PEMBAHASAN
A. Difinsi Bronkomalasia
Malasia napas kongenital adalah salah satu dari beberapa penyebab obstruksi saluran
udara ireversibel pada anak-anak, tetapi kejadian pada populasi umum tidak diketahui.
Malasia nafas berat atau malacia berhubungan dengan sindrom tertentu biasanya diakui dan
didiagnosis awal masa bayi, tetapi informasi tentang fitur klinis anak dengan malacia primer,
sering didiagnosis hanya kemudian di masa kecil, langka (Firdiansyah, 2017)
Bronkomalasia adalah masalah bawaan yang timbul dari dukungan tulang rawan
berkurang dari saluran udara yang lebih kecil (di bawah trakea, atau tenggorokan). tulang
rawan melemah biasanya menyempit lebih mudah selama ekspirasi dan memperpanjang
waktu, atau mencegah dahak dan sekresi mnejadi terperangkap. Biasanya banyak menyerang
pada anak usia kurang dari 6 tahun (Children’s National Health System,2016).
Bronkomalsia juga dapat dideskripsikan sebagai defek kelahiran pada bronkus di traktus
respiratorius. Malasia kongenital pada saluran udara/nafas besar merupakan salah satu dari
beberapa penyebab okstruksi saluran nafas ireversibel pada anak, dengan gejala bervariasi
yang dapat berupa wheezing rekuren dan infeksi saluran nafas bawah rekuren sampai
dispneu berat dan insufisiensi respirasi (Akhyar, 2010)
B. Etiologi
Bronkomalasia paling sering terjadi pada saat lahir (kongenital) dan hingga saat ini tidak
diketahui mengapa tulang rawan tidak terbentuk dengan baik (Firdiansyah, 2017)
Bronchomalacia dapat digambarkan sebagai cacat lahir bronkus di saluran pernapasan.
Malasia kongenital saluran udara besar adalah salah satu dari beberapa penyebab obstruksi
saluran napas ireversibel pada anak-anak, dengan gejala bervariasi dari mengi berulang dan
infeksi saluran udara bawah berulang untuk dispnea berat dan insufisiensi pernapasan. Ini
juga dapat diperoleh di kemudian hari karena peradangan kronis atau berulang akibat infeksi
atau penyakit saluran napas lainnya (Wikipedia, 2018)
C. Klasifikasi
3
Klasifikasi Bronkomalasia (Wikipedia, 2018) adalah:
1. Bronkomalasia primer
a) Disebabkan oleh defisiensi pada cincin kartilago.
b) Diklasifikasikan sebagai kongenital.
2. Bronkomalasia sekunder
a) Merupakan kelainan didapat (bukan kongenital)
b) Disebabkan oleh kompresi ekstrinsik (luar), dapat dari pelebaran pembuluh-
pembuluh darah, cincin vascular, atau kista bronkogenik.
D. Patofisiologi
Ketika kita hirup masuk dan keluar, udara masuk ke dalam hidung dan mulut, melalui
kontak suara(Laring) ke dalam tenggorokan (trakea), yang terbagi menjadi dua cabang
(bronkus kanan dan kiri) yang masing-masing paru-paru. Trakea dan bronkus terbuat dari
cincin tidak lengkap dari tulang rawan dan jika tulang rawan ini lemah tidak dapat
mendukung jalan nafas (Firdiansyah, 2017)
Pada bayi cincin tulang rawan trakea terbuka sehingga udara bisa didapatkan dari
tenggorokan ke paru-paru. Ketika cincin ini kecil, berbentuk aneh, tidak kaku cukup, atau
tidak membentuk sama sekali maka trakea dapat menutup ke dalam dirinya sendiri. Hal ini
mungkin terjadi saat mengembusankan nafas dan menangis. Hal ini dapat menyebabkan
mengi, batuk, sesak napas, dan/atau napas cepat. Biasanya tulang rawan berkembang dengan
sendirinya dari waktu ke waktu sehingga tracheomalasia tidak lagi masalah. Sementara lebih
umum pada bayi, tracheomalasia tidak terjadi pada orang dewasa. Ketika masalah yang
sama terjadi di saluran napas kecil disebut bronchomalacia. Saluran udara dari paru-paru
yang pelunakan (dinding saluran kemih) (Firdiansyah, 2017)
4
Kerusakan saluran udara dinamis yang berlebihan (trakea, bronkus utama) dan
bronkomalasia (anastomosis kanan)
1. Foto pertama, diambil selama inspirasi, menunjukkan diameter normal dari trakea
dan anastomosis kanan permeabel.
2. Dalam foto kedua, diambil selama kadaluwarsa, dinding posterior trakea dan
tonjolan utama bronkus ke dalam menyebabkan penyempitan berlebihan. Oklusi
hampir lengkap dari anastomosis kanan diamati selama expirium.
5
Pathway
BRONKOMALASIA
Kelainan Kongenital
Sesak nafas
KETIDAKEFEKTIFAN
RISIKO ASPIRASI Batuk tidak efektif POLA NAFAS
Cemas DEFISIT
PENGETAHUAN
ANSIETAS
6
E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari Bronkomalasia (Firdiansyah, 2017) antara lain:
1. Batuk dengan suara brassy (seperti alat musik tiup) atau barking (sesak napas)
2. Sesak napas.
3. Infeksi pada saluran nafas bawah berulang,
4. Ditemukan suara wheezing (mengi).
5. Kelelahan.
6. Apnea.
F. Pemeriksaan Penunjang.
Pemeriksaan penunjang dari Bronkomalasia (Firdiansyah, 2017) berupa:
1. Bronkoskopi.
2. CT Scan dada.
3. MRI dada.
G. Komplikasi
Komplikasi dari Bronkomalasia (Firdiansyah, 2017) diantaranya berupa:
1. Pneumonia
2. Bronkitis
3. Polychondritis
4. Asma
H. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis untuk Bronkomalasia (Wikipedia, 2018) berupa:
1. Time
Invasisf minimal, bersamaan dengan pemebrian tekanan udara positif yang kontinu.
2. Tekanan udara positif kontinu
Metode menggunakan respiratory ventilation.
3. Trakheotomi
Prosedur pembedahan pada leher untuk membuka/ membuat saluran udara langsung
melalui sebuah insisi di trakhe (the windpipe).
7
I. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Pengkajian
Pada pengkajian pasien dengan Bronkomalasia (Kharismawati, 2017) biasanya akan
didapatkan data:
a) Aktivitas/istirahat
Gejala :
1) Keletihan, kelelahan, malaise.
2) Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari – hari.
3) Ketidakmampuan untuk tidur.
4) Dispnoe pada saat istirahat.
Tanda: Keletihan, Gelisah, insomnia.
b) Kelemahan umum/kehilangan massa otot.
Gejala : Pembengkakan pada ekstremitas bawah.
Tanda :
1) Peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi jantung/takikardia
berat.
2) Distensi vena leher.
3) Edema dependent
4) Bunyi jantung redup.
5) Warna kulit/membran mukosa normal/cyanosis
6) Pucat, dapat menunjukkan anemi.
7) Integritas Ego
c) Integritas Ego
Gejala :
1) Peningkatan faktor resiko
2) Perubahan pola hidup
Tanda : Ansietas, ketakutan, peka rangsang.
d) Makanan/cairan
Gejala :
1) Mual/muntah.
2) Nafsu makan buruk/anoreksia
8
3) Ketidakmampuan untuk makan
4) Penurunan berat badan, peningkatan berat badan
Tanda :
1) Turgor kulit buruk
2) Edema dependen
3) Berkeringat.
4) Penurunan berat badan
5) Palpitasi abdomen
e) Hygiene
Gejala : Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan
Tanda : Kebersihan buruk, bau badan.
f) Pernafasan
Gejala :
1) Batuk brassy
2) Episode batuk terus menerus
Tanda :
1) Pernafasan biasa cepat.
2) Penggunaan otot bantu pernafasan
3) Bunyi nafas ronchi/wheezing
4) Perkusi hyperresonan pada area paru.
5) Warna pucat dengan cyanosis bibir dan dasar kuku, abu – abu keseluruhan.
g) Keamanan
Gejala :
1) Riwayat reaksi alergi terhadap zat/faktor lingkungan.
2) Adanya/berulangnya infeksi.
h) Interaksi sosial
Gejala :
1) Hubungan ketergantungan
2) Kegagalan dukungan/terhadap pasangan/orang dekat
i) Penyakit lama/ketidakmampuan membaik.
9
Tanda: Ketidakmampuan untuk mempertahankan suara karena distress
pernafasan.
2. Diagnosa
Berdasarkan Nanda 2015- 2017, diagnosa pada pasien dengan Bronkomalasia berupa:
a) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan deformitas tulang rawan.
b) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispneu,
anoreksia, mual muntah.
c) Resiko tinggi terhadap infeksi
d) Intoleran aktifitas berhubungan dengan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi.
e) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
f) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses
penyakit
3. Intervensi Keperawatan
10
2 Perubahan nutrisi kurang Menunjukkan Kaji kebiasaan diet. - Pasien distress pernafasan
dari kebutuhan peningkatan akut, anoreksia karena
berhubungan dengan berat badan. dispnea, produksi sputum.
11
mencegah sputum. dan kehijauan
resiko tinggi menunjukkan adanya
infeksi.
pembuangan sputum.
12
mengurangi beban
pikiran yang dirasakan.
- Penjelasan yang tepat
Jelaskan jenis prosedur dan memahami
dari pengobatan penyakitnya sehingga
mau bekerjasama dalam
tindakan perawatan dan
pengobatan.
- Diharapkan kesabaran
Beri dorongan spiritual yang tinggi untuk
menjalani perawatan
dan menyerahkan pada
TYME atas
kesembuhannya.
13
14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bronkomalasia adalah bawaan yang timbul dari dukungan tulang rawan berkurang dari
saluran udara yang lebih kecil (di bawah trakea atau tenggorokan). Tulang rawan melemah
biasanya menyempit lebih mudah selama ekspirasi dan memperpanjang waktu, atau mencegah
dahak dan sekresi menjadi terperangkap. Biasanya banyak menyerang pada anak usia kurang
dari 6 tahun ( Children’s National Health System, 2016 )
B. SARAN
1. Pada saat anak baru lahir kita harus meriksa cara nafas bayi, untuk mengetahui
apakah terjadi penyumbatan atau tidak.
2.
15
DAFTAR PUSTAKA
Ho, A. M. H., Winthrop, A., Jones, E. F., & Flavin, M. P. 2016. Severe pediatric
bronchomalacia(Jurnal).http://anesthesiology.pubs.asahq.org/article.aspx?articleid=2479
591. The Journal of the American Society of Anesthesiologists, 124(6), 1395-1395.
diakses pada 11 April 2018
Children National Health System. 2016. Pediatric Bronchomalacia,
https://childrensnational.org/choose-childrens/conditions-and-treatments/ear-nose-
throat/bronchomalacia diakses pada 30 April 2018.
Boogarad Ruben. 2005. Tracheomalacia and Bronchomalacia in Children (Jurnal).
https://journal.chestnet.org/article/S0012-3692(15)52907-3/fulltext.Chest Journal Official
Publication Of1 the American college Of Chest Physician
Volume 128, Issue 5, Pages 3391–3397. Diakses pada 30 April
2018
Schwartz, Daniel. 2017. Tracheomalacia Treatment & Managemen.
https://emedicine.medscape.com/article/426003-treatment diakses tanggal 30 April 2018
Cahaya, Nurul. 2018. Manajemen Keperawatan Bronkomalasi, Pneunomia, Difteri.
https://www.scribd.com/document/376466621/BAB-1-2-3-fix-docx diakses tanggal 11
Maret 2018
Laberge, Jean. 2008. Congenital Malformations of the Lungs and Airways (Buku Online).
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/B9780323040488500682 diakses
tanggal 30 April 2018. Pediatric Respiratory Medicine (Second Edition) , Pages 907–941
16
transplantation/Bronchomalacia/Tracheo-and-bronchomalacia-after-lung-transplantation.
Diakses tanggal 1 Mei 2018.
17