pula apabila bebannya bertambah. Pada saat beban mencapai nilai tertentu,
kemampuan lagi untuk menerima beban tambahan. Jika sedikit saja ditambahkan
kemampuan atau kapasitas pikul beban untuk elemen struktur kolom itu adalah
besar beban yang menyebabkan kolom tersebut mengalami tekuk awal. Struktur
yang sudah mengalami tekuk tidak akan mempunyai kemampuan layan lagi.
Apabila suatu elemen struktur kolom mulai tidak stabil, seperti halnya
mengalami beban tekuk, maka elemen tersebut tidak dapat memberikan gaya
lebih kecil daripada beban tekuk. Kolom yang tepat berada dalam kondisi
mengalami beban tekuk sama saja dengan sistem yang berada dalam kondisi
Ada banyak faktor yang mempengaruhi beban tekuk (Pcr) pada suatu
a. Panjang Kolom
dalam hal ini pada umumnya dapat dinyatakan dengan momen inersia (I).
sengkang.
• Kolom komposit yaitu kolom yang bahan – bahannya terdiri dari dua jenis
mengalami lentur.
lentur selain gaya aksial. Momen inie dapat dikonversikan menjadi suatu
(a) (b)
Gambar 2.12 Jenis kolom berdasarkan posisi pada penampang
dengan dimensi penampang melintang relatif kecil. Jenis kolom ini tidak
pendek tidak mengalami bahaya tekuk. Oleh karena itu, kapasitas pikul-
beban batas kolom ini tergantung pada kekuatan material yang digunakan.
• Kolom panjang yaitu jika ketinggian dari kolom lebih besar dari tiga kali
seperti pada gambar 2.15b. Inilah yang disebut dengan fenomena tekuk
(buckling). Apabila suatu kolom telah menekuk, maka kolom tersebut tidak
Keruntuhan kolom dapat terjadi apabila tulangannya leleh karena tarik atau
terjadinya kehancuran pada beton yang tertekan. Selain itu, kolom juga dapat
tekuk (buckling). Tekuk adalah suatu ragam kegagalan yang diakibatkan oleh
beban tekuk. Beban tekuk adalah beban yang dapat menyebabakan suatu
Banyak faktor yang mempengaruhi beban tekuk (beban kritis) suatu kolom
panjang dimana panjang kolom merupakan salah satu faktor penting. Pada
panjang elemen. Faktor lain yang juga mempengaruhi besar beban tekuk adalah
karakteristik kekakuan elemen struktur (jenis material dan bentuk serta ukuran
material yang ada dan sifat material. Ukuran distribusi ini pada umumnya dapat
ada dengan distribusinya. Sedangkan ukuran untuk sifat material adalah modulus
elastisitas E. Semakin tinggi nilai E, semakin tinggi pula kekakuannya. Hal ini
berarti semakin besar pula tahanan kolom yang terbuat dari material itu untuk
mencegah tekuk.
Faktor lain yang turut mempengaruhi besarnya beban tekuk adalah kondisi
struktur.
Fenomena tekuk yang terjadi pada kolom panjang telah diamati oleh
beberapa ilmuwan salah satunya adalah Leonheardt Euler yang dikenal dengan
pada arah yang ditinjau terhadap jari-jari girasi penampang kolom pada arah itu,
atau:
Kelangsingan, λ= (r = ix / iy)
𝐿𝑘
𝜆= (2.18)
𝑖
𝐼
𝐼𝑥 = 𝑏 ℎ3 (2.19)
12
𝐼
𝐼𝑦 = ℎ 𝑏3 (2.20)
12
𝐹 = 𝑏𝑥ℎ (2.21)
2 𝐼𝑥 𝐼 ℎ2
𝑖𝑥 = � =� = 0.289 ℎ (2.22)
𝐹 12
2 𝐼𝑦 𝐼 𝑏2
𝑖𝑦 = � =� = 0.289 𝑏 (2.23)
2𝐹 12
Jika b<h dan Iy<Ix, maka Y adalah sumbu lemah. Untuk mengimbangi ix=iy
2 𝐼𝑥 𝐼 ℎ2
𝑖𝑥 = � =� = 0.289 ℎ
2𝐹 12
𝐼
𝐼𝑦 = 2 ℎ 𝑏 3 + 2 b h (0.5 𝑏)2 (2.24)
12
𝐼𝑦 13
𝑖𝑦 = � = � 𝑏 2 = 0.8165 b (2.25)
𝐹 12
memperbesar dimensi bahan kosntruksi kolom karena tidak semua dimensi kolom
kayu bisa diperoleh dengan kayu murni tanpa sambungan sehingga diperlukan
ini berlaku :
3) Resultante beban bekerja melalui sumbu pusat batang sampai batang mulai
melentur.
5) Teori lendutan yang kecil seperti pada lenturan yang umum berlaku dan
tekuk diartikan sebagai perbatasan antara lendutan stabil dan tak stabil pada
batang tekan, bukan kondisi sesaat yang terjadi pada batang langsing elastis yang
diisolir.
awal pada batang eksentrisitas beban yang tak terduga, tekuk setempat atau lateral
Kurva tipikal dari beban batas hasil pengamatan dapat diperlihatkan pada
gambar 2.14. Oleh karena itu, rumus perencanaan didasarkan pada hasil empiris
ini. Secara umum, tekuk elastis Euler menentukan kekuatan batang dengan angka
kelangsingan yang besar, dan tegangan leleh digunakan untuk kolom yang
𝑷 𝝅𝟐 𝑬
=
𝑨 𝝀𝟐
σ1
bola akan kembali ke posisi semula setelah berisolasi beberapa kali. Pada batang
diberi muatan P, dari samping diberikan F yang menekan batang, maka akan
terjadi lendutan. Bila gaya F dihilangkan, lenturan hilang dan batang kembali
equilibrium)
Apabila bola berada pada permukaan yang datar, apabila diberi gangguan
kecil maka gangguan kecil ini tidak akan merubah gaya-gaya kesetimbangan
maupun energi potensial bola. Batang diberi muatan P yang lebih besar dari P
walaupun F dihilangkan tetapi lenturan masih tetap ada. Dimana P = Pcr. Keadaan
equilibrium).
kecil maka akan terjadi pergeseran mendadak. Batang ditekan dengan P yang
lebih besar dari Pcr. Dari samping ditekan dengan F, maka terjadi lendutan.
Kolom ganda adalah gabungan dua buah kolom, dimana antara kolom
yang satu dengan kolom yang lain dirangkai sedemikian rupa sehingga
dapat dilaksanakan dengan baut, paku keling, atau las (pada baja).
dua kolom tunggal, maka nilai-nilai tersebut tidak berlaku lagi. Nilai karakteristik
𝐴𝑔𝑎𝑏 = 2𝐴 (2.26)
1
𝐼𝑦 𝑔𝑎𝑏 = 2 �𝐼𝑥 + 𝐴 ( 𝑎)2 � (2.28)
2
kolom tunggal tidak mencukupi, maka kolom dapat disusun dari dua atau lebih
tersusun.
beberapa elemen yang disatukan pada seluruh panjangnya dapat dihitung sebagai
baja, kekuatannya dihitung terhadap sumbu bahan dan sumbu bebas bahan.
Analisa kekuatannya harus dihitung terhadap sumbu bahan dan sumbu bebas
bahan. Sumbu bahan adalah sumbu yang memotong semua elemen komponen
struktur tersebut, sedangkan sumbu bebas bahan adalah sumbu yang sama sekali
tidak, atau hanya memotong sebagian dari elemen komponen struktur tersebut.
𝑘.𝐿𝑥
𝜆𝑥 = (2.29)
𝑟𝑥
𝑚
𝜆𝑖𝑦 = �𝜆𝑦 2 + 𝜆𝑙 2 (2.30)
2
Dan
𝑘.𝐿𝑦 𝐿𝑥
𝜆𝑦 = 𝑑𝑎𝑛 𝜆𝑙 = (2.31)
𝑟𝑦 𝑟𝑚𝑖𝑛
c. Hubungan pelat kopel baja dengan kolom adalah kaku, disambung dengan las
pelat kopel yang digunakan harus cukup kaku sehingga memenuhi persamaan :
𝐼𝑝 𝐼𝑙
≥ 10 (2.32)
𝑎 𝐿𝑙
1
𝐼𝑝 = 2 𝑡 ℎ3 (2.33)
12
𝜆𝑥 ≥ 1,2 𝜆𝑙 (2.34)
𝜆𝑙 ≤ 50 (2.36)
dengan pelat kopel baja atau terali kisi sehingga dinamakan kolom majemuk.
Apabila beberapa kolom tunggal disatukan dengan pelat penghubung dari pangkal
kolom sampai ujung kolom, maka kolom tadi bukanlah kolom majemuk, tapi
kolom tersusun.
Berarti : pelat kopel baja adalah pelat pengikat kolom untuk kolom
Jarak titik berat ke titik berat masing-masing plat koppel baja sepanjang
kolom dinamakan panjang satu medan. Dengan demikian pada panjang satu
medan, kolom majemuk tadi bekerja sendiri-sendiri memikul gaya tekan dengan
Apabila panjang tekuk tersusun = lk dan panjang tekuk kolom tunggal tadi
kolom majemuk sepanjang lk sama dengan gaya tekuk kolom tunggal ( kali jumlah
ditentukan.
Gaya tekan N akan menimbulkan lenturan andaikan plat koppel baja tidak
ada dan kolom majemuk tadi akan collaps / gagal / runtuh. Dengan adanya plat
koppel baja maka lanturan tadi tidak akan terjadi, paling sedikit jadi berkurang.
Lenturan tadi akan menimbulkan gaya lintang pada pelat kopel baja dan ternyata
Dmax terjadi pada pangkal kolom dan pada tengah kolom D=0.
Akibat lenturan tersebut timbul D = gaya lintang. Gaya lintang ini akan
menimbulkan gaya geser diantara profil majemuk, dimana gaya geser ini bekerja
Dimana
Lmax = gaya geser maksimum yang bekerja pada sumbu kolom majemuk
= jarak pelat kopel baja ke pelat kopel berikutnya pada sumbu sejajar
kolom majemuk
𝐴1 . 𝑏/2
𝑏
Karena harga Iyo ≪ dari 2 𝐴1 ( )2 maka sebagai pendekatan dapat diambil :
2
𝑏 𝑏 𝑏
𝐼𝑦 = 2 𝐴1 ( )2 = 2 𝐴1 . . (2.39)
2 2 2
Maka
𝑏
𝐷𝑚𝑎𝑥 𝑙1 . 𝐴1 2 𝐷𝑚𝑎𝑥 𝑙1
𝐿𝑚𝑎𝑥 = 𝑏𝑏 = (2.40)
2 𝐴1 . 2 . 2 𝑏
Gaya geser D timbul akibat adanya kelengkungan batang sebagai hasil dari
gaya tekan N. Dari mekanika dapat ditulis hubungan antara D dan N adalah :
𝐷 = 𝑁 sin 𝜃 (2.43)
100 𝜆 .𝜎𝑙
𝐷 = 4,54 𝑁 � �+� � (2.44)
𝜆+100 232.221
Selanjutnya gaya lintang D dapata dipakai untuk menghitung dimensi pelat kopel
𝐷 𝐿1
Untuk kolom dengan 3 batang tunggal : 𝑇 = (2.43)
2𝑎
𝐷 𝐿1
Untuk kolom dengan 4 batang tunggal : 𝑇 ′ = 0,5 (2.44)
𝑎
𝐷 𝐿1
𝑇 ′′ = 0,3 (2.45)
𝑎
𝑑𝑦 𝜋 𝜋𝑥
=𝑓 𝑐𝑜𝑠 (2.48)
𝑑𝑥 𝐿 𝐿
𝑑2𝑦 𝜋2 𝜋𝑥
=−𝑓 𝑠𝑖𝑛 (2.49)
𝑑𝑥 2 𝐿2 𝐿
𝑑3𝑦 𝜋3 𝜋𝑥
=−𝑓 𝑐𝑜𝑠 (2.50)
𝑑𝑥 3 𝐿3 𝐿
𝑑3𝑦
𝐷 = −𝐸𝐼 (2.51)
𝑑𝑥 3
𝜋3 𝜋𝑥
𝐷=𝑓 𝑐𝑜𝑠 (2.52)
𝐿3 𝐿
𝜋3
Untuk x = 0, maka 𝐷 = 𝐸𝐼. 𝑓 (2.53)
𝐿3
Jadi di tengah bentang D = 0 sehingga tidak perlu dipasang pelat kopel baja.
merupakan bagian terlemah dari kayu. Kegagalan konstruksi kayu lebih sering
disebabkan karena kegagalan sambungan kayu bukan karena material kayu itu
sendiri. Kegagalan dapat berupa pecah kayu diantara dua sambungan, alat
Pemasangan alat sambung sepertu baut, pasak dan gigi menyebabkan luas
Pada buhul sering terdapat gaya yang sejajar serat pada satu batang tetapi
tidak dengan batang kayu yang lain. Karena kekuatan kayu yang tidak
sejajar serat lebih kecil maka kekuatan sambungan harus didasarkan pada
geser sejajar serat maka kemungkinan pecah kayu sangat besar karena
kayu memiliki kuat geser sejajar serat yang kecil. Oleh karena itu
penempatan alat sambung harus mengikuti aturan jarak minimal antar alat
jarak tersebut maka luas efektif sambungan ( luas yang dapat digunakan
Dengan kata lain, sambungan yang baik adalah sambungan dengan ciri–ciri
sebagai berikut :
2. Memiliki nilai banding antara kuat dukung sambungan dengan kuat ultimit
titk berat kelompok alat sambung harus ditempatkan pada garis kerja gaya
2. Sesaran / Slip
Sesaran yang terjadi pada sambungan kayu terbagi menjadi dua. Sesaran
yang pertama adalah sesaran awal yang terjadi akibat adanya lubang
dengan beberapa alat sambung, kehadiran sesaran awal yang tidak sama
akan disertai oleh gaya perlawanan (tahanan lateral) dari alat sambung.
3. Mata kayu
mempengaruhi kekuatan kayu terutama kuat tarik dan kuat tekan sejajar
serat.
(menyambungkan dua batang kayu), dua irisan ( menyambungkan tiga irisan ) dan
seterusnya. Selain itu juga ada dikenal jenis sambungan takik. Menurut sifat gaya
kelompok yang kekuatan sambungan berasal dari interaksi antar kuat lentur alat
sambung dengan kuat desak atau kuat geser kayu.. Kelompok kedua adalah
adalah paku dan baut. Sedangkan kelompok kedua adalah pasak kayu Koubler,
cincin belah ( split ring ), pelat geser, spike grid, single atau double sided toothed
Pada tugas akhir ini yang digunakan adalah alat sambung jenis baut.
II.11.1 Baut
II.11.1.1 Umum
Alat sambung baut umumnya terbuat dari baja lunak ( mild steel )
dengan kepala berbentuk hexagonal, square, dome atau flat. Diameter baut
Alat sambung baut digunakan pada sambungan dua irisan dengan tebal
Untuk baut jarak tepi, jarak ujung dan spasi alat pengencang yang
berikut :
Tabel 2.6 Jarak tepi, jarak ujung dan persyaratan spasi sambungan baut
BEBAN SEJAJAR
KETENTUAN DIMENSI MINIMUM
ARAH SERAT
Lm/D > 6 Yang terbesar dai 1,5D atau ½ jarak antar baris alat
pengencang tegak lurus
2. Jarak ujung ( aopt)
Komponen tarik 7D
Komponen tekan 4D
3. Spasi ( Sopt )
Spasi dalam baris alat 4D
pengencang
4.Jarak antar
baris alat 1,5D <127 mm ( lihat catatan 2 dan 3 )
pengencang
BEBAN TEGAK KETENTUAN DIMENSI MINIMUM
LURUS SERAT
Catatan :
1. lm adalah panjang baut pada komponen utama pada suatu sambungan atau
ring.
3. Spasi tegak lurus arah serat antar alat – alat pengencang terluar pada suatu
sambungan tidak boleh melebihi 127 mm, kecuali bila digunakan alat
kayu. Untuk lebih jelasnya mengenai jarak tepi, jarak ujung, spasi dsalam
baris alat pengencang dan jarak baris antar alat pengencang dapat dilihat
Gambar
2.19 Geometri sambungan: (A) Sambungan Horizontal dan
(B) SambunganVertikal
dua komponen diambil sebagai nilai terkecil dari nilai-nilai yang dihitung
Tabel 2 .7 Tahanan lateral acuan untuk satu baut untuk dengan satu
irisan yang menyambung dua komponen.
𝑰𝒔 0.83 𝐷 𝑡𝑠 𝐹𝑒𝑠
𝑍 = (2.55)
𝐾θ
𝑰𝑰 𝑍 =
0.93 𝑘1 𝐷 𝑡𝑠 𝐹𝑒𝑠
𝐾θ (2.56)
𝑰𝑽 𝑍 =�
1.04 𝐷2
��
2 𝐹𝑦𝑏 𝐹𝑒𝑚
𝐾θ 3(1+𝑅e) (2.59)
2 𝐹𝑦𝑏 (1+2𝑅e)𝐷2
𝑘2 = (−1) + �2(1 + 𝑅e) + (2.61)
3 𝐹𝑒𝑚 𝑡s2
tahanan lateral acuan dua irisan pada sambungan paku yang hanya
mengalikan dengan dua nilai tahanan lateral acuan satu irisan yang
dihitung sesuai dengan rumus – rumus yang telah ditentukan pada PKKI
Tabel 2.8 Tahanan lateral acuan satu baut pada sambungan dua
irisan yang menyambung tiga komponen
Moda kelehan Tahanan lateral (Z)
𝑰𝒎 1.66 𝐷 𝑡𝑚 𝐹𝑒𝑚
𝑍 = (2.63)
𝐾θ
𝑰𝒔 1.66 𝐷 𝑡𝑠 𝐹𝑒𝑠
𝑍 = (2.64)
𝐾θ
2.08 𝑘4 𝐷 𝑡𝑠 𝐹𝑒𝑚
𝑰𝑰𝑰𝒔 𝑍 = (2+𝑅e)𝐾θ (2.65)
𝑡𝑚
𝑅𝑡 = (6.63)
𝑡𝑠
𝐹𝑚
𝑅𝑒 = (2.64)
𝐹𝑠
Ө
𝐾θ = 1 + (2.65)
3600
Dimana Fem dan Fes adalah kuat tumpu kayu utama dan kuat tumpu kayu
samping. Untuk sudut sejajar serat dan tegak lurus serat, nilai kuat tumpu
lateral acuan yang terkecil dengan faktor – faktor koreksi. Beberapa faktor
spasi dalam baris alat pengencang. Jarak ujung. Bila jarak ujung
yang diukur dari pusat alat pengencang ( a ) lebih besar atau sama
dengan (aopt) pada tabel 2.6 maka CΔ = 10. Bila aopt / 2 ≤ a < aopt,
maka CΔ = a / aopt.
2. Spasi dalam baris alat pengencang. Bila Spasi dalam baris alat
pengencang ( s ) lebih besar atau sama dengan s opt maka CΔ = 1,. Jika
Dimana
𝑚(1−m2𝑛𝑖 ) 1+𝑅𝐸𝐴
𝑎𝑖 = � �� � (2.67)
�1+𝑅𝐸𝐴 m𝑛𝑖 �(1+m)−1+m2𝑛𝑖 1−m
𝑚 = 𝑢 − √𝑢2 + 1 (2.68)
𝑆 1 1
𝑢 =1+γ � + � (2.69)
2 (𝐸𝐴)𝑚 (𝐸𝐴)𝑠
ni adalah jumlah alat pengencang dengan spasi yang seragam pada baris
ke – i.
S adalah spasi dalam baris alat pengencang jarak pusat kepusat antar alat
(EA)m dan (EA)s adalah kekakuan aksial kayu utama dan kayu samping.
(𝐸𝐴) min
R 𝐸𝐴 =
(𝐸𝐴) max
lebih dari satu batang, umumnya berupa batang ganda yang dirangkai atau berupa
yang sama dengan jumlah lebar batang gabungan. Sehingga didapat besaran jari-
jari (i) dan momen inersia yang diperhitungkan (I) untuk batang kolom ganda
sebagai berikut :
2 𝐼𝑥 𝐼 ℎ2
𝑖𝑥 = � =� = 0.289 ℎ
2𝐹 12
1
𝐼= (𝐼𝑡 + 3𝐼𝑔 ) (2.70)
4
berimpit
bagian (a) harus diambil dua kali jarak tebal bagian, a =2b dan besaran momen
inersia tiap elemen/bagian kolom (le) harus memenuhi persamaan berikut (PKKI,
1961)
𝐼𝑒 = 10 𝑆 20 (2.71)
tekuk.