Anda di halaman 1dari 5

Acara : Pengenalan Mineral Bijih

Tujuan :

1. Mampu mendeskripsi mineral bijih


2. Mampu menjelaskan paragenesa mineral bijih
3. Dalam laboratorium ini anda akan belajar/latihan untuk menggunakan pengamatan
pantulan cahaya untuk identifikasi mineral di bagian atas polesan.

Alat dan bahan :

1. Mikroskop polarisasi bijih


2. Sampel sayatan poles
3. Alat tulis menulis
4. Format praktikum
5. Kamera

Teori ringkas :

A. Sifat Fisik

Sifat fisik adalah penampakan secara fisik dari suatu mineral bijih.

1. Bentuk dan Habit

Mineral-mineral yang keras cenderung untuk membentuk kristal yang berkembang


dengan baik contohnya adalah pirit, hematit, wolframit, arenopit, cobalit dan magnetit.
Mineral yang lunak perkembangan kristalnyan kurang baik contohnya kalkopirit, galena, dan
tetrahidrit.

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih baik perlu dilakukan etsa terhadap
permukaaan didang poles. Karena bidang poles yang diamati berupa bidang 2 dimensi maka
bentuk yang tampak adalah bentuk kristal yang berpotongan dengan permukaan bidang
poles. Istilah-istilah untuk menunjukkan bentuk dan habit sama dengan yang dipergunakan
dalam mineralogi seperti bentuk euhedral, subhedral, anhedral, accicular, tabular, spheroidal,
granular, reticulate, radial, bladed, foliate, konsentris, colloforn, fibrous.

2. Cleavage dan fracture


Cleavage atau belahan adalah sifat fisik suatu mineral bijih yang mempunyai
kecenderungan untuk membelah atau pecah sepanjang bidang tertentu yang searah dengan
kohesi terkecil. Belahan ini pada umumnya sejajar dengan permukaan kristal.

Fracture atau pecahan adalah sifat fisik suatu mineral yang mempunyai
kecenderungan untuk pecah tidak beraturan (setelah melewati batas-batas elastis dan
plastisnya). Clevage dalam bidang poles ditandai dengan satu set atau lebih rekahan paralel
baik distinct maupun indistinct. Mineral dapat menunjukkan satu samapi tiga set rekahan
paralel tergantung jumlah bidang rekah yang terdapat dalam mineral dan orientasi bidang
poles. Contoh pada galena, triangular pits terjadi akaibat tiga arah rekahan yang berbeda.
Biasanya terjadi pada belahan kubus, oktahedral, rhombohedral dan dodekahedral. Belahan
prismatik menghasilkan pola rectangular, segitiga atau diamond-shapped. Belahan pinakoid
menghasilkan suatu set rekahan paralel.

3. Kembaran/twinning

Pada mineral isotrop, kembaran dapat ditunjukkan oleh perubahan orientasi belahan
sedangkan pada mineral isotrop dapat juga ditentukan oleh perbedaan warna pada bagian dan
posisi tertentu. Untuk mendapatkan bentuk kembaran yang jelas dapat delakukan etsa.

4. Tekstur bijih

Tekstur bijih adalah hubungan antar mineral dalam suatu bijih. Dari tekstur ini dapat
diketahui gambaran awal pembentuk bijih, metamorfosa, lingkungan pengendapan,
deformasi, dan pelapukan bijih.

tekstur terbagi atas:

Tekstur primer : terjadi saat pembentukan bijih

Tekstur sekunder : terjadi setelah pembentuk bijih baik akibat prosesreplacement,


pengaruh lingkungan pengendapan atau deformasi mekanis.

5. Kekerasan
Kekerasan dari suatu mineral dapat bervariasi menurut orientasi butiran mineral. Ada
3 jenis kekerasan dalam identifikasi mineral yaitu:

Scratch hardness : dengan cara menggoreskan permukaan mineral dengan jarum baja dibawah
pengamatan mikroskopi. Kekerasan relatif oleh S.B Talmaga dibagi tijuh tingkat ;Argentit-
Galena-Kalkopirit-Tetrahidri-niccolite-Magnetit-limenit.

Microhardness : menggunakan microhardness indenter. Ada dua jenis indenter yaitu Knop
dan Vickers. Dengan cara ini mineral dapat ditentukan secara kuantitatif.

polishing Hardness : berkaitan dengan resistensi mineral terhadap abrasi. pada saat dipoles,
mineral yang lebih lunak akan lebih cepat terkikis dari pada mineral yang keras sehingga
terlihat reliefnya lebih tinggi di bawah mikroskopi.

B. Sifat Optik
1. Nikol sejajar
Pengamatan sifat-sifat optik tanpa mempengaruhi analisator.
a. Warna
Sebagian besar mineral bijih memiliki kisaran warna putih sampai abu-abu
dengan perbedaan yang sedikit sekali. Untuk membedakan dibutuhkan banyak latihan.
Tetapi mineral-mineral dengan perbedaan warna yang sedikit sekali dapat dibedakan jika
letaknya berdampingan. Warna-warna mineral akan sedikit berbeda tergantung dari jenis
mineral asosiasinya. Untuk lebih memunculkan perbedaan warna dapt digunakan medium
immersinya.

b. Reflektivitas

Reflektivitas sangat tergantung pada perbedaan antara indeks biasnya dengan indeks
bias medium (udara, minyak, dll). Untuk mengukur reflektifitas dipergunakan alat
microphotometers dan photoelectric. Mineral-mineral transparant tanpa gelap dibawah
mikroskop refleksi karena hanya sedikit sekali mamantulkan sinar.

c. Pleokrisme

Untuk menentukan sifat ini dilakukan dengan memutar meja objek mikroskop.
Pleokrisme dipengaruhi oleh sifat isometrik mineral dan bidang polesnya. Sistem kristal lain
yang isotrop tidak menunjukkan perubahan warna atau kecemerlangan selama meja
mikroskop diputar maka mineral tersebut tidak memiliki pleokrisme. Jika terjadi perubahan
harus dilihat apakah perubahan yang terjadi sangat jelas atau sedikit saja. Pleokrisme pada
suatu mineral dapat dibagi menjadi pleokrisme lemah, sedang atau kuat.

Pleokrisme merupakan fungsi dari indeks bias medium immersi. Semakin besar
indeks bias medium semakin kuat pleokrismenya. Pleokrisme juga merupakan fungsi dan
orientasi kristalografis.

Sebagai contoh pada kristal hexagonal atau tetragonal. Bidang yang tegak lurus
sumbu C tidak akan menunjukkan pleokrisme sedangkan bidang yang sejajar sumbu C akan
menunjukkan pleokrisme maksimum

2. Nikol silang
Pengamatan sifat-sifat optik dengan menggunakan isolator.
a. Isotrop/anisotrop
Jika suatu bidang poles diamati dengan menggunakan polarisator dan analisator secara
bersamaan (nikol silang) dan menunjukkan salah satusifat sbb:
-
Tetap gelap selama meja mikroskop diputar 3600
-
sangat lemah teriluminasi (agak gelap benar) tetapi tidak menunjukkan perubahan baik
dalam intensitas iluminasi atau warna selama mikroskop diputar 360 0. Maka bidang poles
mineral tersebut bersifat isotrop sedangkan jika terjadi perubahan warna dan atau
teriluminasi selama meja mikroskop diputar, maka bidang poles tersebut bersifat
anisotrop. Sifat anisotrop ini dapat lemah dan kuat tergantung pada refleksitas pada
sumbu-sumbu optisnya. Setiap mineral dengan sistem kristal isometrik secara teorotis
mempunyai sistim kristal isometrik. Karena setiap bidang yang tegak lurus terhadap
sumbu optisnya pasti isotrop apapun sistim kristalnya. Hal yang perlu diperhatikan adalah
mineral seperti pirit yang isometrik dapat menunjukkan sifat isotropi pada bidang poles
yang tidak terlalu baik.
b. Warna interperensi
Pada nikol silang mineral anisotrop dapat menunjukkan perubahan intensitas
iluminasi atau perubahan warna (warna interperensi). Pada beberapa mineral sifat ini
sangat berguna sebagai petunjuk identifikasi. Tetapi sifat ini jarang digunakan karena :
 Warna interferensi hanya akan konstan jika nikol betul-betul silang
 Sulit menentukan istilah standar yang tepat untuk warna yang tampak
 warna interferensi yang berbeda untuk tiap mikroskop terutama dari jenis yang
lama
 Sangat diperlukan iluminasi yang konstan untuk hasilyang tepat
c. Refleksi dalam
Beberapa mineral bijih yang sedikt transparan membuat sebagian sinar yang jatuh
pada permukaanya dapat menembus lebih dalam. Sinar yang menembus tersebut ada
yang kembali dipantulkan melalui rekahan atau batas-batas butir kristal. hasilnya adalah
pancaran cahaya yang menyebar dari dalam kristal dapat juga berupa satu atau lebih
pancaran cahaya.
Sifat ini sangat berguna untuk identifikasi karena hanya mineral-mineral tertentu
yang menunjukkanya. Refleksi dalam sangat jelas pada nikol silang dan pencahayaan
yang kuat. Pada butiran yang halus sifat ini sangat sulit terlihat. Komposisi kimia juga
mempengaruhi sifat ini seperti Sphalerit dengan kandungan besi rendah akan
menunjukkan sifat dalam yang jelas.

Prosedur kerja :

1. Menyiapkan mikroskop
2. Menyentringkan mikroskop
3. Menyiapkan sampel sayatan poles
4. Melakukan pegamatan
5. Mencatat hasil pengamatan
6. Foto sampel

Anda mungkin juga menyukai