1. Santi Lestari
3. Hestiyanti. Tepinalan
4. La Samidin
5. Nurhasma Dewi
6. Rakima Mau
7. Sitra Ehleklam
8. Gusti Kilian
TINGKAT : III B
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat Rahmat dan
Karunia-Nyalah kami dapat menyelesaikan Makalah dengan judul ‘Konsep Epidiemologi
Hipertensi’ ini dengan tepat waktu.
Dari penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa tiada gading yang tak retak.
Begitupulah kami, manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan. Untuk itu, saran dan kritik
yang membangun daripada semua pihak sangatlah kami perlukan agar penyusunan makalah
selanjutnya dapat lebih baik lagi daripada makalah yang sekarang ini.
Penyusun
Kelompok 4
DAFTAR ISI
1. KATA PENGANTAR
2. DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
B.Rumusan Masalah
C.Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Surveilans Hipertensi
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan
B.Saran
3. DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada saat ini, salah satu surveilans yang dilakukan yaitu surveilans faktor risiko.
Surveilans faktor risiko ini bertujuan agar dapat dilakukan pencegahan atau pemutusan mata
rantai penyebab pada beberapa penyakit yang dapat didapat disebabkan oleh faktor risiko
tersebut.
Hipertensi (high blood pressure) selain merupakan suatu penyakit yang merupakan the
silent killer di dunia bahkan di negara berkembang seperti Indonesia di mana sebagian besar
orang meninggal dunia tidak mengetahui dirinya menderita hipertensi, hipertensi juga
merupakan muara atau faktor risiko dari berbagai penyakit tidak menular yang juga dapat
menyebabkan kematian. Seperti pada penyakit jantung koroner (PJK), stroke, serta gagal
jantung.
Terjadinya transisi epidemiologi yang paralel dengan transisi demografi dan transisi
teknologi di Indonesia dewasa ini telah mengakibatkan perubahan pola penyakit dari penyakit
infeksi ke penyakit tidak menular (PTM) meliputi penyakit degeneratif yang merupakan faktor
utama masalah morbiditas dan mortalitas. WHO memperkirakan, pada tahun 2020 PTM akan
menyebabkan 73% kematian dan 60% seluruh kesakitan di dunia. Diperkirakan negara yang
paling merasakan dampaknya adalah negara berkembang termasuk Indonesia.
Salah satu PTM yang menjadi masalah kesehatan yang sangat serius saat ini adalah
hipertensi yang disebut sebagai the silent killer. Di Amerika, diperkirakan 1 dari 4 orang dewasa
menderita hipertensi. Apabila penyakit ini tidak terkontrol, akan menyerang target organ, dan
dapat menyebabkan serangan jantung, stroke, gangguan ginjal, serta kebutaan. Dari beberapa
penelitian dilaporkan bahwa penyakit hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan
peluang 7 kali lebih besar terkena stroke, 6 kali lebih besar terkena congestiveheart failure, dan
3 kali lebih besar terkena serangan jantung. Menurut WHO danthe International Society of
Hypertension (ISH), saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia, dan 3 juta di
antaranya meninggal setiap tahunnya. Tujuh dari setiap 10 penderita tersebut tidak
mendapatkan pengobatan secara adekuat. Di Indonesia masalah hipertensi cenderung
meningkat.
Penyakit ini menjadi salah satu masalah utama dalam kesehatan masyarakat di
Indonesia maupun dunia. Diperkirakan sekitar 80% kenaikkan kasus hipertensi terutama terjadi
di negara berkembang pada tahun 2025 dari jumlah total 639 juta kasus di tahun 2000. Jumlah
ini diperkirakan meningkat menjadi 1.15 miliar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan
pada angka penderita hipertensi dan pertambahan penduduk saat ini. Dua pertiga jumlah itu
tinggal di negara berkembang, termasuk Indonesia. Berdasarkan data Statistik Kesehatan
Dunia WHO tahun 2012, hipertensi menyumbang 51% kematian akibat stroke dan 45%
kematian akibat PJK. Prevalensi hipertensi di Indonesia mengalami penurunan, dari 31,7 %
menjadi 25,8% berdasarkan data Riskesdas 2013. Namun, 75% penderita hipertensi tidak
mengetahui bahwa dirinya menderita hipertensi. Mereka baru menyadari jika telah terjadi
komplikasi. Di Indonesia, ancaman hipertensi tidak boleh diabaikan.
Surveilans hipertensi sangat penting untuk dilakukan oleh dinas kesehatan maupun
lembaga dan institusi lainnya yang berkecimpung di dunia kesehatan, agar masyarakat dapat
melakukan pengelolaan terhadap tekanan darahnya serta dapat mengontrolnya sehingga dapat
melakukan tindakan pencegahan dari berbagai aspek dan penyakit tidak menular lainnya yang
dapat meningkatkan angka mortalitas dapat diminimalisir.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep surveilens hipertensi?
C. Tujuan
1. Mengetahui konsep surveilens hipertensi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Istilah surveilans berasal dari bahasa Prancis, yaitu “surveillance”, yang berarti
“mengamati tentang sesuatu”. Menurut Last (2001) survailans adalah proses pengumpulan
pengolahan analisis dan interpretasi data secara sistimatik dan terus-menerus serta diseminasi
(penyebarluasan) informasi secara tepat waktu kepada unit yang membutuhkan untuk dapat
diambil tindakan yang tepat.Surveilans kesehatan masyarakat adalah pengumpulan, analisis,
dan analisis data secara terus menerus dan sistematis yang kemudian didiseminasikan
(disebarluaskan) kepada pihak-pihak yang bertanggungjawab dalam pencegahan penyakit dan
masalah kesehatan lainnya (DCP2, 2008).
Hipertensi (high blood pressure) adalah suatu keadaan ketika tekanan darah di
pembuluh darah meningkat secara kronis. Hal tersebut dapat terjadi karena jantung bekerja
lebih keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh. Jika
dibiarkan, penyakit ini dapat mengganggu fungsi organ-organ lain, terutama organ-organ vital
seperti jantung dan ginjal.
B. Gambaran Klinik
C. Kriteria Diagnosis
Menurut WHO 1993 dan Joint National Committee (JNC) VII menetapkan batasan hipertensi
adalah tekanan darah menetap 140/90 mmHg diukur pada waktu istirahat. Seseorang
dinyatakan mengidap hipertensi jika tekanan darah sistoliknya lebih besar daripada 140 mmHg
dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg. Tekanan darah yang ideal adalah jika tekanan
sistoliknya 120 mmHg dan diastoliknya 80 mmHg.
1) Pemeriksaan ureum dan kreatinin dalam darah dipakai untuk menilai fungsi ginjal.
2) Pemeriksaan kalium dalam serum dapat membantu menyingkirkan kemungkinan
aldosteronisme primer pada pasien hipertensi.
3) Pemeriksaan kalsium penting untuk pasien hiperparatiroidisme primer dan dilakukan
sebelum memberikan diuretik karena efek samping diuretik adalah peningkatan kadar
kalsium darah.
4) Pemeriksaan glukosa dilakukan karena hipertensi sering dijumpai pada pasien diabetes
mellitus.
5) Pemeriksaan urinalisis diperlukan untuk membantu menegakan diagnosis penyakit
ginjal, juga karena proteinuria ditemukan pada hampir separuh pasien. sebaiknya
pemeriksaan dilakukan pada urine segar.
6) Pemeriksaan elektrokardiogram dan foto pada yang bermanfaat untuk mengetahui
apakah hipertensi telah berlangsung lama. Pembesaran ventrikel kiri dan gambaran
kardiomegali dapat dideteksi dengan pemeriksaan ini.
E. Klasifikasi Kasus
Klasifikasi tekanan darah menurut The Sevent Joint National Committee on Prevention
Detection Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII):
1) Prehipertensi, jika tekanan darah sistolik 120-139 mmHg dan tekanan diastolik 80-89
mmHg.
2) Hipertensi tingkat I, jika tekanan darah sistolik 140-159 mmHg dan tekanan diastolik 90-
99 mmHg.
3) Hipertensi tingkat II, jika tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan diastolik ≥ 100
mmHg.
F. Konfirmasi Kasus Berat
G. Kemungkinan Komplikasi
1) Jantung
Jantung dapat dirusak oleh tekanan darah tinggi yang lama tidak diobati. Pada awalnya
jantung mengatasi ketegangan karena harus menghadapi tekanan darah tinggi dengan
meningkatnya kerja otot sehingga membesar agar dapat memompa lebih kuat. Pompa jantung
yang mulai macet, tidak dapat lagi mendorong darah untuk beredar ke seluruh tubuh dan
sebagian darah menumpuk pada jaringan. Zat gizi dan oksigen diangkut oleh darah melalui
pembuluh darah. Persoalan akan timbul bila terdapat halangan atau kelainan di pembuluh
darah, yang berarti kurangnya suplai oksigen dan zat gizi untuk menggerakan jantung secara
normal.
2) Ginjal
Hipertensi yang berkelanjutan menebalkan pembuluh darah pada ginjal sehingga
menganggu mekanisme yang sangat halus yang menghasilkan urin. Salah satu gejala utama
kerusakan ginjal yang disebabkan oleh tekanan darah tinggi adalah berkurangnya kemampuan
untuk menyaring darah.
3) Stroke
Hipertensi dapat menyebabkan tekanan yang lebih besar pada dinding pembuluh darah
sehingga dinding pembuluh darah menjadi lemah dan pembuluh darah akan mudah pecah.
Pada kasus seperti itu, biasanya pembuluh darah akan pecah akibat lonjakan tekanan darah
yang terjadi secara tiba-tiba. Pecahnya pembuluh darah di otak dapat menyebabkan sel-sel
otak yang seharusnya mendapatkan asupan oksigen dan zat gizi yang dibawa melalui
pembuluh darah tersebut menjadi kekurangan zat gizi dan akhirnya mati.
Kegagalan pencegahan dan pengobatan terhadap hipertensi dapat terjadi akibat terjadi
akibat ketidakpatuhan penderita terhadap prosedur pencegahan dan pengobatan yang ada,
padahal dirinya telah mengetahui bahwa sedang menderita hipertensi. Seperti tidak menjaga
pola makan (tetap mengonsumsi makanan yang tinggi natrium), merokok, masih mengonsumsi
alkohol, tidak rutin melakukanexercise (olahraga) dan lain sebagainya. Padahal hal tersebut
merupakan beberapa faktor risiko yang unchangeable oleh penderita terhadap kejadian
hipertensi agar tidak menimbulkan komplikasi.
1) Mengumpulkan data
a. Data rutin.
b. Bila tidak ada maka dapat dimulai dengan melakukan survei step 1.
c. Survei Step 1 dan Step 2.
d. Survei faktor risiko PTM.
e. Diseminasi data.
Faktor risiko adalah karakteristik, tanda maupun gejala yang secara statistik berhubungan
dengan peningkatan insidensi suatu penyakit. Faktor risiko penyakit hipertensi antara lain:
a. Faktor risiko tidak dapat diubah antara lain faktor umur, genetik, gender, dan ras.
b. Faktor risiko dapat diubah antara lain kebiasaan merokok, latihan olah raga, berat
badan berlebih, pola makan, stress, konsumsi alkohol, dan kondisi penyakit lain.
Data yang sudah terkumpul dari kegiatan diolah dan disajikan dalam bentuk tabel, grafik
(histogram, poligon frekuensi), chart (bar chart, peta/map area). Penggunaan komputer sangat
diperlukan untuk mempermudah dalam pengolahan data diantaranya dengan menggunakan
program (software) seperti epid info, SPSS, lotus, excel dan lain-lain.
Data jumlah penderita hipertensi yang telah terkumpul di dianalisis dengan melihat
korelasional selanjutnya dibandingkan dengan standar atau indikator yang telah ditentukan
sebelumnya. Setelah di analisis lalu di intepretasikan untuk mempermudah pembaca mengerti
hasil penelitian.
Setelah data diaanalisis dan di interpretasi, Maka data jumlah penderita hipertensi tersebut
disebarluaskan kepada pihak yang berkepentingan untuk membantu dalam penanggulangan
hipertensi ini. Penyebarluasan informasi ini harus mudah dimengerti dan dimanfaatkan dalam
program pencegahan hipertensi. Cara penyebar luasan tersebut dengan membuat suatu
laporan yang digunakan untuk rekomendasi kepada pihak yang bertanggung jawab seperti
Bupati, Walikota dan DPRD.
7) Evaluasi
Penggunaan data dari SURKESNAS, SKRT dimaksudkan bila pada daerah yang
rencananya akan dilakukan intervensi tidak mempunyai data dan informasi yang spesifik daerah
tersebut, surveilans yang dilakukan di masyarakat ditujukan bagi factor risiko penyebab
hipertensi, seperti pola makan, aktifitas, merokok.
Data yang dilaporkan dapat ditampilkan dengan berbagai kategori berdasarkan identitas
penderita misalnya jenis kelamin, tempat tinggal dan umur. Laporan kasus dapat
diklasifikasikan berdasarkan tekanan darah penderita dan hasil diagnosis dari laboratorium.
Data jumlah penderita hipertensi yang telah terkumpul di dianalisis dengan melihat
korelasional selanjutnya dibandingkan dengan standar atau indikator yang telah ditentukan
sebelumnya. Setelah di analisis lalu di intepretasikan untuk mempermudah pembaca mengerti
hasil penelitian. Laporan data penyakit hipertensi dapat diperoleh dan ditampilkan dalam bentuk
sebagai berikut.
1) Report Data
Kasus morbiditas hipertensi yang dilaporkan ataupun yang diperoleh dari survei aktif
yang berasal dari wilayah terkecil yaitu kecamatan dalam hal ini puskesmas dan berdasarkan
hasil skrining hipertensi terhadap populasi masyarakat. Berdasarkan laporan yang ada,
kemudian diketahui jumlah kasus hipertensi pada wilayah tersebut, langkah selanjutnya
kemudian melakukan upaya pencegahan bagi kelompok populasi yang rentan terkena
hipertensi dengan pendekatan faktor risikonya dan pengobatan bagi mereka yang sudah
menjadi penderita hipertensi.
2) Graphs
3) Line List
Data yang dilaporkan dan dipublikasikan secara berkelanjutan sehingga dapat dilakukan
upaya penanganan yang tepat secara komprehensif.
Sebagian besar masyarakat yang menderita hipertensi, tidak mengetahui bahwa dirinya
menderita hipertensi. Hal ini disebabkan karena kurang perhatiannya masyarakat,
ketidaktahuan serta ketidakpahaman untuk senantiasa melakukan medical check up terhadap
status kesehatannya setiap saat. Sehingga tidak mengetahui berapa tekanan darahnya.
Akibatnya, banyak masyarakat yang nanti mengetahui dirinya menderita hipertensi setelah
terjadi komplikasi dan menimbulkan penyakit tidak menular lainnya seperti PJK, stroke dan
gagal ginjal.
Olehnya itu, dibutuhkan upaya skrining terhadap hipertensi dan kemudian melakukan upaya
promosi kesehatan berupa penyuluhan kepada masyarakat tentang hipertensi, agar masyarakat
mengetahui hal-hal yang dapat dilakukan sebagai bentuk tindakan pencegahan terhadap
penyakit hipertensi dan menghindari hal-hal fatal yang dapat disebabkan oleh hipertensi
sebagai the silent killer.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hipertensi adalah kondisi yang diukur dari seberapa besar kekuatan tekanan
darah yang terjadi di dalam arteri. Survailans adalah proses pengumpulan pengolahan
analisis dan interpretasi data secara sistimatik dan terus-menerus serta diseminasi
(penyebarluasan) informasi secara tepat waktu kepada unit yang membutuhkan untuk
dapat diambil tindakan yang tepat.
B. Saran
Saran kami semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembacanya.
DAFTAR PUSTAKA