NIM : 4915161185
TAI menggunakan penggunaan bauran kemampuan empat anggota yang berbeda dan memberi
sertifikat untuk tim dengan kinerja terbaik. TAI menggabungkan pembelajaran kooperatif dengan
pengajaran yang individual. Dalam TAI, para siswa memasuki sekuen individual berdasarkan tes
penempatan dan kemudian melanjutkannya dengan tingkat kemampuan mereka sendiri. Para
siswa saling mendukung dan saling membantu satu sama lain untuk berusaha keras karena
mereka menginginkan tim mereka berhasil. Tanggung jawab individu bisa dipastikan hadir
karena saut-satunya skor yang diperhitungkan adalah skor akhir, dan siswa melakukan tes akhir
tanpa bantuan satu tim
Menurut saya dengan metode seperti ini menjadikan siswa lebih peduli dengan teman serta
dirinya untuk mendapatkan nilai yang baik sehingga anak akan belajar giat dirumah dan
bertanggung jawab untuk memeriksa pekerjaan rekannya. Jadi mempermudah pekerjaan guru
untuk membantu kelompok kecil menemukan kesulutan yang dia hadapi.
Model pembelajaran kooperatif two stay two stray ini sebenarnya dapat dibuat variasinya, yaitu
berkaitan dengan jumlah siswa yang tinggal di kelompoknya dan yang berpencar ke kelompok
lain. Misalnya: (1) one stay three stray (satu tinggal tiga berpencar); dan (2) three stay one stray
(tiga tinggal satu berpencar). Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray
dikembangkan pertama kali oleh Spencer Kagan (1990). Dengan struktur kelompok kooperatif
seperti tipe two stay two stray ini dapat memberikan kesempatan kepada tiap kelompok untuk
saling berbagi informasi dengan kelompok-kelompok lain.
Menurut saya metode two stay two stray membuat siswa lebih berorientasi pada keaktifan,
membantu siswa berani mengungkapkan pendapatnya dan meningkatkan kekompakan. Ini
merupkan salah satu metode yang baik untuk menumbuhkan sifat saling kerjasama.
Model pembelajaran kooperatif tipe TGT mirip dengan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD, tetapi bedanya hanya pada kuis yang digantikan dengan turnamen mingguan (Slavin,
1994). Pada model pembelajaran kooperatif ini, siswa-siswa saling berkompetisi dengan siswa
dari kelompok lain agar dapat memberikan kontribusi poin bagi kelompoknya.
Dengan metode pembelajaran TGT dapat meningkatkan keaktifan siswa dan rasa percaya diri
siswa. Tetapi menurut saya metode ini sangat membutuhkan waktu yang lama dalam memahami
pembelajaran tim karena setiap anak mempunyai kemampuan yang berbeda.
Model pembelajaran kooperatif tipe CIRC (cooperative integrated reading composition) adalah
sebuah model pembelajaran yang sengaja dirancang untuk mengembangkan kemampuan
membaca, menulis, dan keterampilan-keterampilan berbahasa. Pada tipe model pembelajaran
kooperatif yang satu ini siswa tidak hanya mendapat kesempatan belajar melalui presentasi
langsung oleh guru tentang keterampilan membaca dan menulis, tetapi juga teknik menulis
sebuah komposisi (naskah).
Meningkatkan kebiasaan membaca pada anak pada zaman sekarang sehingga untuk
memperluas wawasan sang anak. Menumbuhkan budaya membaca. Yang kita ketahui pada
zaman sekarang anak lebih minat untuk bermain gadget ketimbang dengan membaca buku.
5. Group Investigation
Model Group investigation seringkali disebut sebagai metode pembelajaran kooperatif yang
paling kompleks. Berdasarkan pandangan konstruktivistik, proses pembelajaran dengan model
group investigation memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk terlibat secara
langsung dan aktif dalam proses pembelajaran mulai dari perencanaan sampai cara mempelajari
suatu topik melalui investigasi
6. Think-Pair-Share (TPS)
Dengan metode ini guru lebih efektif dalam mengetahui kemampuan anak tentang fonemena/
masalah yang terjadi di lingkungan masyarakat. Pengawasan guru terhadap anggota kelompok
lebih mudah karena hanya terdiri dari 2 orang. Dengan metode ini juga akan meningkatkan
daya pikir siswa
7. Three-Step Interview (Wawancara Tiga Langkah)
Pada model pembelajaran kooperatif tipe three-step interview (disebut juga three problem-
solving) dilakukan 3 langkah untuk memecahkan masalah. Pada langkah pertama guru
menyampaikan isu yang dapat memunculkan beragam opini, kemudian mengajukan beberapa
pertanyaan-pertanyaan kepada seluruh siswa di kelas. Langkah kedua, siswa secara berpasangan
bermain peran sebagai pewawancara dan orang yang diwawancarai. Kemudian, di langkah yang
ketiga, setelah wawancara pertama dilakukan maka pasangan bertukar peran: pewawancara
berperan sebagai orang yang diwawancarai dan sebaliknya orang yang tadi mewawancarai
menjadi orang yang diwawancarai. Setelah semua pasangan telah bertukar peran, selanjutnya
setiap pasangan dapat membagikan atau mempresentasikan hasil wawancara mereka kepada
seluruh kelas secara bergiliran.
Metode ini membantu siswa mendengarkan dan berbahasa selain mempromosikan tanggung
jawab individu. Dan dengan metode ini siswa akan merasakan langsung dengan kejadian yang
mereka diskusikan. Adapun kelemahan dari model pembeajaran ini adalah bahwa siswa yang
kurang memahami maksud dari teman yang diwawancarainya mungkin akan sedikit kesulitan
dalam menuliskan hasil wawancaranya, kemudian selama proses wawancara dikhawatirkan
kelas akan menjadi sedikit gaduh.
Metode ini membantu siswa lebih kritis menganalisis gambar yang disajikan oleh gurunya,
siswa, siswa menjadi paham dengan materi dalam bentuk ilutrasi gambar yang diperjelas dan
siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya. Menurut saya kekurangannya yaitu
tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar sehingga hanya beberapa topic saja
yang dapat diilustrasikan dalam pembelajaran
Metode ini menurut saya suatu inovatif sangat kreatif tetapi Apabila strategi tidak dipersiapkan
dengan benar maka akan ada banyak waktu yang terbuang sia-sia. Bagi siswa metode ini
membuat kegiatan belajar mereka menjadi lebih menyenangkan.
10. Write Around (Menulis Berputar)
Model pembelajaran kooperatif tipe write around ini cocok digunakan untuk menulis kreatif atau
untuk menulis simpulan. Pertama-tama guru memberikan sebuah kalimat pembuka (misalnya
“nama-nama sungai di Indonesia) untuk didiskusikan. Mintalah semua siswa dalam setiap
kelompok untuk menyelesaikan kalimat tersebut. Selanjutnya mereka ia menyerahkan kertas
berisi tulisannya tersebut ke sebelah kanan, dan membaca kertas lain yang mereka terima setelah
diserahkan oleh kelompok lain, kemudian menambahkan satu kalimat lagi. Setelah beberapa kali
putaran, maka akan diperoleh 4 buah cerita atau tulisan (bila di kelas dibentuk 4 kelompok).
Selanjutnya beri waktu bagi mereka untuk membuat sebuah kesimpulan dan atau mengedit
bagian-bagian tertentu, kemudian membagi cerita atau simpulan itu dengan seluruh kelas.
Meningkatkan ketangkasan anak dalam menjawab pertanyaan sehingga metode ini sangat baik
jika diterapkan di kelas sebagai inovasi pembelajaran. Guru harus kreatif agar metode ini di
jalankan dengan nyaman oleh siswa.
Model pembelajaran kooperatif tipe three-step review efektif untuk digunakan saat guru berhenti
pada saat-saat tertentu selama sebuah diskusi atau presentasi berlangsung, dan mengajak siswa
mereviu apa yang telah mereka ungkapkan saat diskusi di dalam kelompok mereka. Siswa-siswa
dalam kelompok-kelompok itu dapat bertanya untuk mengklarifikasi kepada anggota lainnya
atau menjawab pertanyaan-pertanyaan dari anggota lain. Misalnya setelah diskusi tentang
proses-proses kompleks yang terjadi di dalam tubuh manusia misalnya pencernaan makanan,
siswa dapat membentuk kelompok-kelompok dan mereviu proses diskusi dan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan untuk mengklarifikasi.
Metode ini sangat baik untuk siswa agar siswa lebih memperhatikan jalannya diskusi ,
memahami isi materi yang dijelaskan oleh kelompok lain sehingga siswa akan berpikir kritis
mencari pertanyaan yang mereka masih belum mengerti dan juga meghargai penampilan
temannya yang sedang diskusi.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT, minta siswa untuk menomori diri mereka masing
dalam kelompoknya mulai dari 1 hingga 4. Ajukan sebuah pertanyaan dan beri batasan waktu
tertentu untuk menjawabnya. Siswa yang mengangkat tangan jika bisa menjawa pertanyaan guru
tersebut. Guru menyebut suatu angka (antara 1 sampai 4) dan meminta seluruh siswa dari semua
kelompok dengan nomor tersebut menjawab pertanyaan tadi. Guru menandai siswa-siswa yang
menjawab benar dan memperkaya pemahaman siswa tentang jawaban pertanyaan itu melalui
diskusi
Pada metodi ini terjadinya interaksi antara siswa melalui diskusi/siswa secara bersama dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapi. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menggunakan keterampilan bertanya, berdiskusi, dan mengembangkan bakat kepemimpinan
tetapi dalam pelaksanaannya pengelompokkan siswa memerlukan pengaturan tempat duduk
yang berbeda-beda serta membutuhkan waktu khusus.
13. Dabate
Guru membagi dua kelompok peserta debat, yang terdiri satu pro dan yang lainnya kontra
Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan didebatkan oleh kedua
kelompok
Setelah selesai membaca materi. Guru menunjuk salah satu anggota kelompok pro untuk
berbicara saat itu, selanjutnya ditanggapi atau dibalas oleh kelompok kontra demikian
seterusnya sampai sebagian besar peserta didik bisa mengemukakan pendapatnya
Sementara peserta didik menyampaikan gagasannya guru menulis inti/ide-ide dari setiap
pembicaraan di papan tulis, sampai sejumlah ide yang diharapkan guru terpenuhi
Guru menambah konsep/ide yang belum terungkap
Dari data-data di papan tersebut, guru mengajak peserta didik membuat
simpulan/rangkuman yang mengacu pada tujuan yang ingin dicapai
Pada metode dabate pada siswa akan memantapkan pemahaman konsep siswa terhadap materi
pelajaran yang telah diberikan guru serta melatih siswa untuk bersikap kritis terhadap semua
teori yang telah diberikan, melatih siswa untuk berani mengemukakan pendapat tetapi
terkadang seorang siswa masih belum memahami tatacara dabate tersebut sehingga terjadinya
aling rebut pendapat. Guru sebelumnya haru sangat menjelaskan kepada murid bagaimana tata
caranya.
Model pembelajaran Artikulasi merupakan model yang prosesnya seperti pesan berantai, artinya
apa yang telah diberikan Guru, seorang siswa wajib meneruskan menjelaskannya pada siswa lain
(pasangan kelompoknya). Di sinilah keunikan model pembelajaran ini. Siswa dituntut untuk bisa
berperan sebagai ‘penerima pesan’ sekaligus berperan sebagai ‘penyampai pesan.
Metode ini sangat baik bagi siswa karena Semua siswa terlibat (mendapat peran),melatih
kesiapan siswa agar tetap focus dalam pelajaran yang berlangsung,melatih daya serap
pemahaman dari temannya. Tetapi kadang ada beberapa kelompok yang tidak terpantau oleh
gurunya.
Metode ini membuat suasana di dalam kelas menjadi lebih atraktif, pembelajaran menjadi
menyenangkan karena siswa seperti bermain dengan melempar bola kertas kepada siswa lain.
Disini juga siswa mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir karena
diberikesempatan untuk membuat soal dan diberikan pada siswa lain sehingga menjadikan
siswa agar siap untuk mendapatkan pertanyaan yang diberikan temannya. Terkadang dengan
metode seperti ini juga akan menimbulkan gaduh didalam kelas.