Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Seperti yang telah kita ketahui, ada beberapa penyakit yang tidak bisa
langsung menyerang tubuh kita. Diperlukan suatu perantara untuk penyakit itu
masuk kedalam tubuh kita atau biasa yang kita sebut vektor. Kejadian
penyakit menular maupun gangguan kesehatan pada manusia, tidak terlepas
dari peran faktor lingkungan. Hubungan interaktif antara manusia serta
perilakunya dengan komponen lingkungan yang memiliki potensi bahaya
penyakit, juga dikenal sebagai proses kejadian penyakit. Sedangkan proses
kejadian penyakit satu dengan yang lain masing-masing mempunyai
karakteristik tersendiri. Dalam hal ini faktor lingkungan memegang peranan
sangat penting.
Penularan penyakit pada manusia melalui vektor penyakit berupa serangga
yang dikenal sebagai arthropod-borne diseases atau sering juga disebut
sebagai vektor-borne diseases merupakan penyakit yang penting dan
seringkali bersifat endemis maupun epidemis dan menimbulkan bahaya
kematian. Di Indonesia, penyakit-penyakit yang ditularkan melalui serangga
merupakan penyakit endemis pada daerah tertentu antara lain seperti Demam
Berdarah Dengue (DBD), malaria, kaki gajah dan sekarang ditemukan
penyakit virus Chikungunya yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti, disamping penyakit saluran pencernaan seperti dysentery, cholera,
typhoid fever dan paratyphoid yang ditularkan secara mekanis oleh lalat
rumah (Chandra, 2006).
Interaksi manusia dengan lingkungan telah menyebabkan kontak antara
kuman dengan manusia. Sering terjadi kuman yang tinggal di tubuh host
kemudian berpindah ke manusia karena manusia tidak mampu menjaga
kebersihan lingkungan. Hal ini tercermin dari tingginya kejadian penyakit
menular berbasis lingkungan yang masih merupakan masalah kesehatan
terbesar masyarakat Indonesia

1
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana cara peranan vektor dalam penularan penyakit ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian vektor.
2. Untuk mengetahui macam-macam vektor.
3. Untuk mengetahui penyakit akibat vektor.
4. Untuk mengetahui penularan vektor.
5. Untuk mengetahui pengendalian penyakit vektor.
6. Untuk mengetahui metode pengendalian vektor.
7. Untuk mengetahui tujuan pengendalian vektor.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN VEKTOR
Vektor adalah organisme yang tidak menyebabkan penyakit tetapi
menyebarkannya dengan membawa patogen dari satu inang ke yang lain.
Vektor merupakan arthropoda yang dapat menularkan, memindahkan atau
menjadi sumber penularan penyakit pada manusia. Sedangkan menurut
Nurmaini (2001), vektor adalah arthropoda yang dapat
memindahkan/menularkan suatu infectious agent dari sumber infeksi kepada
induk semang yang rentan.
Di Indonesia, penyakit – penyakit yang ditularkan melalui serangga
merupakan penyakit endemis pada daerah tertentu, seperti Demam Berdarah
Dengue (DBD), malaria, kaki gajah, Chikungunya yang ditularkan melalui
gigitan nyamuk aedes aegypti. Disamping itu, ada penyakit saluran
pencernaan seperti dysentery, cholera, typhoid fever dan paratyphoid yang
ditularkan secara mekanis oleh lalat rumah.

B. MACAM-MACAM VEKTOR

Binatang pengganggu adalah binatang yang dapat mengganggu bahkan


menyerang dan menularkan penyakit terhadap manusia, binatang dan tumbuh-
tumbuhan. Sebagian athropoda bertindak sebagai vektor. Arthropoda adalah
suatu phylum yang mempunyai ciri-ciri kakinya beruas.( Arthorm= sendi,
poda=kaki). Athropoda dibagi menjadi empat kelas:
1. Kelas Crustacea (kaki 10), misalnya udang.
2. Kelas Myriapoda: chilopoda dan dipoppoda, misalnya kaki seribu.
3. Kelas Arachnoida (kaki 8), misalnya tungau.
4. Kelas Hexapoda, misalnya nyamuk.

3
Sedangkan binatang pengganggu adalah klasifikasi lain dari hewan
Antropoda namun dapat juga menjadi vektor, contohnya tikus, kecoa, kutu
dan hewan lainnya.

Klasifikasi arthropodborner disease menurut J.E.Park


Arthropodborner Penyakit yang ditularkan
Malaria, filarial, yellow fever, ensefalitis, dengue
1. Nyamuk
haemofhagic fever.
Demam tifoid dan paratifoid, diare, disentri, kolera,
2. Lalat rumah
gastroenteritis, amebiasis, infestasi, helmintik,
yaws, poliomyelitis, konjungtivitis, trakoma,
antraks.
Kalaazar, oriental sore, oraya fever, sandfly fever.
3. Lalat pasir
Sleeping sickness
4. Lalat tsetse
Epidemic typus, relapsing fever, trench fever.
5. Tuma
Bubonic plague, chiggerosis, endemic thypus,
6. Pinjal tikus
hymenolepsi diminuta.
Onkosersiasis
7. Lalat hitam

C. PENYAKIT AKIBAT VEKTOR


Vektor dan binatang pengganggu pada dasarnya dapat mempengaruhi
kehidupan manusia dengan berbagai cara. Berikut ini adalah penyakit yang
ditimbulkan berdasarkan jumlah faktor kehidupan yang terlibat.
1. Penyakit –penyakit dengan dua faktor dua kehidupan (manusia-
Antrhopoda).
2. Penyakit dengan tiga faktor kehidupan (manusia – Antrhopoda-
vektor-kuman).
3. Penyakit –penyakit dengan empat faktor dua kehidupan (manusia-
Antrhopodav vektor-kuman-reservoir).

4
Menurut sumbernya penyakit akibat vektor dibagi dua yaitu:
1. Penyakit Bawaan Vektor
Perpindahan penyakit melalui organisme hidup, seperti nyamuk,
lalat, atau kutu. Penularannya dapat berlangsung secara mekanis, melalui
bagian mulut yang terkontaminasi atau kaki vector, atau secara biologis,
yang melibatkan perubahan multiplikasi atau perkembangan agens dalam
vector sebelum penularan berlangsung. Pada penularan mekanis,
penggandaan dan perkembangan organisme penyakit biasanya tidak terjadi.
Contoh, organisme penyebab disentri, kolera, dan demam tifoid telah
diisolasi dari serangga seperti kecoak dan lalat rumah dan diperkirakan
tersimpan pada makanan yang disiapkan untuk konsumsi manusia. Contoh
lain, vector penyakit dan penyakit yang disebarkannya mencakup nyamuk
(malaria, filariasis).
2. Penularan biologis
Perubahan multiplikasi dan/atau perkembangan agens penyakit
berlangsung dalam vector sebelum penularan terjadi. Contoh vector biologis
antara lain nyamuk, pinjal, kutu, tungau, lalat. Nyamuk sampai saat ini
merupakan vector paling penting dalam penyakit manusia. Nyamuk
menularkan virus yang menyebabkan yellow fever dan demam berdarah
dengue, sekaligus menularkan 200 virus lainnya. Tungau, vector penting
lainnya, menularkan Rocky Mountain spotted fever, demam berulang dal
Lyme Disease. Vektor serangga lainnya adalah lalat (African sleeping
sickness), pinjal (pes), kutu (tifus epidemic dan trench fever).

D. PENULARAN VEKTOR
Berikut ini ada 3 jenis cara penularan Antrophoda disease:
1. Kontak langsung
Arthropoda secara langsung memindahkan penyakit atau infestasi
dari satu orang ke orang lain melalui kontak langsung. Contoh: scabies dan
pedikulus

5
2. Transmisi secara mekanis
Misalnya penularan penyakit diare, tifoid, keracunan makanan, dan
trakoma oleh lalat. Secara karakteristik, arthropoda sebagai vector mekanis
membawa agens penyakit dari manusia yang berasal dari tinja, darah,
ulkus superfisial atau eksudat.
3. Transmisi secara biologis
Agens penyakit mengalami perubahan siklus dengan atau tanpa
multiplikasi di dalam tubuh arthropoda. Ada 3 cara transmisi biologis
yaitu:
a. Propagative, agens penyakit tidak mengalami perubahan siklus, tetapi
bermultiplikasi didalam tubuh vector. Contoh: plague bacilli pada pinjal
tikus.
b. Cyclo-propagative, agens penyakit mengalami perubahan siklus dan
bermultiplikasi didalam tubuh arthropoda. Contoh: parasit malaria pada
nyamuk anopheles.
c. Cyclo-developmental, agens penyakit mengalami perubahan siklus,
tetapi tidak bermultiplikasi didalam tubuh arthropoda. Contoh: parasil
filarial pada nyamuk culex, dan cacing pita pada Cyclops.

E. PENGENDALIAN PENYAKIT VEKTOR


Pengendalian vektor adalah usaha yang dilakukan untuk mengurangi
atau menurunkan populasi vektor dengan maksud mencegah atau
memberantas penyakit yang ditularkan oleh vektor atau ganguan (nuisanse)
yang diakibatkan oleh vektor. Penegendalian vektor dan binatang pengganggu
harus menerapakan bermacam-macam cara pengendalian, sehingga tetap
berada di bawah garis batas yang tidak merugikan dan membahayakan. Serta
pengendalian tidak menimbulkan kerusakan atau gangguan ekologis terhadap
tata lingkungan hidup.

6
1. Pengendalian lingkungan
Merupakan cara terbaik untuk mengontrol arthropoda karena hasilnya
dapat bersifat permanen. Contoh, membersihkan tempat-tempat hidup
arthropoda. Terbagi atas dua cara yaitu :
a. Perubahan lingkungan hidup (environmental management), sehingga
vektor dan binatang penggangu tidak mungkin hidup. Seperti penimbunan
(filling), pengeringan (draining), dan pembuatan (dyking).
b. Manipulasi lingkungan hidup (environmental manipulation), sehingga tidak
memungkinkan vektor dan binatang penggangu berkembang dengan baik.
Seperti pengubahan kadar garam (solinity), pembersihan tanaman air, lumut,
dan penanaman pohon bakau (mangrouves) pada tempat perkembangbiakan
nyamuk.
2. Pengendalian biologi
Pengendalian ini ditujukan untuk mengurangi pencemaran lingkungan
akibat pemakaian insektisida yang berasal dari bahan-bahan beracun. Cara
yang dilakukan dengan memanfaatkan tumbuh-tumbuhan atau hewan, parasit,
predator maupun kuman patogen terhadap vector. Contoh pendekatan ini
adalah pemeliharaan ikan.
3. Pengendalian Genetik
Metode ini dimaksudkan untuk mengurangi populasi vektor dan
binatang penggangu melalui teknik-teknik pemandulan vektor jantan (sterila
male techniques), pengunaan bahan kimia penghambat pembiakan
(chemosterilant), dan penghilangan (hybiriditazion). Masih ada usaha yang
lain seperti :
a. Perbaikan sanitasi : bertujuan menghilangkan sumber-sumber
makanan(food preferences), tempat perindukan (breeding places), dan tempat
tinggal (resting paces), yang dibutuhkan vektor.
b. Peraturan perundangan : mengatur permasalahan yang menyangkut usaha
karantina, pengawasan impor-ekspor, pemusnahan bahan makanan atau
produk yang telah rusak karena vektor dan sebagainya.

7
c. Pencegahan (prevention) : menjaga populasi vektor dan binatang
pengganggu tetap pada suatu tingkat tertentu dan tidak menimbulkan masalah.
d. Penekanan (supresion) : menekan dan mengurangi tingkat populasinya.
e. Pembasmian (eradication) : membasmi dan memusnakan vektor dan
binatang pengganggu yang menyerang daerah/wilayah tertentu secara
keseluruhan.
4. Pengendalian kimia
Pada pendekatan ini, dilakukan beberapa golongan insektisida seperti
golongan organoklorin, golongan organofosfat, dan golongan karbamat.
Namun, penggunaan insektisida ini sering menimbulkan resistensi dan juga
kontaminasi pada lingkungan. Macam – macam insektisida yang digunakan:
a. Mineral (Minyak), misalnya minyak tanah, boraks, solar, dsb.
b. Botanical (Tumbuhan), misalnya Pyrethum, Rotenone, Allethrin, dsb.
Insektisida botanical ini disukai karena tidak menimbulkan masalah residu
yang toksis.
c. Chlorined Hyrocarbon, misalnya DDT, BHC, Lindane, Chlordane,
Dieldrin, dll. Tetapi penggunaan insektisida ini telah dibatasi karena
resistensinya dan dapat mengkontaminasi lingkungan.
d. Organophosphate, misalnya Abate, Malathion, Chlorphyrifos, dsb.
Umumnya menggantikan Chlorined Hydrocarbon karena dapat melawan
vektor yang resisten dan tidak mencemari lingkungan.
e. Carbamate, misalnya Propoxur, Carbaryl, Dimetilen, Landrin, dll.
Merupakan suplemen bagi Organophosphate.
f. Fumigant, misalnya Nophtalene, HCN, Methylbromide, dsb. Adalah
bahan kimia mudah menguap dan uapnya masuk ke tubuh vektor melalui pori
pernapasan dan melalui permukaan tanah.
g. Repelent, misalnya diethyl toluemide. Adalah bahan yang menerbitkan
bau yang menolak serangga, dipakaikan pada kulit yang terpapar, tidak
membunuh serangga tetapi memberikan perlindungan pada manusia.

8
5. Upaya pengendalian binatang pengganggu
Dalam pendekatan ini ada beberapa teknik yang dapat digunakan,
diantaranya steril technique, citoplasmic incompatibility, dan choromosom
translocation. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah :
a. Menempatkan kandang ternak di luar rumah
b. Merekonstruksi rumah
c. Membuat ventilasi
d. Melapisi lantai dengan semen
e. Melapor ke puskesmas bila banyak tikus yang mati
f. Mengatur ketinggian tempat tidur setidaknya >20 cm dari lantai.

F. METODE PENGENDALIAN VEKTOR


Menurut WHO (Juli Soemirat,2009:180), pengendalian vektor penyakit
sangat diperlukan bagi beberapa macam penyakit karena berbagai alasan :
1. Penyakit tadi belum ada obatnya ataupun vaksinnya, seperti
hamper semua penyakit yang disebabkan oleh virus.
2. Bila ada obat ataupun vaksinnya sudah ada, tetapi kerja obat tadi
belum efektif, terutama untuk penyakit parasiter
3. Berbagai penyakit di dapat pada banyak hewan selain manusia,
sehingga sulit dikendalikan.
4. Sering menimbulkan cacat, seperti filariasis dan malaria.
5. Penyakit cepat menjalar, karena vektornya dapat bergerak cepat
seperti insekta yang bersayap
Ada beberapa cara pengendalian vektor dan binatang pengganggu diantaranya
adalah sebagai berikut.
1. Pengendalian kimiawi
Cara ini lebih mengutamakan penggunaan pestisida/rodentisida untuk
peracunan. Penggunaan racun untuk memberantas vektor lebih efektif
namun berdampak masalah gangguan kesehatan karena penyebaran racun
tersebut menimbulkan keracunan bagi petugas penyemprot maupun
masyarakat dan hewan peliharaan. Sebagai ilustrasi, pada tahun 1960-an

9
yang menjadi titik tolak kegiatan kesehatan secara nasional ditandai
dengan dimulainya kegiatan pemberantasan vektor nyamuk menggunakan
bahan kimia DDT atau Dieldrin untuk seluruh rumah penduduk pedesaan.
Hasilnya sangat baik karena terjadi penurunan densitas nyamuk secara
drastis, namun efek sampingnya sungguh luar biasa karena bukan hanya
nyamuk saja yang mati melainkan cicak juga ikut mati keracunan (karena
memakan nyamuk yang keracunan), cecak tersebut dimakan kucing dan
ayam, kemudian kucing dan ayam tersebut keracunan dan mati, bahkan
manusia jugs terjadi keracunan Karena menghirup atau kontak dengan
bahan kimia tersebut melalui makanan tercemar atau makan ayam yang
keracunan.
Selain itu penggunaan DDT/Dieldrin ini menimbulkan efek kekebalan
tubuh pada nyamuk sehingga pada penyemprotan selanjutnya tidak banyak
artinya. Selanjutnya bahan kimia tersebut dilarang digunakan. Penggunaan
bahan kimia pemberantas serangga tidak lagi digunakan secara missal,
yang masih dgunakan secra individual sampai saat ini adalah jenis
Propoxur (Baygon). Pyrethrin atau dari ekstrak tumbuhan/bunga-bungaan.
Untuk memberantas Nyamuk Aedes secara missal dilakukan fogging
bahan kimia jenis Malathion/Parathion, untuk jentik nyamuk Aedes
digunakan bahan larvasida jenis Abate yang dilarutkan dalam air. Cara
kimia untuk membunuh tikus dengan menggunakan bahan racun arsenic
dan asam sianida. Arsenik dicampur dalam umpan sedangkan sianida biasa
dilakukan pada gudang-gudang besar tanpa mencemai makanan atau
minuman, juga dilakukan pada kapal laut yang dikenal dengan istilah
fumigasi. Penggunaan kedua jenis racun ini harus sangat berhati-hati dan
harus menggunakan masker karena sangat toksik terhadap tubuh manusia
khususnya melalui saluran pernafasan.
Penggunaan bahan kimia lainnya yang tidak begitu berbahaya
adalah bahan attractant dan repellent. Bahan Attractant adalah bahan kimia
umpan untuk menarik serangga atau tikus masuk dalam perangkap.
Sedangkan repellent adalah bahan/cara untuk mengusir serangga atau tikus

10
tidak untuk membunuh. Contohnya bahan kimia penolak nyamuk yang
dioleskan ke tubuh manusia (Autan, Sari Puspa, dll) atau alat yang
menimbulkan getaran ultrasonic untuk mengusir tikus (fisika).

2. Pengendalian Fisika-Mekanika
Cara ini menitikberatkan kepada pemanfaatan iklim/musim dan
menggunakan alat penangkap mekanis antara lain :
a. Pemasangan perangkap tikus atau perangkap serangga
b. Pemasangan jarring
c. Pemanfaatan sinar/cahaya untuk menarik atau menolak (to attrack and
trepeal)
d. Pemanfaatan kondisi panas dan dingin untuk membunuh vektor dan
binatang penganggu.
e. Pemanfaatan kondisi musim/iklim untuk memberantas jentik nyamuk.
f. Pemanfaatan suara untuk menarik atau menolak vektor dan binatang
pengganggu.
g. Pembunuhan vektor dan binatang pengganggu menggunakan alat
pembunuh (pemukul, jepretan dengan umpan, dll)
h. Pengasapan menggunakan belerang untuk mengeluarkan tikus dari
sarangnya sekaligus peracunan.
i. Pembalikan tanah sebelum ditanami.
j. Pemanfaatan arus listrik dengan umpan atau attracktant untuk
membunuh vektor dan binatang pengganggu (perangkap serangga dengan
listrik daya penarik menggunakan lampu neon).

3. Pengendalian Biologis
Pengendalian secara biologis dilakukan dengan dua cara, yakni :
a. Memelihara musuh alaminya
Musuh alami insekta dapat berupa pemangsanya ataupun mikroba
penyebab penyakitnya. Untuk ini perlu diteliti lebih lanjut pemangsa dan
penyebab penyakit mana yang paling efektif dan efisien mengurangi

11
populasi insekta. Untuk ni perlu juga dicari bagaimana caranya untuk
melakukan pengendalian pertumbuhan pemangsa dan penyebab penyakit
ini apabila populasi vektor sudah terkendali jumlahnya.
b. Mengurangi fertilitas insekta
Untuk cara kedua ini pernah dilakukan dengan meradiasi insekta
jantan sehingga steril dan menyebarkannya di antara insekta betina.
Dengan demikian telur yang dibuahi tidak dapat menetas. Cara kedua ini
masih dianggapa terlalu mahal dan efisiensinya masih perlu dikaji.

G. TUJUAN PENGENDALIAN VEKTOR


 Mengurangi atau menekan populasi vektor serendah – rendahnya
sehingga tidak berarti lagi sebagai penular penyakit.
 Menghindarkan terjadinya kontak antara vektor dan manusia.
Pengendalian vektor dapat digolongkan dalam pengendalian alami
(Natural control ) dan pengendalian buatan ( Artifical applied control )
 Pengendalian Secara Alami Pengendalian ini yaitu berhubungan
dengan faktor-faktor ekologi yang bukan merupakan tindakan
manusia. Faktor – faktor tersebut diantaranya adalah topografi,
ketinggian, iklim, dan musuh alami.

12
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Vektor adalah organisme yang tidak menyebabkan penyakit tetapi
menyebarkannya dengan membawa patogen dari satu inang ke yang lain.
Vektor merupakan arthropoda yang dapat menularkan, memindahkan atau
menjadi sumber penularan penyakit pada manusia. Sedangkan menurut
Nurmaini (2001), vektor adalah arthropoda yang dapat
memindahkan/menularkan suatu infectious agent dari sumber infeksi kepada
induk semang yang rentan.
Di Indonesia, penyakit – penyakit yang ditularkan melalui serangga
merupakan penyakit endemis pada daerah tertentu, seperti Demam Berdarah
Dengue (DBD), malaria, kaki gajah, Chikungunya yang ditularkan melalui
gigitan nyamuk aedes aegypti. Disamping itu, ada penyakit saluran
pencernaan seperti dysentery, cholera, typhoid fever dan paratyphoid yang
ditularkan secara mekanis oleh lalat rumah.

13
DAFTAR PUSTAKA

http://fkmapkesling2013.blogspot.co.id/2013/11/vektor-penyakit.html
http://metana3.blogspot.co.id/2012/12/jenis-jenis-vektor-penyakit.html
http://cari-carimakalah.blogspot.co.id/2017/01/makalah-penyakit-
menular.html

14

Anda mungkin juga menyukai