Oleh
Alfa Galang Pangestu
215431909
2018
BAB I
Abrasion Resistant
Selama bertahun-tahun, tiga faktor yang telah menjadi inovasi dari Abrasion-resistant castings
(1) meningkatkan ketahanan terhadap fraktur;
(2) meningkatkan ketahanan terhadap keausan abrasif; dan
(3) mencapai tujuan-tujuan ini dengan biaya yang rasional/dapat diterima.
Tujuan dari ketahanan abrasi yang lebih tinggi dan ketangguhan yang lebih baik dengan biaya
yang dapat diterima telah menjadi pedoman untuk pengembangan besi putih.
Besi cor tahan abrasi dapat diklasifikasikan menjadi 5 kelompok yang berdasarkan padual
(alloying) dan mikrostrukturnya:
1. Perlitik (FeC)
2. Ni-Hard atau Ni-Cr (M3C)
3. Ni-Hard 4 (M7C3)
4. High-Cr (M7C3)
5. Specialty (MxC)
C Si Cr Ni Mn Mo
Ni-Hard 1 3,0 – 3,6 0,8 max 1,4 – 4,0 3,3 – 5,0 2,0 max 1,0 max
ASTM A532 1A
Ni-Hard 2 2,9 max 0,3 – 0,5 1,4 – 2,4 3,3 – 5,0 0,3 – 0,7 0,4 max
NiDI
Ni-Hard 4 2,5 – 3,6 1,0 – 2,2 7,0 – 11,0 5,0 – 7,0 1,3 max 1,0 max
ASTM A532 1D
Kekerasan pada Ni-Hard berasal dari pembentukkan martensit pada kondisi as cast, stuktur
mikro pada Ni-Hard yaitu austenite dan martensit, yang memilika sifat mekanik keras dan tahan abrasif,
sifat tersebut berasal dari unsur paduan Ni-Hard itu sendiri.
Ni-Hard 4 (M7C3)
Ni-Hard memiliki harga impak yang rendah, gambar diatas menunjukkan gambar struktur
mikro dari Ni-Hard 4, pada Ni-Hard 4 terdapat fasa austenit dan karbida M3C pada batas butir. .
Paduan Ni-Hard yang terbarukan (Ni-Hard 4) mengandung banyak karbida logam yang dikenal secara
kimia sebagai M7C3. Ni-Hard 4 menunjukkan peningkatan ketangguhan dan ketahanan Meningkatkan
kandungan Cr dalam paduan hingga minimum 7% dan kandungan Si menjadi sekitar 1,8%
menghasilkan karbida M7C3 yang ditingkatkan. Karbida meningkatkan ketangguhan, karbida M7C3
jauh lebih keras dari karbida M3C.
High-Cr (M7C3)
High Cr memiliki ketangguhan,ketahanan abrasi dan ketahanan korosi yang baik. Umumnya
kekerasan tinggi diperoleh dari kombinasi paduan Cr, Mo, Ni, dan Cu. Komposisi besi high-Cr
dengan paduan tinggi menstabilkan matriks austenit hingga ke temperatur kamar. Matriks fleksibel
high-Cr menjadi salah satu alasan besi high-Cr digunakan berbagai macam aplikasi.
Pada High-Cr terdapat fasa austenite dan karbida M7C3 yang kontinu pada batas butir.
Specialty (MxC)
BAB II
b) Carbon Equivalency
Karbon equivalen membantu menentukan apakah besi yang terbentuk hypoeutectic
atau hypereutectic. Rumus perhitungan karbon equivalen untuk besi cor putih paduan rendah
yaitu: CE= %C + 1/9%Si + 1/3,5% P.
c) Binary Phase Diagram
d) Mempelajari proses solidifikasi mempelajadi dasar binary phase diagram sangat dibutuhkan.
Binary phase diagram dasar yang sering digunakan yaitu diagra Fe-C. Besi didefinisikan
mengandung lebih dari 2% karbon. Pendekatan yang lebih akurat adalah mengklasifikasikan
besi sebagai hypoeutectic, eutectic atau hypereutectic, dengan penekanan pada eutektik.
Berarti bahwa besi adalah besi yang mengeras dengan reaksi eutektik. Definisi ini lebih kuat
dan membebaskan kita dari batasan komposisi bahwa besi harus memiliki lebih dari 2% C.
Alasan untuk definisi yang lebih kuat ini akan menjadi jelas ketika kita mulai berurusan
dengan besi paduan.
Nihard 4 dan High-Cr AR cast iron termasuk ke dalam M7C3 eutektik kategori, seluruh
kategori ini mengalami pembekuan eutektik yang akan membentuk fasa austenite dan karbida M7C3.
Sistem terner Fe-Cr-C digunakan terutama pada material High-Cr dan Ni-Hard 4 yang memiliki
karbida M7C3. Diagram ini digunakan untuk besi dengan kandungan Cr yang tinggi.
Diagram ini berbentuk 3 dimensi berdasarkan pengaruh penambahan ketiga unsur dan temperatur
terhadap fasa yang terbentuk. Dari diagram ini dapat dibuat diagram pseudobinernya dengan salah satu
unsur ditetapkan pada persentase tertentu.
Menentukan Temperatur Solidifikasi
1. Segregasi Paduan
Faktor penting saat menambahkan elemen paduan pada AR Cast Iron adalah apakah
elemen paduan akan membentuk karbida atau suatu fasa (austenit atau ferit). Artinya
pembentukan struktur mikro sangat ditentukan oleh paduan, pembentukan matrik metalik pun
ditentukan oleh paduan dalam matriks metalik tersebut bukan paduan paduan pada karbida.
Pada saat pembentukan austenit, dendrit yang mengalami pertumbuhan dapat
menerima ataupun menolak elemen paduan tertentu. Contohnya pada material Fe-Cr-C
pertumbuhan dendrit austenit akan menolak atau mensegregasi C dan Cr didalam cairan.
Dendrit juga menolak Mo, V, W, dan Nb. Material-material tersebut pada batas tertentu akan
diserap menjadi karbida dengan mudah. Mangan, karena bukan pembentuk karbida, maka tidak
ditolak pada saat pembentukan dendrit.
Tabel Segregasi Paduan Pada Saat Solidifikasi
BAB III
AR HEAT TREATMENT
1.Tempering ; Tempering biasanya dilakukan pada 225-275°C. Tempering pada temperatur rendah
membuat martensit kurang getas dan sedikit menambah kekerasan. tetapi meningkatkan ketahanan
terhadap beban impak.
2. Double Tempering ; Pertama dilakuan pada temperatur 450°C kemudian diikuti dengan
pendinginan oleh udara dan ditempering lagi pada 275°C. Dua langkah ini mengurangi kekerasan
namun menambahkan ketahan terhadap beban impak.
3. Quenching dan tempering ; dilakukan heat treatment pada temperatur 750-850°C diikuti
dengan pendinginan perlahan dan tempering dengan suhu rendah hal ini dapat memaksimalkan
kekerasan dan ketahan abrasi.
Adapun proses perlakuan panas yang direkomendasikan adalah sebagai berikut:
• High-Temperature Heat Treatment
Hardening yang dilakukan pada Kelas I tipe D, Ni-hard 4 dilakukan superkritikal perlakuan panas
ketika kekerasan ascast tidak mencukupi. Perlakuan panas austenisasi biasanya dilakukan di
temperatur 750-790°C dengan ditahan selama 8 jam. Udara pada pendinginan tungku tidak lebih
dari 30°C, kemudian diikuti dengan tempering, hal ini biasa dilakukan untuk menambahkan
kekerasan.
• Refrigeration Treatment
Untuk mencapai kekerasan 550 HB, dibutuhkan as cast yang memiliki mikrostruktur austenit-
martensit dengan kandungan martensit 60%. ketika martensit bertambah hingga 80-90%, kekerasan
akan bertambah hingga 650HB. Untuk mengurangi pembentukan austenit perlakuan deep-freeze
biasanya digunakan. Pendingan dilakukan ditemperatur -70 sampai -180°C selama 30 menit hingga
1 jam biasanya akan meningkatkan kekerasan hingga 100 HB. Perlakuan subsequent tempering
biasanya dilakukan dan direkomendasikan setelah melakukan perlakuan refrigerasi.
• Tempering Treatment
Semua benda Ni-Cr white iron diberikan perlakuan tempering karena as cast benda memiliki
struktur martensit. Tempering dilakukan diantara 205 - 260°C selama kurang lebih 4 jam.
Tempering pada martensit bertujuan menghilangkan tegangan sisa, menambahkan kekuatan dan
beban impak hingga 50-80%. Perlakuan ini tidak mengurangi kekerasan atau ketahanan abrasi.
• Subcritical Heat Treatment
Penyestabilan ulang austenit pada Ni-Cr, Nihard 1 dan 2 (ASTM A 532 kelas IA and IB). Perlakuan
panas subkritis bekerja di antara daerah transformasi perlit dan bainit. ketika ditahan pada
temperatur antara 425-475°C, struktur yang terbentuk setelah di destabilisasi yang paling dominan
adalah austenit, karbida terpresipitasi seperti penipisan C yang terlarut di austenit, menaikkan suhu
Ms dan setelah pendinginan bertransformasi menjadi mikrostruktur martensitik yang lebih memiliki
kekerasan tinggi. Jumlah waktu pada suhu untuk mencapai kekerasan maksimum (destabilisasi)
ditentukan untuk satu paduan menjadi 10 hingga 20 jam
• Annealing Treatment
Pengecoran dapat dianealing untuk membuat mereka lebih mudah diproses mesin, baik dengan
anealing subkritis atau anealing penuh. Annealing subkritis dilakukan dengan pearlitizing, melalui
perendaman dalam kisaran sempit antara 690 dan 705°C (1274 dan 1301F) untuk waktu yang lama
(tergantung pada paduan). Pelunakan subkritis akan menghasilkan kekerasan pada kisaran 400
hingga 450 HB.
• Stress-Relief Treatment
Temperatur rendah, dalam kisaran 205 hingga 235°C (401 hingga 455F), sangat diinginkan karena
perbaikan substansial (20%) dalam ketangguhan retak terjadi ketika temper fase martensit.
Tempering pada suhu cukup untuk meredakan tegangan secara signifikan, yaitu di atas 565°C
(1050F), dapat secara bertahap mengurangi ketahanan abrasi. Oleh karena itu, jauh lebih diinginkan
untuk meminimalkan pengembangan tegangan pendinginan dan tegangan transformasional melalui
pendinginan lambat dari 482°C (900F) ke suhu lingkungan. Hal ini dicapai dengan pendinginan
yang lambat dan terkendali untuk meminimalkan gradien suhu dan transformasi diferensial dalam
pengecoran.
BAB IV
ALLOYING UNTUK MENINGKATKAN KEKERASAN
Mikrostruktur as-cast NiHard yang umumnya diinginkan adalah martensit atau austenite-
martensit. Pada kandungan Cr atau Cr-Mo yang tinggi, struktur as-cast yang sering diinginkan adalah
perlit dengan variasi full perlitic atau perlit dengan sejumlah austenite-martensit. Struktur perlit
memungkinkan tegangan yang rendah dan kemungkinan crack yang kecil.
Pada NiHard kandungan nikel harus sesuai dengan ketebalan benda. Ni dibutuhkan untuk
menghindari terbentuknya perlit dan bainit. Ni menghasilkan sejumlah rest austenite, sedikit martensit
sehingga menurunkan kekerasan secara keseluruhan. Penambahan Mo bertujuan untuk meningkatkan
hardenability. Pembentukan austenite meningkat pada kandungan C yang tinggi. Keseimbangan Ni, Cr
dan Si sangat penting untuk mencegah terbentuknya grafit.
Kondisi as-cast asutenitik/martensitic bertujuan untuk menghindari kemungkinan distorsi dan
crack saat proses heat treatment. Pada mikrostruktur as-cast asutenitik/martensitic paduan hipoeutektik
selalu terjadi pembentukan dendrit austenite yang diikuti oleh pembentukan eutektik austenite dan
karbida M7C3 Cr. Sub-critical annealing dilakukan untuk menurunkan jumlah austenite dan
meningkatkan kekerasan dan ketangguhan.
Untuk mencapai kekerasan dan ketahanan abrasive maksimum pada AR cast iron, struktur
martensit yang terbentuk harus berasal dari heat treatment seluruhnya. Khrom, nikel, tembaga, mangan
dan molybdenum digunakan untuk memperlambat transformasi perlit saat proses heat treatment. Laju
pendinginan cepat sebaiknya tidak digunakan karena dapat menyebabkan crack akibat temperature
tinggi atau transformasi tegangan. Sehingga paduan harus memiliki hardenability yang cukup untuk
pengerasan udara. Mangan, nikel, dan tembaga akan menurunkan temperature Ms dan memperbanyak
rest austenite dimana menurunkan ketahanan abrasive dan retak. Karena nikel dan tembaga
memperbanyak rest austenite, kombinasi penggunaannya maksimalnya dibatasi pada 1,2%.
Penggunaan mangan yang memiliki efek serupa juga dibatasi pada 1.0%. Tabel dibawah merupakan
panduan komposisi casting untuk air hardening setelah proses heat treatment pada ketebalan yang
berbeda-beda.
BAB V
Morfologi, Mikrostruktur dan Sifatnya
Karbida M3C terdapat pada besi pearlitic dan di sebagian besar Ni-Hards, dengan paduan utama
hingga 5% Cr dan 1,5% Ni. Karbida M3C memiliki kelarutan besar terhadap Mn, jika 1% Mn
ditambahkan maka 1% Mn akan hadir dalam karbida. Cr bisa juga larut ke dalam karbida M3C hingga
17%. Mo, V dan atom logam lainnya memiliki kelarutan terbatas dalam karbida M3C. Kandungan
karbonnya 6.7 - 6.9 %, masa jenis 7.4-7.6 gr/cm3, cristal yang terbentuk orthorombic, morfologi seperti
piring, energi gibs 1-10 Kj/mole, dan kekerasan 800-1100 DPH.
Kekerasan karbida M3C menunjukkan kekerasan yang paling lunak dari karbida, memiliki
kisaran kekerasan 800-1000 DPH. (Hanya karbida posphite Fe3P lebih lunak, memiliki kekerasan
sekitar 500 DPH.) Yang membuat karbida M3C luar biasa adalah kemampuannya Karbida terbentuk
dalam jumlah besar. Sebagai contoh, adalah besi pearlitic dan Ni-Hard I dari besi Abrasion Resistant
yang mengandung hingga 40% fraksi volume karbida (CVF). Dengan demikian. CVF tinggi, M 3C
carbide mendominasi ketahanan abrasi besi.
Morfologi Austenit
Austenit adalah fasa pertama yang terbentuk pada semua spesifikasi ASTM besi cor tahan
abrasi. Pada keadaan beku, dendrit aurtenit membentuk kristal FCC (face centered cubic).
Kekerasan dari rest Austenite pada besi cor tahan abrasi bervariasi dari 250-500 DPH. Variasi
ini bergantung pada beberapa faktor. Contohnya kekerasan pada austenite dengan paduan rengah antara
250-350 DPH dan paduan tinggi sekitar 300-600 DPH. Variasi ini merupakan fungsi dari besarnya
paduan (terutama karbon) dan dikarenakan oleh metastabil alami dari rest austenite pada temperatur
ruangan.
Stabilitas kimia dari low-Cr austenite tidak spesial seperti halnya baja normal. Austenite dapat
terkorosi dengan mudah oleh berbagai jenis asam seperti HNO3 dan HCL dan mudah terkorosi pada
lingkungan dengan kelembaban tinggi. Hal ini sangat berbanding terbalik dengan high-Cr austenite.
Morfologi Ferit
Dengan kadar karbon rendah dan krom yang tinggi fasa pertama yang terbentuk pada besi
hypoeutektik adalah ferit. Ferit memiliki kemampuan melarutkan karbon yang sangat rendah yaitu
maksimum 0,18% pada temperatur 1496oC an 0,00005% di temperatur kamar, ini dikarenakan ruang
bebas pada struktur BCC sangatlah kecil.
Pada temperatur tinggi, Cr memperluas kemampuan BCC untuk melarutkan karbon. Pada ferit
atom Cr mensubstusi atom-atom pada BCC. Pada temperatur ruangan, dimungkinkan memiliki 2%
karbon, dengan 30% Cr maka besi cor tahan abrasi memiliki struktur yang terdiri dari ferit dan karbida
M7C3. Kekerasan ferit berkisaar antara 215-170 DPH. Dengan kekerasan sebesar ini ferit merupakan
fasa yang paling lunak.
Morfologi Martensit
Besi cor tahan abrasi dapat memiliki struktur ferit atau austenit di suhu ruangan dalam kondisi
as-cast, tetapi tidak untuk martensit. Tetapi masih mungkin terjadi apabila besi cor dengan struktur
austenit mengalami pendinginan dengan cepat setelah dicor.
Martensit terbentuk karena transformasi austenite dengan struktur FCC terhambat yang
seharusnya ferit BCC menjadi BCT. Struktur BCT mirip dengan BCC hanya saja berbeda pada
ketinggian ruasnya. Morfologi dari martensit seperti bilah-bilah acak.
Kekerasan martensit berbantung pada banyaknya struktur BCT yang terdistorsi, sehingga
kandungan karbon pada struktur martensit mempengaruhi kekerasannya. Struktur martensit bukanlah
struktrur yang stabil pada material berbasis ferro. Martensit dapat didekomposisi menjadi ferit ataupun
karbida. Proses dekomposisi ini dapat diakselerasi dengan penambahan temperatur. Penambahan
temperatur untuk mempercepat dekomposisi ini disebut dengan tempering. Tempering juga berfungsi
untuk menghilangkan tegangan sisa dari martensit.
Morfologi Perlit
Morfologi perlit terdiri dari lapisan-lapisan dari karbida dan ferit. Jarak antara layer di kontrol
oleh hubungan yang kompleks antara paduan dan temperatur. Berikut adalah hal yang mempengaruhi
jarak layer:
- Karena jarak antara karbida di kendalikan oleh difusi karbon, temperatur memiliki efek
dominan terhadapp morfologi perlit
- Secara umum, struktru perlit kasar terbentuk pada temperatur yang tinggi, dimana struktur
perlit yang lebih halus pada temperatur yang rendah
- Elemen paduan seperti Cr, Ni, Mo dan Mn, berperan untuk menghaluskan butiran perlit
karena memiliki efek sebagai inti pertumbuhan perlit.
Kekerasan perlit berkisar antara 250-450 DPH. Stabilitas kimia dari perlit tergantung dari ferrit
dan karbida penyusunnya.
Morfologi Bainit
Bainit adalah nanocomposite lainnya dari ferit dan karbida. Bainit dapat terbentuk pada
temperatur antara pembentukan perlite dan martensit. Karakteristik bainit mendekati martensit dan
perlit. Ada dua jenis bainit yaitu upper bainite dan lower bainite. Lower bainite memiliki struktur yang
lebih kasar. Transformasi dari austenite ke bainit menyebabkan pemuaian sekitar 3%. Morfologi bainit
menyerupai martensit, secara morfologi sangat sulit untuk membedakan keduanya.
Kekerasan bainit sangat bervariasi tergantng pada temperatur transformasi dan banyaknya
kandungan C pada austenit. Berdasarkan hal ini kekerasannya sulit untuk diperkirakan. Secara kimiawi,
bainit mudah terkorosi oleh kebanyakan jenis asam seperti martensit.