Anda di halaman 1dari 5

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IX SMPN 1


KEPENUHAN HULU

Juniza*), Arcat1), Hardianto 2)


1&2)
Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pasir Pengaraian

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Think
Pair Share terhadap hasil belajar matematika. Jenis penelitian adalah quasi eksperimen, yang populasi nya
adalah kelas IX SMPN 1 Kepenuhan Hulu. Teknik pengambilan sampel digunakan teknik sampel jenuh yang
artinya populasi sekaligus dijadikan sampel. Kelas sampel terdiri dari kelas eksperimen dan kelas control,
dimana kelas eksperimen diterapkan model pembelajaran TPS sedangkan kelas control diterapkan model
pembelajaran konvensional. Instrumen yang digunakan berupa tes essay. Analisis data menggunakan uji-t,
diperoleh thitung = 2,174 sedangkan ttabel = 2,026 pada taraf nyata 5% maka dapat disimpulkan thitung ttabel, berarti
disimpulkan hipotesis diterima.

Kata Kunci : Think Pair Share, pengaruh dan hasil belajar.

ABSTRACT

This research aims to determine whether there was an effect Think Pair Share cooperative learning model for
mathematics learning outcomes. This type of research is a quasi-experimental, the population it is a class IX
Junior high school 1 Kepenuhan Hulu. The sampling technique used is saturated sample technique, which
means the population as well as the sample. Grade sample consisted of experimental class and control class,
which applied the experimental class learning model TPS while the control class applied conventional learning
model. Instrument used instrument test is test essay. and the done hypothesis testing used t test its calculation
results obtained t = 2.174 and table = 2.026 which means t hitung > t table at 5% significance level, the
hypothesis is accepted.

Keywords : Think Pair Share, influence and learning outcomes.

PENDAHULUAN penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu


sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan-
Mata pelajaran matematika merupakan ilmu hubungan.
universal yang diajarkan dalam setiap jenjang Risnawati (2008:12) Peraturan Menteri
pendidikan dan mendasari perkembangan teknologi Pendididkan Nasional RI Nomor 22 tahun 2006
modern, mempunyai peran penting dalam berbagai dalam tujuan pembelajaran matematika adalah :
disiplin dan memajukan daya pikir manusia. 1. Memahami konsep matem atika, menjelaskan
Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan
dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh konsep atau logaritma, secara luwes, efisien,
perkembangan matematika. Oleh karena itu dan tepat, dalam pemecahan masalah.
matematika dijadikan sebagai mata pelajaran yang 2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat,
harus dipelajari siswa di setiap jenjang pendidikan, melakukan manipulasi matematika dalam
terutama pendidikan dasar dan menengah. membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
Menurut Risnawati (2008:2) matematika menjelaskan gagasan dan pertanyaan
adalah suatu cara untuk menemukan jawaban matematika.
terhadap masalah yang dihadapi manusia yaitu cara 3. Memecahkan masalah yang meliputi
menggunakan informasi, menggunakan tentang kemampuan memahami masalah, merancang
bentuk dan ukuran, menghitung dan yang paling

*Hp. 082139785591
e-mail. Yuniza91@yahoo.com
model matematika, menyelesaikan model dan Pada tabel 1 terlihat bahwa siswa kelas IX
menafsirkan solusi yang diperoleh. SMPN 1 Kepenuhan Hulu masih banyak siswa
4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal
table, diagram, atau media lain untuk (KKM) yang ditetapkan sekolah untuk kelas IX
memperjelas keadaan atau masalah. yaitu 75. Hal ini menunjukan masih banyak siswa
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan yang belum menguasai materi pelajaran
matematika dalam kehidupan, memiliki rasa matematika.
ingin tahu, perhatian, dan minat dalam Permasalahan yang terjadi pada siswa kelas
mempelajari matematika, serta sikap ulet dan IX SMPN 1 Kepenuhan Hulu tersebut, maka guru
percaya diri dalam pemecahan masalah. sebagai salah satu komponen utama dalam
Mengingat pentingnya tujuan pembelajaran pembelajaran yang diharapkan mampu
matematika, maka guru hendaknya mampu menciptakan kondisi yang merangsang siswa untuk
mendidik dan melatih siswa agar tujuan aktif dalam belajar. Oleh karena itu, perlu adanya
pembelajaran matematika dapat tercapai. Guru model pembelajaran yang bisa membuat siswa aktif
sangat berperan dalam mengembangkan potensi dalam pembelajaran dan bisa saling bekerja sama.
dan kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Untuk Kemampuan siswa yang heterogen dapat
memudahkan guru dalam melaksanakan dimanfaatkan untuk menciptakan suasana
peranannya, guru dapat menerapkan model pembelajaran yang memberi peluang untuk siswa
pembelajaran yang mampu meningkatkan hasil saling membantu dalam belajar. Model
belajar siswa. pembelajaran yang membuat siswa dapat
Berdasarkan observasi tanggal 21 sampai 25 memanfaatkan kemampuan yang ada adalah model
Januari 2014, pembelajaran matematika yang pembelajaran yang kooperatif. Menururt Trianto
berlangsung di SMPN 1 Kepenuhan Hulu masih (2011:58) Pembelajaran kooperatif merupakan
berpusat pada guru. Terlihat saat observasi guru sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibat
mengajarkan materi hanya dengan metode siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai
ceramah, Tanya jawab dan latihan, sehingga tujuan bersama. Pada pembelajaran kooperatif,
membuat siswa merasa bosan dan pasif. Hal ini siswa saling berinteraksi satu sama lain dan
terlihat dari siswa yang hanya mengerjakan tugas memiliki tujuan yang sama.
atau latihan yang diberikan guru, siswa yang pintar Pada penelitian ini peneliti menerapkan pada
yang sering tampil, sedangkan siswa yang lain materi Statistika. Peneliti mengamati pada hasil
hanya menyalin jawaban. Walaupun sudah diberi belajar siswa. Penelitian ini lakukan di sekolah
motivasi kepada setiap siswa yang tampil, namun SMPN 1 Kepenuhan Hulu pada kelas IX.
siswa tetap saja tidak mau bekerja mandiri dalam
mengerjakan latihan. Sebagian siswa tidak Model Pembelajaran Kooperatif
memperhatikan ketika guru sedang menerangkan Menurut Slavin (2005:103) menjelaskan
materi pelajaran. Mereka sering berbicara dengan bahwa pembelajaran kooperatif adalah solusi ideal
teman sebangku, serta mengerjakan tugas pelajaran terhadap masalah, yang menyediakan kesempatan
lain bahkan ribut. Selain itu pelajaran yang berinteraksi secara kooperatif dan tidak dangkal
berpusat pada guru mengakibatkan siswa kurang kepada para siswa dari latar belakang etnik yang
kreatif dan menurunkan semangat siswa dalam berbeda.
proses pembelajaran, sehingga mengurangi minat
belajar siswa dan menghambat proses pembelajaran Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think
matematika. Pair Share.
Data yang diperoleh di SMPN 1 Kepenuhan Model pembelajaran ini merupakan cara yang
Hulu terlihat bahwa hasil belajar matematika siswa efektif untuk mengubah pola diskusi di dalam
kelas IX masih tergolong rendah. Hal ini dapat kelas. Model pembelajaran koperatif tipe Think
diketahui dari Ulangan Harian II siswa kelas IX Pair Share memiliki prosedur ditetapkan secara
tahun pelajaran 2014/2015 masih di bawah Kriteria eksplisit memberikan waktu lebih banyak pada
Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan siswa tentang apa yang telah dijelaskan (berpikir,
sekolah yaitu 75, seperti terlihat pada tabel berikut: menjawab, dan saling membantu sama lain).
Tabel 1. Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Menurut Arends dalam Trianto (2011:132)
Siswa Pada Ulangan Harian IX Langkah-langkah dalam melaksanakan model
Pembelajaran Matematika di Kelas IX pembelajaran tipe Think Pair Share adalah sebagai
SMPN 1 Kepenuhan Hulu Tahun berikut:
Pelajaran 2013/2014. Langkah 1: berpikir (Thinking)
Jumlah Siswa Yang Tuntas Siswa Yang Tidak Tuntas Guru mengajukan pertanyaan atau masalah
No Kelas
Siswa Jumlah Persentase Jumlah Presentase yang dikaitkan dengan pelajaran dan meminta
1 IX1 20 9 45% 11 55% siswa menggunakan menggunakan waktu beberapa
2 IX2 19 5 26.32% 14 73.69%
menit untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah
Sumber: Guru Mata Pelajaran Matematika SMPN yang diajukan.
1 Kepenuhan Hulu.

*Hp. 082139785591
e-mail. Yuniza91@yahoo.com
Langkah 2: berpasangan (Pairing) Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan
Selanjutnya guru meminta siswa untuk untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran
berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah kooperatif tipe Think Pair Share terhadap hasil
mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang belajar matematika siswa kelas IX di SMPN 1
disediakan dapat meyatukan jawaban. Secara Kepenuhan Hulu tahun pembelajaran 2014/2015.
normal guru memberikan waktu tidak lebih 4 atau 5 Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
menit untuk berpasangan. 1. Bagi siswa: dapat meningkatkan hasil belajar,
Langkah 3: Berbagi (sharing) menambah pengalaman belajar yang
Pada langkah akhir, guru meminta pasangan- bermakna, meningkatkan aktifitas dalam
pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas belajar, serta melatih siswa untuk berpartisipasi
yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk aktif dalam kegiatan belajar.
berkeliling ruangan dari pasangan ke pasangan dan 2. Bagi guru: dapat menemukan alternative
melanjutkan sampai sebagian pasangan mendapat model/metode pembelajaran yang sesuai untuk
kesempatan untuk melaporkan. dapat meningkatkan hasil belajar siswa,
Adapun proses pembelajaran dengan Memberi acuan untuk mengatasi masalah-
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe masalah yang berkaitan dengan ketidak
Think Pair Share pada penelitian ini dimulai berhasilan pembelajaran, serta meningkatkan
dengan meneliti melakukan persiapan, dalam kualitas pembelajaran,
pelaksanaan kegiatannya terdiri dari tiga kegiatan 3. Bagi sekolah: Sebagai sarana untuk
yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan menemukan hambatan dan kelemahan
akhir. pembelajaran disekolah, Sebagai upaya untuk
Menurut Huda (2013) keunggulan model memperbaiki dan mengatasi masalah
pembelajaran Think Pair Share, sebagai berikut: pembelajaran yang dihadapi dikelas, Sebagai
(1) memotivasi siswa untuk bisa berfikir sendiri upaya untuk meningkatkan prestasi belajar
dengan materi yang disampaikan guru; (2) siswa sesuai dengan situasi dan kondisi
memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat sekolah, serta memberi masukan dalam rangka
berbagi dengan pasanganya dan mengutarakan pengebangan kurikulum sekolah.
hasil pemikiran mereka masing-masing; (3) dapat 4. Bagi penulis: Sebagai rujukan dalam rangka
meningkatkan kualitas kepribadian anak-anak menindak lanjuti penelitian ini dengan ruang
dalam hal bekerja sama, saling menghargai lingkup yang lebih luas serta menambah
pendapat orang lain, toleransi; (4) siswa dapat lebih pengetahuan dan memperluas wawasan tentang
mudah berinteraksi; (5) siswa dapat lebih pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share,
termotivasi untuk mendukung dan menunjukan serta hasil penelitian ini dapat meningkatkan
minat terhadap apa yang dipelajari pasangan. siswa hasil dalam proses pembelajaran.
lebih aktif dalam pembelajaran karena 5. Manfaat bagi peneliti selanjutnya: agar dapat
menyelasikan tugasnya dalam kelompok, dimana memperluas lebih dalam lagi tentang model-
tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang; (6) siswa model pembelajaran siswa yang akan diteliti.
memperoleh kesempatan untuk mempresentasikan
hasil diskusinya dengan seluruh siswa sehingga ide METODE PENELITIAN
yang ada menyebar; (7) memungkinkan guru untuk
lebih banyak memantau siswa dalam proses Penelitian ini telah dilaksanakan pada Bulan
pembelajaran. November 2014 di SMPN 1 Kepenuhan Hulu. Jenis
penelitian yang digunakan yaitu quasi eksperiment.
Pembelajaran Konvensional Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
Menurut Djamarah (2009:45) pembelajaran siswa kelas IX SMPN 1 Kepenuhan Hulu, yang
konvensional adalah metode pembelajaran berjumlah 39 orang dengan 2 kelas. Sampel
tradisional atau disebut juga dengan metode penelitian ini adalah siswa kelas IX1 (eksperiment)
ceramah, karena sejak dulu metode ini telah dan IX2 (kontrol) SMPN 1 Kepenuhan Hulu.
dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara Desain penelitian ini adalah Posttes–Only
guru dengan anak didik dalam proses belajar dan Control Design.
pembelajaran. Pembelajaran konvensionl Tabel 2. Posttest-only Control Group Design
merupakan pembelajaran pembelajaran yang biasa
dilakukan guru, yaitu berupa pembelajaran yang Kelompok Perlakuan Postes
berorientasi pada guru (teacher oriented) dimana
hamper seluruh pembelajaran itu didominasi oleh Eksperimen X O
guru. Menurut Eman dalam mella (2011: 20)
menjelaskan bahwa “dalam pembelajaran Kontrol - O
konvensional, guru mendominasi pembelajaran dan
guru senantiasa menjawab segera terhadap
Keterangan :
pertanyaan-pertanyaan siswa”
X : Pembelajaran dengan model TPS

*Hp. 082139785591
e-mail. Yuniza91@yahoo.com
O : Instrument post-test normalitas dengan menggunakan uji liliefors pada
taraf significant 0,05. Jika harga Lhitung < Ltabel,
Instrumen yang digunakan dalam Penelitian maka data berdistribusi normal. Dari perhitungan
ini adalah soal tes hasil belajar matematika siswa. diperoleh Lhitung Ulangan Haria untuk kedua kelas
Instrumen tes adalah instrumen yang digunakan bernilai lebih kecil dari Ltabel (Lhitung< Ltabel). Untuk
untuk penilaian kognitif siswa. Tes hasil belajar kelas eksperimen dengan nilai 0,11 < 0,19 dan
dilakukan untuk memperoleh data tentang hasil kelas kontrol dengan nilai 0,12 < 0,19. Dengan
belajar siswa dengan menggunakan model TPS demikian dapat disimpulkan bahwa data
berlangsung. Tes yang digunakan dalam penelitian berdistribusi normal. sedangkan untuk nilai posttest
ini betbentuk esay. untuk kedua kelas bernilai lebih kecil dari Ltabel
Teknik analisis data yang digunakan pada (Lhitung< Ltabel). Untuk kelas eksperimen dengan
penelitian adalah uji-t. Uji-t dilakukan setelah data nilai 0,125 < 0,195 dan kelas kontrol dengan nilai
berdistribusi normal dengan menggunakan uji 0,145 < 0,190. Dengan demikian dapat disimpulkan
Lilliefors. bahwa data berdistribusi normal. Data yang telah
Data yang telah berdistribusi normal, diuji berdistribusi normal, diuji homogenitasnya dengan
homogenitasnya dengan menguji varians kedua menguji varians kedua sampel. Dari uji
sampel (uji F) menurut (Sundayana, 2010: 145) homogenitas nilai Ulangan Harian didapat Fhitung =
dengan rumus: 1,052 dan Ftabel = 2,188, sedangkan untuk nilai
Fhitung = posttest didapat Fhitung = 1,255 dan Ftabel = 2,188.
Demikian jika dibandingkan antara Fhitung dengan
Kemudian dilanjutkan dengan uji kesamaan Ftabel maka kedua kelas memiliki nilai Fhitung lebih
rata-rata dengan rumus uji–t . Uji-t digunakan untu kecil dari Ftabel (Fhitung < Ftabel) dengan perolehan
k menentukan perubahan hasil belajar siswa antara 1,255 < 2,188, maka dapat disimpulkan bahwa data
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Menurut yang diperoleh memiliki varians yang homogen.
(Sundayana, 2010: 145) Uji-t menggunakan rumus: Kemudian dilanjutkan dengan uji kesamaan
̅̅̅ ̅̅̅ rata-rata dengan rumus uji–t. Uji-t digunakan untuk
menentukan perubahan hasil belajar siswa antara
√ kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan
hasil uji hipotesis di atas bahwa nilai postest kelas
eksperimen thitung =2,174 dan nilai ttabel =2,026,
HASIL DAN PEMBAHASAN maka diperoleh nilai thitung lebih besar dibandingkan
nilai ttabel pada taraf signifikan 5% dengan
Tabel 3. Jumlah siswa Berdasarkan KKM. demikian Ho tolak. Hasil pengujian hipotesis
Kelas N ̅ S2 S Xmax Xmin menunjukan bahwa model pembelajaran kooperatif
Eksperimen 20 80,05 221,418 14,880 98 45 tipe TPS lebih baik dari pada model konvensional,
hal ini disebabkan karena model pembelajaran
Kontrol 19 70,211 176,398 13,281 90 40 kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) melibatkan
Keterangan: aktivitas seluruh siswa, siswa bertanggung jawab
N = Jumlah siswa dalam proses pembelajaran, dan juga mengandung
̅ = Rata-rata nilai unsur berfikir-berpasangan-berbagi (Think-Pair-
S2 = Variansi Share) sehingga siswa lebih aktif dan tidak bosan
S = Simpangan baku dalam kegiatan belajar, siswa dalam kelompoknya
Xmax = Nilai Tertinggi saling membantu dan bekerja sama untuk mencari
Xmin = Nilai Terendah tugas atau soal yang diberikan sehingga siswa yang
Berdasarkan table 3 Terlihat bahwa rata- berkemampuan rendah juga bisa terbantu oleh
rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen siswa yang pintar. Sedangkan model konvensional
lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata hasil siswa hanya mendengarkan guru menjelaskan mata
belajar siswa pada kelas kontrol. Selain itu, pelajaran, sehingga siswa mudah bosan dan tidak
simpangan baku untuk kelas eksperimen lebih aktif.
kecil di bandingkan dengan simpangan kelas
kontrol. Hal ini mengidentifikasi kelas SIMPULAN
eksperimen lebih seragam bila dibandingkan Berdasarkan hasil penelitian dapat
dengan hasil belajar matematika pada kelas disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa
kontrol. yang menggunakan model pembelajaran
Sebelum menarik kesimpulan, data tes hasil kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) lebih baik
belajar siswa pada kedua kelas sampel dilakukan daripada pembelajaran konvensional pada siswa
analisis secara statistik. Sebelum uji hipotesis, kelas IX SMPN 1 Kepenuhan Hulu. Bedasarkan
terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian
homogenitas varians terhadap hasil belajar kedua dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:
kelas sampel tersebut. Setelah dilakukan uji

*Hp. 082139785591
e-mail. Yuniza91@yahoo.com
Bagi guru, pembelajaran kooperatif tipe Think SMP Negeri 27 Padang tahun Pelajaran
Pair Share merupakan salah satu alternative untuk 2011/2012. Skripsi.
memperbaiki hasil belajar metematika siswa. Novia, (2011). Penerapan model pembelajaran
Diharapkan pada guru SMPN 1 Kepenuhan Hulu kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)
dapat menemukan model pembelajaran yang sesuai untuk meningkatkan motivasi belajar
untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa. matematika di kelas VIII 2 Rao Kabupaten
Bagi peneliti selanjutnya, yang ingin Pasaman. Skiripsi.
melakukan penelitian yang relevan dengan Risnawati. (2008). Strategi Pembelajaran
penelitian ini, penelitian menyarankan untuk lebih Matematika. Pekanbaru: suska press
memperhatikan hubungan sosial siswa dalam
menbentuk kelompok. Sanjayato, W.(2013). Penelitian Pendidikan:
pernada media Group.

DAFTAR PUSTAKA Sudjana, N.(2004). Penilaian Hasil Belajar


Mengajar, Remaja Rusda Karya, Bandung
Arikunto, S.(2009). Dasar-Dasar Evaluasi
Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara. Sugiyono, (2009). Metode Penelitian Pendidikan,
Bandung: alfabeta.
Delvia, (2012). Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Think Pir Share (TPS) Sugiyono, (2011). Metode Penelitian Kuantitatif
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Siswa Kelas VI SDN 170 Pekan Baru. Sundayana, R.(2010). Statistika Penilitian
Skripsi. Pendidikan. Stikp Garat Press

Djamarah Dan Zain.(2006). Strategi Belajar Suyono. (2011). Belajar dan Pembelajaran.
Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Djamarah (2009). Stratesi Belajar Mengajar, Slavin, R. (2005). Cooperatif Learning Theory,
Rineka Cipta,Jakarta. Research and Practice. Bandung: Nusa
Media.
Huda, M. (2013). Model-model pengajaran dan
pembelajaran.Yokyakarta: Pustaka Trianto, (2011). Mendesain Model Pembelajaran
Pelajar Inovatif–Progresif. Jakarta: kencana.

Mulyasa, E. (2005). Menjadi Guru Professional, Taniredja, (2011). Model–Model Pembelajaran


Rosda karya, bandung Inovatif. Bandung : Alfabeta.

Mella, (2011). Penerapan Model Kooperatif Tipe


Think Pair Share (TPS) pada
Pembelajaran Matematika di Kelas VIII

*Hp. 082139785591
e-mail. Yuniza91@yahoo.com

Anda mungkin juga menyukai