Anda di halaman 1dari 14

MEKANIKA TEKNIK II

Tugas Terstruktur Individu


Mata Kuliah Mekanika Teknik II
Dosen
Herry Prabowo, ST. M.Sc

OLEH
ZADHA FAEDHILLAH RANA NIM 4201627004

TEKNIK ARSITEKTUR

ARSITEKTUR BANGUNAN GEDUNG

POLITEKNIK NEGERI

PONTIANAK

2017
MATERI MEKANIKA TEKNIK

Mekanika teknik atau dikenal juga sebagai mekanika rekayasa merupakan bidang
ilmu utama untuk perilaku struktur, atau mesin terhadap beban yang bekerja padanya.
Perilaku struktur tersebut umumnya adalah lendutan dan gaya-gaya (gaya reaksi dan gaya
internal).

Dengan mengetahui gaya-gaya dan lendutan yang terjadi maka selanjutnya struktur
tersebut dapat direncanakan atau diproporsikan dimensinya berdasarkan material yang
digunakan sehingga aman dan nyaman (lendutannya tidak berlebihan) dalam menerima beban
tersebut.

Mekanika teknik merupakan cabang langsung dari ilmu mekanika pada kajian ilmu
fisika, namun memasukkan unsur yang lebih mendekati kenyataan dan aspek praktis. Ilmu
mekanika teknik dipakai oleh berbagai bidang teknik sipil, teknik mesin, teknik material,
teknik penerbangan, teknik elektro, dan teknik struktur.

Area yang meliputi kajian mekanika teknik ialah

 Statika, studi benda diam


 Dinamika, studi efek beban pada pergerakan benda
 Mekanika deformasi, mempelajari efek beban pada perubahan benda
 Mekanika fluida, pergerakan benda alir
 Mekanika tanah, studi kelakukan pergerakan tanah
 Mekanika kontinuum, analisa benda bermasa kotinuum

1. KEKUATAN BAHAN

Secara garis besar material teknik dapat diklasifikasikan menjadi :


1. Material logam
2. Material non logam

Berdasarkan pada komposisi kimia, logam dan paduannya dapat dibagi menjadi dua
golongan yaitu:
1. Logam besi / ferrous
2. Logam non besi / non ferrous

Logam-logam besi merupakan logam dan paduan yang mengandung besi (Fe) sebagai
unsur utamanya. Logam-logam non besi merupakan meterial yang mengandung sedikit
atau sama sekali tanpa besi. Dalam dunia teknik mesin, logam (terutama logam besi / baja)
merupakan material yang paling banyak dipakai, tetapi material-material lain juga tidak
dapat diabaikan. Material non logam sering digunakan karena meterial tersebut
mempunyai sifat yang khas yang tidak dimiliki oleh material logam.

Material non logam dapat dibedakan menjadi beberapa golongan, yaitu:


1. Keramik
2. Plastik (polimer)
3. Komposit

Material keramik merupakan material yang terbentuk dari hasil senyawa (compound)
antara satu atau lebih unsur-unsur logam (termasuk Si dan Ge) dengan satu atau lebih
unsur-unsur non logam. material jenis keramik semakin banyak digunakan, mulai berbagai
abrasive, pahat potong, batu tahan api, kaca, dan lain-lain, bahkan teknologi roket dan
penerbangan luar angkasa sangat memerlukan keramik.

Plastik (polimer) adalah material hasil rekayasa manusia, merupakan rantai molekul
yang sangat panjang dan banyak molekul MER yang saling mengikat. Pemakaian plastik
juga sangat luas, mulai peralatan rumah tangga, interior mobil, kabinet radio/televisi,
sampai konstruksi mesin.

Komposit merupakan material hasil kombinasi dari dua material atau lebih, yang
sifatnya sangat berbeda dengan sifat masing-masing material asalnya. Komposit selain
dibuat dari hasil rekayasa manusia, juga dapat terjadi secara alamiah, misalnya kayu, yang
terdiri dari serat selulose yang berada dalam matriks lignin. Komposit saat ini banyak
dipakai dalam konstruksi pesawat terbang, karena mempunyai sifat ringan, kuat dan non
magnetik.
Sifat mekanik adalah sifat yang menyatakan kemampuan suatu material / komponen untuk
menerima beban, gaya dan energi tanpa menimbulkan kerusakan pada material/komponen
tersebut.
Beberapa sifat mekanik yang penting antara lain:

1. Kekuatan (strength) merupakan kemampuan suatu material untuk menerima tegangan


tanpa menyebabkan material menjadi patah. Berdasarkan pada jenis beban yang bekerja,
kekuatan dibagi dalam beberapa macam yaitu kekuatan tarik, kekuatan geser, kekuatan
tekan, kekuatan torsi, dan kekuatan lengkung.

2. Kekakuan (stiffness) adalah kemampuan suatu material untuk menerima


tegangan/beban tanpa mengakibatkan terjadinya deformasi atau difleksi.

3. Kekenyalan (elasticity) didefinisikan sebagai kemampuan meterial untuk menerima


tegangan tanpa mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk yang permanen setelah
tegangan dihilangkan, atau dengan kata lain kemampuan material untuk kembali ke bentuk
dan ukuran semula setelah mengalami deformasi (perubahan bentuk).

4. Plastisitas (plasticity) adalah kemampuan material untuk mengalami deformasi plastik


(perubahan bentuk secara permanen) tanpa mengalami kerusakan. Material yang
mempunyai plastisitas tinggi dikatakan sebagai material yang ulet (ductile), sedangkan
material yang mempunyai plastisitas rendah dikatakan sebagai material yang getas
(brittle).

5. Keuletan (ductility) adalah sutu sifat material yang digambarkan seprti kabel dengan
aplikasi kekuatan tarik. Material ductile ini harus kuat dan lentur. Keuletan biasanya
diukur dengan suatu periode tertentu, persentase keregangan. Sifat ini biasanya digunakan
dalam bidan perteknikan, dan bahan yang memiliki sifat ini antara lain besi lunak,
tembaga, aluminium, nikel, dll.

6. Ketangguhan (toughness) merupakan kemampuan material untuk menyerap sejumlah


energi tanpa mengakibatkan terjadinya kerusakan.

7. Kegetasan (brittleness) adalah suatu sifat bahan yang mempunyai sifat berlawanan
dengan keuletan. Kerapuhan ini merupakan suatu sifat pecah dari suatu material dengan
sedikit pergeseran permanent. Material yang rapuh ini juga menjadi sasaran pada beban
regang, tanpa memberi keregangan yang terlalu besar. Contoh bahan yang memiliki sifat
kerapuhan ini yaitu besi cor.

8. Kelelahan (fatigue) merupakan kecenderungan dari logam untuk menjadi patah bila
menerima beban bolak-balik (dynamic load) yang besarnya masih jauh di bawah batas
kekakuan elastiknya.

9. Melar (creep) merupakan kecenderungan suatu logam untuk mengalami deformasi


plastik bila pembebanan yang besarnya relatif tetap dilakukan dalam waktu yang lama
pada suhu yang tinggi.

10. Kekerasan (hardness) merupakan ketahanan material terhadap penekanan atau


indentasi / penetrasi. Sifat ini berkaitan dengan sifat tahan aus (wear resistance) yaitu
ketahanan material terhadap penggoresan atau pengikisan (Dieter, 1993).

Kekuatan bahan mempelajari tentang banyak hal misalnya : jenis pembebanan yang
diberikan, gaya-gaya yang bekerja didalamnya, tegangan-tegangan yang terjadi, jenis bahan
dan kasus pembebanan yang diberikan sampai menentukan tegangan yang diizinkan sehingga
seorang Engineer dapat menentukan jenis bahan, dimensi dan mengontrol kekuatan suatu
konstruksi mekanik sesuai dengan fungsi dari ilmu kekuatan bahan itu sendiri. Kekuatan
bahan merupakan ilmu yang mempelajari tentang kekuatan suatu konstruksi, baik mesin
maupun maupun gedung dan bangunan. Suatu konstruksi dapat dikategorikan bagus dan
dapat dipertanggung jawabkan (accountable) apabila telah dihitung berdasarkan ilmu
kekuatan bahan secara benar.

1. Tegangan (Stress)

Tegangan adalah “ Perbandingan antara gaya tarik yang bekerja terhadap luas penampang
benda” . Tegangan dinotasikan dengan (sigma), satunnya Nm-2.
Stress:

σ = F/A

F: gaya tarikan,
A: luas penampang
2 Regangan (Strain)

Regangan adalah “Perbandingan antara pertambahan panjang L terhadap panjang mula-


mula(Lo)”
Strain:

ε = ΔL/L

ΔL: pertambahan panjang,


L: panjang awal

Regangan dinotasikan dengan e dan tidak mempunyai satuan.


Hubungan antara stress dan strain dirumuskan:

E=σ/ε

Poisson’s Ratio adalah sebuah konstanta elastik yang merepresentasikan sifat fisis batuan.

Pengertian fisis Poisson’s Ratio dapat dijelaskan dengan contoh sebagai berikut: Bayangkan
sebuah sampel batuan yang berbentuk selinder dengan panjang L dan jari-jari R. Sampel
tersebut ditekan dengan gaya berkekuatan F. Karena tekanan tersebut maka panjang sample
akan memendek dan jari-jarinya akan melebar. Jika perubahan panjangnya adalah dL dan
perubahan jari-jarinya adalah dR, maka besaran Poisson’s Ratio adalah dR/dL.

Berdasarkan hasil uji laboratorium, setiap batuan memiliki nilai Poisson’s Ratio yang
spesifik, misalnya: Sedimen laut dangkal (Hamilton, 1976) memiliki kisaran Poisson’s Ration
antara 0.45-0.50; Batupasir tersaturasi air garam (Domenico, 1976): 0.41; Batupasir
tersaturasi gas (Domenico, 1976): 0.10

Dari hasill uji lab Domenico (1976) kita melihat bahwa batupasir yang tersaturasi gas
memiliki Poisson’s Ratio 25% lebih rendah dibandingkan batupasir yang tersaturasi air
garam. Adanya kontras Poisson’s Ratio yang tajam pada lapisan batuan akibat kehadiran gas,
seringkali sifat fisis ini digunakan untuk mendeterminasi zona akumulasi gas (Backofen,
1972).

Gambar dibawah ini menunjukkan hubungan antara besaran Poisson’s Ratio sebagai fungsi
dari prosentase kehadiran gas dalam batuan bersamaan dengan sifat kecepatan gelombang.

Poisson's Ratio
Material
-μ-
Upper limit 0.5
Aluminum 0.334
Aluminum, 6061-T6 0.35
Aluminum, 2024-T4 0.32
Beryllium Copper 0.285
Poisson's Ratio
Material
-μ-
Brass, 70-30 0.331
Brass, cast 0.357
Bronze 0.34
Concrete 0.1 - 0.2
Copper 0.355
Cork 0
Glass, Soda 0.22
Glass, Float 0.2 - 0.27
Granite 0.2 - 0.3
Ice 0.33
Inconel 0.27 - 0.38
Iron, Cast - gray 0.211
Iron, Cast 0.22 - 0.30
Iron, Ductile 0.26 - 0.31
Iron, Malleable 0.271
Lead 0.431
Limestone 0.2 - 0.3
Magnesium 0.35
Magnesium Alloy 0.281
Marble 0.2 - 0.3
Molybdenum 0.307
Monel metal 0.315
Nickel Silver 0.322
Nickel Steel 0.291
Polystyrene 0.34
Phosphor Bronze 0.359
Rubber 0.48 - ~0.5
Stainless Steel 18-8 0.305
Steel, cast 0.265
Steel, Cold-rolled 0.287
Steel, high carbon 0.295
Steel, mild 0.303
Titanium (99.0 Ti) 0.32
Wrought iron 0.278
Z-nickel 0.36
Zinc 0.331
2. TEGANGAN GESER

Tegangan geser terjadi jika suatu benda bekerja dengan dua gaya y a n g
b e r l a w a n a n a r a h , t e g a k l u r u s s u m b u b a t a n g , t i d a k s e g a r i s g a y a namun
pada penampangnya tidak terjadi momen. Tegangan ini banyak t e r j a d i p a d a
konstruksi.

Tegangan geser terjadi karena adanya gaya radial yang bekerja pada penampang
normal dengan jarak yang relati* kecil, maka pelengkungan benda diabaikan. ntuk hal ini
tegangan yang terjadi adalah Apabila pada konstruksi mempunyai n buah paku keling, maka
sesuai dengan persamaan dibawah ini tegangan gesernya adalah
Tegangan geser langsung terjadi pada desain sambungan yang menggunakan baut,
sendi, paku keling, kunci, las, atau lem. Tegangan geser secara tidak langsung apabila elemen
struktur mengalami tarik, torsi, dan lentur ada setiap kasus, apabila tegangan geser terjadi di
sepanjang luas yang sejajar dengan beban kerja maka disebut tegangan geser
langsung searah.

. Tegangan geser langsung searah berlawanan dengan tegangan geser induksi


yang terjadi pada penampang miring dengan beban resultan.Sebagai ilustrasi tentang aksi
tegangan geser, maka kita dapat meninjau sambungan baut. Sambungan tersebut terdiri dari
batang datar, pengapit, dan baut yang menembus lubang di batang dan pengapit. Akibataksi
beban tarik, batang dan pengapit akan menekan baut dengan cara menumpu (bearing) dan
tegangan kontak yang disebut tegangan tumpu akan timbul. Selain itu, batang dan pengapit
cenderung menggeser baut dan kecenderungan ini ditahan oleh tegangan geser pada baut.

Apabila tegangan geser pada muka yang berhadapan (dan sejajar) dari suatu elemen
sama besar dan berlawanan arah. +an apabila tegangan geser di muka yang bersebelahan
(dan tegak lurus) dari suatu elemen sama besar dan mempunyai arah sedemikian sehingga
tegangan-tegangan tersebut saling menuju atau saling menjauhi garis perpotongan kedua
muka tersebut. Apabila tegangan geser dijabarkan dalam rumus, maka tegangan geser akan
menjadi :
3. MOMEN INERSIA PENAMPANG

Momen inersia penampang adalah salah satu parameter geometri yang sangat
penting dalam analisis struktur. Untuk penampang yang beraturan, seperti persegi, formula
untuk menghitung momen inersia

momen inersia terhadap sumbu x adalah:

Dari formula dasar itulah kita bisa menurunkan formula momen inersia untuk bentuk
geometri apapun!

Bentuk Persegi

Persegi di atas berukuran , dengan sumbu x terletak pada sumbu netral atau garis berat.

Berdasarkan formula dasar , maka kita harus meninjau sebuah elemen kecil .

Elemen ini mempunyai ukuran dan . Sehingga bisa kita tuliskan

Jika kita kumpulkan semua elemen yang mempunyai nilai yang sama, maka elemen ,
kini menjadi

, sehingga

Karena bernilai konstan untuk setiap nilai , kita keluarkan saja dari kurungan cacing
tersebut,
Sekarang, tinggal menentukan batas atas dan batas bawah dari . Berdasarkan gambar di
atas, maka batas bawahnya adalah dan batas atas adalah . Sehingga

Kalau diselesaikan,

Momen Inersia Terhadap Bukan Sumbu Netral

Misalnya, pada gambar di atas, kita mau menentukan tapi sumbu x-x tidak pada garis berat,
melainkan seperti pada gambar.

Kembali lagi ke rumus nemoy (nenek moyank)…

, jika dilanjutkan kira-kira akan seperti ini


4. TEGANGAN LENTUR

Gaya geser, sering disebut gaya lintang akan menyebabkan tegangan geser. Diagram
momen lentur maksimum terjadi pada titik dimana geseran memiliki nilai = 0. Untuk suatu
harga momen tertentu, bila tinggi balok menjadi dua kali (sementara lebarnya tetap), akan
menyebabkan tegangan lentur mengecil dengan faktor ¼.

Resultant tegangan lentur pada daerah fghj:

dimana Q adalah statis momen daerah fghj terhadap garis netral. Resultant tegangan
lentur pada daerah abde:

dimana Q adalah statis momen daerah abde terhadap garis netral yang sama besarnya
dengan untuk daerah fghj karena penampang prismatis (tidak berubah dari titik ke titik
lainnya sepanjang balok). Berdasarkan hubungan momen dan geser:
5. TEGANGAN AKSIAL

Tegangan aksial adalah intensitas gaya yang bekerja normal (tegak lurus) terhadap
irisan yang mengalami tegangan, dan dilambangkan dengan ζ (sigma).
Bila gaya-gaya luar yang bekerja pada suatu batang sejajar terhadap sumbu utamanya dan
potongan penampang batang tersebut konstan, tegangan internal yang dihasilkan adalah
sejajar terhadap sumbu tersebut.

Gaya-gaya seperti itu disebut gaya aksial, dan tegangan yang timbul dikenal sebagai
tegangan aksial. Konsep dasar dari tegangan dan regangan dapat diilustrasikan dengan
meninjau sebuah batang prismatik yang dibebani gaya-gaya aksial (axial forces) P pada
ujung-ujungnya. Sebuah batang prismatik adalah sebuah batang lurus yang memiliki
penampang yang sama pada keseluruhan pajangnya. Untuk menyelidiki tegangan-tegangan
internal yang ditimbulkan gaya-gaya aksial dalam batang, dibuat suatu pemotongan garis
khayal pada irisan mn (Gambar 1.2). Irisan ini diambil
tegak lurus sumbu longitudinal batang. Karena itu irisan dikenal sebagai suatu penampang
(cross section).
Gambar 1.2. Batang Prismatik yang Dibebani Gaya Aksial

Tegangan aksial dapat berbentuk:


1. Tegangan Tarik (Tensile Stress)

Apabila sepasang gaya tarik aksial menarik suatu batang, dan akibatnya batang ini
cenderung menjadi meregang atau bertambah panjang. Maka gaya tarik aksial tersebut
menghasilkan tegangan tarik pada batang di suatu bidang yang terletak tegak lurus atau
normal terhadap sumbunya.

Gambar 1.3. Gaya Tarik Aksial

2. Tegangan Tekan (Compressive Stress)

Apabila sepasang gaya tekan aksial mendorong suatu batang, akibatnya batang ini
cenderung untuk memperpendek atau menekan batang tersebut. Maka gaya tarik aksial
tersebut menghasilkan tegangan tekan pada batang di suatu bidang yang terletak tegak lurus
atau normal terhadap sumbunya.

Gambar 1.4. Gaya Tekan Aksial


Intensitas gaya (yakni, gaya per satuan luas) disebut tegangan (stress) dan lazimnya
ditunjukkan dengan huruf Yunani ζ (sigma). Dengan menganggap bahwa tegangan
terdistribusi secara merata pada seluruh penampang batang, maka resultannya sama dengan
intensitas ζ kali luas penampang A dari batang.
Selanjutnya, dari kesetimbangan benda yang diperlihatkan pada Gambar 1.2, besar resultan
gayanya sama dengan beban P yang dikenakan, tetapi arahnya berlawanan. Sehingga
diperoleh rumus :

Anda mungkin juga menyukai