Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Filum artropoda yang tersebar luas dan bermacam ragam, mengandung lebih banyak spesies daripada filum
lain yang termasuk alam binatang. Mereka merupakan anggota filum artropoda yang merupakan kumpulan
spesies terbesar di dalam dunia hewan. Lebih dari 900.000 spesies artropoda telah dikenal dan ribuan
lainnya masih belum diklasifikasikan.

Stadium dewasa dan stadium larva artropoda dapat merugikan manusia dengan cara peracunan,
menimbulkan gelembung, menghisap darah dan menginvasi jaringan; artropoda juga dapat menularkan
penyakit yang disebabkan bakteri, rickettsia, spriochaeta, virus, dan zooparasit. Jenis-jenis artropoda
tertentu penting artinya dari segi medis tikda hanya karena mampu menyebabkan kerusakan nektrotik,
kerusakan parah, dan alergi, tetapi karena beberapa di antaranya dapat berfungsi sebagai inang intermediet
bagi parasit, atau sebagai vektor mikroorganisme patogen. Vektor adalah suatu organisme, seperti misalnya
serangga, yang mengangkut pathogen. Vektor biologis ialah vektor yang merupakan tempat pathogen
melewatkan masa inkubasi atau perkembangannya.

Jika mempertimbangkan banyaknya orang yang terpengaruh dan jumlah kematian yang diakibatkannya,
maka pentingnya makhluk-makhluk hidup ini perlu ditekankan. Sebagai contoh, setiap tahunnya 150 juta
orang menderita sakit keras karena malaria, di Afrika lebih dari 1 juta anak meninggal setiap tahunnya
karena penyakit ini.

1.2 Rumusan Masalah

Apa yang dimaksud dengan artropoda sebagai inang dan sebagai vektor mikroba?

Bagaimanakah morfologi umum dari serangga dan hewan yang termasuk filum Arthropoda?

Bagaimanakah siklus hidup dari serangga dan hewan yang termasuk filum Arthropoda?

Bagaimana sifat parasit dari artropoda?

Bagaimana klasifikasi dari serangga dan hewan yang termasuk filum Arthropoda?
1.3 Tujuan Masalah

Untuk mengetahui artropoda sebagai inang dan sebagai vektor mikroba.

Untuk mengetahui morfologi umum dari serangga dan hewan yang termasuk filum Arthropoda.

Untuk mengetahui siklus hidup dari serangga dan hewan yang termasuk filum Arthropoda.

Untuk mengetahui sifat parasit dari artropoda.

Untuk mengetahui klasifikasi dari serangga dan hewan yang termasuk filum Artropoda.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Artropoda Sebagai Inang dan Sebagai Vektor Mikroba

Pada sebagian besar mikroorganisme yang menggunakan artropoda sebagai vektor telah dapat
menyesuaikan diri sedemikian baik dengan inangnya sehingga tidak membahayakan serta tidak merusak
jaringan. Kasus-kasus seperti ini maka pemindahsebaran mikroba ke manusia serta hewan terjadi secara
kebetulan, dan seringkali secara tidak sengaja menyebabkan terjadinya kelangsungan hidup spesies
mikroba yang bersangkutan.

Namun harus juga diingat bahwa ada banyak spesies mikroorganisme yang merupakan parasit normal pada
artropoda dan belum diketahui apakah dapat dipindahsebarkan kepada manusia atau vertebrata lainnya.

Sebagai vektor mikroorganisme, artropoda berfungsi semata-mata sebagai vektor mekanis sarana
etiologis belaka. Lalat rumah, Musca domestica merupakan contoh klasik. Penyakit-penyakit yang
dipindahsebarkan olehnya meliputi salmonellosis dan penyakit enterik lainnya, polio, dan hepatitis yang
menular.

Artropoda adalah satu-satunya invertebrata yang paling berhasil hidup di darat, dan satu-satunya avertebrata
yang mempunyai spesies dapat terbang, dan atas dasar tersebut banyak para zoologiwan berpendapat bahwa
filum artropoda adalah berderajat paling tinggi antara avertebrata lain.

2.2. Arthropoda Sebagai Penyebab Penyakit

Arthropoda sebagai penyebab penyakit dimana arthropoda dapat menyebabkan penyakit tanpa
perantara penular penyakit dalam artian secara langsung, bisa berupa gangguan langsung maupun
tidak langsung serta kendala lainnya. Pada umumnya semua jenis arthropoda dapat menyebabkan
penyakit , salah satunya adalah entomophoby (rasa takut) ini tergantung dari orang yang
mengalami rasa takut terhadap jenis arhtropoda tertentu. Berikut penyakit yang disebabkan oleh
arthropoda tersebut, yaitu :

1) Entomophoby, yaitu rasa takut yang berlebihan terhadap arthropoda yang meskipun tak
berbahaya tetapi dapat menimbulkan suatu gangguan jiwa dan kadang-kadang halusinasi sensoris

2) Annoyance, yaitu merasa terganggu oleh arthropoda

3) Kehilangan darah, yaitu disebabkan oleh gigitan arthropoda sehingga menimbulkan


kekurangan darah terutama pada hewan ternak

4) Kerusakan alat indera, disebabkan oleh arthropoda pada saat melakukan perjalanan dengan
kendaraan maka seringkali arthropoda masuk ke dalam indera kita terutama mata sehingga akan
menimbulkan luka pada mata

5) Racun serangga, yaitu manusia sering mengalami sengatan oleh arthropoda yang biasa
mengeluarkan bisanya

6) Dermathosis, yaitu dengan gigitannya akan menimbulkan iritasi pada kulit

7) Alergi, yaitu kepekaan yang berlebihan (hypersensitivitas) terhadap protein yang berasal dari
tubuh serangga/ produk yang dihasilkan oleh serangga

8) Miyasis, yaitu keberadaan larva serangga pada jaringan tubuh manusia.

1. Arthropoda Sebagai Vektor Penular Penyakit


Arthropoda sebagai vektor (penular) penyakit berarti arthropoda yang dapat memindahkan suatu
penyakit dari orang yang sakit terhadap orang yang sehat dimana dalam hal ini arthropoda secara
aktif menularkan mikroorganisme/ bibit penyakit seperti kuman, virus, protozoa, cacing dsb dari
penderita kepada orang yang sehat dan juga sebagai tuan rumah perantara dari mikroorganisme
tersebut, contoh arthropoda : nyamuk, lalat, kutu, kecoak dsb. Penularan ini dapat terjadi secara
biologik (langsung) dan mekanik (tidak langsung).

1) Penularan Penyakit Secara Langsung

Penularan ini disebut juga Biological Transmission. Bila di dalam arthropoda mikroorganisme
penyebab penyakit mengalami perubahan bentuk atau jumlah atau sifatnya di dalam tubuh
arthropoda, maka arthropoda bertindak sebagai vektor penyakit secara biologi.
Terdapat 4 jenis penularan, yaitu :

(a) Propagative, hama penyakit berkembang biak dengan jalan membagi diri tanpa siklus, contoh
: penyakit DBD ditularkan nyamuk Aedes aegepty yang terdapat sporozit(mikroorganisme) di
dalamnya.

(b) Cyclo Propagative, hama penyakit berkembang biak selain dengan cara membagi diri juga
mengalami siklus hidup, contoh : nyamuk Anopheles sebagai vektor penyakit malaria.

(c) Development, Hama penyakit berkembang dengan cara membesar tanpa membagi-bagi diri,
contoh : nyamuk Culex membawa cacing filaria sebagai vektor penyakit filariasis.

(d) Hereditaria, Hama penyakit ditularkan kepada penderita lain dengan melalui telurnya

2) Penyakit yang ditimbulkan secara mekanik

Secara mekanik, penularan dapat ditimbulkan melalui kaki, muntahan, ludah atau bagian tubuh
yang nampak dari arthropoda dsb , contoh : bakteri penyebab penyakit Thypus Abdominalis,
bakteri penyebab penyakit kolera, dan bakteri e. coli penyebab penyakit disentri.

Selain itu, Berikut adalah penjelasan singkat mengenai golongan penyakit berdasarkan faktor
kehidupannya, yaitu :

1) Penyakit dengan 2 faktor kehidupan (manusia-athropoda), keadaan ini disebut penyakit yang
diakibatkan oleh pengaruh langsung arthropoda terhadap manusia, contoh miyasis.

2) Penyakit dengan 3 faktor kehidupan (manusia-arthropoda vektor-kuman(mikroorganisme


lainnya)), keadaan ini merupakan gambaran umum penyakit pada dasarnya merupakan tuan rumah
dan arthropoda sebagai vektor bagi kuman, contoh : penyakit DBD.

3) Penyakit dengan 4 faktor kehidupan (manusia-arthropodavektor-kuman-reservoir), keadaan


penyakit ini disebut dengan zoonosis yaitu penyakit yang pada awalnya ditularkan kepada hewan
selain arthropoda dan kemudian dapat ditularkan kepada manusia. demam kuning (yellow fever)
yang asal mulanya ditularkan pada kera dimana penyakit ini vektornya nyamuk Aedes aegepty

1. Cara bibit Penyakit masuk ke dalam tubuh manusia


Adapun cara bibit penyakit masuk ke dalam tubuh manusia, diantaranya:
1) Bibit penyakit masuk melalui sekresi dan kelenjar saliva (ludah) pada waktu menggigit.

2) Bibit penyakit dapat masuk dari muntahan isi perut (abdomen).

3) Bibit penyakit dapat masuk melaui/berasal dari kotoran dan masuk melalui luka pada waktu
menggaruk.

4) Bibit penyakit dapat masuk melalui serangga yang tergaruk pada waktu menggigit.

Pengaruh arthropoda yang dapat menimbulkan penyakit seperti yang dijelaskan di atas, maka kita
perlu mengetahui jenis-jenis arthropoda yang dapat mengakibatkan hal tersebut lewat identifikasi
ciri-ciri, morfologi dan bibit penyakit yang dibawa oleh arthropoda yang meliputi, kecoak, lalat,
nyamuk, kutu dan pinjal. Selain itu, vektor hanya dapat membawa bibit penyakit (protozoa,
bakteri, cacing dsb) jika kualitas lingkungan kurang/ tidak sehat, maka dalam aplikasinya
lingkungan hidup perlu disehatkan oleh manusia.

2.2 Morfologi Umum

Serangga pada umumnya mempunyai 4 tanda morfologi yang khas, yakni:

1. Badan beruas-ruas.

2. Umbai-umbai (appendages) beruas-ruas.

3. Mempunyai eksoskelet.

4. Bentuk badan simetris bilateral.

Semua anggota filum ini mempunyai tubuh bersegmen yang terbungkus dalam suatu rangka luar
(eksoskeleton) dari bahan kitin—yang pada bagian tertentu mengeras dan membentuk eksoskelet—
berfungsi sebagai penguat tubuh dan pelindung alat dalam serta tempat melekatnya otot, pengaturan
penguapan air, dan penerus rangsangan yang berasal dari luar dan pengatur suhu tubuh. Rangka luar ini
bersendi dan berfungsi menutupi dan melindungi alat-alat dalam serta memberi bentuk pada tubuh. Rangka
luar disekresikan oleh epidermis dan mengalami pergantian kulit (eksdisis). Hewan ini mempunyai mata
majemuk (faset) atau mata tunggal (oselus).

Umbai-umbai yang beruas-ruas akan tumbuh menurut fungsinya, kepala akan tumbuh menjadi antena dan
mandibuka. Pada thorax tumbuh menjadi kaki dan pada abdomen tumbuh menjadi kaki pengayuh yang
disebut dengan swimmerets.
Tubuh Artropoda dibagi atas tiga bagian utama, yaitu kepala (keput), dada (toraks), dan perut
(abdomen). Sedangkan anggota badan tersusun berpasangan pada masing-masing ruas. Pada spesies yang
hidup di air anggota badang berfungsi pada waktu berenang, yaitu sebagai pendayung. Artropoda juga
memiliki saluran percernaan, saluran pernapasan yang disebut trakea, dan saraf yang terdiri dari otak dan
ganglion, peredaran darah terbuka, dan sistem reproduksi dengan jenis kelamin terpisah jantan dan betina.

2.3 Siklus Hidup

Artropoda menjadi lebih besar dalam proses pertumbuhannya, sehingga eksoskelet terjadi pengelupasan
kulit dan tumbuh menjadi baru karena eksoskelet yang membungkus tubuh akan terdesak dan pecah. Untuk
pengelupasan kulit serangga ini dipengaruhi oleh hormon “juvenile” dan untuk pengelupasaan kulit
dipengaruhi oleh hormon “ecdyson”.

Selama masa pertumbuhannya, serangga mengalami perubahan bentuk yang disebut metamorphosis,
yang dibagi menjadi dua:

1. Metamorphosis sempurma yang terdiri dari stadium: telur – larva – pupa – dewasa.

Pada tingkat muda dan dewasa terdapat perbedaan morfologis yang disertai perbedaan biologi seperti
tempat hidup dan makanan.

2. Metamorphosis tidak sempurna yang terdiri dari stadium: telur – larva – nimfa – dewasa.

Pada metamorfosis tidak sempurna ini morfologi dan biologi dari stadium muda dan dewasa hampir sama.

2.4 Sifat Parasit dari Artropoda

Dapat sebagai:

1. Endoparasit, misalnya miasis pada bentuk larva.

2. Ektoparasit, pada permukaan badan, misalnya tungau, tuma, pinjal.

3. Parasit permanen, hidup pada satu hospes dan tidak berpindah-pindah, misalnya tuma, pinjal, dan
lain-lain.
Parasit tidak permanen, parasit pindah dari satu hospes ke hospes yang lain.

2.5 Klasifikasi Artropoda

2.5.1 Kelas Insekta

Melalui ilmu pengetahuan, kira-kira 1 juta spesies serangga telah dideskripsi dan hal ini merupakan
petunjuk bahwa serangga merupakan makhluk hidup yang mendominasi bumi. Serangga berperan sangat
besar dalam menguraikan bahan-bahan tanaman dan binatang dalam rantai makanan eksositem dan sebagai
bahan makanan makhluk hidup lain. Serangga memiliki kemampuan luar biasa dalam beradaptasi dengan
keadaan lingkungan yang ekstrem, seperti di padang pasir dan Antarktika.

Beberapa jenis serangga berguna bagi kehidupan manusia seperti lebah madu, ulat sutera, kutu lak,
serangga penyerbuk, musuh alami hama atau serangga perusak tanaman, pemakan detritus dan sampah, dan
bahkan sebagai makanan bagi makhluk lain, termasuk manusia. Namun sehari-hari kita mengenal serangga
sebagai binatang yang merugikan kehidupan manusia karena banyak di antaranya menjadi hama perusak
dan pemakan tanaman pertanian dan menjadi pembawa (vektor) bagi berbagai penyakit seperti malaria dan
demam berdarah. Walaupun demikian sebenarnya serangga perusak hanya kurang dari 1 persen dari semua
jenis serangga. Dengan mengenal serangga terutama biologi dan perilakunya makan diharapkan akan
efisien manusia mengendalikan kehidupan serangga yang merugikan ini.

A. Tubuh insekta terdiri dari tiga bagian, yaitu:

1. Kepala, pada kepala ini terdapat:

a. Sepasang antena di depan kepala

b. Alat mulut terdiri atas bibir (labium), rahang atas (maksila), dan rahang bawah (mandibula)

c. Mata

2. Thorax yang terdiri dari 3 segmen masing-masing mempunyai sepasang kaki, berarti insekta ini
mempunyai 6 kaki, maka disebut juga hexapoda. Pada thorax mungkin terdapat satu atau dua pasang sayap.
Rangka dada terdiri dari tiga segmen, yaitu protoraks, mesotoraks, dan metatoraks.

3. Abdomen yang mempunyai 10-11 segmen. Segmen ke-8, 9, dan 10 membentuk alat genital.

B. Klasifikasi Insekta
Insekta disebut juga dengan hexapoda dalam taksonomi hewan (Yunani,hexa = enam dan podus = kaki).
Menurut metamorfosisnya, insekta digolongkan menjadi empat seperti berikut ini:

a) Insekta tanpa metamorfosis. Kelompok hewan ini bentuk dan kehidupan larvanya merupakan
miniatur dari bentuk dan kehidupan yang dewasa. Contohnya, kutu buku (Lepisme) atau ordo Thysanura
dari subkelas Apterygota.

b) Insekta yang mengalami metamorfosis bertingkat. Pada insekta ini, perubahan bentuk yang berurutan
tidak kelihatan nyata. Contohnya, gangsir, jangkrik belalang atau ordo Onthoptera

c) Insekta yang mengalami metamorfosis tidak sempurna. Pada insekta ini, perubahan yang terjadi tanpa
melalui fase kepompong. Jadi, perubahannya adalah telur enjadi nimfa membentuk imago. Contohnya,
capung atau ordo Rynchota.

Insekta yang mengalami metamorfosis sempurna. Pada insekta ini bentuk dan cara hidup dari fase ke fase
tidak sama, yaitu dari telur – larva – kepompong (pupa) – imago (dewasa). Contohnya ordo Siphonaptera,
Diptera, Coleoptera, Hymenoptera, Neuroptera, dan Lepidoptera.

C. Ordo kelas Insekta

Kelas insekta memiliki delapan ordo yang penting dalam ilmu kedokteran. Empat ordo yang penting yaitu:
Ordo Phthiraptera (tuma), Ordo Hemiptera(kutu busuk, triatoma), Ordo Siphonaptera (pinjal), dan
Ordo Diptera(nyamuk, lalat). Empat ordo yang kurang penting: Ordo Orthoptera (lipas),
Ordo Coleoptera (kumbang), Ordo Hymenopetera (lebah, semut) dan OrdoLepidoptera (kupu-kupu).
Berikut adalah penjelasan empat ordo yang penting.

a. Ordo Phthiraptera (Sucking Lice/Tuma)

Spesies. Tuma yang merupakan parasit bagi manusia terdiri atas 3 spesies atau varietas: (1) Pediculus
humanus var capitis, tuma kepala; (2) Pediculus humanus var corporis, tuma badan; dan (3) Phthirus pubis,
tuma kemaluan (“crab louse”).

Penyakit. Pedikulosis, “crabs”. Vektor tifus epidemi, “trench fever” dan “relapsing fever” (demam parit
dan demam berulang).

Morfologi. Kecil, tidak bersayap. Mulut mengandung alat penusuk yang dapat ditarik ke dalam bila tidak
dipakai. Antena 5 ruas. Mata faset yang bersusun, ada yang tidak bermata faset. Ruas toraks bergabung
menjadi satu. Kaki pendek, 5 segmen, tarsus 1-2 ruas, mempunyai cakar. Telur mempunyai operculum.
Hidup ektoparasit pada burung dan mamalia. Metamorfosis tidak sempurna.

b. Ordo Siphonaptera (Pinjal)

Morfologi. Berwarna coklat tanpa sayap. 2.0-2.5 mm dengan badan yang pipih lateral. Pinjal jantan lebih
kecil dari yang betina. Kepala yang kecil dan keras mempunyai mata dan sisir; semua mempunyai antena
dan bagian mulut untuk mengisap. Tiap ruas dari thorax yang bersegmen 3 mempunyai sepasang kaki kuat
yang berakhir dengan 2 kuku lengkung.

Vektor penyakit. Pinjal hanya penting untuk kedokteran terutama sehubungan dengan penularan penyakit
sampar dan tifus endemic. Pinjal dapat pula bertindak sebagai hospes perantara parasit.

c. Ordo Hemiptera (true bugs, cimex, kutu busuk)

Morfologi. Bentuk badan oval, pipih dorsoventral, warna tengguli coklat, diliputi rambut-rambut pendek,
kuat, sederhana atau berbulu bercabang-cabang. Cimex betina lebih besar daripada jantan. Kepala pipih,
bentuk seperti piramida, mempunyai mata majemuk yang menonjol, antena langsing dan bagian mulut yang
khas sebagai proboscis yang dapat dilipat ke belakang di bawah kepada dan thorax bila tidak dipakai. Tiap
ruas thorac yang bersegmen tiga mempunyai sepasang kaki yang berakhir sebagai kuku sederhana. Sayap
belakang tidak ada dan sayap depan rudimenter sebagai tonjolan pipih saja.

d. Ordo Diptera (lalat dan nyamuk)

Diptera meliputi 80.000 jenis, termasuk lalat dan nyamuk. Tipe mulutnya ada dua, yaitu menghisap serta
menusuk dan menghisap. Larva hewan ini hidup di dekat permukaan air dan bernapas denganspirakel yang
terletak di ekornya. Spirakel adalah lubang dengan sistem trakea.

Metamorfosis sempurna: telur – larva – pupa – imago (dewasa)

Contoh Diptera antara lain sebagai berikut.

1. Lalat rumah (Musca domestica) pemakan benda busuk dengan lidah penghisapnya, penyebab
berbagai penyakit perut.

2. Nyamuk Culex (Culex fatiganus), larva nyamuk ini tegak dengan permukaan air jika hinggap tidak
menungging, suka menghisap darah manusia.

3. Nyamuk Aedes aegypti, larvanya tegak di permukaan air. Penyebab penyakit demam berdarah.

4. Nyamuk Anopheles (Anopheles) merupakan vektor penyakit malaria. Larva nyamuk ini datar dengan
permukaan air jika hinggap menungging.
5. Lalat buah (Drosophilla melanogaster).

6. Lalat hijau (Lucilia caesar) pemakan nectar dan benda busuk.

7. Cruphocera varies menguntungkan karena parasit terhadap ulat tentara dan ulat nanah.

8. Cardurcia lefmansi menguntungkan karena parasit pada hamaArtona yang menyerang kelapa.

9. Lalat tse-tse (Clossina palpalis) merupakan vektor penyakit tidur di Afrika.

Dari ordo Diptera, yang penting ada beberapa famili, yaitu:

1. Culicidae (nyamuk). Famili Culicidae dibagi menjadi tiga subfamili, di antaranya adalah Anophelinae
(genus Anopheles) dan Culicinae (termasuk golongan Theobaldia-Mansonia,Aedes, dan Culex)

2. Lalat pengisap darah: Phlebotomidae, Ceratopagonidae, Simlidae, Tabanidae.

Lalat bukan penghisap darah: Muscidae, Calliphoridae, Sarcophagidae, Oestridae, Gasterophilidae,


Hypodermatidae, Cuterebridae, Chlorophidae, dan Pionilidae.

2.5.2 Kelas Crustacea

Di antara Crustacea yang hidup di dalam air terdapat spesies yang mempunyai peranan sebagai hospes
perantara berbagai parasit manusia.

a. Ordo Copepoda. Copepoda adalah hewan kecil, luwes, siimetrik, dengan kepala dan dua ruas pertama
thoraxnya bersatu menjadi cephalothorax dan mempunyai abdomen yang langsing terdiri dari 3 sampai 5
ruas. Cyclops adalah hospes perantara dari Dracunculus medinensis, cacing cestoda Diplyllobothrium
latum dan cacing mematoda Gnathostoma spinigerum. Di antara Diaptomus ada beberapa spesies yang
merupakan hospes D. latum.

Ordo Decapoda. Di dalam ordo Decapoda terdapat Crustacea besar sebagai udang, udang batu, udang besar,
dan kepiting. Di antara ketam air tawar dan udang batu terdapat berbagai spesies yang merupakan hospes
perantara kedua daripada trematoda paru-paru Paragonimus westermani. Ketam darat (Cardisoma, Birgus)
dan udang air tawar mengandung larva infektif cacing paru-paru tikus (Angiostrongylus) yang dapat
menghinggapi otak manusia.

2.5.3 Kelas Myriapoda


Myriapoda berasal dari kata Yunani, “myrio” yang artinya banyak dan “podus” yang artinya kaki.
Myriapoda adalah kelompok Artropoda yang mengalami modifikasi bentuk memanjang dan jumlah
kakinya banyak. Hewan ini di tempat yang banyak mengandung sampah.

A. Struktur Tubuh Myriapoda

Tubuh terdiri dari atas kepala (sefalo) dan perut (abdomen) tanpa dada (toraks), dan bersegmen-segmen;
terdiri atas kira-kira 10 hingga 100 segmen. Di bagian kepala terdapat satu pasang antena sebagai alat
peraba dan sepasang mata tunggal. Penambahan jumlah segmen terjadi pada setiap pergantian kulit.

Alat gerak pada anggota Chilopoda adalah satu pasang kaki di tiap segmen perut kaki, sedangkan pada
anggota Diplopoda, terdapat dua pasang kaki pada tiap segmen perut, kecuali segmen terakhirnya.
Eksoskeleton, terdiri dari kulit keras dan zat kitin yang berfungsi melindungi alat-alat dalam, tempat
melekatnya otot, dan memberi bentuk tubuh. Kulit kitin yang tebal. Dengan adanya kulit kitin tipis inilah
maka hewan ini dapat bergerak leluasa. Kulit kitin ini mengalami eksdisis.

B. Klasifikasi Myriapoda

Myriapoda dibagi menjadi dua ordo, yaitu: Ordo Chilopoda dan OrdoDiplopoda.

Ordo Chilopoda. Chilopoda berasal dari kata Yunani “Cheilos” berarti bibir dan “podus” berarti kaki.
Tiap segmen terdapat sepasang kaki. Chilopoda merupakan Artropoda yang bersifat karnivora dan
menghasilkan racun. Fungsi racun untuk melumpuhkan mangsa, berasal dari kelenjar yang terletak pada
pangkal kuku.

Ordo Diplopoda. Diplopoda berasal dari kata Yunani, “Diplos” berarti dua dan “podus” berarti kaki.
Diplopoda bertubuh bulat panjang. Jumlah kaki kira-kira 3.000 di setiap ruas hanya mempunyai sepasang
kaki. Diplopoda hidup di tempat-tempat lembab dan gelap, bersifat herbivore. Dalam keadaan bahaya,
Diplopoda menggulung diri seperti cakram atau seperti bola bulat. Diplopoda mencakup berbagai macam
lengkibang (luing, lekar-lekar, kalalekar, senggulung).

2.5.4 Kelas Arachnida

Arachnida berbeda dari insekta dalam hal tidak adanya sayap, adanya 4 pasang kaki pada stadium dewasa,
dan bersatunya kepala dan thorax menjadi cephalothorax. Araneida (laba-laba) dan Scorpionida
(kalajengking) dapat merugikan manusia karena gigitan dan sengatannya, Pentastomida yang bentuknya
menyerupai cacing yang telah berdegenerasi, adalah parasit manusia yang jarang ditemukan, dan Acarina
(sengkenit dan tungau) mempunyai kepentingan yang istimewa yaitu sebagai vector penyakit pada manusia.
Arachnida pada umumnya di dalam tanah (fusorial).
A. Struktur Tubuh Arachnida

Tubuh bersegmen terdiri atas sefalotoraks serta abdomen yang tak peruas. Alat gerak Arachnida berupa
empat pasang kaki dan satu pasangpedipalpus untuk memegang makanan. Pada bagian mulut, terdapat
pedipalpus yang berfungsi sebagai indera, tangan, maupun alat untuk melakukan kopulasi; dan satu
pasang kelisera, yaitu taring pisau mengandung racun berbentuk gunting atau catut untuk melumpuhkan
mangsa.

B. Klasifikasi Arachnida

Arachnida dibagi menjadi tiga ordo, yaitu Arachnoida (golongan laba-laba), Scorpionida (golongan kala),
dan Acarina (golongan tungau dan caplak).

1. Ordo Arachnoida

Abdomen tidak bersegmen. Pada bagian anus terdapat kelenjar pintal yang menghasilkan benang-benang
jaring yang digunakan untuk menjebak mangsanya. Bagian mulut meliputi sepasang rahang yang
mengeluarkan bisa. Melalui ujung alat ini racun yang berasal dari sepasang kelenjar yang terdapat di dalam
sefalotoraks dilepaskan untuk melumpuhkan mangsanya.

Lingkaran hidup. Laba-laba membuat sarangnya di tempat-tempat terpencil, tersembunyi dan sunyi, di
dalam dan juga di luar rumah. Binatang ini menangkap lalat dan serangga lain di dalam sarang,
melumpuhkannya dengan racun, dan mengisap cairan badannya. Laba-laba tumbuh melalui metamorfosis
tidak lengkap. Telurnya diletaknnya berkelompok, bisanya terbungkus di dalam suatu kokon tempat laba-
laba muda tinggal untuk waktu yang lama. Laba-laba muda ini menjalani delapan sampai sembilan kali
pergantian kulit sebelum menjadi dewasa.

2. Ordo Scorpionida

Yang termasuk Scorpionida mencakup segala macam kala, antara lain; kalajengking (Uroctonus mondax),
kala buku (Scorpio), dan laba-laba (Tarantula). Pedipalpusnya berbentuk seperti capit besar, sedangkan
kalisera-kaliseranya kecil. Segmen terakhir bagian posterior mempunyai alat penyangat yang berkait untuk
melepaskan racun dan berfungsi untuk melumpuhkan mangsa. Bersifat buas, oleh karena itu
disebut predator. Scorpionida kebanyakan hidup di daerah tropis, yaitu tinggal di bawah batu-batu atau
liang dalam tanah.

Kalajengking adalah Arachnida darat yang memanjang bentuknya dengan pedipalp besar yang
berujungkan kuku yang kuat, suatu cephalothorax yang tidak bersegmen dengan 4 pasang kaki, dan suatu
abdomen yang memanjang. Anggota badang belakang mempunyai suatu sengat yang berkait untuk
pelepasan racun.

Kalajengking aktif pada malam hari, berdiam di bawah batu, potongan kayu, atau tempat persembunyian
lain yang terlindung. Binatang ini kadang-kadang masuk ke dalam tempat tinggal manusia terutama selama
musim hujan di negeri tropis. Mereka menangkap mangsanya, biasanya laba-laba dan serangga, di dalam
kukunya dan dengan dorongan ke belakang dan ke bawah dari abdomen yang menyerupai ekor
memasukkan sengat dengan racunnya yang dapat membuat lumpuh. Kalajengking adalah vivipar, dan anak-
anaknya dibawa untuk beberapa waktu di punggung betina.

3. Ordo Acarina

Tubuhnya tidak bersegmen-segmen, kedua bagian dada menjadi satu. Bagian mulut dan dasarnya yaitu
kepala (kapitulum), bersambungan dengan dada, bagian anterior dengan perantara sebuah sendi yang
bergerak. Jenis kelaminnya terpisah. Terkenal dengan nama caplak dan tungau, terhitung juga banyak
parasit dan vektor penyakit pada manusia dan hewan bertingkat lebih rendah.

Yang termasuk Acarina mencakup segala macam tungau dan caplak, antara lain; kutu anjing
(Dermacentor) menghisap darah manusia dan hewan ternak; kutu anjing (Rhipcephalus sanguincus); tungau
kudis (Sarcoptes scabiei) penyebab gatal dengan membuaut terowongan ke dalam kulit mamalia; Demodex
folliculorum, parasit kelenjar sebasea dan folikal rambut mamalia, penyebab penyakit kudis pada anjing
dan kulit babi; tungau merah (Tetranychus bimaculatus) parasite pada ubi kayu; tungau kuning
(Tarsonemus translucens) hama tanaman terung; dan Eriophyes sp, hama pada tanaman anggur dan apel.

Anda mungkin juga menyukai