Oleh:
Uswatun Hasanah1 , Santoso Tri Raharjo2
ABSTRAK
Anak merupakan aset bangsa yang kelak akan memelihara, mempertahankan, serta
mengembangkan kekayaan hasil perjuangan bangsa. Kekerasan terhadap anak menjadi fenomena
yang tidak ada habisnya. Kasus dan korbannya selalu meningkat setiap tahunnya. Kekerasan dapat
terjadi di lingkungan dalam maupun luar keluarga. Anak yang menjadi korban kekerasan tentu akan
mengalami trauma baik fisik maupun psikisnya. Anak yang mengalami kekerasan di masa lalunya
akan berpotensi untuk melakukan tindak kekerasan (pelaku) ketika mereka dewasa. Anak yang
menjadi korban kekerasan perlu mendapatkan perhatian khusus dan penanganan secara khusus yang
melibatkan orang tua, keluarga, pemerintah, dan peran serta masyarakat. Dibutuhkan strategi dalam
penanganan kekerasan terhadap anak. Strategi yang dilakukan harus mampu mencegah dan
menangani tindak kekerasan. Dalam hal ini dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak agar strategi
yang dilakukan berjalan secara holistik dan komprehensif.
Kata Kunci : Kekerasan Anak, Strategi Penanganan Kekerasan
ABSTRACT
Chidren are an asset of the nation who would maintain, retain, and develop the wealth and
national struggle. Violence against children became a phenomenon that is endless. Cases and victims
is increasing every year. Violence can occur in the environment inside and outside the family.
Children who are victims of violence will certainly experience both physical and psychological
trauma. Children who have experienced violence in the past would have the potential for violent
action (actors) when they are adults. Children who are victims of violence need special attention and
special handling involving parents, family, government, and community participation. Strategy is
needed in the handling of child abuse. Strategies that do need to be able to prevent and deal with
violence. In this case it takes the cooperation of various parties in order to run the strategy undertaken
holistically and comprehensively.
Keyword : Child Abuse, Violence Treatment Strategies
80
ISSN:2339 -0042 (cetak)
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL VOLUME: 6 NOMOR: 1 HALAMAN: 1 -- 153
ISSN: 2528-1577 (elektronik)
81
ISSN:2339 -0042 (cetak)
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL VOLUME: 6 NOMOR: 1 HALAMAN: 1 -- 153
ISSN: 2528-1577 (elektronik)
Dari data kasus yang di dapatkan dari masyarakat, tidak adanya akses tempat
laporan KPAI, data tersebut menjelaskan pengaduan tindak kekerasan di sekitar tempat
bahwa kasus kekerasan terhadap anak tinggal, dan kurangnya pemahaman mengenai
mengalami peningkatan setiap tahunnya. cara mendidik anak. (Cynthia Crosson-Tower,
Begitupun dengan jumlah korban, dari data Child Abuse And Neglect, 65 : 2002)
kasus Anak Berhadapan Dengan Hukum yang Anak yang menjadi korban kekerasan
menjadi korban jumlahnya tertera pada tabel di tentu akan mengalami trauma baik fisik
atas yang setiap tahun pun mengalami maupun psikisnya. Anak yang mengalami
peningkatan jumlah korban. Dari laporan data kekerasan di masa lalunya akan berpotensi
korban diatas, sisanya yang termasuk dalam untuk melakukan tindak kekerasan (pelaku)
laporan data kasus adalah pelaku kekerasan ketika mereka dewasa. Oleh karena itu anak
anak. yang menjadi korban kekerasan perlu
mendapatkan perhatian khusus dan
Data korban di atas jelas
penanganan secara khusus yang melibatkan
menggambarkan bahwa banyaknya anak yang
orang tua, keluarga, pemerintah, dan peran
mendapatkan perilaku kekerasan baik dari
serta masyarakat. Sesuai yang tercantum pada
lingkungan dekat (orang tua, saudara kandung,
pasal 20 Undang-Undang Nomor 23 Tahun
keluarga) maupun lingkungan luar (sekolah,
2002 tentang Perlindungan Anak adalah :
teman sebaya, tetangga, masyarakat).
“Negara, pemerintah, masyarakat, keluarga
Kekerasan dapat terjadi di lingkungan dalam
dan orang tua berkewajiban dan
maupun luar keluarga. Kekerasan yang terjadi
bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan
di dalam lingkungan keluarga seringkali
perlindungan anak.”
terjadi karena ketidakharmonisan keluarga
Dari pasal diatas, terlihat mengenai
seperti tingkat stress yang tinggi, kurangnya
bahwa setiap warga Negara wajib ikut sera
komunikasi, kurangnya pengetahuan tentang
berperan dalam penyelenggaraan perlindungan
pengasuhan yang baik, tidak mendengarkan
anak. Jadi ketika ada kasus kekerasan terhadap
keinginan anak sehingga memposisikan anak
anak, maka sudah menjadi perhatian dan
harus “nurut” dengan orang tua sehingga orang
tanggungjawab setiap warga Negara.
tua seringkali mengatasnamakan “kekerasan”
Berdasarkan kondisi tersebut, maka dapat
sebagai usaha untuk “mendidik”. Kekerasan
dirumuskan permasalahan sebagai berikut : “
yang terjadi di luar terjadi karena keterbatasan
Bagaimana Upaya Penanganan Kekerasan
yang dimiliki anak, kurangnya kontrol orang
Anak Berbasis Masyarakat?”
tua, sekolah, tetangga dan aparat setempat,
hilangnya nilai dan norma yang ada di
PEMBAHASAN
82
ISSN:2339 -0042 (cetak)
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL VOLUME: 6 NOMOR: 1 HALAMAN: 1 -- 153
ISSN: 2528-1577 (elektronik)
Anak yang menjadi korban kekerasan atau dapat mencegah potensi perilaku
sudah seharusnya mendapatkan perlindungan kekerasan terhadap anak.
dan penanganan dari berbagai pihak. 2. Helping children and adolescents manage
Dibutuhkan strategi dalam penanganan risk and challenges
kekerasan terhadap anak. Strategi yang Pendekatan ini memberikan keterampilan
dilakukan harus mampu mencegah dan terhadap anak-anak dan remaja untuk
menangani tindak kekerasan. Dalam hal ini mengatasi dan mengelola risiko kekerasan
dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak agar sehingga dapat membantu anak untuk
strategi yang dilakukan berjalan secara holistik mengurangi terjadinya kekerasan di sekolah
dan komprehensif. Seperti yang telah disusun dan masyarakat. Mengajarkan anak berpikir
oleh UNICEF yaitu strategi penanganan dan kritis, bertindak asertif, berani menolak dan
pencegahan kekerasan terhadap anak dan mengeluarkan pendapat, memecahkan
perlidungan anak : masalah secara kooperatif sehingga mereka
1. Supporting parents, caregivers and dapat melindungi dirinya sendiri dari tindak
families kekerasan yang terjadi di lingkungannya.
Pendekatan ini berusaha untuk mencegah 3. Changing attitudes and social norms that
kekerasan terjadi, mengurangi faktor-faktor encourage violence and discrimination
yang membuat keluarga rentan terhadap Pendekatan ini memberikan pengetahuan
perilaku kekerasan dengan memperkuat mengenai cara merespon ketika melihat dan
keterampilan pengasuhan anak. Menyediakan mengalami tindak kekerasan. Memahami
layanan dukungan lembaga seperti ketika ada perbedaan yang terjadi pada norma
mempersiapkan penyalur pengasuh anak yang dan nilai yang berlaku di masyarakat sehingga
terlatih. Home visit yang dilakukan oleh ketika kita melihat ada perilaku salah, itu dapat
pekerja sosial dan ahli lainnya untuk dikatakan sebagai tindakan yang wajar atau
meningkatkan dan memberikan pengetahuan tidak, dapat di toleransi atau tidak. Mengubah
kepada orang tua dan pengasuh tentang pola pikir masyarakat yang menganggap
interaksi orang tua dan anak yang positif kekerasan adalah bentuk dari disiplin sehingga
termasuk penerapan disiplin anti kekerasan dapat membedakan antara norma yang sesuai
dalam pengasuhan anak. Strategi ini berupaya dan norma sosial yang membahayakan bagi
penuh dalam mendukung orang tua, pengasuh, anak. Disini terlihat peran dari masyarakat
dan keluarga dalam penyediaan informasi, yang turut menjadi agen perubahan.
pendidikan dan pengetahuan mengenai 4. Promoting and providing support services
“parenting skill”. Dengan tujuan mengurangi for children
83
ISSN:2339 -0042 (cetak)
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL VOLUME: 6 NOMOR: 1 HALAMAN: 1 -- 153
ISSN: 2528-1577 (elektronik)
84
ISSN:2339 -0042 (cetak)
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL VOLUME: 6 NOMOR: 1 HALAMAN: 1 -- 153
ISSN: 2528-1577 (elektronik)
anak yang mendasar adalah dengan Berbagai sistem sumber yang dapat
memberikan informasi pengasuhan bagi para dayagunakan dalam upaya prevensi kekerasan
orang tua khususnya. Di sisi lain, para orang terhadap anak, yaitu:
tua harus diyakinkan bahwa mereka adalah a. Keluarga
orang yang paling bertanggung jawab atas Keluarga yang dimaksud di sini bukan
semua pemenuhan hak anak. Maka semua hanya keluarga dalam pengertian keluarga inti
usaha yang dilakukan dalam rangka mengubah (nucleur family), tetapi juga keluarga dalam
perilaku orang tua agar melek informasi pengertian keluarga luas (extended family).
pengasuhan dan hak anak membutuhkan upaya Keluarga sebagai lingkungan pertama bagi
edukasi yang terus menerus. Dengan setiap orang, akan memberikan berbagai jenis
demikian, pendidikan pengasuhan bagi kebutuhan bagi seseorang, baik ú sikorganis
orangtua sebagai bagian dari strategi maupun psiko-sosial seperti dukungan
pencegahan kekerasan pada anak menjadi emosional, kasih sayang, nasehat, informasi
sangat penting. dan perhatian. Selain pemenuhan kebutuhan
Intervesi sosial merupakan sebuah yang bersifat dometik, kelurga perlu
konsep yang digunakan dan atau memilihkan teman bagi anak, dan atau
dikembangkan di dalam praktik pekerjaan memantau pertemanan anak. Prinsipnya anak
sosial, baik pada pendekatan mikro, masso mendapatkan teman yang aman, nyaman dan
maupun makro. Intervensi sosial adalah mendukung tumbuh kembang. Ikatan
serangkaian kegiatan yang dilakukan secara kekerabatan perlu aktualisasikan kembali
sistematis dan terencana oleh pekerja sosial untuk dilembagakan nilai dan norma
dalam pemecahan masalah sosial, peningkatan kekeluargaan dan kepedulian sosial.
keberfungsian sosial orang, perluasan b. Institusi Pendidikan
aksesibilitas sosial dan pengembangan potensi Institusi pendidikan yang dimaksud
dan sumber-sumber kesejahteraan (Adi, 2008). mencakup sekolah negeri, swasta dan pondok
Berdasarkan pembahasan di atas, intervensi pesantren. Institusi-institusi ini sesuai dengan
sosial dalam penanganan kekerasan anak, peranannya telah menyelenggarakan proses
deskripsikan sebagai berikut: pendidikan, baik dalam kaitannya dengan
1. Prevensi aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik
Prevensi merupakan serangkaian kegiatan anak didik. Namun masih diperlukan materi
yang ditujukan untuk mencegah terjadinya pelayanan atau mata kuliah yang bermuatan
kekerasan terhadap anak, baik di lingkungan moral dan kepribadian. Anak didik perlu
keluarga maupun di lingkungan luar keluarga, diberikan ruang untuk mendiskusikan hal-hal
seperti di lingkungan sosial dan bermain anak. yang berkaitan dengan kondisi, permasalahan
85
ISSN:2339 -0042 (cetak)
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL VOLUME: 6 NOMOR: 1 HALAMAN: 1 -- 153
ISSN: 2528-1577 (elektronik)
dan seluk beluk yang berkaitan dengan hukuman pidana yang dikenakan terhadap
kesejahteraan sosial anak. pelaku tindak kekerasan terhadap anak
c. Lembaga Kesejahteraan Sosial menggunakan referensi KUHP dan belum
Upaya prevensi dilakukan oleh sepenuhnya menggunakan Undang-Undang
Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) lokal, Perlindungan Anak. Sistem sumber tersebut
baik yang tumbuh secara alamiah di tingkat ada di tengahtengah masyarakat.
lokal (kelompok agama, rukun lingkungan, Persoalannya, bagaimana sistem sumber
paguyuban dan lainlain), maupun yang tumbuh tersebut dapat didekatkan dengan dunia anak,
dari inisiasi pemerintah (Posyandu, PAUD, sehingga mampu menjadi sistem sumber bagi
Dasa Wisma, Family Care Unit dan lain-lain). upaya mencegah tindak kekerasan terhadap
Berbagai LKS tersebut memerlukan sebuah anak. Menurut hemat penulis, Kementerian
media agar potensi dan sumber daya yang Sosial cq Direktorat Kesejahteraan Sosial
dimiliki dapat disinergikan, sehingga Anak perlu mengambil peranan sebagai pihak
memberikan hasil yang lebih optimal. LKS yang menginisiasi terbentuknya jaringan kerja
yang ada di akar rumput perlu diberikan antara sistem sumber tersebut. Unit kerja ini
kesempatan yang luas sebagai media dapat menawarkan model-model atau skema
pertolongan bagi anak, remaja dan orang pencegahan tindak kekerasan terhadap anak
dewasa yang berpotensi menjadi korban, kepada jaringan kerja tersebut. Mencegah
pelaku atau pemicu terjadinya tindak berarti segala upaya yang dilakukan agar suatu
kekerasan. tindakan terentu atau risiko dari suatu tindakan
d. Institusi Peradilan tidak akan terjadi. Sehubungan dengan
Institusi hukum sesungguhnya bahasan dalam tulisan ini, mencegah berarti
merupakan aras ketiga yang diperlukan dalam mengoptimalkan fungsi dan peranan sistem
mewujudkan kesejahteraan anak, serelah sumber yang ada di masyarakat maupun di
keluarga dan masyarakat. Ketiga keluarga dan instansi pemerintah, sehingga tindak
masyarakat sudah tidak berdungsi dalam kekerasan terhadap anak tidak terjadi. Selain
mengendalikan perilaku masyarakat, maka setiap sitem sumber melaksanakan program-
diperlukan pendekatan secara hukum melalui program secara parsial sesuai dengan tugas
instir-tusi peradilan. Permasalahnnya, bahwa pokok dan fungsinya, maka perlu
hukuman terhadap pelaku tindak kekerasan dikembangkan jaringan kerja antara sistem
terhdaap anak, saat ini dinilai belum sumber tersebut, misalnya digunakan nama:
memberikan efek jera kepada pelaku maupun kelompok kerja atau forum komunikasi atau
orang-orang yang potensial menjadi pelaku. komunitas peduli anak dan sebagainya.
Hal ini disebabkan, ada kecenderungan Apapun nama jaringan kerja itu, yang paling
86
ISSN:2339 -0042 (cetak)
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL VOLUME: 6 NOMOR: 1 HALAMAN: 1 -- 153
ISSN: 2528-1577 (elektronik)
penting adalah adanya aksi bersama pada memiliki wilayah kerja pada tingkat
sistem sumber tersebut secara terencana dan kabupaten/ kota, sementara itu FCU dan
berkesinambungan. WKSBM memiliki wilayah kerja pada tingkat
Berdasarkan kelembagaan yang desa/kelurahan. Pada tahun 2013 ini Direktorat
menjadi sistem sumber prevensi tindak Pemberdayaan Keluarga dan Kelembagaan
kekerasan terhadap anak, maka strategi yang Sosial mengembangkan kebijakan yang
perlu dikembangkan adalah: diarahkan untuk mengoptimalkan peranan
a. Optimalisasi Penyuluhan Sosial PSKS tersebut melalui penataan manajemen
Penyuluhan sosial untuk mencegah program. Pada beberapa kali FGD yang
tejadinya tindak kekerasan terhadap anak dilakukan (yang diikuti penulis), tindak
dijadikan gerakan nasional. Sehubungan kekerasan terhadap anak ini belum menjadi isu
dengan itu, semua orang secara individu, penting. Padahal, posisi PSKS tersebut sangat
kelompok dan komunitas memiliki tugas untuk tersebut, terutama FCU dan WKSBM yang
melakukan penyuluhan sosial tersebut. Khusus berada di akar rumput, karena mudah
di lingkungan Kementerian Sosial, terdapat dijangkau, murah dan tidak birokratis sebagai
satuan kerja yang memiliki kegiatan yang penyedia pelayanan sosial bagi masyarakat.
berkaitan dengan penyuluhan sosial untuk Oleh karena itu, ke depan perlu optimalisasi
kegiatan prevensi ini, yaitu Pusat Penyuluhan peranan PSKS tersebut.
Sosial, Direktorat Kesejahteraan Sosial Anak, 2. Rehabilitasi
Sub Direktorat Ketahanan Sosial Keluarga dan a. Sistem Dasar Perubahan
Sub Direktorat Pemberdayaan Keluaraga. Ada beberapa pihak yang tidak dapat
Berkaitan dengan itu diperlukan sinergitas dilepaskan dalam intervensi sosial dalam
pada satuan-satuan kerja tersebut dalam upaya penanganan kekerasan anak, yang merupakan
optimalisasi prevensi terjadinya kekerasan system dasar perubahan. Pihak-pihak tersebut,
terhadap anak. yaitu anak, keluarga, teman dekat, masyarakat
b. Optimalisasi peranan Lembaga dan negara/pemerintah serta pekerja sosial,
Konsultasi Kesejahteraan Keluarag psikolog dan lembaga pelayanan sosial. Pihak-
(LK3), Family Care Unit (FCU) dan Lembaga pihak tersebut sekaligus menjadi unsur dalam
Kesejahteraan Sosial lokal yang sistem dasar perubahan pada praktik pekerjaan
diorganisasikan melalaui Wahana sosial (Suradi, 2005), yaitu:
Kesejahteraan Sosial Berbasis Masyarakat 1) Sistem penerima manfaat (client system),
(WKSBM). Potensi dan sumber kesejahteraan yaitu anak korban kekerasan 2) Sistem
sosial (PSKS) merupakan program yang sasaran/target (target system), yaitu orang
diinisiasi oleh Kementerian Sosial RI. LK3 tua/keluarga, teman dekat dan orang-orang
87
ISSN:2339 -0042 (cetak)
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL VOLUME: 6 NOMOR: 1 HALAMAN: 1 -- 153
ISSN: 2528-1577 (elektronik)
88
ISSN:2339 -0042 (cetak)
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL VOLUME: 6 NOMOR: 1 HALAMAN: 1 -- 153
ISSN: 2528-1577 (elektronik)
demikian, sampai saat ini masih seringkali lapisan-lapisan sistem ekologi yang
terjadi penayangan acara atau game yang mempengaruhi perkembangan anak. Belsky
mempertontonkan tindak kekerasan. Sebagai (1980) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang
upaya optimalisasi tugas dan kewenangan KPI, mempengaruhi kekerasan pada anak disusun
maka perlu ditempuh langkah-langkah, yaitu menurut lapisan tertentu. Bagaimana
(1) penataan kelembagaan KPI sebagai lapisanlapisan tersebut saling mempengaruhi
organisasi independen, (3) penataan dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
manajemen dan (3) adanya kontrol dari
masyarakat atas tugastugas KPI tersebut.
ontogenics
Prinsip yang perlu dipegang, bahwa informasi
apapun yang ditayangkan melalui media massa mikrosystem
89
ISSN:2339 -0042 (cetak)
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL VOLUME: 6 NOMOR: 1 HALAMAN: 1 -- 153
ISSN: 2528-1577 (elektronik)
Bowlby (1982) menjelaskan bahwa status social ekonomi, komunitas, dan system
representasi mental dari bagaimana seseorang pendukung lainnya. Sistem pendukung
menjalin hubungan interpersonal berakar dari menjadi sumber stress bagi orangtua yang
kelekatan dengan primary caregiver di masa dapat mempengaruhi pola asuh orang tua(
kecil.Representasi mental meliputi sistem Zigler dan Hall, 1989). Hubungan dengan
afek, kognitif, dan harapan mengenai tetangga juga dapat mempengaruhi perilaku
bagaimana interaksi social yang ingin kekerasan terhadap anak.
dibentuk. Lapisan macrosystem adalah lapisan
Pada lapisan microsystem adalah terluar yang terus-menerus saling berinteraksi
mengenai faktor yang berpengaruh secara dengan lapisan ontogenics, microsystem, dan
langsung terhadap anak. Contohnya adalah exosystem. Faktor-faktor yang masuk kategori
kondisi keluarga, banyaknya anggota keluarga, ini adalah sikap masyarakat terhadap
hubungan suami-istri, kondisi kesehatan anak( kekerasan,harapan masyarakat terhadap pola
Zigler dan Hall, 1989). Anak-anak dengan pendisiplinan di rumah dan sekolah, dan
karakteristik tertentu seperti lahir dengan kekerasan yang terjadi di masyarakat(Zigler
kondisi premature, berpenampilan kurang dan Hall, 1989).
menarik, atau memiliki kekurangan fisik atau Lapisan-lapisan dalam pendekatan
mental lebih beresiko untuk menjadi korban ekologi tersebut saling berkaitan satu sama
kekerasan orangtua. Anak yang mengalami lainnya. Sehingga dalam penanganan masalah
kekerasan adalah anak yang lebih sering kekerasan terhadap kekerasan perlu dilakukan
menampilkan perilaku negatif dibandingkan secara holistik dan keterlibatan semua pihak
kelompok kontrol, anak yang tidak mengalami yang ada di lingkungan sekitar.
kekerasan orantua (Burgess dan Conger dalam
Scannapieco dan Connell-Carrick, 2005). PENUTUP
Kemudian, dalam sistem keluarga, faktor anak Kekerasan terhadap anak menjadi
dan keluarga saling berinteraksi.Anak dapat fenomena yang tidak habisnya. Masih banyak
menjadi penyebab utama orangtua melakukan kasus kekerasan anak yang masih belum
kekerasan, namun faktor ini tidak berdiri ditangani secara optimal karena masih adanya
sendiri.Anak dapat mempengaruhi orangtua keengganan dari pihak keluarga korban untuk
tetapi kondisi orangtua juga dapat melaporkan tindak kekerasan tersebut. Mata
berpengaruh. rantai tindak kekerasan terhadap anak perlu
Lapisan exosystem mengaitkan anak diputus mata rantainya karena anak dengan
dan keluarga pada sistem yang lebih luas. masa lalu mengalami kekerasan akan ada
Faktor-faktornya antara lain keluarga besar, kencenderungan menimbulkan trauma untuk
90
ISSN:2339 -0042 (cetak)
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL VOLUME: 6 NOMOR: 1 HALAMAN: 1 -- 153
ISSN: 2528-1577 (elektronik)
rantai tindak kekerasan tersebut. Upaya Soeroso, Moerti Hadiati. 2010. Kekerasan
dalam rumah tangga. Jakarta: Sinar
tersebut dapat dilakukan melalui dari Grafika
lingkungan sosial yang paling awal dan paling Suhendi, Hendi dan Wahyu Ramdani 2001.
Pengantar studi Sosiologi Keluarga.
dekat yaitu keluarga, kerabat, dan hingga
Bandung: Pustaka Setia
seterusnya meluas ke masyarakat serta
Susana, T. 2007. Mempertimbangkan
pengendalian media sosial dan media massa Hukuman Pada Anak. Yogyakarta:
Kanisius.
oleh pemerintah. Perlu kesadaran bersama,
Swoden, L.A. 2009. Buku Saku Keperawatan
bahwa tindak kekerasan sudah merupakan Pediatri. Jakarta: EGC.
kejahatan yang sangat luar biasa yang dapat Supeno, H. 2010. Kriminalisasi Anak. Jakarta:
mengganggu tumbuh kembang anak di masa PT. Gramedia Pustaka Utama.
yang akan datang, serta akan berimbas pada Tower,Cynthia Crosson .2002. Child Abuse
and Neglect : Fifth Edition. Unites
terganggungnya proses pendidikan dan States of America.
pengasuhan anak dalam institusi-institusi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
sosial yang ada. Perlindungan Anak.
Wong, D.L. 2009. Buku Ajar Keperawatan
Pediatrik. Jakarta: EGC.
DAFTAR PUSTAKA
Laporan Bulanan KPAI Kasus Pengaduan
Buku- buku Anak Berdasarkan Klaster
Perlindungan Anak : Kasus dan
Adi, Isbandi Rukminto. 2008. Intervensi Korban Kekerasan Terhadap Anak.
Komunitas Pengembangan
Masyarakat Sebagai Upaya
91
ISSN:2339 -0042 (cetak)
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL VOLUME: 6 NOMOR: 1 HALAMAN: 1 -- 153
ISSN: 2528-1577 (elektronik)
Zigler, E & Hall, N. W. 1989. Physical child tanggal 25 Mei 2016, pukul 20.00
abuse in America: past, present, and WIB)
future. In http://health.liputan6.com/read/2460844/kak-
seto-kasus-kekerasan-anak-terus-
meningkat (diunduh pada tanggal 25
E-book
Mei 2016, pukul 20.20 WIB)
Ending Violence Against Children : Six
http://nasional.news.viva.co.id/news/read/655
Strategies for Action, UNICEF : 2014
240-kpai--kekerasan-terhadap-anak-
For Every Child, A Fair Chance, UNICEF : meningkat-tajam (diunduh pada
2015 tanggal 25 Mei 2016, pukul 21.00
Website WIB)
http://nasional.kompas.com/read/2016/02/14/
14175531/Menteri.Yohana.Terus.Me
ningkat.Kekerasan.pada.Anak.bak.Fe
nomena.Gunung.Es (diunduh pada
92