Anda di halaman 1dari 23

RESUME MENGENAI ABRASSION RESISTANCE

Oleh
Alfa Galang Pangestu
215431909

POLITEKNIK MANUFAKTUR NEGERI BANDUNG


BANDUNG

2018
BAB I

Abrasion Resistant
Selama bertahun-tahun, tiga faktor yang telah menjadi inovasi dari Abrasion-resistant castings
(1) meningkatkan ketahanan terhadap fraktur;
(2) meningkatkan ketahanan terhadap keausan abrasif; dan
(3) mencapai tujuan-tujuan ini dengan biaya yang rasional/dapat diterima.

Tujuan dari ketahanan abrasi yang lebih tinggi dan ketangguhan yang lebih baik dengan biaya
yang dapat diterima telah menjadi pedoman untuk pengembangan besi putih.
Besi cor tahan abrasi dapat diklasifikasikan menjadi 5 kelompok yang berdasarkan padual
(alloying) dan mikrostrukturnya:
1. Perlitik (FeC)
2. Ni-Hard atau Ni-Cr (M3C)
3. Ni-Hard 4 (M7C3)
4. High-Cr (M7C3)
5. Specialty (MxC)

 Perlitik (FeC)/Chilled White Cast Iron


Perlitik/Chilled AR Cast Irons adalah jenis besi cor tertua, diproduksi khusus untuk ketahanan
terhadap abrasi. Reaksi metastable di sistem Fe-C terjadi karena pendinginan cepat. Saat besi
didinginkan dengan cepat, besi mengalami reaksi pembekuan eutektik, membentuk austenit dan
karbida besi. Karbida besi umumnya kita kenal dengan cementite (Fe3C) dan terbentuk dari tiga atom
besi dan satu atom karbon. Nama lain untuk campuran eutektik dari austenit dan sementit adalah
ledeburit. Kekerasan besi cor putih perlitik 350 - 500 HB. Kekerasan dapat ditingkatkan dengan
membentuk karbida lebih banyak.

 Ni-Hard atau Ni-Cr (M3C)


Nihard mengacu kepada 4 jenis grup yaitu Nihard 1,2,3,dan 4. ) ke-4 komposisi ini menggunakan
nikel sebagai element paduan utama untuk hardenability. Penggunaan Cr untuk mengendalikan
pembentukan karbida logam melebihi grafit. Kehadiran Cr menstabilkan reaksi eutektik dan
mendukung pembentukan struktur karbida dari laju pendinginan yang independent.
Ketika Cr (atau Mn dan Mo) digunakan untuk menstabilkan fasa karbida, karbida logam dikenal
sebagai M3C untuk mencerminkan sifat campuran fasa. M3C karbida secara visual tidak dapat
dibedakan dari karbida Fe3C, dibentuk pada besi cor AR pearlitic, dan terjadi melalui reaksi eutektik
yang sama.

C Si Cr Ni Mn Mo
Ni-Hard 1 3,0 – 3,6 0,8 max 1,4 – 4,0 3,3 – 5,0 2,0 max 1,0 max
ASTM A532 1A
Ni-Hard 2 2,9 max 0,3 – 0,5 1,4 – 2,4 3,3 – 5,0 0,3 – 0,7 0,4 max
NiDI
Ni-Hard 4 2,5 – 3,6 1,0 – 2,2 7,0 – 11,0 5,0 – 7,0 1,3 max 1,0 max
ASTM A532 1D
Kekerasan pada Ni-Hard berasal dari pembentukkan martensit pada kondisi as cast, stuktur
mikro pada Ni-Hard yaitu austenite dan martensit, yang memilika sifat mekanik keras dan tahan abrasif,
sifat tersebut berasal dari unsur paduan Ni-Hard itu sendiri.

 Ni-Hard 4 (M7C3)

Ni-Hard memiliki harga impak yang rendah, gambar diatas menunjukkan gambar struktur
mikro dari Ni-Hard 4, pada Ni-Hard 4 terdapat fasa austenit dan karbida M3C pada batas butir. .
Paduan Ni-Hard yang terbarukan (Ni-Hard 4) mengandung banyak karbida logam yang dikenal secara
kimia sebagai M7C3. Ni-Hard 4 menunjukkan peningkatan ketangguhan dan ketahanan Meningkatkan
kandungan Cr dalam paduan hingga minimum 7% dan kandungan Si menjadi sekitar 1,8%
menghasilkan karbida M7C3 yang ditingkatkan. Karbida meningkatkan ketangguhan, karbida M7C3
jauh lebih keras dari karbida M3C.

 High-Cr (M7C3)
High Cr memiliki ketangguhan,ketahanan abrasi dan ketahanan korosi yang baik. Umumnya
kekerasan tinggi diperoleh dari kombinasi paduan Cr, Mo, Ni, dan Cu. Komposisi besi high-Cr
dengan paduan tinggi menstabilkan matriks austenit hingga ke temperatur kamar. Matriks fleksibel
high-Cr menjadi salah satu alasan besi high-Cr digunakan berbagai macam aplikasi.

Pada High-Cr terdapat fasa austenite dan karbida M7C3 yang kontinu pada batas butir.
 Specialty (MxC)

Ferritic High-Cr Specialty Irons


Ferritic High-Cr iron, mengandung karbon 2% dan 30% Cr. Besi ini diaplikasikan pada
peralatan tahan karat dan tahan abrasive.

Vanadium-Based (A7) Specialty Irons


Besi cor paduan vanadium memiliki sifat tangguh dan dan tahan abbrasif, contoh aplikasinya
pada mill rolls.

Niobium-Based Specialty Irons


Penambahan unsur niobium (Nb) bertujuan membentuk matriks karbida niobium (NbC) pada
besi, penambahan Nb memperburuk fluiditas cairan logam.

BAB II

Solidifikasi Besi Cor Abrasion Resistant

Fe3C and M3C AR Cast Irons


a) Binary Fe-C Systems
Laju pendinginan / pembekuan merupakan faktor
pembentukan dari besi cor putih. Dilihat dari gambar
di samping bahwa temperatur eutektik garfit lebih
tinggi dibandingkan eutektik karbida, maka laju
pendinginan dibuat secepat mungkin untuk melewati
temperatur eutektik grafit dan menyentuh eutektik
karbida.

b) Carbon Equivalency
Karbon equivalen membantu menentukan apakah besi yang terbentuk hypoeutectic
atau hypereutectic. Rumus perhitungan karbon equivalen untuk besi cor putih paduan rendah
yaitu: CE= %C + 1/9%Si + 1/3,5% P.
c) Binary Phase Diagram
d) Mempelajari proses solidifikasi mempelajadi dasar binary phase diagram sangat dibutuhkan.
Binary phase diagram dasar yang sering digunakan yaitu diagra Fe-C. Besi didefinisikan
mengandung lebih dari 2% karbon. Pendekatan yang lebih akurat adalah mengklasifikasikan
besi sebagai hypoeutectic, eutectic atau hypereutectic, dengan penekanan pada eutektik.
Berarti bahwa besi adalah besi yang mengeras dengan reaksi eutektik. Definisi ini lebih kuat
dan membebaskan kita dari batasan komposisi bahwa besi harus memiliki lebih dari 2% C.
Alasan untuk definisi yang lebih kuat ini akan menjadi jelas ketika kita mulai berurusan
dengan besi paduan.

Ternary Fe-Cr-C Systems


(M7C3 AR Cast Iron)

Nihard 4 dan High-Cr AR cast iron termasuk ke dalam M7C3 eutektik kategori, seluruh
kategori ini mengalami pembekuan eutektik yang akan membentuk fasa austenite dan karbida M7C3.

A. Diagram Fasa Terner( Ternary Phase Diagram)

Sistem terner Fe-Cr-C digunakan terutama pada material High-Cr dan Ni-Hard 4 yang memiliki
karbida M7C3. Diagram ini digunakan untuk besi dengan kandungan Cr yang tinggi.
Diagram ini berbentuk 3 dimensi berdasarkan pengaruh penambahan ketiga unsur dan temperatur
terhadap fasa yang terbentuk. Dari diagram ini dapat dibuat diagram pseudobinernya dengan salah satu
unsur ditetapkan pada persentase tertentu.
Menentukan Temperatur Solidifikasi

Menentukan temperatur solidifikasi dan eutektik dapat dilakukan dengan

menggunakan persamaan Tong:


Atau menggunakan tabel temperatur solidus material ASTM A352
Tabel Temperatur Solidus dan Liquidus material ASTM A352

1. Segregasi Paduan
Faktor penting saat menambahkan elemen paduan pada AR Cast Iron adalah apakah
elemen paduan akan membentuk karbida atau suatu fasa (austenit atau ferit). Artinya
pembentukan struktur mikro sangat ditentukan oleh paduan, pembentukan matrik metalik pun
ditentukan oleh paduan dalam matriks metalik tersebut bukan paduan paduan pada karbida.
Pada saat pembentukan austenit, dendrit yang mengalami pertumbuhan dapat
menerima ataupun menolak elemen paduan tertentu. Contohnya pada material Fe-Cr-C
pertumbuhan dendrit austenit akan menolak atau mensegregasi C dan Cr didalam cairan.
Dendrit juga menolak Mo, V, W, dan Nb. Material-material tersebut pada batas tertentu akan
diserap menjadi karbida dengan mudah. Mangan, karena bukan pembentuk karbida, maka tidak
ditolak pada saat pembentukan dendrit.
Tabel Segregasi Paduan Pada Saat Solidifikasi

2. Efek dari Tramp Elements pada Solidifikasi


a. Fosfor
Fosfor sering ditambahkan untuk meningkatkan fluiditas besi, akan tetapi fosfor
memiliki titik cair yang rendah dan biasanya membeku secara terpisah dari material
dasarnya, selain itu fosfor juga memiliki sifat sangat rapuh sehingga material menjadi lebih
getas. Pada beberapa aplikasi material dapat ditoleransi keberadaan sulfur mencapai 1%
tapi pada beberapa kondisi harus dijaga supaya kandungannya tidak lebih dari 0,1%.
b. Sulfur
Sulfur adalah elemen lain yang harus dibatasi pada AR Cast Iron. Sulfur memiliki
temperatur cair yang rendah seperti halnya fosfor sehingga mudah tersegregasi dan
memiliki kekuatan rendah sehingga membuat material menjadi rapuh.
3. Solidifikasi yang Lebih Baik dengan Inokulasi
Inokulasi adalah subjek sensitif bagi banyak ilmuwan di seluruh dunia. Penelitian
definitif dan konklusif yang menunjukkan pembentukan karbida yang lebih baik melalui
inokulasi tidak ada. Bukti bahwa ukuran karbida eutektik dapat dikontrol dengan inokulasi
sangat terbatas. Sekarang adalah saat yang tepat untuk menekankan beberapa poin tentang
nukleasi. Nukleasi tidak seragam dan tidak sempurna. Ketika besi mendekati permukaan
cairan yang bermetastasis, partikel padat kecil akan bertindak sebagai situs nukleasi.
Awalnya, hanya beberapa situs saja yang cukup menarik untuk memulai pertumbuhan. Ketika
besi mendingin lebih jauh, kekuatan pendorong yang lebih besar berkembang untuk
mengubah cairan menjadi padat. Pada tahap ini, partikel padat tambahan akan menjadi
menarik bagi logam cair untuk nukleasi dan pertumbuhan. Ketika suhu turun, dendrit mulai
tumbuh di bawah permukaan metastabil. Namun, dendrit yang berinti pada awal proses
pembekuan tumbuh jauh lebih besar daripada dendrit yang mulai terbentuk pada tahap-tahap
selanjutnya dari pembekuan. Akibatnya, besi akan memiliki karbida eutektik yang sangat
besar dikelilingi oleh segelintir karbida eutektik yang lebih kecil. Oleh karena itu, tujuan
inokulasi adalah untuk memperkenalkan partikel-partikel yang dipadatkan ke dalam lelehan,
untuk menyediakan sejumlah besar nukleus yang menarik, seperti pertumbuhan yang terjadi
di seluruh cairan pada saat yang sama.
Dalam menarik kesimpulan dari karya Rickard, bisa dikatakan bahwa TiC bertindak sebagai
nuklean pada fasa ferit. Sebagai besi hipoeutektik mendingin dan mendekati permukaan
cairan, partikel TiC padat menyediakan banyak situs untuk ferit berinti dan tumbuh.
Pertumbuhan kemudian terjadi di banyak situs dan semuanya arah, menghasilkan banyak
butiran kecil.

BAB III
AR HEAT TREATMENT

1.Tempering ; Tempering biasanya dilakukan pada 225-275°C. Tempering pada temperatur rendah
membuat martensit kurang getas dan sedikit menambah kekerasan. tetapi meningkatkan ketahanan
terhadap beban impak.
2. Double Tempering ; Pertama dilakuan pada temperatur 450°C kemudian diikuti dengan
pendinginan oleh udara dan ditempering lagi pada 275°C. Dua langkah ini mengurangi kekerasan
namun menambahkan ketahan terhadap beban impak.
3. Quenching dan tempering ; dilakukan heat treatment pada temperatur 750-850°C diikuti
dengan pendinginan perlahan dan tempering dengan suhu rendah hal ini dapat memaksimalkan
kekerasan dan ketahan abrasi.
Adapun proses perlakuan panas yang direkomendasikan adalah sebagai berikut:
• High-Temperature Heat Treatment
Hardening yang dilakukan pada Kelas I tipe D, Ni-hard 4 dilakukan superkritikal perlakuan panas
ketika kekerasan ascast tidak mencukupi. Perlakuan panas austenisasi biasanya dilakukan di
temperatur 750-790°C dengan ditahan selama 8 jam. Udara pada pendinginan tungku tidak lebih
dari 30°C, kemudian diikuti dengan tempering, hal ini biasa dilakukan untuk menambahkan
kekerasan.
• Refrigeration Treatment
Untuk mencapai kekerasan 550 HB, dibutuhkan as cast yang memiliki mikrostruktur austenit-
martensit dengan kandungan martensit 60%. ketika martensit bertambah hingga 80-90%, kekerasan
akan bertambah hingga 650HB. Untuk mengurangi pembentukan austenit perlakuan deep-freeze
biasanya digunakan. Pendingan dilakukan ditemperatur -70 sampai -180°C selama 30 menit hingga
1 jam biasanya akan meningkatkan kekerasan hingga 100 HB. Perlakuan subsequent tempering
biasanya dilakukan dan direkomendasikan setelah melakukan perlakuan refrigerasi.
• Tempering Treatment
Semua benda Ni-Cr white iron diberikan perlakuan tempering karena as cast benda memiliki
struktur martensit. Tempering dilakukan diantara 205 - 260°C selama kurang lebih 4 jam.
Tempering pada martensit bertujuan menghilangkan tegangan sisa, menambahkan kekuatan dan
beban impak hingga 50-80%. Perlakuan ini tidak mengurangi kekerasan atau ketahanan abrasi.
• Subcritical Heat Treatment
Penyestabilan ulang austenit pada Ni-Cr, Nihard 1 dan 2 (ASTM A 532 kelas IA and IB). Perlakuan
panas subkritis bekerja di antara daerah transformasi perlit dan bainit. ketika ditahan pada
temperatur antara 425-475°C, struktur yang terbentuk setelah di destabilisasi yang paling dominan
adalah austenit, karbida terpresipitasi seperti penipisan C yang terlarut di austenit, menaikkan suhu
Ms dan setelah pendinginan bertransformasi menjadi mikrostruktur martensitik yang lebih memiliki
kekerasan tinggi. Jumlah waktu pada suhu untuk mencapai kekerasan maksimum (destabilisasi)
ditentukan untuk satu paduan menjadi 10 hingga 20 jam
• Annealing Treatment
Pengecoran dapat dianealing untuk membuat mereka lebih mudah diproses mesin, baik dengan
anealing subkritis atau anealing penuh. Annealing subkritis dilakukan dengan pearlitizing, melalui
perendaman dalam kisaran sempit antara 690 dan 705°C (1274 dan 1301F) untuk waktu yang lama
(tergantung pada paduan). Pelunakan subkritis akan menghasilkan kekerasan pada kisaran 400
hingga 450 HB.
• Stress-Relief Treatment
Temperatur rendah, dalam kisaran 205 hingga 235°C (401 hingga 455F), sangat diinginkan karena
perbaikan substansial (20%) dalam ketangguhan retak terjadi ketika temper fase martensit.
Tempering pada suhu cukup untuk meredakan tegangan secara signifikan, yaitu di atas 565°C
(1050F), dapat secara bertahap mengurangi ketahanan abrasi. Oleh karena itu, jauh lebih diinginkan
untuk meminimalkan pengembangan tegangan pendinginan dan tegangan transformasional melalui
pendinginan lambat dari 482°C (900F) ke suhu lingkungan. Hal ini dicapai dengan pendinginan
yang lambat dan terkendali untuk meminimalkan gradien suhu dan transformasi diferensial dalam
pengecoran.
BAB IV
ALLOYING UNTUK MENINGKATKAN KEKERASAN

Hardenability merupakan pertimbangan utama dalam menentukan pemilihan komposisi AR Cast


Iron. Matriks AR Cast Iron terdiri dari berbagi macam penyusun seperti austenit, perlit, bainit dan
martensit. Martensit adalah mikrokonstituen yang paling keras. Perlit, bainit dan martensit terbentuk
dari transformasi austenite saat proses pendinginan dibawah temperature kritis (A1).
Kekerasan maksimum tercapai saat mikrostrukturnya adalah full martensit. Perlit terbentuk saat
dibawah temperature kritis, bainit terbentuk pada temperature antara 204-407 ⁰C dan martensit
umumnya terbentuk pada temperature dibawah 204 ⁰C. Pembentukan perlit atau bainit dari austenit
adalah proses pembentukan inti dan butiran melalui difusi yang membutuhkan waktu tertentu sehingga
proses tersebut juga dikenal sebagai reaksi yang bergantutng pada waktu. Sedangkan, pembentukan
martensit tidak bergantung terhadap waktu karena melalui mekanisme pembentukan yang berbeda
dibandingkan perlit dan bainit. Indicator besi cor dapat dikeraskan ditentukan dengan jumlah martensit
yang terbentuk baik saat as-cast maupun setelah proses heat treatment.
Penambahan paduan dilakukan untuk menambah waktu yang dibutuhkan untuk pengintian dan
pembentukan perlit. Sehingga pada laju pendinginan yang sangat lambat terbentuknya perlit dapat
dihindari dan didapatkan struktur martensit, bahkan pada bagian yang tebal dengan menggunakan
pengerasan udara sekalipun. Unsur paduan yang umumnya digunakan pada AR cast iron untuk
meningkatkan hardenability adalah khrom, nikel, mangan, molybdenum dan tembaga. Penambahan
paduan yang menurunkan kelarutan karbon pada austenite seperti silicon dapat menurunkan
kemampuan pengerasan.
Hardenability berhubungan dengan presentase kandungan paduan dan karbon. Besi dengan rasio
Cr:C lebih tinggi memiliki kandungan Cr yang lebih tinggi pada matriks logam sehingga kemampuan
pengerasannya lebih tinggi. C dan Cr dari destabilisasi austenite (pengendapan karbida) menurunkan
hardenability. Hasilnya, penurunan temperature austenitasi menghasilkan hardenability yang rendah.
Pembentukan martensit terjadi pada temperature yang cukup luas, pada beberapa paduan
temperatur Ms sangat dekat dengan temperature kamar. Sehingga pada kondisi as cast terbentuk sedikit
martensit dengan jumlah rest austenite yang banyak pada temperature ruangan. Sesungguhnya seluruh
paduan menurunkan temperature Ms tetapi unsur karbon adalah yang terkuat. Penurunan temperature
Ms dapat diketahui dengan menggunakan persamaan (Andrews, 1965).

Ms (⁰C ) = 539 -423(%C) -30.4(%Mn) -12.l(%Cr) -17.7(%Ni) -7.5(%Mo)

Mikrostruktur as-cast NiHard yang umumnya diinginkan adalah martensit atau austenite-
martensit. Pada kandungan Cr atau Cr-Mo yang tinggi, struktur as-cast yang sering diinginkan adalah
perlit dengan variasi full perlitic atau perlit dengan sejumlah austenite-martensit. Struktur perlit
memungkinkan tegangan yang rendah dan kemungkinan crack yang kecil.
Pada NiHard kandungan nikel harus sesuai dengan ketebalan benda. Ni dibutuhkan untuk
menghindari terbentuknya perlit dan bainit. Ni menghasilkan sejumlah rest austenite, sedikit martensit
sehingga menurunkan kekerasan secara keseluruhan. Penambahan Mo bertujuan untuk meningkatkan
hardenability. Pembentukan austenite meningkat pada kandungan C yang tinggi. Keseimbangan Ni, Cr
dan Si sangat penting untuk mencegah terbentuknya grafit.
Kondisi as-cast asutenitik/martensitic bertujuan untuk menghindari kemungkinan distorsi dan
crack saat proses heat treatment. Pada mikrostruktur as-cast asutenitik/martensitic paduan hipoeutektik
selalu terjadi pembentukan dendrit austenite yang diikuti oleh pembentukan eutektik austenite dan
karbida M7C3 Cr. Sub-critical annealing dilakukan untuk menurunkan jumlah austenite dan
meningkatkan kekerasan dan ketangguhan.
Untuk mencapai kekerasan dan ketahanan abrasive maksimum pada AR cast iron, struktur
martensit yang terbentuk harus berasal dari heat treatment seluruhnya. Khrom, nikel, tembaga, mangan
dan molybdenum digunakan untuk memperlambat transformasi perlit saat proses heat treatment. Laju
pendinginan cepat sebaiknya tidak digunakan karena dapat menyebabkan crack akibat temperature
tinggi atau transformasi tegangan. Sehingga paduan harus memiliki hardenability yang cukup untuk
pengerasan udara. Mangan, nikel, dan tembaga akan menurunkan temperature Ms dan memperbanyak
rest austenite dimana menurunkan ketahanan abrasive dan retak. Karena nikel dan tembaga
memperbanyak rest austenite, kombinasi penggunaannya maksimalnya dibatasi pada 1,2%.
Penggunaan mangan yang memiliki efek serupa juga dibatasi pada 1.0%. Tabel dibawah merupakan
panduan komposisi casting untuk air hardening setelah proses heat treatment pada ketebalan yang
berbeda-beda.
BAB V
Morfologi, Mikrostruktur dan Sifatnya

Morfologi Karbida M3C

Karbida M3C terdapat pada besi pearlitic dan di sebagian besar Ni-Hards, dengan paduan utama
hingga 5% Cr dan 1,5% Ni. Karbida M3C memiliki kelarutan besar terhadap Mn, jika 1% Mn
ditambahkan maka 1% Mn akan hadir dalam karbida. Cr bisa juga larut ke dalam karbida M3C hingga
17%. Mo, V dan atom logam lainnya memiliki kelarutan terbatas dalam karbida M3C. Kandungan
karbonnya 6.7 - 6.9 %, masa jenis 7.4-7.6 gr/cm3, cristal yang terbentuk orthorombic, morfologi seperti
piring, energi gibs 1-10 Kj/mole, dan kekerasan 800-1100 DPH.
Kekerasan karbida M3C menunjukkan kekerasan yang paling lunak dari karbida, memiliki
kisaran kekerasan 800-1000 DPH. (Hanya karbida posphite Fe3P lebih lunak, memiliki kekerasan
sekitar 500 DPH.) Yang membuat karbida M3C luar biasa adalah kemampuannya Karbida terbentuk
dalam jumlah besar. Sebagai contoh, adalah besi pearlitic dan Ni-Hard I dari besi Abrasion Resistant
yang mengandung hingga 40% fraksi volume karbida (CVF). Dengan demikian. CVF tinggi, M 3C
carbide mendominasi ketahanan abrasi besi.

Morfologi Karbida M7C3


Pada karbida M7C3 Mayoritas paduan utamanya adalah Cr, namun konten Cr bisa bervariasi
dari 24 hingga 50%. Karbida ini juga bisa mengandung Mo (<7%) dan V (< 30. Kandungan karbonnya
8.6-8.9%, masa jenis 6.6-6.9 gr/cm3, kristal yang terbentuk trigonal (pseudohexsagonal), morfologi
berbentuk seperti batang dan bilah-bilah (pisau), kekerasan 1000-1800 DPH, dan energi gibs -1s/d -20
Kj/mole.
Morfologi Karbida M23C6
Kekerasan dari karbida M23C6 lebih rendah dari pada M7C3 karbida tetapi sedikit lebih tinggi
dari karbida M3C. Berdasarkan energi Bebas Gibbs diharapkan stabilitas kimia dari M23C6 karbida
akan lebih rendah dari karbida M7C3. untuk konten Cr yang lebih tinggi, karbida M23C6 kurang reaktif
lingkungan oksidasi dari karbida M7C3.
Mayoritas Cr dengan batas bawah sekitar Kelarutan unsur-unsur lain diasumsikan untuk
mengikuti tipe M7Ca dan M3C, misalnya W <10%, Mo <10% dan V <10%. Kandungan karbon 5.3-
5.7%, masa jenis 7.2 -7.7 gr/cm3, kristal yang terbentuk komplek FCC (tipe D 84), morfologi berbentuk
seperti batang, kekerasan 1000 DPH, dan energi gibs -8 s/d -15 Kj/mole.

Morfologi Karbida Mo2C


Pada besi yang memiliki beberapa persen Mo, biasanya akan membentuk karbida dibatas butir
austenit.Kandungan karbon 5.9%, masa jenis 9.1 gr/cm3, kristal yang terbentuk orthorombic, morfologi
berbentuk seperti pisau, kekerasan 1500-1800 DPH, dan energi gibs -25 s/d -30 Kj/mole.
Kekerasan karbida MO2C bervariasi dari 1500 hingga 1800 DPH. Karena mereka terbentuk
sebagai karbida interdendritik yang sangat halus dan di sebagian besar besi hadir dalam jumlah trace
(<1% karbida fraksi volume), efeknya pada kekerasan dan keausan besisifat dapat diabaikan..
Morfologi karbida MC (VC)
Karbida Vanadium hanya muncul sebagai karbida campuran, seperti M3C dan M7C3. Karbida
MC eutektik memiliki ketahanan abrasi yang sangat baik dan ketangguhan yang baik pula. Hal ini
dikarenakan bentuk dari karbida yang berupa tangkai yang tipis serta terputus-putus (discrete) yang
tumbuh dari tengah titik pengintian (nucleation).
Karbida MC memiliki kekerasan bervariasi dari 2000-3000 DPH. Besarnya kekerasan
dipengaruhi oleh komposisi dan kondisi dari karbida itu sendiri, kekerasannya dapat mendekati karbida
titanium.
Karbida MC dapat dengan mudah teroksidasi dengan udara dan mudah terkorosi oleh HNO3,
H2SO4 dan HclO4 akan tetapi relatif tahan terhadap HCL.

Morfologi karbida NbC


Karbida ini termasuk karbida yang jarang terbentuk pada besi cor tahan abrasi. Karbida
Niobium (NbC) hanya terbentuk pada bentuk yang murni. Kelarutan Niobium relatif kecil bahkan
hampir tidak ada terhadap fasa lain pada besi cor tahan abrasi yaitu Fe-γ, M7C3, M3C.
Ketika Nb ditambahkan pada besi cor sebesar 0,6%, Nb akan membentuk karbida yang tipis,
berbentuk seperti kelompok bunga ditengah dendrit austenit. Ketika Nb diatas 1%, maka NbC akan
membentuk blok karbida dan kompak secara primer.
Kekerasan NbC berkisar antara 2000-2500 DPH.
Karbida NbC sangatlah stabil. Kebanyak asam tidak dapat melarutkan NbC (bahkan aqua regia
yang menididih tidak dapat melarutkan NbC). Akan tetapi, campuran dari HNO3 dan HF dapat
memecah Nb. Karbida ini juga relatif tahan oksidasi, akan teroksidasi hanya pada temperatur diatas
1100oC.

Morfologi Karbida TiC.


TiC adalah karbida paling keras. Pada besi cor abrasif, Ti kadang ditambahkan sebagai
inokulan. TiC akan membentuk partikel kubus kecil dari TiC pada besi cor cair. Sehingga saat besi
mulai membeku, partikel kecil ini menjadi inti pembekuan untuk austenit dan untuk pertumbuhan
karbida.
Kekerasan karbida TiC mencapai 3100 DPH. Akan tetapi kekerasan yang biasa tercapai adalah
2500-2900 DPH.
Karbida titanium sangat stabil dan tahan terhadap kebanyakan jenis asam. Campuran HNO 3+
HCI or HNO3+ H2SO dapat melarutkan Karbida Titanium setelah direndam sekitar 24 jam.

Grafit sebagai unsur utama


Walaupun grafit bukanlah unsur utama pada besi cor tahan abrasif, akan tetapi grafit memiliki
manfaat pada aplikasi pada material yang memerlukan ketahanan abrasif dan thermal shock yang baik.
Dalam hal thermal shock, keberadaan sedikit grafit lamelar dapat berfungsi sebagai penahan pemuaian
karena grafit sendiri secara kekuatan hanya dianggap sebagai rongga kosong,f sehingga besi dapat
menyerap panas dan menghindari crack. Keberadaan grafit dapat meningkatkan ketangguhan besi cor
tahan abrasif terutama grafit bulat, akan tetapi menurunkan ketahanan abrasif nya.

Morfologi Austenit
Austenit adalah fasa pertama yang terbentuk pada semua spesifikasi ASTM besi cor tahan
abrasi. Pada keadaan beku, dendrit aurtenit membentuk kristal FCC (face centered cubic).
Kekerasan dari rest Austenite pada besi cor tahan abrasi bervariasi dari 250-500 DPH. Variasi
ini bergantung pada beberapa faktor. Contohnya kekerasan pada austenite dengan paduan rengah antara
250-350 DPH dan paduan tinggi sekitar 300-600 DPH. Variasi ini merupakan fungsi dari besarnya
paduan (terutama karbon) dan dikarenakan oleh metastabil alami dari rest austenite pada temperatur
ruangan.
Stabilitas kimia dari low-Cr austenite tidak spesial seperti halnya baja normal. Austenite dapat
terkorosi dengan mudah oleh berbagai jenis asam seperti HNO3 dan HCL dan mudah terkorosi pada
lingkungan dengan kelembaban tinggi. Hal ini sangat berbanding terbalik dengan high-Cr austenite.

Morfologi Ferit
Dengan kadar karbon rendah dan krom yang tinggi fasa pertama yang terbentuk pada besi
hypoeutektik adalah ferit. Ferit memiliki kemampuan melarutkan karbon yang sangat rendah yaitu
maksimum 0,18% pada temperatur 1496oC an 0,00005% di temperatur kamar, ini dikarenakan ruang
bebas pada struktur BCC sangatlah kecil.
Pada temperatur tinggi, Cr memperluas kemampuan BCC untuk melarutkan karbon. Pada ferit
atom Cr mensubstusi atom-atom pada BCC. Pada temperatur ruangan, dimungkinkan memiliki 2%
karbon, dengan 30% Cr maka besi cor tahan abrasi memiliki struktur yang terdiri dari ferit dan karbida
M7C3. Kekerasan ferit berkisaar antara 215-170 DPH. Dengan kekerasan sebesar ini ferit merupakan
fasa yang paling lunak.
Morfologi Martensit
Besi cor tahan abrasi dapat memiliki struktur ferit atau austenit di suhu ruangan dalam kondisi
as-cast, tetapi tidak untuk martensit. Tetapi masih mungkin terjadi apabila besi cor dengan struktur
austenit mengalami pendinginan dengan cepat setelah dicor.
Martensit terbentuk karena transformasi austenite dengan struktur FCC terhambat yang
seharusnya ferit BCC menjadi BCT. Struktur BCT mirip dengan BCC hanya saja berbeda pada
ketinggian ruasnya. Morfologi dari martensit seperti bilah-bilah acak.
Kekerasan martensit berbantung pada banyaknya struktur BCT yang terdistorsi, sehingga
kandungan karbon pada struktur martensit mempengaruhi kekerasannya. Struktur martensit bukanlah
struktrur yang stabil pada material berbasis ferro. Martensit dapat didekomposisi menjadi ferit ataupun
karbida. Proses dekomposisi ini dapat diakselerasi dengan penambahan temperatur. Penambahan
temperatur untuk mempercepat dekomposisi ini disebut dengan tempering. Tempering juga berfungsi
untuk menghilangkan tegangan sisa dari martensit.

Morfologi Fasa nanocomposite


Perlit dan bainit biasanya dikategorikan sebagai satu fasa. Sebenarnya ini adalah
nanocomposite dari ferrite dan M3C.

Morfologi Perlit
Morfologi perlit terdiri dari lapisan-lapisan dari karbida dan ferit. Jarak antara layer di kontrol
oleh hubungan yang kompleks antara paduan dan temperatur. Berikut adalah hal yang mempengaruhi
jarak layer:
- Karena jarak antara karbida di kendalikan oleh difusi karbon, temperatur memiliki efek
dominan terhadapp morfologi perlit
- Secara umum, struktru perlit kasar terbentuk pada temperatur yang tinggi, dimana struktur
perlit yang lebih halus pada temperatur yang rendah
- Elemen paduan seperti Cr, Ni, Mo dan Mn, berperan untuk menghaluskan butiran perlit
karena memiliki efek sebagai inti pertumbuhan perlit.
Kekerasan perlit berkisar antara 250-450 DPH. Stabilitas kimia dari perlit tergantung dari ferrit
dan karbida penyusunnya.

Morfologi Bainit
Bainit adalah nanocomposite lainnya dari ferit dan karbida. Bainit dapat terbentuk pada
temperatur antara pembentukan perlite dan martensit. Karakteristik bainit mendekati martensit dan
perlit. Ada dua jenis bainit yaitu upper bainite dan lower bainite. Lower bainite memiliki struktur yang
lebih kasar. Transformasi dari austenite ke bainit menyebabkan pemuaian sekitar 3%. Morfologi bainit
menyerupai martensit, secara morfologi sangat sulit untuk membedakan keduanya.
Kekerasan bainit sangat bervariasi tergantng pada temperatur transformasi dan banyaknya
kandungan C pada austenit. Berdasarkan hal ini kekerasannya sulit untuk diperkirakan. Secara kimiawi,
bainit mudah terkorosi oleh kebanyakan jenis asam seperti martensit.

Metallic Matrix Microstructures


Kategori Karbida M3C Eutectic
Berdasarkan matriks fasanya, besi diklasifikasikan sebagai pearlitik atau Ni-Hard. Matriks
metalik dari Ni-Hard 1 dan 2 adalah campuran dari austenit dan martensit. Proporsi dari austenit dan
martensit adalah fungsi dari paduan kimia dan cooling rate. Berikut adalah besi cor yang memiliki
karbida M3C.
1. Pearlitic AR Cast Iron
Untuk memahami besi cor tahan abrasi, maka harus
memahami bagaimana karbida dan matriks terbentuk pada
besi cor secara keseluruhan. Karbida harus selalu sebagai
fasa yang terpisah. Pada pearlitic AR cast irons, perlakuan
panas biasanya hanya sebagai stress relief, jarang bertujuan
untuk mengubah mikro struktur. Salah satu cara untuk
mengubah sifat mekaniknya adalah dengan mengubah
Carbide Volume Fraction (CVF). Berikut adalah hubungan
antara CVF dengan sifat mekanik.
2. Ni-Hard 1 dan Ni-Hard 2
Walaupun Ni-Hard 1 dan 2 adalah jenis besi yang digunakan
pada keadaan as-cast atau as-cast dan tempered state,
matriks mikro strukturnya bervariasi berdasarkan
perubahan komposisi kimia dan cooling rate-nya. Karbida
M3C eutektik tetap terbentuk secara inert ketika matriks
metalik berubah dari austenit ke campuran austenit dan
martensit dan jika paduan kimia nya sangat rendah
contohnya Ni terlalu rendah dan cooling rate-nya lambat
maka akan terbentuk perlit.
Mikro struktur Ni-Hard 1 merupakan campuran dari karbida
M3C, martensit dan austenit.
Dengan kandungan karbon yang relatif tinggi, maka
martensit akan cenderung berbentuk plat dan lenticular
dibanding bilah-bilah.
Kekerasan dari Ni-Hard 1 dan 2 sangat bervariasi dan
merupakan fungsi dari paduan CVF. Karena CVF
ditentukan dari kandungan karbon.
Selain ditentuka oleh mikrostrukturya, variasi
Gambar Pengaruh CVF pada sifat mekanik kekerasan pada Ni-Hard 1 dan 2 ditentukan juga oleh
pada pearlitic AR cast iron morfologi dari karbidanya. Sebagai contoh, jika kekerasan
diukur pada bagian permukaan dari coran yang kecil maka
kemungkinan bagian tersebut memiliki karakteristik chilled
iron, akan tetapi apabila pengujian diukur jauh dari permukaan maka karbida akan lebih
besar dan lebih discrete. Kedua posisi ini akan menunjukan hasil yang berbeda dimana
kekerasan yang tinggi cenderung berada pada mikrostruktur yang halus.
Salah satu cara untuk membuat karbida pada Ni-Hard 1 dan 2 menjadi discrete adalah
dengan menambahkan Si. Dengan karbida discrete maka akan didapat material yang lebih
tangguh dan lebih tahan abrasi.
Tabel mikrostruktur dan sifat mekanik Ni-Hard 1
Morfologi karbida dan sifat-sifatnya terangkum dalam tabel berikut:
Tabel Morfologi dan Sifat Karbida
Berikut adalah tabel berisikan karbida-karbida yang ditemukan pada mikrostruktur AR cast iron

No Nama Struktur Mikro Penjelasan


1 M3C  Memiliki berat jenis 7.4-7.6 g/cm3
 Memiliki 6.7-6.9 %C
 Kristalnya orthorhombic
 Morfologinya berbentuk pipih
 Kekerasannya 800-1100 DPH
 Didominasi oleh unsure Fe, pada
Ni-Hard memiliki Cr hingga 5%
dan 1.5% Ni
 M3C memiliki kelarutan Mn yang
tinggi, sehingga jika dilakukan
penambahan Mn sebesar 1% maka
pada karbida akan muncul Mn
sebesar 1%
 Unsure Cr dapat larut pada M3C
hingga 17%
 M3C memiliki kelarutan yang
terbatas untuk unsur logam lain
seperti Mo & V
2 M7C3  Memiliki berat jenis 7.4-7.6 g/cm3
 Memiliki 8.6-8.9 %C
 Kristalnya trigonal (pseudo-
Hexagonal)
 Morfologinya berbentuk batang
dan tajam
 Kekerasannya 1000-1800 DPH
 Didominasi oleh unsure Cr,
kandungannya bervariasi dari 24
hingga 50%
 M7C3 memiliki kelarutan yang
mirip dengan M3C
 Karbida dapat mengandung unsure
Mo (< 7%) dan V (< 30%)

3 M23C6  Memiliki berat jenis 7.2-7.7 g/cm3


 Memiliki 5.3-5.7 %C
 Kristalnya FCC kompleks (tipe
D8)
 Morfologinya berbentuk batang
 Kekerasannya 1000 DPH
 Didominasi oleh unsure Cr,
kandungannya berkisar 60%
 M23C6 memiliki kelarutan yang
mirip dengan M3C dan M7C3
 Karbida dapat mengandung unsure
W (< 10%), Mo (< 10%) dan V (<
10%)
4 Mo2C  Memiliki berat jenis 9.1 g/cm3
 Memiliki 5.6-7.6 %C
 Kristalnya FCC kompleks (tipe
B1)
 Morfologinya berbentuk pisau
 Kekerasannya 1500-1800 DPH
 Akan muncul pada batas butir
austenite di besi dengan beberapa
persen Mo
 Diasumsikan membentuk karbida
murni tetapi dipercaya
mengandung Cr pada besi cor
High-Cr
 Karbida dapat mengandung unsure
W (< 10%), Mo (< 10%) dan V (<
10%)
5 MC (VC)  Memiliki berat jenis 5.6-7.0 g/cm3
 Memiliki 17-20 %C
 Kristalnya FCC kompleks (tipe
B1)
 Morfologinya berbentuk batang
 Kekerasannya 2000-3000 DPH
 Hanya muncul pada karbida
eutektik dengan unsure paduan
lebih dari 4.5%. Pada paduan
rendah akan terbentuk pada
keluarga karbida MxCy
 Karbida V yang terbentuk pada
besi dengan Cr diatas 20%, dengan
Cr larut da;am karbidanya
6 NbC  Memiliki berat jenis 7.8 g/cm3
 Memiliki 11 %C
 Kristalnya FCC kompleks (tipe
B1)
 Morfologinya berbentuk koral
 Kekerasannya 2000-2500 DPH
 Kelarutan unsure lain sangat
terbatas, dengan kata lain hanya
mengandung karbida niobium
pada struktur kristalnya
 Karbida V yang terbentuk pada
besi dengan Cr diatas 20%, dengan
Cr larut dalam karbidanya
7 TiC  Memiliki berat jenis 4.9 g/cm3
 Memiliki 20 %C
 Kristalnya FCC kompleks (tipe
B1)
 Morfologinya berbentuk kotak
chunky
 Kekerasannya 2000-3100 DPH
 Karbida TiC hanya membentuk
karbida murni tanpa campuran
karbida lain

Aplikasi material AR cast iron


Berikut adalah tabel contoh-contoh aplikasi material AR cast iron pada dunia nyata

Jenis AR cast iron Contoh Benda

Chilled/Perlitic cast iron

Mill Rolle Camshaft


Ni-Hard/Ni-Cr cast iron

Insert Ni-hard pada Nut konvensional Mixer Blade


Ni-Hard 4

Rolls untuk Pembangkit Listrik Roller Crusher


High-Cr

Liner Grinding Cement Crusher Sand Lump

Anda mungkin juga menyukai