Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

A. KonsepDasarPenyakit
1. Pengertian
SOL (Space Occupying Lesion) merupakan generalisasi masalahmengenaiadanya lesi pada ruang intracranial khususnya yang mengenai
otak.(Suzanne dan Brenda G Bare. 2007).
Space Occupying Lesion disebut juga tumor otak atau tumor intracranial yaitu proses desak ruang yang timbul didalam rongga tengkorak
baik. (Satyanegara dalam aplikasi asuhan keperawatan Nanda, 2014).
SOL (Space Occupying Lesion) atau sering disebut tumor otak adalah lesi oleh karena ada desakan ruang baik jinak maupun ganas yang
tumbuh di otak, meningen dan tengkorak ( Mary Caster, 2005).

2. Etiologi
Penyebab tumor sampai saat ini belum diketahui secara pasti, walaupun telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapunfaktor-faktor yang
perlu ditinjau yaitu:
a. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat
memicu terjadinya suatu glioma.
b. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses terjadinya neoplasma, tetapi
hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
c. Substansi-substansi karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogenik sudah lama dan luas dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik.
3. ManifestasiKlinik
Tanda dan gejala umum:
a. Nyeri kepala berat pada pagi hari, makin tambah bila batuk dan membungkuk.
b. Kejang.
c. Tanda-tandapeningkatan TIK: nyerikepala, papil edema, muntah.
d. Perubahan kepribadian.
e. Gangguan memori dan alam perasa.

Menurutlokasi tumor:
a. Lobus frontalis
Gangguan mental/ gangguan kepribadian ringan: depresi, bingung, tingkah laku aneh, sulit member argumentasi, gangguan bicara.
b. Lobusoksipital
Kejang, gangguan penglihatan.
c. Lobus temporalis
Tinnitus, halusinasi pendengaran, afasiasensorik, kelumpuhan otot wajah.
d. Lobusparietalis
Hilang fungsi sensorik, gangguan penglihatan.
e. Cerebellum
Papil edema, nyerikepala, gangguan motorik, hiperekstremitas sendi, hipotonia.

4. Patofisiologis
Fase awal abses otak ditandai dengan edema lokal, hiperemia infiltrasi leukosit atau melunaknya parenkim. Trombisis sepsis dan edema.
Beberapa hari atau minggu dari fase awal terjadi proses liquefaction atau dinding kista berisi pus. Kemudian terjadi ruptur, bila terjadi ruptur
maka infeksi akan meluas keseluruh otak dan bisa timbul meningitis. ( long, 2006).
Abses otak (AO) dapat terjadi akibat penyebaran perkontinuitatum dari fokus infeksi di sekitar otak maupun secara hematogen dari tempat
yang jauh, atau secara langsung seperti trauma kepala dan operasi kraniotomi.Abses yang terjadi oleh penyebaran hematogen dapat pada setiap
bagian otak, tetapi paling sering pada pertemuan substansia alba dan grisea; sedangkan yang perkontinuitatum biasanya berlokasi pada daerah
dekat permukaan otak pada lobus tertentu.Pada tahap awal AO terjadi reaksi radang yang difus pada jaringan otak dengan infiltrasi lekosit
disertai udem, perlunakan dan kongesti jaringan otak, kadang-kadang disertai bintik perdarahan. Setelah beberapa hari sampai beberapa minggu
terjadi nekrosis dan pencairan pada pusat lesi sehingga membentuk suatu rongga abses. Astroglia, fibroblas dan makrofag mengelilingi jaringan
yang nekrotik. Mula-mula abses tidak berbatas tegas tetapi lama kelamaan dengan fibrosis yang progresif terbentuk kapsul dengan dinding yang
konsentris. Tebal kapsul antara beberapa milimeter sampai beberapa sentimeter.
5. Penatalaksanaan
a. Terapi antibiotik. Kombinasi antibiotik dengan antibiotik spektrum luas. Antibiotik yang dipakai: Penicilin, chlorampenicol (chloramyetin) dan
nafacillen (unipen). Bila telah diketahui bakteri anaerob, metrodiazelo (flagyl) juga dipakai.
b. Surgery : aspirasi atau eksisi lengkap untuk evaluasi abses.

6. Pemeriksaandiagnostik/penunjang
a. CT Scan : Memberi informasi spesifik mengenal jumlah, ukuran, kepadatan, jejas tumor, dan meluasnya edema serebral sekunder serta memberi
informasi tentang sistem vaskuler.
b. MRI : Membantu dalam mendeteksijejas yang kecil dan tumor didalam batang otak dan daerah hiposisis, dimana tulang menggangu dalam
gambaran yang menggunakan CT Scan
c. Biopsi stereotaktik : Dapat mendiagnosa kedudukan tumor yang dalam dan untuk memberi dasar pengobatan seta informasi prognosi.
d. Angiografi : Memberi gambaran pembuluh darah serebal dan letak tumor
e. Elektroensefalografi (EEG) : Mendeteksi gelombang otak abnormal.

7. AsuhanKeperawatan
a. Data fokus pengkajian
1) Identitas klien : nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal masuk rumah sakit dan askes.
2) Keluhan utama : nyeri kepala disertai penurunan kesadaran.
3) Riwayat penyakit sekarang : demam, anoreksi dan malaise peninggian tekanan intrakranial serta gejala nerologik fokal.
4) Riwayat penyakit dahulu : pernah, atau tidak menderita infeksi telinga (otitis media, mastoiditis) atau infeksi paru – paru (bronkiektaksis, abses
paru, empiema), jantung (endokarditis), organ pelvis, gigi dan kulit).
5) Aktivitas / istirahat
Gejala : malaise
Tanda : Ataksia, masalah berjalan, kelumpuhan, gerakan involunter.

6) Sirkulasi
Gejala : adanya riwayat kardiopatologi, seperti endokarditis
Tanda : TD : meningkat N : menurun (berhubungan dengan peningkatan TIK dan pengaruh pada vasomotor).
7) Eliminasi
Gejala : -
Tanda : adanya inkonteninsia dan atau retensi.
8) Nutrisi
Gejala : kehilangan nafsu makan, disfagia (pada periode akut)
Tanda : anoreksia, muntah, turgor kulit jelek, membran mukosa kering.
9) Hygiene
Gejala : -
Tanda : ketergantungan terhadap semua kebutuhan, perawatan diri (pada periode akut).
10) Neurosensori
Gejala : sakit kepala, parestesia, timbul kejang, gangguan penglihatan.
Tanda : penurunan status mental dan kesadaran. Kehilangan memori, sulit dalam keputusan, afasia, mata : pupil unisokor (peningkatan TIK),
nistagmus, kejang umum lokal.
11) Nyeri / kenyamanan
Gejala : sakit kepala mungkin akan diperburuk oleh ketegangan, leher / pungung kaku.
Tanda : tampak terus terjaga, menangis / mengeluh.
12) Pernapasan
Gejala : adanya riwayat infeksi sinus atau paru
Tanda : peningkatan kerja pernapasan (episode awal). Perubahan mental (letargi sampai koma) dan gelisah
13) Keamanan
Gejala : adanya riwayat ISPA / infeksi lain meliputi : mastoiditis, telinga tengah, sinus abses gigi, infeksi pelvis, abdomen ataukulit, fungsi
lumbal, pembedahan, fraktur pada tengkorak / cedera kepala.

b. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungn dengan kurangnya darah ke jaringan otak.
2. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan TIK.
3. Gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan kurang nutrisi.
4. Gangguan imobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kesadaran akibat tekanan pada serebelum (otak kecil).
5. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan penglihatan.

c. Intervensi keperawatan
No Diagnosakeperawatan Tujuan Perencanaan
Intervensi Rasional
1 Gangguan perfusi Setelah dilakukan a) Memantau status a) Pengkajian kecenderungan
jaringancerebral perawatan selama 3x24 neurologis dengan teratur adanya perubahan tingkat
berhubungn dengan jam diharapkan perfusi dan bandingkan dengan kesadaran dan potensi TIK
kurangnya darah ke jaringan kembali normal keadaan normalnya seperti adalah sangat berguna dalam
jaringan otak dengan kriteria hasil: GCS menentukan lokasi,
a) TTV normal penyebaran, luas,dan
b) Kesadaran pasien perkembangan dari
kembali seperti sebelum kerusakan
sakit b) Perubahan pada frekuensi
c) Gelisah hilang b) Memantau frekuensi dan dan disritmia dapat terjadi
d) Ingatanya kembali irama jantung yang mencerminkan trauma
seperti sebelum sakit atau tekanan batang otak
tentang ada tidaknya
penyakit
c) Demam biasanya
berhubungan dengan proses
inflamasi tetapi mungkin
merupakan komplikasi dari
c) Memantau suhu juga atur kerusakan pada hipotalamus
suhu lingkungan sesuai
kebutuhan. Batasi d) Hipertermi meningkatkan
penggunaan selimut dan kehilangan air dan
lakukan kompres hangat meningkatkan resiko
jika terjadi demam dehidrasi, terutama jika
d) Memantau masukan dan tingkat kesadaran menurun
pengeluaran, catat e) Membantu dalam
karakteristik urin, tugor mengontrol peningkatan
kulit dan keadaan suhu
membrane mukosa f) Dapat menurunkan
e) Mengunakan selimut permebilitas kapiler untuk
hipotermia membatasi pembentukan
edema, mengatasi menggigil
f) Kolaborasi yang dapat meningkatkan
pemberian obatse suai TIK, menurunkan
indikasi seperti steroid, metabolism seluler/
klorpomasin, asetaminofen menurunkan konsumsi
oksigen
2 Gangguan rasa nyeri Setelah dilakukan a) Memberikan lingkungan a) Menurunkan reaksi terhadap
berhubung-an dengan perawatan selama 3x24 yang tenang stimulus dari luar dan
peningkatan TIK jam nyeri hilang dengan meningkatkan istirahat
kriteria hasil : b) Meningkatkan tirah baring,
b) Menurunkan gerakan yang
a) a. Nyeri hilang bantu perawatan diri pasien dapat meningkatkan nyeri
b) b. Pasien tenang c) Meletakkan kantung es
c) c. Tidak terjadi mual pada kepala, pakaian dingin
c) Meningkatkan vasokontriksi,
muntah diatas mata penumpukan resepsi
d) d. Pasien dapat sensoriyang akan
beristirahat dengan d) Mendukung pasien untuk menurunkan nyeri
tenang menemukan posisi yang d) Menurun kaniritasi
nyaman meningeal dan resultan
ketidaknyamanan lebih lanjut
e) Memberikan ROM e) Membantu merelaksasi
aktif/pasif ketegangan otot yang
meningkatkan reduksi nyeri
f) Meningkatkan relaksasi otot
f) Mengunakan pelembab dan menurunkan rasa sakit
yang agak hangat pada
nyeri leher/punggung yang
tidak ada demam
g) Kolaborasi pemberian g) Untuk menghilangkan nyeri
obat analgetik seperti yang hebat
asetaminofen, kodein
sesuai indikasi

3 Gangguan kebutuhan Setelah dilakukan a) Mengkaji kemampuan


a) Menentukan pemilihan
nutrisi berhubungan perawatan selama 3 x pasien untuk mengunyah, terhadapjenis makanan
dengan kurang nutrisi 24 jam diharapkan menelan sehingga pasien terlindungi
kebutuhan pasien dari aspirasi
menjadi adekuat dengan b) Meningkatkan proses
kriteria hasil: b) Memberi makanan dalam pencernaan dan kontraksi
a) a. Mual muntah hilang jumlah kecil dan sering pasien terhadap nutrisi yang
b) b. Nafsu makan diberikan dan dapat
meningkat c) Menimbang berat badan meningkatkan kerjasama
c) c. BB kembali seperti pasien saat makan
sebelum sakit d) Kolaborasi dengan ahli gizi
c) Mengevaluasi keefektifan/
kebutuhan mengubah
pemberian nutris
d) Merupakan sumber yang
efektif untuk
mengidentifikasi kebutuhan
kalori/nutrisi
4 Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan a) Memeriksa kembali a) Mengidentifikasi
berhubungan perawatan selama 2 x kemampuan dan keadaan kemungkinan kerusakan
denganpenurunan 24 jam diharapkan klien secara fungsional pada secara fungsional dan
kesadaran akibat tekanan dapat menunjukkan cara kerusakan yang terjadi. mempengaruhi pilihan
pada serebelum (otak mobilisasi secara intervensi yang akan
kecil). optimal. Kriteria hasil : dilakukan.
a) Klien dapat b) Mengkaji derajat b) Seseorang dalam semua
meningkatkan kekuatan imobilitas pasien. kategori sama – sama
dan fungsi tubuh yang mempunyai risiko
sakit, c) Meletakkan pasien pada kecelakaan namun katagori 2
b) Mempertahankan posisi tertentu, ubah posisi – 4 mempunyai resiko
integritas kulit dan pasien secara teratur dan terbesar untuk terjadinya
kandung kemih dan buat sedikit perubahan bahaya tsb sehubungan
fungsi usus. posisi antara waktu dengan imobilisasi.
c) Perubahan posisi yang
teratur menyebabkan
penyebaran terhadap berat
badan dan meningkatkan
sirkulasi seluruh bagian
tubuh.
5 Gangguan persepsi Setelah dilakukan a) Memastikan atau validasia) Membantu pasien untuk
sensori berhubungan perawatan selama 3 x persepsi pasien dan berikan memisahkan pada realitas
dengan gangguan 24 jam diharapkan umpan balik, orientasikan dari perubahan persepsi,
penglihatan penglihatan pasien kembali pasien secara gangguan fungsi kognitif dan
kembali normal dengan teratur pada lingkungan, atau penurunan penglihatan
kriteria hasil :Pasien dan tindakan yang akan dapat menjadi potensi
dapat melihat dengan dilakukan terutama jika timbulnya disorientasi dan
jelas penglihatannya terganggu ansietas

b) Mengurangi kelelahan,
mencegah kejenuhan,
b) Membuat jadwal istirahat memberikan kesempatan
yang adekuat/periode tidur untuk tidur REM
tanpa ada gangguan (ketidakadaan tidur REM ini
c) Memberikan kesempatan dapat meningkatkan
yang lebih banyak untuk gangguan persepsi sensori
berkomunikasi dam c) Menurunkan fruktasi yang
melakikan aktivitas berhubungan dengan
d) Merujuk pada ahli perubahan kemampuan /pola
fisioterapi respon yang memanjang
d) Pendekatan antar disiplin
dapat menciptakan rencana
penatalaksanaan berintegrasi
yang didasarkan atas
kombinasi kemampuan/
ketidakmampuan secara
individu yang unik dengan
berfokus pada peningkatan
evaluasi, dan fungsi fisik,
kognitif, dan perseptual.

DAFTAR PUSTAKA

Diagnosis Keperawatan NANDA. 2014. Jakarta: EGC


Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medisdan Nanda Nic-NocJilid 3. Jogjakarta:
Mediaction Jogja. www.scribd.com
Mary Caster, 2005. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC
Long, 2006. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Suddart, Brunner. 2010. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3, Jakarta: Media Ausculapius FKUI

Anda mungkin juga menyukai