Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH EPIDIEMOLOGI

Konsep Surveilans Hipertensi

DI SUSUN OLEH : KELOMPOK 4

1. Santi Lestari

2. Aprilia A.P. Paputungan

3. Hestiyanti. Tepinalan

4. La Samidin

5. Nurhasma Dewi

6. Rakima Mau

7. Sitra Ehleklam

8. Gusti Kilian

TINGKAT : III B

POLTEKKES KEMENKES MALUKU

PRODI KEPERAWATAN MASOHI


TAHUN AKADEMIK 2017/2018

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat Rahmat dan
Karunia-Nyalah kami dapat menyelesaikan Makalah dengan judul ‘Konsep Epidiemologi
Hipertensi’ ini dengan tepat waktu.

Dari penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa tiada gading yang tak retak.
Begitupulah kami, manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan. Untuk itu, saran dan kritik
yang membangun daripada semua pihak sangatlah kami perlukan agar penyusunan makalah
selanjutnya dapat lebih baik lagi daripada makalah yang sekarang ini.

Penyusun

Kelompok 4
DAFTAR ISI

1. KATA PENGANTAR
2. DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
B.Rumusan Masalah
C.Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Surveilans Hipertensi
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan
B.Saran

3. DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan surveilans epidemiologi dimulai dari penyakit menular dan meluas ke


penyakit tidak menular. Surveilans epidemiologi penyakit tidak menular merupakan analisis
terus menerus dan sistematis terhadap penyakit tidak menular dan faktor resiko untuk
mendukung upaya pemberantasan penyakit.Penyakit tidak menular (PTM) adalah penyakit
yang diderita oleh seseorang bukan disebabkan infeksi mikroorganism tetapi juga bisa terjadi
karena proses degenaratif. Sistem surveilans PTM terdiri dari jaringan kerja sama dengan
lembaga penelitian, lembaga pendidikan, lembaga sosial masyarakat, serta organisasi profesi
yang bergerak di bidang PTM. Tujuan surveilans PTM adalah memberikan informasi tentang
kondisi penyakit tidak menular kepada para pengambil keputusan dalam perencanaan dan
pertimbangan.

Pada saat ini, salah satu surveilans yang dilakukan yaitu surveilans faktor risiko.
Surveilans faktor risiko ini bertujuan agar dapat dilakukan pencegahan atau pemutusan mata
rantai penyebab pada beberapa penyakit yang dapat didapat disebabkan oleh faktor risiko
tersebut.

Hipertensi (high blood pressure) selain merupakan suatu penyakit yang merupakan the
silent killer di dunia bahkan di negara berkembang seperti Indonesia di mana sebagian besar
orang meninggal dunia tidak mengetahui dirinya menderita hipertensi, hipertensi juga
merupakan muara atau faktor risiko dari berbagai penyakit tidak menular yang juga dapat
menyebabkan kematian. Seperti pada penyakit jantung koroner (PJK), stroke, serta gagal
jantung.

Terjadinya transisi epidemiologi yang paralel dengan transisi demografi dan transisi
teknologi di Indonesia dewasa ini telah mengakibatkan perubahan pola penyakit dari penyakit
infeksi ke penyakit tidak menular (PTM) meliputi penyakit degeneratif yang merupakan faktor
utama masalah morbiditas dan mortalitas. WHO memperkirakan, pada tahun 2020 PTM akan
menyebabkan 73% kematian dan 60% seluruh kesakitan di dunia. Diperkirakan negara yang
paling merasakan dampaknya adalah negara berkembang termasuk Indonesia.
Salah satu PTM yang menjadi masalah kesehatan yang sangat serius saat ini adalah
hipertensi yang disebut sebagai the silent killer. Di Amerika, diperkirakan 1 dari 4 orang dewasa
menderita hipertensi. Apabila penyakit ini tidak terkontrol, akan menyerang target organ, dan
dapat menyebabkan serangan jantung, stroke, gangguan ginjal, serta kebutaan. Dari beberapa
penelitian dilaporkan bahwa penyakit hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan
peluang 7 kali lebih besar terkena stroke, 6 kali lebih besar terkena congestiveheart failure, dan
3 kali lebih besar terkena serangan jantung. Menurut WHO danthe International Society of
Hypertension (ISH), saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia, dan 3 juta di
antaranya meninggal setiap tahunnya. Tujuh dari setiap 10 penderita tersebut tidak
mendapatkan pengobatan secara adekuat. Di Indonesia masalah hipertensi cenderung
meningkat.

Penyakit ini menjadi salah satu masalah utama dalam kesehatan masyarakat di
Indonesia maupun dunia. Diperkirakan sekitar 80% kenaikkan kasus hipertensi terutama terjadi
di negara berkembang pada tahun 2025 dari jumlah total 639 juta kasus di tahun 2000. Jumlah
ini diperkirakan meningkat menjadi 1.15 miliar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan
pada angka penderita hipertensi dan pertambahan penduduk saat ini. Dua pertiga jumlah itu
tinggal di negara berkembang, termasuk Indonesia. Berdasarkan data Statistik Kesehatan
Dunia WHO tahun 2012, hipertensi menyumbang 51% kematian akibat stroke dan 45%
kematian akibat PJK. Prevalensi hipertensi di Indonesia mengalami penurunan, dari 31,7 %
menjadi 25,8% berdasarkan data Riskesdas 2013. Namun, 75% penderita hipertensi tidak
mengetahui bahwa dirinya menderita hipertensi. Mereka baru menyadari jika telah terjadi
komplikasi. Di Indonesia, ancaman hipertensi tidak boleh diabaikan.

Surveilans hipertensi sangat penting untuk dilakukan oleh dinas kesehatan maupun
lembaga dan institusi lainnya yang berkecimpung di dunia kesehatan, agar masyarakat dapat
melakukan pengelolaan terhadap tekanan darahnya serta dapat mengontrolnya sehingga dapat
melakukan tindakan pencegahan dari berbagai aspek dan penyakit tidak menular lainnya yang
dapat meningkatkan angka mortalitas dapat diminimalisir.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep surveilens hipertensi?

C. Tujuan
1. Mengetahui konsep surveilens hipertensi.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Istilah surveilans berasal dari bahasa Prancis, yaitu “surveillance”, yang berarti
“mengamati tentang sesuatu”. Menurut Last (2001) survailans adalah proses pengumpulan
pengolahan analisis dan interpretasi data secara sistimatik dan terus-menerus serta diseminasi
(penyebarluasan) informasi secara tepat waktu kepada unit yang membutuhkan untuk dapat
diambil tindakan yang tepat.Surveilans kesehatan masyarakat adalah pengumpulan, analisis,
dan analisis data secara terus menerus dan sistematis yang kemudian didiseminasikan
(disebarluaskan) kepada pihak-pihak yang bertanggungjawab dalam pencegahan penyakit dan
masalah kesehatan lainnya (DCP2, 2008).

Surveilans memantau terus-menerus kejadian dan kecenderungan penyakit, mendeteksi


dan memprediksi outbreak pada populasi, mengamati faktor-faktor yang mempengaruhi
kejadian penyakit, seperti perubahan-perubahan biologis pada agen, vektor, dan reservoir,
Selanjutnya surveilans menghubungkan informasi tersebut kepada pembuat keputusan agar
dapat dilakukan langkah-langkah pencegahan dan pengendalian penyakit (Last, 2001).

Program Surveilans adalah program pengamaan dan pemantauan penyakit di lapangan


yang memiliki tugas dan fungsi mengumpulkan dan mengolah data, menganalisis dan
menginterpretasi data, menyebarluaskan hasil analisis serta mengevaluasi hasil cakupan. Di
lapangan, survelans penyakit dilaksanakan untuk mengetahui besar kecilnya kejadian penyakit
dan indikasi-indikasi penularan/meluasnya kasus melalui kajian-kajian tertentu.

Hipertensi (high blood pressure) adalah suatu keadaan ketika tekanan darah di
pembuluh darah meningkat secara kronis. Hal tersebut dapat terjadi karena jantung bekerja
lebih keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh. Jika
dibiarkan, penyakit ini dapat mengganggu fungsi organ-organ lain, terutama organ-organ vital
seperti jantung dan ginjal.

B. Gambaran Klinik

Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala. Hipertensi


tidak memberikan gejala khas, baru setelah beberapa tahun ada kalanya pasien merasakan
nyeri kepala pagi hari sebelum bangun tidur, nyeri ini biasanya hilang setelah bangun. Pada
survai hipertensi di Indonesia tercatat berbagai keluhan yang dihubungkan dengan hipertensi
seperti pusing, cepat marah, telinga berdenging, sukar tidur, sesak nafas, rasa berat ditekuk,
mudah lelah, sakit kepala, dan mata berkunang-kunang. Gejala lain yang disebabkan oleh
komplikasi hipertensi seperti gangguan penglihatan, gangguan neurologi, gagal jantung dan
gangguan fungsi ginjal tidak jarang dijumpai.

C. Kriteria Diagnosis

Menurut WHO 1993 dan Joint National Committee (JNC) VII menetapkan batasan hipertensi
adalah tekanan darah menetap 140/90 mmHg diukur pada waktu istirahat. Seseorang
dinyatakan mengidap hipertensi jika tekanan darah sistoliknya lebih besar daripada 140 mmHg
dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg. Tekanan darah yang ideal adalah jika tekanan
sistoliknya 120 mmHg dan diastoliknya 80 mmHg.

D. Kriteria diagnosis laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan pada pasien hipertensi meliputi:

1) Pemeriksaan ureum dan kreatinin dalam darah dipakai untuk menilai fungsi ginjal.
2) Pemeriksaan kalium dalam serum dapat membantu menyingkirkan kemungkinan
aldosteronisme primer pada pasien hipertensi.
3) Pemeriksaan kalsium penting untuk pasien hiperparatiroidisme primer dan dilakukan
sebelum memberikan diuretik karena efek samping diuretik adalah peningkatan kadar
kalsium darah.
4) Pemeriksaan glukosa dilakukan karena hipertensi sering dijumpai pada pasien diabetes
mellitus.
5) Pemeriksaan urinalisis diperlukan untuk membantu menegakan diagnosis penyakit
ginjal, juga karena proteinuria ditemukan pada hampir separuh pasien. sebaiknya
pemeriksaan dilakukan pada urine segar.
6) Pemeriksaan elektrokardiogram dan foto pada yang bermanfaat untuk mengetahui
apakah hipertensi telah berlangsung lama. Pembesaran ventrikel kiri dan gambaran
kardiomegali dapat dideteksi dengan pemeriksaan ini.
E. Klasifikasi Kasus

Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibedakan menjadi 2, yaitu hipertensi primer dan


sekunder. Hipertensi primer/esensial merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya
dan telah mendominasi 95% kasus-kasus hipertensi. Sementara itu, hipertensi sekunder (5%)
adalah hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti penyakit parenkim ginjal, penyakit
renovaskuler, endokrin, sindrom Cushing, dan hipertensi gestasional.

Klasifikasi tekanan darah menurut The Sevent Joint National Committee on Prevention
Detection Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII):

1) Prehipertensi, jika tekanan darah sistolik 120-139 mmHg dan tekanan diastolik 80-89
mmHg.
2) Hipertensi tingkat I, jika tekanan darah sistolik 140-159 mmHg dan tekanan diastolik 90-
99 mmHg.
3) Hipertensi tingkat II, jika tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan diastolik ≥ 100
mmHg.
F. Konfirmasi Kasus Berat

Masyarakat yang mengalami gejala-gejala menderita hipertensi untuk segera


memeriksakan diri ke sarana pelayanan kesehatan terdekat untuk memastikan bahwa dirinya
menderita hipertensi atau tidak sebelum terjadi komplikasi pada dirinya akibat menderita
hipertensi.

G. Kemungkinan Komplikasi

Kemungkinan komplikasi pada penderita hipertensi:

1) Jantung

Jantung dapat dirusak oleh tekanan darah tinggi yang lama tidak diobati. Pada awalnya
jantung mengatasi ketegangan karena harus menghadapi tekanan darah tinggi dengan
meningkatnya kerja otot sehingga membesar agar dapat memompa lebih kuat. Pompa jantung
yang mulai macet, tidak dapat lagi mendorong darah untuk beredar ke seluruh tubuh dan
sebagian darah menumpuk pada jaringan. Zat gizi dan oksigen diangkut oleh darah melalui
pembuluh darah. Persoalan akan timbul bila terdapat halangan atau kelainan di pembuluh
darah, yang berarti kurangnya suplai oksigen dan zat gizi untuk menggerakan jantung secara
normal.

2) Ginjal
Hipertensi yang berkelanjutan menebalkan pembuluh darah pada ginjal sehingga
menganggu mekanisme yang sangat halus yang menghasilkan urin. Salah satu gejala utama
kerusakan ginjal yang disebabkan oleh tekanan darah tinggi adalah berkurangnya kemampuan
untuk menyaring darah.

3) Stroke

Hipertensi dapat menyebabkan tekanan yang lebih besar pada dinding pembuluh darah
sehingga dinding pembuluh darah menjadi lemah dan pembuluh darah akan mudah pecah.
Pada kasus seperti itu, biasanya pembuluh darah akan pecah akibat lonjakan tekanan darah
yang terjadi secara tiba-tiba. Pecahnya pembuluh darah di otak dapat menyebabkan sel-sel
otak yang seharusnya mendapatkan asupan oksigen dan zat gizi yang dibawa melalui
pembuluh darah tersebut menjadi kekurangan zat gizi dan akhirnya mati.

H. Konfirmasi Kasus Kesakitan dan Kematian

Pengobatan yang diperoleh masyarakat yang menderita hipertensi maupun telah


mengalami komplikasi dapat berasal dari pelayanan kesehatan terdekat dari wilayah tempat
tinggalnya. Seperti puskesmas, klinik, dokter praktek, dan rumah sakit. Sehingga konfirmasi
mengenai kasus kesakitan dan kematian akibat hipertensi dan komplikasinya dapat diperoleh
dari sarana pelayanan kesehatan tempat penderita memeriksakan diri dan memperoleh
pengobatan tersebut.

I. Kegagalan Pencegahan dan Pengobatan

Kegagalan pencegahan dan pengobatan terhadap hipertensi dapat terjadi akibat terjadi
akibat ketidakpatuhan penderita terhadap prosedur pencegahan dan pengobatan yang ada,
padahal dirinya telah mengetahui bahwa sedang menderita hipertensi. Seperti tidak menjaga
pola makan (tetap mengonsumsi makanan yang tinggi natrium), merokok, masih mengonsumsi
alkohol, tidak rutin melakukanexercise (olahraga) dan lain sebagainya. Padahal hal tersebut
merupakan beberapa faktor risiko yang unchangeable oleh penderita terhadap kejadian
hipertensi agar tidak menimbulkan komplikasi.

J. Tipe Surveilans yang Direkomendasikan


1) Melakukan skrining (screening) hipertensi terhadap masyarakat untuk menemukan
kasus hipertensi (pengumpulan data secara aktif) di tempat-tempat yang
kemungkinan besar terjadinya kasus hipertensi.
2) Surveilans faktor risiko menjadi prioritas karena lebih fleksibel dan lebih sensitif
untuk mengukur hasil intervensi dalam jangka menengah.
3) Menerima laporan kasus morbiditas hipertensi secara rutin dari sarana pelayanan
kesehatan yang ada.
4) Surveilans terpadu penyakit tidak menular.

Metode Surveilans yang Direkomendasikan

Dalam melakukan surveilans, berbagai pihak dan organisasi kemasyarakatan dapat


diikutsertakan baik organisasi yang formal (governance organization) maupun non formal (non
governance organization). Metoda surveilans yang diterapkan sesuai dengan anjuran WHO
adalah metoda STEP 1 yaitu data tentanggaya hidup dan faktor risiko yang dapat diperoleh
melalui wawancara. Surveilans faktor risiko dapat dilakukan dengan:

1) Mengumpulkan data
a. Data rutin.
b. Bila tidak ada maka dapat dimulai dengan melakukan survei step 1.
c. Survei Step 1 dan Step 2.
d. Survei faktor risiko PTM.
e. Diseminasi data.

Penerapan surveilans hipertensi (dilakukan secara berurutan) sebagai berikut.

2) Identifikasi Penyakit Hipertensi

Faktor risiko adalah karakteristik, tanda maupun gejala yang secara statistik berhubungan
dengan peningkatan insidensi suatu penyakit. Faktor risiko penyakit hipertensi antara lain:

a. Faktor risiko tidak dapat diubah antara lain faktor umur, genetik, gender, dan ras.
b. Faktor risiko dapat diubah antara lain kebiasaan merokok, latihan olah raga, berat
badan berlebih, pola makan, stress, konsumsi alkohol, dan kondisi penyakit lain.

3) Perencanaan pengumpulan data


a. Menentukan tujuan survailens
Memberikan informasi tentang kondisi hipertensi kepada para pengambil
keputusan dalam perencanaan dan pertimbangan.
b. Tetapkan definisi
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg.
c. Tentukan sumber data
Sumber data yaitu laporan puskemas dan laporan RS jumlah penderita hipertensi.
d. Tentukan instrument
Instrumennya yaitu manual dan elektronik.
e. Bagaimana system
Sistemnya yaitu menunggu laporan rutin jumlah penderita hipertensi dan
diambil rutin ke bawah.
f. Tentukan indikator
Indikator faktor risiko penyakit (RR dan OR), indikator program (input.
Proses, output dan outcome), indikator morbidity, mortality, disability, indikator hasil
pemeriksaan tekanan darah.

4) Pengolahan dan penyajian data

Data yang sudah terkumpul dari kegiatan diolah dan disajikan dalam bentuk tabel, grafik
(histogram, poligon frekuensi), chart (bar chart, peta/map area). Penggunaan komputer sangat
diperlukan untuk mempermudah dalam pengolahan data diantaranya dengan menggunakan
program (software) seperti epid info, SPSS, lotus, excel dan lain-lain.

5) Analisis dan interpretasi data

Data jumlah penderita hipertensi yang telah terkumpul di dianalisis dengan melihat
korelasional selanjutnya dibandingkan dengan standar atau indikator yang telah ditentukan
sebelumnya. Setelah di analisis lalu di intepretasikan untuk mempermudah pembaca mengerti
hasil penelitian.

6) Diseminasi dan advokasi

Setelah data diaanalisis dan di interpretasi, Maka data jumlah penderita hipertensi tersebut
disebarluaskan kepada pihak yang berkepentingan untuk membantu dalam penanggulangan
hipertensi ini. Penyebarluasan informasi ini harus mudah dimengerti dan dimanfaatkan dalam
program pencegahan hipertensi. Cara penyebar luasan tersebut dengan membuat suatu
laporan yang digunakan untuk rekomendasi kepada pihak yang bertanggung jawab seperti
Bupati, Walikota dan DPRD.
7) Evaluasi

Program surveilans hipertensi sebaiknya dinilai secara periodik untuk mengevaluasi


manfaatnya. Apabila kegiatan surveilans yang dilakukan memberikan dampak yang positif
berarti kegiatan surveilans yang dilakukan berhasil.

K. Rekomendasi Elemen Data Minimum

Penatalaksanaan hipertensi berbasis pada kesehatan masyarakat (public health) didahului


oleh pengumpulan data dan informasi. Merujuk pada kebijakan yang ada, data dan informasi
yang dibutuhkan adalah yang berhubungan dengan kesakitan, kematian serta faktor risiko.
Beberapa sumber data dan informasi yang dapat menjadi acuan antara lain adalah dari
SURKESNAS, SKRT, SP2RS, RR puskesmas, rumah sakit, klinik maupun dokter praktek.

Penggunaan data dari SURKESNAS, SKRT dimaksudkan bila pada daerah yang
rencananya akan dilakukan intervensi tidak mempunyai data dan informasi yang spesifik daerah
tersebut, surveilans yang dilakukan di masyarakat ditujukan bagi factor risiko penyebab
hipertensi, seperti pola makan, aktifitas, merokok.

Data yang dilaporkan dapat ditampilkan dengan berbagai kategori berdasarkan identitas
penderita misalnya jenis kelamin, tempat tinggal dan umur. Laporan kasus dapat
diklasifikasikan berdasarkan tekanan darah penderita dan hasil diagnosis dari laboratorium.

L. Rekomendasi Analisis Data

Data jumlah penderita hipertensi yang telah terkumpul di dianalisis dengan melihat
korelasional selanjutnya dibandingkan dengan standar atau indikator yang telah ditentukan
sebelumnya. Setelah di analisis lalu di intepretasikan untuk mempermudah pembaca mengerti
hasil penelitian. Laporan data penyakit hipertensi dapat diperoleh dan ditampilkan dalam bentuk
sebagai berikut.

1) Report Data

Kasus morbiditas hipertensi yang dilaporkan ataupun yang diperoleh dari survei aktif
yang berasal dari wilayah terkecil yaitu kecamatan dalam hal ini puskesmas dan berdasarkan
hasil skrining hipertensi terhadap populasi masyarakat. Berdasarkan laporan yang ada,
kemudian diketahui jumlah kasus hipertensi pada wilayah tersebut, langkah selanjutnya
kemudian melakukan upaya pencegahan bagi kelompok populasi yang rentan terkena
hipertensi dengan pendekatan faktor risikonya dan pengobatan bagi mereka yang sudah
menjadi penderita hipertensi.

2) Graphs

Data kesakitan (morbiditas) hipertensi dapat ditampilkan berdasarkan wilayah atau


daerah tertentu, sehingga jelas cakupan wilayah mana yang memiliki penderita hipertensi
terbanyak atau dapat diketahui sebaran penderita hipertensi berdasarkan wilayah dan dapat
dilakukan upaya pencegahan terhadap hipertensi. Selain itu, juga dapat ditampilkan
berdasarkan kelompok umur, sehingga upaya pencegahannya dapat tepat sasaran dengan
menjadikan sebaran kasus berdasarkan kelompok umur untuk dasar langkah pencegahan.
Misalnya, pada golongan yang muda dapat dilakukan penyuluhan atau dengan berbagai media
promosi kesehatan, sedangkan yang tua upaya pencegahannya dapat dilakukan dengan teknik
yang tidak hanya mengandalkan ingatan mereka karena umur yang dapat mempengaruhi
ingatan mereka.

3) Line List

Data yang dilaporkan dan dipublikasikan secara berkelanjutan sehingga dapat dilakukan
upaya penanganan yang tepat secara komprehensif.

M. Prinsip Penggunaan Data untuk Kebijakan

Data yang diperoleh dapat digunakan untuk:

1) Mengindentifikasi populasi yang berisiko untuk terkena hipertensi.


2) Mengidentikasi faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya hipertensi sehingga
dengan mudah dapat dilakukan berbagai upaya pencegahan yang dapat menurunkan
angka morbiditas hipertensi.
3) Mengevaluasi dampak yang dapat terjadi akibat komplikasi yang ditimbulkan oleh
hipertensi sehingga juga dapat dilakukan pencegahan sebelum terjadi komplikasi
tersebut.
4) Melakukan usaha atau penelitian lebih lanjut mengenai beberapa faktor risiko lainnya
yang dapat menyebabkan terjadinya hipertensi dan komplikasi akibat hipertensi pada
masyarakat dalam rangka upaya pencegahan dan penanganan kasus hipertensi.
N. Aspek Khusus

Sebagian besar masyarakat yang menderita hipertensi, tidak mengetahui bahwa dirinya
menderita hipertensi. Hal ini disebabkan karena kurang perhatiannya masyarakat,
ketidaktahuan serta ketidakpahaman untuk senantiasa melakukan medical check up terhadap
status kesehatannya setiap saat. Sehingga tidak mengetahui berapa tekanan darahnya.
Akibatnya, banyak masyarakat yang nanti mengetahui dirinya menderita hipertensi setelah
terjadi komplikasi dan menimbulkan penyakit tidak menular lainnya seperti PJK, stroke dan
gagal ginjal.

Olehnya itu, dibutuhkan upaya skrining terhadap hipertensi dan kemudian melakukan upaya
promosi kesehatan berupa penyuluhan kepada masyarakat tentang hipertensi, agar masyarakat
mengetahui hal-hal yang dapat dilakukan sebagai bentuk tindakan pencegahan terhadap
penyakit hipertensi dan menghindari hal-hal fatal yang dapat disebabkan oleh hipertensi
sebagai the silent killer.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Hipertensi adalah kondisi yang diukur dari seberapa besar kekuatan tekanan
darah yang terjadi di dalam arteri. Survailans adalah proses pengumpulan pengolahan
analisis dan interpretasi data secara sistimatik dan terus-menerus serta diseminasi
(penyebarluasan) informasi secara tepat waktu kepada unit yang membutuhkan untuk
dapat diambil tindakan yang tepat.

B. Saran
Saran kami semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembacanya.
DAFTAR PUSTAKA

Indah Purnamasari. 2014. Surveilans Epidemiologi Penyakit Hipertensi(Online)


Effendy. N (1998). Dasar dasar epidiemologi, Edisi 2. Jakarta: EGC
https://www.scribd.com/doc/157689946/Surveilans-Hipertensi.

Anda mungkin juga menyukai