Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kolik Abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus
intestinal (Nettina, 2001). Colic abdomen adalah suatu rasa nyeri yang tejadi secara akut
maupun kronik yang intensitasnya hilang datang karna ada permasalahan pada organ
didalam perut. Colic abdomen umumnya terjadi akibat peradangan atau infeksi , apabila hal
ini tidak teratasi dengan cepat maka akan berakibat fatal dan dapat mengganggu system
pencernaan serta metabolisme pada tubuh manusia. Jika berbicara masalah perut, maka
tidak sedikit organ yang ada didalamnya, adapun beberapa contoh gangguannya ialah batu
ginjal, hepatitis, pakreatitis, lecet usus besar, hernia epigtastrik, lecet usus halus, ISK , hernia
lumbal, gastritis, appendiksitis, hernia inguinalis, ca. organ abdomen, dll. Tetapi pada
umumnya semua organ pada perut mengalami gejala infeksi berupa nyeri.

B. Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah agar Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami
tentang pengertian Colic abdomen, penyebab, tanda gejala dan asuhan keperawatannya.

1|
BAB III
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Kolik Abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus
intestinal (Nettina, 2001). Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan
terhambatnya aliran isi usus ke depan tetapi peristaltiknya normal (Reeves, 2001). Collic
abdomen adalah nyeri perut yang kadang timbul secara tiba-tiba dan kadang hilang dan
merupakan variasi kondisi dari yang sangat ringan sampai yang bersifat fatal (Ilmu Penyait
Dalam, 2001 : 92).

Kolik abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus
intestinal. Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya aliran isi
usus ke depan tetapi peristaltiknya normal. Banyak juga ahli yang mendefinisikan klik
abdomen sebagai sebuah kondisi yang ditandai dengan kram atau nyeri kolik hebat, yang
mungkin disertai dengan mual dan muntah.

B. ANATOMI
Gaster terletak melintang dari kiri ke kanan melintasi abdomen bagian atas antara
hati dan diafragma. Dalam keadaan kosong gaster berbentuk huruf J, gaster akan berakhir
pada pylorus yang mempunyai sebuah otot sphincter yang berfungsi menutup dan membuka
saat pengisian dan pengosongan lambung. Gaster berlanjut kedalam duodenum yang
berjalan secara anatomis dan visual sulit dibedakan dan jejunum dan ileum, hanya saja
panjang duodenum kira-kira 25cm dan berakhir pada ligament-ligamen treltz berupa sebuah
ligament yang berjalan dari sisi kanan diafragma dekat dengan hiafus esophagus dan melekat
pada perbatasan duodenum dan jejunum sisa dari usus halus adalah jejunum ¾ bagian akhir
disebut ileum. Secara anatomis letak jejenum adalah diperut bagian kiri, sedangkan ileum

2|
dibagian kanan. Makanan masuk melalui sphincter pylorium keduodenum, maka sisa
makanan akan melalui katub ileoccal valve, yang mencegah berbaliknya makanan dari usus
besar kedalam usus halus. Pada ujung caecum terdapat appendix vermicularis. Colon (usus
besar) lebih besar dari usus halus yang terdiri dari ceacum, colon pars desendens, colon pars
aseenden, colon transversum dan rectum, lapisan usus besar terdiri dari tunika serosa tunika
submukosa, tunika muskularis, tunika mukosa.

C. ETIOLOGI
1. Mekanis
a. Adhesi/perlengketan pascabedah (90% dari obstruksi mekanik)
b. Karsinoma
c. Volvulus
d. Intususepsi
e. Obstipasi
f. Polip
g. Striktur
2. Fungsional (non mekanik)
a. Ileus paralitik
b. Lesi medula spinalis
c. Enteritis regional
d. Ketidakseimbangan elektrolit
e. Uremia
3. Etiologi yang lain yaitu
a. Inflamasi peritoneum parietal : perforasi peritonitis, opendisitis, diverti kulitis,
pankreanitis, kolesistitis.
b. Kelainan mukosa viseral : tukak peptik, inflamatory bowel disease, kulitis infeksi,
esofagitis.
c. Obstrukti viseral : ileus obstruksi, kolik bilier atau renal karena batu.
d. Regangan kopsula organ : hepatitis kista ovarium, pilelonefritis
e. Gangguan vaskuler : iskemia atau infark intestinal.
f. Gangguan motilitas : irritable bowel syndrome, dispepsia fungsional.
g. Ekstra abdominal : hespes trauma muskuloskeletal, infark miokard dan paru dan
lainnya

3|
D. PATOFISIOLOGI
Peristiwa patofisiologik yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa
memandang apakah obstruksi tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau fungsional.
Perbedaan utamanya adalah pada obstruksi paralitik di mana peristaltic dihambat dari
permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanik peristaltic mula-mula diperkuat, kemudian
intermiten, dan akhirnya hilang.
Perubahan patofisiologi utama pada obstruksi usus dapat dilihat pada gambar.
Lumen usus yang tersumbat secara progresif akan teregang oleh cairan dan gas (70% dari gas
yang ditelan) akibat peningkatan tekanan intralumen, yang menurunkan pengaliran air dan
natrium dari usus ke darah. Oleh karena sekitar 8 liter cairan disekresi kedalam saluran cerna
setiap hari, tidak adanya absorpsi dapat mengakibatkan penimbunan intralumen dengan
cepat. Muntah dan penyedotan usus setelah pengobatan di mulai merupakan sumber
kehilangan utama cairan dan elektrolit. Pengaruh atas kehilangan ini adalah penciutan ruang
cairan eksrta sel yang mengakibatkan syok-hipotensi, pengurangan curah jantung, penurunan
perfusi jaringan, dan asidosis metabolic. Peregangan usus yang terus menerus
mengakibatkan lingkaran setan penurunan absorpsi cairan dan peningkatan sekresi cairan
kedalam usus. Efek local peregangan usus adalah iskemia akibat distensi dan peningkatan
permeabilitas akibat nekrosis, disertai absorpsi toksin-toksin bakteri kedalam rongga
peritoneum dan sirkulasi sistemik.
Akut abdomen terjadi karena nyeri abdomen yang timbul tiba – tiba atau sudah
berlangsung lama. Nyeri yang dirasakan dapat ditentukan atau tidak oleh pasien tergantung
pada nyeri itu sendiri. Nyeri abdomen dapat berasal dari organ dalam abdomen termasuk
nyeri viseral, dari otot, lapisan dari dinding perut (nyeri somatic). Nyeri viseral biasanya nyeri
yang ditimbulkan terlokalisasi dan berbentuk khas, sehingga nyeri yang berasal dari viseral
dan berlangsung akut biasanya menyebabkan tekanan darah dan denyut jantung berubah,
pucat dan berkeringat dan disertai fenomena viseral yaitu muntah dan diare. Lokasi dari
nyeri abdomen bisa mengarah pada lokasi organ yang menjadi penyebab nyeri tersebut.
Walaupun sebagian nyeri yang dirasakan merupakan penjalaran dari tempat lain. Oleh
karena itu nyeri yang dirasakan bisa merupakan lokasi dari nyeri tersebut atau sekunder dari
tempat lain

4|
Obstruksi usus

Akumulasi gas cairan didlam


lumen sebelah prokssimal
dari letak absopsi

Distensi Profilerasi bakteri Kehilangan H2o dan


yg berlangsung elektrolit
cepat
Tekanan infralumen
Volume ECK

Kehilangan cairan
menuju ruang Syok hipovolemik
peritoneum

Rasa nyeri pada


Pelepasan bakteri dan toksin dari abdomen
usus yg nekrotik ke dalam
peritoneum dan sirkulasi sistemik

Peritonitis septikemia

E. MANIFESTASI KLINIK KOLIK ABDOMEN


1. Mekanika sederhana – usus halus atas
Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi, muntah empedu awal,
peningkatan bising usus (bunyi gemerincing bernada tinggi terdengar pada interval
singkat), nyeri tekan difus minimal.
2. Mekanika sederhana – usus halus bawah
Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat,muntah – sedikit atau tidak ada –
kemudian mempunyai ampas, bising usus dan bunyi “hush” meningkat, nyeri tekan difus
minimal.
3. Mekanika sederhana – kolon
Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir, kemudian terjadi
muntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri tekan difus minimal.

5|
4. Obstruksi mekanik parsial
Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn. Gejalanya kram nyeri
abdomen, distensi ringan dan diare.
5. Strangulasi
Gejala berkembang dengan cepat; nyeri parah, terus menerus dan terlokalisir; distensi
sedang; muntah persisten; biasanya bising usus menurun dn nyeri tekan terlokalisir
hebat. Feses atau vomitus menjadi berwarna gelap atau berdarah atau mengandung
darah samar.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Sinar x abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalam usus
2. Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau lipatan sigmoid
yang tertutup.
3. Penurunan kadar serum natrium, kalium dan klorida akibat muntah; peningkatan hitung
SDP dengan nekrosis, strangulasi atau peritonitis dan peningkatan kadar serum amilase
karena iritasi pankreas oleh lipatan usus.
4. Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis metabolik
5. Nilai hemoglobin dan hematokrit, untuk melihat kemungkinan adanya perdarahan atau
dehidrasi.
6. Hitung leukosit dapat menunjukkan adanya proses peradangan.
7. Hitung trombosit dan faktor koagulasi, disamping diperlukan untuk persiapan bedah,
juga dapat membantu menegakkan diagnosis yang lainnya

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Koreksi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
Terapi Na+, K+, komponen darah
Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan interstisial
Dekstrosa dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan intraseluler
Dekompresi selang nasoenteral yang panjang dari proksimal usus ke area penyumbatan;
selang dapat dimasukkan dengan lebih efektif dengan pasien berbaring miring ke kanan.
Implementasikan pengobatan unutk syok dan peritonitis.
Hiperalimentasi untuk mengoreksi defisiensi protein karena obstruksi kronik, ileus
paralitik atau infeksi.
Reseksi usus dengan anastomosis dari ujung ke ujung.
Ostomi barrel-ganda jika anastomosis dari ujung ke ujung terlalu beresiko.

6|
Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses dan mendekompresi usus dengan
reseksi usus yang dilakukan sebagai prosedur kedua.

7|
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien :
Nama pasien : Tn. S.M
Umur : 26 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Jl. Tociung
No. Registrasi :
Dx medis : Kolik Abdomen

2. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny. H
Umur : 24 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Tociung
Hubungan : istri
3. Keluhan utama
Pasien mengatakan bahwa sangat nyeri pada semua lapang perut seperti tertusuk-tusuk.
4. Riwayat Penyakit Sekararang
Klien masuk pada tanggal 28 November 2014 melalui IGD pada pukul 00.35 Wita. Klien
mengatakan secara tiba-tiba timbul nyeri pada perut semakin lama semakin nyeri dan
tersa seperti tertusuk tusuk. Klien mengatakan nyerinya tidak dapat tertahankan lagi
disertai dengan muntah-muntah sehingga keluarga membawa ke RS.
5. Riwayat penyakit dahulu
Klien dan keluarga klien mengatakan belum pernah merasakan nyeri perut seperti ini
sebelumnya.
6. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan Umum : lemah
b) Kesadaran : composmentis
c) Vital sign

8|
TD : 130/80 mmHg
Nadi : 92 x/i
Suhu : 36,7 °C
RR : 22 x/i
d) Kepala
Bentuk meschosepal, tidak terdapat oedem dan nyeri tekan, rambut hitam lurus
dengan distribusi merata dan tidak ada ketombe
e) Mata
Simetris antaran kiri dan kanan, konjuntiva anemis, sclera tidak ikterik, pupil isokor,
reflek positif.
f) Hidung
Bersih dan tidak terdapat kotoran dan penyimpitan di dalamnya, simetris kiri dan
kanan,tidak oedem pada saat ditekan, terpasang NGT, dengan produksi warna
kecoklatan.
g) Telingga
h) Bersih dan tidak terdapat kotoran / lesi dan serumen didalamnya, simetris antara kiri
dan kanan
i) Mulut dan gigi
Gigi sudah ada yang tanggal, terdeapat karies gigi, mulut sedikit berbau, mukosa
agak bibir kering.
j) Leher
Otot sternokleidomastoideus simetris antara kiri dan kanan, tidak terdapat
pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfa.
k) Pemeriksaan integumen
Seluruh kulit tubuh bersih dan tidak infeksi kulit.
l) Dada dan thorax:
Paru
Inspeksi : simetris antara kiri dan kanan
Palpasi : taktil fremitus dapat teraba pada bagian anterior dada dan sama
antara dada kiri dan kanan.
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler tidak ada whezing dan ronchi
Jantung
Inspeksi : iktus kordis tampak mengembang
Palpasi : ictus cordis kuat mengangkat

9|
Perkusi : redup, batas katup pulmonal pada sela iga ke-2 dexta, batas katup
aorta pada sela iga ke-2 sinistra dan katup tricuspidalis pada sela iga ke-5 dan 6
pada area tricuspid.
Auskultasi : s1 dan s2, reguler tidak ada bunyi tambahan
m) Abdomen
Auskultasi : bising usus positif, 12 kali permenit
Inspeksi : perut datar tidak ada acites dan nampak klien memijat perut
dengan posisi melipat tubuh
Palpasi : ada nyeri tekan
Perkusi : timpani
n) Genetalia : Tidak dilakukan pemriksaan
o) Ekstermitas
Superior : kekuatan otot baik sendi dapat digerakan, akral dingin, CRT<2
detik, tidak ada kekekuan
Inferior : kekuatan otot baik, sendi dapat digerakan, CRT<2 detik
7. Pengkajian fungsional
a) Pola persepsi kesehatan dan manajemen kesehatan
Klien menjelaskan bahwa keadaannya sekarang sangat terganggu karena
mengalami nyeri perut yang hebat yang tidak pernah dirasakan sebelumnya dan
klien tampak sedih dengan keadaannya karena sering mengeluh nyeri
b) Pola istrihat dan tidur
Klien juga menjelaskan bahwa klien tidak bisa tidur dengan baik karena mengeluh
nyeri dengan keadaannya yang sakit.
c) Pola aktivitas dan latihan
Klien tidak dapat bergerak dengan leluasa ketika sakitnya muncul dan hanya
dengan posisi melipat tubuh.
d) Pola nutrisi
Klien dan keluarga klien mengatakan muntah 3 kali sehingga semua makanan yag
dimakan malam hari keluar semua dan merasa mual.
e) Pola eliminasi
Klien mengatakan BAK dan BAB lancar.
f) Pola personal hygiene
Klien menjelaskan bahwa klien biasa dirumah selalu membersihkan dirinya dan
selalu mandi terarur dan frekuensi 3 kali dalam sehari pagi siang dan sore.

10 |
g) Pola pikir dan persepsi
Klien dan keluarga menjelaskan bahwa terbebani tentang keadaannya
8. Pemeriksaan neurologis
Keadaan umum lemah, kesadaran compesmentis, pupil sokor, reflek positif terhadap
cahaya, GCS :E 4 V5 M6.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut
2. Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Gangguan pola tidur
4. Ansietas

11 |
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Nyeri akut berhubungan dengan: NOC : NIC :


Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis), kerusakan  Pain Level,  Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
jaringan  pain control, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
 comfort level kualitas dan faktor presipitasi
DS: Setelah dilakukan tinfakan  Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
- Laporan secara verbal keperawatan selama …. Pasien  Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
DO: tidak mengalami nyeri, dengan menemukan dukungan
- Posisi untuk menahan nyeri kriteria hasil:  Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
- Tingkah laku berhati-hati  Mampu mengontrol nyeri (tahu seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
- Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit penyebab nyeri, mampu  Kurangi faktor presipitasi nyeri
atau gerakan kacau, menyeringai) menggunakan tehnik  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
- Terfokus pada diri sendiri nonfarmakologi untuk intervensi
- Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, mengurangi nyeri, mencari  Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala,
kerusakan proses berpikir, penurunan interaksi bantuan) relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin
dengan orang dan lingkungan)  Melaporkan bahwa nyeri  Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri: ……...
- Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, berkurang dengan  Tingkatkan istirahat
menemui orang lain dan/atau aktivitas, aktivitas menggunakan manajemen nyeri  Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab
berulang-ulang)  Mampu mengenali nyeri (skala, nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan
- Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan intensitas, frekuensi dan tanda antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur
tekanan darah, perubahan nafas, nadi dan dilatasi nyeri)  Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
pupil)  Menyatakan rasa nyaman analgesik pertama kali
- Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin setelah nyeri berkurang
dalam rentang dari lemah ke kaku)  Tanda vital dalam rentang
- Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih, normal
menangis, waspada, iritabel, nafas  Tidak mengalami gangguan
panjang/berkeluh kesah) tidur
- Perubahan dalam nafsu makan dan minum

12 |
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan
Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari NOC:  Kaji adanya alergi makanan


kebutuhan tubuh a. Nutritional status: Adequacy of  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
Berhubungan dengan : nutrient nutrisi yang dibutuhkan pasien
Ketidakmampuan untuk memasukkan b. Nutritional Status : food and  Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk
atau mencerna nutrisi oleh karena Fluid Intake mencegah konstipasi
faktor biologis, psikologis atau ekonomi. c. Weight Control  Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.
DS: Setelah dilakukan tindakan  Monitor adanya penurunan BB dan gula darah
- Nyeri abdomen keperawatan selama….nutrisi  Monitor lingkungan selama makan
- Muntah kurang teratasi dengan indikator:  Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
- Kejang perut  Albumin serum  Monitor turgor kulit
- Rasa penuh tiba-tiba setelah makan  Pre albumin serum  Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, Hb dan kadar
DO:  Hematokrit Ht
- Diare  Hemoglobin  Monitor mual dan muntah
- Rontok rambut yang berlebih  Total iron binding capacity  Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
- Kurang nafsu makan  Jumlah limfosit  Monitor intake nuntrisi
- Bising usus berlebih  Informasikan pada klien dan keluarga tentang manfaat nutrisi
- Konjungtiva pucat  Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan suplemen makanan
- Denyut nadi lemah seperti NGT/ TPN sehingga intake cairan yang adekuat dapat
dipertahankan.
 Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama makan
 Kelola pemberan anti emetik:.....
 Anjurkan banyak minum
 Pertahankan terapi IV line
 Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan
cavitas oval

13 |
Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Gangguan pola tidur berhubungan dengan: NOC: NIC :


- Psikologis : usia tua, kecemasan, agen  Anxiety Control Sleep Enhancement
biokimia, suhu tubuh, pola aktivitas,  Comfort Level - Determinasi efek-efek medikasi terhadap pola
depresi, kelelahan, takut, kesendirian.  Pain Level tidur
- Lingkungan : kelembaban, kurangnya  Rest : Extent and Pattern - Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
privacy/kontrol tidur, pencahayaan,  Sleep : Extent ang Pattern - Fasilitasi untuk mempertahankan aktivitas
medikasi (depresan, stimulan),kebisingan. Setelah dilakukan tindakan sebelum tidur (membaca)
Fisiologis : Demam, mual, posisi, urgensi urin. keperawatan selama …. gangguan - Ciptakan lingkungan yang nyaman
DS: pola tidur pasien teratasi dengan - Kolaburasi pemberian obat tidur
- Bangun lebih awal/lebih lambat kriteria hasil:
- Secara verbal menyatakan tidak fresh  Jumlah jam tidur dalam batas
sesudah tidur normal
DO :  Pola tidur,kualitas dalam batas
- Penurunan kemempuan fungsi normal
- Penurunan proporsi tidur REM  Perasaan fresh sesudah
- Penurunan proporsi pada tahap 3 dan 4 tidur/istirahat
tidur.  Mampu mengidentifikasi hal-hal
- Peningkatan proporsi pada tahap 1 tidur yang meningkatkan tidur
- Jumlah tidur kurang dari normal sesuai
usia

14 |
Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Kecemasan berhubungan dengan NOC : NIC :


- Kontrol kecemasan Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
Faktor keturunan, Krisis situasional, Stress, - Koping  Gunakan pendekatan yang menenangkan
perubahan status kesehatan, ancaman Setelah dilakukan asuhan selama  Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku
kematian, perubahan konsep diri, kurang ……………klien kecemasan teratasi pasien
pengetahuan dan hospitalisasi dgn kriteria hasil:  Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan
 Klien mampu mengidentifikasi selama prosedur
dan mengungkapkan gejala  Temani pasien untuk memberikan keamanan dan
DO/DS: cemas mengurangi takut
 Mengidentifikasi,  Berikan informasi faktual mengenai diagnosis,
- Insomnia mengungkapkan dan tindakan prognosis
- Kontak mata kurang menunjukkan tehnik untuk  Libatkan keluarga untuk mendampingi klien
- Kurang istirahat mengontol cemas  Instruksikan pada pasien untuk menggunakan
- Berfokus pada diri sendiri  Vital sign dalam batas normal tehnik relaksasi
- Iritabilitas  Postur tubuh, ekspresi wajah,  Dengarkan dengan penuh perhatian
- Takut bahasa tubuh dan tingkat  Identifikasi tingkat kecemasan
- Nyeri perut aktivitas menunjukkan
- Penurunan TD dan denyut nadi  Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan
berkurangnya kecemasan
- Diare, mual, kelelahan kecemasan
- Gangguan tidur  Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,
- Gemetar ketakutan, persepsi
- Anoreksia, mulut kering  Kelola pemberian obat anti cemas:........
- Peningkatan TD, denyut nadi, RR
- Kesulitan bernafas
- Bingung
- Bloking dalam pembicaraan
- Sulit berkonsentrasi

15 |
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa Colic abdomen adalah suatu rasa nyeri yang tejadi secara
akut maupun kronik yang intensitasnya hilang datang karna ada permasalahan pada organ
didalam perut. Colic abdomen umumnya terjadi akibat peradangan atau infeksi , apabila hal
ini tidak teratasi dengan cepat maka akan berakibat fatal dan dapat mengganggu system
pencernaan serta metabolisme pada tubuh manusia, tanda gejala colic abdomen
biasanya Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi, muntah empedu
awal, peningkatan bising usus (bunyi gemerincing bernada tinggi terdengar pada interval
singkat), nyeri tekan difus minimal. Diagnose yang sering muncul antara lain nyeri akut,
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dan ansietas.

B. SARAN
Jika ada keluarga atau kerabat yang mengalami nyeri dibagian abdomen bisa
dilakukan pemeriksaan fisik seperti palpasi di bagian abdomen dan sebagai calon perawat
kita harus lebih mengetahui tentang bagaimana cara pemeriksaan keperawatan colic
abdomen agar sewaktu-waktu bisa menolong saudara yang mengalami colic, semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

16 |
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002, Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah, volume 2. Edisi 2 Jakarta : EGC
H. Slamet Suyono. Prof. Dr. SpPD. KE., 2001.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, FKUI Jakarta,
H. Syaifuddin Drs. B.Ac, 1997. Anatomi Fisiologi. Jakarta:EGC
Marllyn E. Doenges dkk, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3, Jakarta
Mudjiastuti, Diktat Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Masalah Pencernaan Makanan,
Surabaya.
R. Sjamsuhidajat, Wim dc Jong, 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta:EGC.
Reeves, Charlene J et al. 2008. Medical-Surgical Nursing. Alih Bahasa Joko Setyono. Ed. I. Jakarta :
Salemba Medika
Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa Setiawan dkk. Ed.
1.Jakarta:EGC

17 |

Anda mungkin juga menyukai