Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PENDIDIKAN BELANEGARA

UPAYA BELA NEGARA DI PERBATASAN DEMI KEUTUHAN NKRI

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 3

1. Octa Nur Indah S. 17042010076


2. Andi Raharjo 17042010077
3. Doni Pranata Ginting 17042010091
4. Tito Utomo. 17042010116
5. Dhyna Putri Wahyu A. 17042010122
6. Muhammad Hijri Ismail 17042010088

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI BISNIS
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga makalah yang berjudul “Upaya Bela Negara
di Perbatasan Demi Keutuhan NKRI” ini kami dapat menyelesaikannya dan tersusun
dengan baik. Dan kami juga berterima kasih kepada Bapak Budi Prabowo, S.Sos., M.M.
selaku dosen pengampu mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar yang telah memberikan tugas
ini kepada kami. Makalah ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata
kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar.

Kami juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang senantiasa
membantu demi kelancaran makalah ini. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna
dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai bela negara. Kami juga
menyadari bahwa makalah ini terdapat banyak kekurangan sehingga belum sepenuhnya
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pihak manapun senantiasa akan kami terima
untuk menjadikan makalah ini sesuai dengan harapan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi mahasiswa dan pembaca pada umumnya.

Mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dalam
makalah ini. Terima kasih.

Surabaya, September 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................

DAFTAR ISI...............................................................................................................................

BAB I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG......................................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH.................................................................................................
C. TUJUAN...........................................................................................................................

BAB II. LANDASAN TEORI

BAB III. PEMBAHASAN

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN................................................................................................................
B. SARAN.............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Daerah perbatasan adalah wilayah kabupaten/kota yang secara geografis dan
demografis berbatasan langsung dengan negara tetangga dan/atau laut lepas. Kawasan
perbatasan negara meliputi kawasan perbatasan darat dan kawasan perbatasan laut
termasuk pulau-pulau kecil terluar (UU 26/2007, tentang Penataan Ruang). Konsep
kebangsaan Indonesia tercermin pada semboyan “Bhineka Tunggal Ika”, walaupun
terdiri berbagai dari berbagai suku - bangsa dan golongan di berbagai pulau – pulau
yang menyebar namun tetap berbangsa satu bangsa Indonesia. Tetapi Di sisi lain,
kondisi tingkat kesejahteraan masyarakat masih rendah karena dampak belum
meratanya pembangunan di daerah perbatasan dan hal ini mempengaruhi tingkat
pemahaman bela negara yang dapat membahayakan kedaulatan dan keutuhan wilayah
NKRI. Upaya meningkatkan peran bela negara masyarakat perbatasan, didasarkan
pada landasan pemikiran melalui Paradigma Nasional yang meliputi Pancasila, UUD
NRI 1945, Wawasan Nusantara, Ketahanan Nasional dan Peraturan Perundang –
undangan lainnya.
Daerah perbatasan saat ini sedang menjadi isu penting bagi NKRI setelah
beberapa kali mengalami sengketa perbatasan dengan Malaysia, Papua Nugini, dan
Timor Leste. Perbatasan sering dilihat sebagai zona ketidakstabilan, ketidakpastian,
keterpinggiran, dan penuh bahaya serta kriminalitas. Permasalahan utama yang
dihadapi masyarakat perbatasan, di antaranya adalah masalah kemiskinan dan
keterbelakangan. Kondisi ini mendorong mereka terlibat dalam kegiatan ekonomi
illegal antara lain perdagangan narkoba, pencurian kekayaan alam guna memenuhi
kebutuhan hidupnya, termasuk kegiatan illegal lain yang terkait dengan aspek politik
dan keamanan.
Pendekatan yang dilakukan terhadap kawasan perbatasan sering mencampur-
adukan antara masalah kedaulatan dengan masalah kewilayahan. Di satu sisi
masyarakat perbatasan lebih memilih untuk mencari berbagai kebutuhan pokok terma
suk fasilitas kesehatan dan pendidikan ke negeri tetangga dibandingkan negerinya
sendiri. Masyarakat perbatasan sendiri bukannya tidak memperdulikan kedaulatan
Indonesia, melainkan keadaanlah yang membuat mereka menjadi seperti itu. Jika
keadaan seperti ini terus dibiarkan maka bisa jadi mereka akan memisahkan diri dari
NKRI dan berakibat pada pecahnya persatuan dan kesatuan di Indonesia.

4
2. 2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana keadaan wilayah di daerah perbatasan?
2. Apa saja permasalahan pada masyarakat di daerah perbatasan?
3. Bagaimana upaya – upaya Bela Negara dilakukan untuk mengatasi permasalahan
masyarakat di daerah perbatasan?
4. Bagaimana implementasi nilai-nilai Bela Negara di daerah perbatasan?

2. 3 Tujuan
1. Mengetahui keadaan wilayah di daerah perbatasan
2. Mengetahui permasalahan pada masyarakat di daerah perbatasan
3. Mengetahui upaya – upaya Bela Negara yang dilakukan untuk mengatasi
permasalahan masyarakat di daerah perbatasan
4. Mengetahui implementasi nilai-nilai Bela Negara di daerah perbatasan.

2. 4 Manfaat
Sebagai bagian dari bangsa penerus, kita diberikan informasi atau literatur
mengenai masyarakat perbatasan, entah itu keadaan mereka baik social, politik,
maupun ekonomi. Diharapkan kita sebagai calon pemimpin bangsa dapat suatu saat
menanggulangi tiap masalah yang dirasakan oleh masyarakat sekitar. Dan menjunjung
tinggi persatuan dan kesatuan, tenggang rasa dan semangat bela negara guna terwujud
masyarakat yang adil dan makmur dan nyaman bagi seluruh rakyat Indonesia
kedepannya.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2. 1 Bela Negara
Bela Negara adalah sebuah konsep yang disusun oleh perangkat perundangan dan
petinggi suatu negara tentang patriotisme seseorang, suatu kelompok atau seluruh komponen
dari suatu negara dalam kepentingan mempertahankan eksistensi negara tersebut.
Bela negara tidak sama dengan wajib militer, konsep ini harus digarisbawahi terlebih
dahulu agar tidak rancu dan membingungkan. Bela negara akan membuat warna negara
Indonesia sadar akan hak dan kewajibannya sebagai WNI. Mereka harus sadar bahwa negeri
ini tidak hanya akan dibela oleh militer saja saja, namun juga warga negara yang ada di
dalamnya. Program ini akan menumbuhkan semangat juang dan rasa cinta tanah air yang
tinggi hingga ke depannya Indonesia akan menjadi bangsa yang maju tidak hanya dari
pertahanan saja tapi juga di sisi keadilan dan kesejahteraan masyarakat.
Bela negara sendiri juga dibagi menjadi dua tipe yang berbeda. Pertama adalah bela
negara fisik dan yang kedua adalah bela negara non fisik. Bela negara fisik artinya peserta
akan dilatih menggunakan senjata secara aktif. Peserta non fisik akan diberi materi yang bisa
meningkatan rasa nasionalimse, kesadaran berbangsa dan bernegara, serta terlibat aktif dalam
memajukan bangsa dan negara.
Dasar Hukum Bela Negara
Program bela negara memiliki tujuh dasar hukum yang akhirnya dijadikan acuhan.
Dari tujuh itu ada dua dasar hukum yang kerap dijadikan petunjuk untuk implementasi bela
negara secara lebih mendalam. Dasar hukum yang pertama adalah Amandemen UUD 1945
pasal 27 ayat 1-3 yang berbunyi: (1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam
hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak
ada kecualinya. (2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan. (3) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara
Selain UUD 1945 pasal 27 ayat 1-3, program bela negara juga didasari oleh UU
Pertahanan No.3 Tahun 2002 yang berbunyi: (1) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut
serta dalam upaya bela negara yang diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara.
(2) Keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara, sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), diselenggarakan melalui: a.) pendidikan kewarganegaraan; b.) pelatihan dasar kemiliteran
secara wajib; c.) pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia secara sukarela atau
secara wajib; dan d.) pengabdian sesuai dengan profesi. (3) Ketentuan mengenai pendidikan
kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran secara wajib, dan pengabdian sesuai dengan
profesi diatur dengan undang-undang.

2. 2 Wilayah Perbatasan Indonesia


Wilayah Perbatasan adalah wilayah Provinsi, Kabupaten/Kota, dan atau Kecamatan
yang bagian wilayahnya secara geografis bersinggungan langsung dengan garis batas antar
negara baik di darat, laut, dan atau udara.

Negara kepulauan Indonesia berbatasan langsung dengan 10 (sepuluh negara). Di


darat, Indonesia berbatasan dengan tiga negara, yaitu : (1) Malaysia; (2) Papua New Guinea ;
dan (3) Timor Leste. Sedangkan di wilayah laut Indonesia berbatasan dengan 10 negara, yaitu
: (1) India, (2) Malaysia, (3) Singapura, (4) Thailand, (5) Vietnam, (6) Filipina, (7) Republik

6
Palau, (8) Australia, (9) Timor Leste dan (10) Papua Nugini. Perbatasan laut ditandai oleh
keberadaan 92 pulau-pulau terluar yang menjadi lokasi penempatan titik dasar yang
menentukan penentuan garis batas laut wilayah.

1. Batas wilayah Negara Indonesia bagian utara

Batas Wilayah Indonesia bagian Utara

Di pulau Kalimantan berbatasan langsung dengan Malaysia (Malaysia bagian timur) dan
berarti Malaysia ini berbatasan dengan batas wilayah darat Indonesia.

Kalau batas lautnya mencakup lima negara yaitu : Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam
dan Filipina.

2. Batas wilayah Negara Indonesia bagian timur


Di bagian timur Indonesia, ada pulau Papua. Di wilayah timur ini, Papua berbatasan langsung
dengan daratan Papua Nugini dan perairan Samudra Pasifik.

7
Batas wilayah Indonesia bagian timur di papua

Dari kesepakatan tersebut, maka disepakati kalau batas wilayah Indonesia di sebelah Timur yakni
Provinsi Papua yang berbatasan dengan wilayah Papua Nugini sebelah barat : Provinsi Barat (Fly),
Provinsi Sepik Barat (Sandaun).

3. Batas wilayah Negara Indonesia bagian selatan

Batas wilayah Indonesia di bagian selatan

Untuk batas darat Indonesia, Indonesia berbatasan langsung dengan Timor Leste. Untuk batas lautnya,
ada Perairan Australia dan Samudera Hinda.

8
4. Batas wilayah Negara Indonesia bagian barat

Batas wilayah Indonesia bagian barat

Indonesia berbatasan langsung dengan Samudera Hindia dan Perairan Negara India.

2. 3 Permasalahan Masyarakat di Perbatasan

Kondisi wilayah perbatasan darat Indonesia sampai saat ini masih identik dengan
daerah yang terisolir, terpencil dan terbelakang serta sering menimbulkan peluang kegiatan
illegal antara lain: pencurian kekayaan alam, perdagangan manusia, perdagangan narkoba,
penyelundupan yang kesemuanya dapat merugikan negara. Di sisi lain, kondisi tingkat
kesejahteraan masyarakat masih rendah karena dampak belum meratanya pembangunan di
daerah perbatasan dan hal ini mempengaruhi tingkat pemahaman bela negara untuk
menghadapi ancaman yang dapat membahayakan kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI.

Perbatasan (wilayah) negara merupakan salah satu syarat suatu negara dikatakan berdaulat.
Perbatasan suatu negara mempunyai peranan penting dalam penentuan batas wilayah
kedaulatan, pemanfaatan sumber daya alam, menjaga keamanan dan keutuhan wilayah.
Penentuan perbatasan negara dalam banyak hal ditentukan oleh proses historis, politik,
hukum nasional dan internasional. Dalam konstitusi suatu negara sering dicantumkan pula
penentuan batas wilayah. Dengan luas wilayah daratan yang begitu luas (nomor 15 terbesar di
dunia) dan luas laut yang sangat besar (dua pertiga luas total wilayah Indonesia) serta jumlah
penduduk terbesar keempat di dunia (setelah RRC, India, dan Amerika Serikat), tidak bisa
dipungkiri jika masalah kependudukan di Indonesia begitu kompleks.

Kompleksitas ini semakin terasa bagi penduduk yang tinggal di perbatasan Indonesia
dengan negara lain ataupun mereka yang tinggal di pulau-pulau terdepan Indonesia. Negara
Indonesia berbatasan darat dengan tiga Negara di tiga pulau dan empat provinsi. Kalimantan
Barat dan Kalimantan Timur berbatasan darat dengan Malaysia di Negara bagian Serawak
dan Sabah (sepanjang 2004 km). Indonesia-pun memiliki perbatasan laut yang sangat luas
dan panjang apakah di sepanjang Selat Malaka, Laut China Selatan, Samudera Hindia, Laut

9
Sulawesi, Laut Timor, Laut Banda-Kepulauan Arafuru, perairan Maluku Utara dan perairan
utara Papua – Papua Barat, dan sebagainya.

Penduduk Indonesia yang tinggal di perbatasan mengalami permasalahan kehidupan yang


kompleks. Disamping secara fisik mereka mereka tinggal amat jauh dan terpencil dari Ibukota
negara di Jakarta, tidak jarang mereka-pun tinggal jauh dan terisolir dari ibukota provinsi
mereka sendiri. Sebaliknya, mereka berjarak amat dekat dengan negara tetangga.
Bahkan, memiliki bahasa, budaya dan ciri-ciri fisik yang hampir sama dengan penduduk di
negeri tetangga. Namun kesamaan ciri-ciri fisik ini tidak menjamin ada kesamaan tingkat
kesejahteraan dan strata ekonomi antara warga dua negara yang berbatasan. Tidak sedikit
WNI di perbatasan hidup serba kekurangan dengan akses terhadap sumber daya-sumber daya
ekonomi yang sulit dan terbatas jumlanya.

Permasalahan kependudukan tersebut juga didukung dengan pengawasan pemerintah


yang masih sangat kurang. Perbatasan antara Indonesia dengan Malaysia di Kalimantan Barat
dan Kalimantan Timur, serta di Provinsi Papua yang berbatasan dengan negara Papua New
Guinea adalah amat panjang dan luas, namun hanya diawasi oleh pos lintas batas, pos
pengawasan dan petugas yang tidak banyak serta fasilitas teknologi pengamanan perbatasan
yang kurang mumpuni. Ditunjang pula dengan pergolakan politik internal yang tidak stabil di
daerah perbatasan, maka kondisi keamanan di perbatasan dapat dibilang rawan. Belum lagi
dengan potensi masuknya imigran gelap ke daerah Indonesia, atau dari Indonesia ke negeri
tetangga secara illegal, adalah juga amat besar.

Aspek-aspek yang mempengaruhi terkait dengan peningkatan bela negara masyarakat


perbatasan, sebagai berikut :

a. Aspek Geografi
Kondisi geografis daerah perbatasan darat Indonesia saat ini memiliki wilayah yang
sangat luas dengan garis batas yang sangat panjang dan medannya sulit dijangkau karena
keterbatasan infrastruktur, sehingga daerah perbatasan menjadi terisolir dan tertinggal
dibandingkan wilayah lain. Dengan kondisi wilayahnya yang sangat terbuka dan
lemahnya pengawasan serta pengamanan oleh aparat akan semakin besar pula ancaman
yang mengintai terhadap kelestarian dan kelangsungan hidup negara. Berbagai bentuk
ancaman yang tidak disadari oleh masyarakat perbatasan kemungkinan terjadi, seperti
kegiatan ilegal, seperti kekayaan alam, perdagangan ilegal, penyelundupan, pelanggaran
wilayah dan sangat mungkin terjadinya tindak infiltrasi oleh militer asing kewilayah
Indonesia.

b. Aspek Demografi.
Kualitas sumber daya manusia dan kondisi kesehatan masyarakat perbatasan yang
rendah karena keterbatasan sarana prasarana pendidikan dan medis, mengakibatkan
produktifitas masyaraakat perbatasan masih rendah. Pembangunan di daerah perbatasan
untuk meningkatan kualitas SDM, kesehatan serta kesadaran bela negara, sehingga
mampu memberikan sumbangan bagi tersedianya tenaga pengamanan daerah perbatasan
bermanfaat untuk mendukung percepatan pembangunan nasional. Kualitas SDM dan

10
kesehatan masyarakat perbatasan akan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap
sikap dan perilaku bela negara, yang pada gilirannya akan mampu memperkokoh
keutuhan NKRI.

c. Aspek Sumber Kekayaan Alam (SKA).


Kewenangan penuh dalam pengelolaan SKA Indonesia sesungguhnya telah
ditetapkan pada pasal 33 ayat (3) UUD NRI 1945. SKA yang ada di daerah perbatasan
Indonesia cukup berlimpah dan apabila dikelola secara benar akan memberikan manfaat
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat perbatasan dan devisa negara. Meskipun
sebagian besar masyarakat perbatasan telah memiliki pengetahuan kesadaran bela negara,
namun karena tidak dilandasi oleh sikap dan perilaku yang menunjukan adanya rasa
memiliki dan bertanggungjawab serta kepedulian, maka ancaman terhadap SKA akan
terus terjadi. Peningkatan sikap dan perilaku masyarakat perbatasan dalam bela negara,
diharapkan masyarakat akan ikut mengawasi dan menjaga SKA yang ada.
d. Aspek Ideologi.
Pembinaan ideologi Pancasila diharapkan dapat memberikan sumbangan yang
berharga bagi tumbuhnya ketangguhan ideologi nasional dalam rangka mewujudkan
semangat kebangsaan masyarakat, seperti hidup dengan penuh kerukunan dan kedamaian
baik sesama warga, antar suku maupun agama. Tingkat kesejahteraan masyarakat
perbatasan yang masih rendah, rentan terhadap pengaruh-pengaruh negatif dari luar, oleh
karenanya pemantapan nilainilai ideologi Pancasila perlu dipelihara dan ditingkatkan,
sehingga kecintaannya pada negara dan tanah air tumbuh dan berkembang untuk membela
kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI.

e. Aspek Politik.
Sistem perpolitikan di Indonesia, khususnya penyelenggaraan Pilkada lebih banyak
bermuatan politik praktis demi kepentingan pribadi atau golongan dari pada berorientasi
pada peningkatan kesejahteraan rakyatnya. Kualitas SDM masyarakat perbatasan saat ini
masih rendah, sehingga mengpengaruhi kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam
kehidupan berpolitik. Implementasi otonomi daerah seringkali memicu terjadinya
perebutan pengelolaan SKA antara pusat dengan daerah maupun antara daerah dengan
daerah, sehingga hal ini dapat menimbulkan ketegangan politik di daerah perbatasan.
Lemahnya kesadaran masyarakat perbatasan terhadap bela negara, akan dimanfaatkan oleh
pihak-pihak tertentu untuk melakukan tindak kejahatan dan kegiatan ilegal. Kondisi sikap
dan perilaku masyarakat perbatasan dalam pembelaan negara menjadi sangat diperlukan
untuk mencegah terjadinya kegiatan ilegal, tindak kejahatan dan pelanggaran wilayah
yang merugikan negara.

f. Aspek Ekonomi.
Kondisi perekonomian masyarakat perbatasan masih jauh tertinggal bila dibandingkan
dengan wilayah lain, sebagian besar sumber penghidupan masyarakat perbatasan adalah
sebagai petani tradisionil dan pedagang serta sebagian kecil sebagai buruh perkebunan.
Terbatasnya infrastruktur telah mempengaruhi lajunya pembangunan perekonomian di
daerah perbatasan. Pembangunan daerah perbatasan yang telah dilaksanakan pemerintah,
belum dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat perbatasan. Meningkatnya

11
kesejahteraan masyarakat perbatasan akan mengpengaruhi sikap dan perilaku masyarakat
yang dilandasi rasa kepedulian terhadap daerahnya, sehingga masyarakat memiliki
kesadaran bela negara dari kemungkinan ancaman yang dapat merugikan negara.
Berkembangnya ekonomi rakyat di daerah perbatasan akan memberi sumbangan bagi
penguatan fundamental ekonomi nasional dan membuka keterisoliran daerah melalui
pembangunan ekonomi di daerah perbatasan, sehingga akan mampu menumbuhkan
keseimbangan ekonomi antar wilayah yang pada gilirannya mampu memperkokoh
kesatuan ekonomi nasional, yang pada akhirnya akan mendorong pemerataan
pembangunan nasional dan memberi konstribusi terhadap ketahanan nasional.

g. Aspek Sosial Budaya.


Pembangunan nasional di daerah perbatasan diperlukan sebagai upaya untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekaligus membangun sosial budaya masyarakat
perbatasan, agar memiliki nilai-nilai budaya bangsa untuk membangkitkan semangat
nasionalisme masyarakat, agar tidak mudah terpengaruh oleh budaya asing yang dapat
merusak sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Peningkatan pendidikan
mempunyai posisi yang strategis untuk menumbuh-kembangkan kecerdasan masyarakat,
guna menanamkan dan menumbuhkan rasa cinta tanah air atau nasionalisme, sehingga
dapat melahirkan sikap dan perilaku bela negara masyarakat perbatasan. Kehidupan sosial
masyarakat perbatasan memiliki hubungan kerabat yang sangat erat dengan masyarakat
negara tetangga, karena adanya persamaan suku, sehingga bagi masyarakat perbatasan
keluar masuk ke wilayah negara tetangga menjadi hal yang biasa dilakukan. Kehidupan
sosial seperti ini menjadi kerawanan, karena dapat dimanfaatkan oleh pihakpihak tertentu
yang dampaknya dapat merugikan negara.

h. Aspek Pertahanan dan Keamanan.


Adanya kelompok masyarakat yang ingin memisahkan diri dari NKRI seperti
kelompok OPM di Papua, menambah permasalahan di daerah perbatasan. Oleh
karenanya, daerah perbatasan menuntut adanya peran serta masyarakat setempat untuk
berpartisipasi aktif melakukan pengawasan dan penjagaan terhadap wilayahnya. Fakta di
lapangan menunjukan, bahwa masyarakat perbatasan sudah memiliki pengetahuan
maupun semangat kewarganegaraan yang cukup, meskipun belum sepenuhnya menyadari
akan pentingnya bela negara terhadap wilayahnya, namun karena kondisi penghidupan
masyarakat perbatasan masih sangat terbatas, maka sering dijadikan alasan mengapa
masyarakat tidak memiliki kesadaran bela negara. Lemahnya kesadaran bela negara,
karena masyarakat kurang kepedulian terhadap keamanan lingkungannya, sehingga
masyarakat lebih mengutamakan kebutuhan hidupnya ketimbang masalah bela negara.
Sikap dan perilaku yang dijiwai rasa kecintaan pada bangsa dan negara, menjadi sangat
penting dalam mendukung pembangunan nasional guna menjaga keutuhan NKRI.

2. 4 Upaya Pemerintah dalam Mengatasi Permasalahan Masyarakat di Perbatasan


1. Menambah jumlah dan meningkatkan kemampuan serta pemberdayaan aparat
keamanan yang ditempatkan di wilayah perbatasan darat dan laut. Untuk kesatuan
TNI misalnya melalui TMMD (TNI Manunggal Masuk Desa), Karya Bhakti dan

12
Operasi Bhakti untuk membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat guna
menumbuhkan kesadaran bela negara serta rasa kebangsaan.
2. Menuntaskan penyelesaian masalah penetapan garis perbatasan dan masalah-
masalah krusial lainnya yang sering terjadi di kawasan perbatasan darat seperti para
pelintas batas tradisional dari kedua negara, kolaborasi antara penduduk perbatasan
dengan cukong-cukong dari negara tetangga untuk perbuatan jahat seperti illegal
logging, illegal mining, human trafficking, smugling, dan lain-lain. Untuk perbatasan
laut, melanjutkan kembali pertemuan bilateral guna menyelesaikan atau mencapai
kesepakatan perbatasan laut kedua negara dan meningkatkan kegiatan patroli
terkoordinasi dengan negara-negara tetangga.
3. Menambah jumlah penduduk perbatasan terutama pada lokasi strategis, wilayah rawan
kejahatan dan pulau-pulau terpencil. Penambahan ini dapat dilakukan melalui
program transmigrasi atau relokasi penduduk dari wilayah perbatasan yang padat ke
wilayah yang kosong namun cukup potensial untuk berkembang. Program
transmigrasi yang disarankan adalah program transmigrasi pola PIR (Perkebunan Inti
Rakyat) dan atau pola NIR (Nelayan Inti Rakyat) untuk daerah perbatasan pantai dan
pulau-pulau terpencil. Dengan demikian, bersama-an dengan itu harus dibangun
perusahaan inti perkebunan dan nelayan yang melibatkan perusahaan BUMN, BUMD
dan Swasta nasional.
4. Mengubah paradigma dan pandangan yang selama ini memandang dan
memperlakukan wilayah perbatasan sebagai daerah belakang (periphery areas)
menjadi daerah depan (frontier areas). Dengan paradigma baru tersebut diharap-kan
daerah perbatasan mendapat kesempatan/prioritas dalam pembangunan dan
pembinaan khusus di segala bidang. Dampak dari pembangunan dan pembinaan wiltas
ini akan dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk, yang pada gilirannya dapat
meningkatkan rasa kebangsaan, cinta tanah air dan kesiapan bela negara serta
kepercayaan diri dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia.
5. Menambah porsi pelajaran geografi nasional, termasuk grografi maritim Indonesia
pada kurikulum pendidikan mulai tingkat dasar (SD) dan lanjutan (SMP dan SMU).
Tujuannya agar semua WNI sejak dini sudah mengenal wilayah tanah airnya yang
luas dengan lokasinya strategis dalam konstelasi/interelasi hubungan Barat dan Timur,
sehingga karenanya memiliki nilai geopolitik yang tinggi.
6. Mengembangkan produk hukum, peraturan dan perundang-undangan yang mengenai
problematika daerah perbatasan, baik darat maupun laut serta perjanjian perbatasan
antara RI dengan negara tetangga dalam menangani kejahatan lintas negara
(transborder crimes) seperti smugling (penyelundupan), human trafficking dan
terrorism. Untuk perbatasan wilayah perairan banyak produk hukum yang dapat
dibuat dengan cara mengelaborasi dan menjabarkan pasal-pasal dan kaidah hukum
yang bersumber dari Hukum Laut Internasional (UNCLOS 1982).
7. Pelibatan berbagai pihak (stokeholders) dari kalangan pemerintah dan masyarakat
guna membangun kebersamaan dan kesatuan dalam menghadapi segala bentuk
ancaman dan gangguan keamanan dan kejahatan bersenjata maupun non bersenjata.
Kegiatannya dapat dilakukan dalam bentuk penyuluhan- penyuluhan di bidang
hukum, keamanan, ketertiban dan ketahanan masyarakat.

13
2. 5 Implementasi Bela Negara di Daerah Perbatasan

Kondisi sikap dan perilaku masyarakat perbatasan perlu ditingkatkan, agar


memiliki semangat bela negara terhadap daerahnya dari kemungkinan ancaman
yang akan dihadapi. Peningkatan bela negara pada prinsipnya adalah bertujuan
untuk menciptakan kondisi daerah perbatasan menjadi aman dan damai serta
sejahtera. Guna meningkatkan sikap dan perilaku masyarakat perbatasan yang
dijiwai kecintaan kepada tanah air, maka di perlukan upaya-upaya sebagai berikut
:

a. Peningkatan kesadaran bela negara masyarakat melalui sektor pendidikan, antara lain
:
1) Mengaktifkan kembali kegiatan kepramukaan atau kepanduan
sebagai extra kurikuler disekolahsekolah mulai SD, SMP dan SMU.

2) Membentuk organisasi kepemudaan untuk menanamkan anak-anak usia sekolah


dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
3) Menyelenggarakan peringatan harihari nasional di sekolah-sekolah untuk
menanamkan kecintaan kepada bangsa dan negara.
4) Memberikan pelatihan kepada anakanak sekolah dalam penanggulangan bencana
alam.
5) Mengajarkan kepada anak-anak sekolah tentang pelestarian lingkungan hidup.
b. Peningkatan nasionalisme masyarakat perbatasan sebagai warga negara, yaitu :
1) Mengajak masyarakat untuk mengibarkan bendera kebangsaan di rumah tempat
tinggalnya masingmasing pada setiap hari bersejarah atau hari nasional.
2) Mengajarkan masyarakat dapat menyanyikan lagu kebangsaan
Indonesia Raya.

3) Mengajarkan masyarakat tentang Pancasila dan mengamalkannya dalam


kehidupannya sehari-hari.
4) Mengajak masyarakat untuk menggunakan barang-barang produk dalam negeri.
5) Memberikan penyuluhan hukum, agar masyarakat memahami dan mentaati
peraturan serta hukum yang berlaku di negara Indonesia.
c. Peningkatan implementasi bela negara masyarakat perbatasan, melalui :
1) Membangun Pos-pos Kamling dan menggiatkan Kamling disetiap lingkungan
pemukiman penduduk.
2) Mengajarkan masyarakat untuk menjaga lingkungannya dari kerusakan alam
seperti kegiatan penghijauan dan reklamasi.
3) Mengajak masyarakat mematuhi ketentuan yang berlaku apabila hendak pergi ke
negara tetangga untuk melengkapi diri dengan dokumen resmi.
4) Mengajarkan masyarakat untuk wajib lapor apabila menemukan kegiatankegiatan
ilegal di daerahnya.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kondisi wilayah perbatasan darat Indonesia sampai saat ini masih identik
dengan daerah yang terisolir, terpencil dan terbelakang serta sering menimbulkan
peluang kegiatan illegal antara lain: pencurian kekayaan alam, perdagangan manusia,
perdagangan narkoba, penyelundupan yang kesemuanya dapat merugikan negara. Di
sisi lain, kondisi tingkat kesejahteraan masyarakat masih rendah karena dampak
belum meratanya pembangunan di daerah perbatasan dan hal ini mempengaruhi
tingkat pemahaman bela negara untuk menghadapi ancaman yang dapat
membahayakan kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI.

3.2 Saran
Pemerintah perlu merevisi kewenangan Badan Nasional Pembangunan
Perbatasan (BNPP) yang selama ini hanya bersifat koordinasi menjadi kewenangan
yang memiliki otoritas operasional di lapangan, sehingga penyelenggaraan
pembangunan di daerah perbatasan dapat berjalan lebih efektif.

15
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal Lemhanas Edisi 15 Materi 10, "Meningkatkan Bela Negara Masyarakat Perbatasan
guna Mendukung Pembangunan Nasional dalam Rangka Menjaga Keutuhan NKRI".
https://eranews.id/bela-negara-pengertian-unsur-fungsi-tujuan-dan-manfaat-bela-negara/
https://belanegarari.com/2017/10/01/konsep-bela-negara-di-indonesia/
https://www.scribd.com/doc/243345355/Kehidupan-Masyarakat-di-Daerah-Perbatasan
https://belanegarari.com/2012/04/24/wawasan-kebangsaan-dan-sistim-keamanan-perbatasan-
demi-keutuhan-bangsa-dan-negara/

16

Anda mungkin juga menyukai