BAB 1
PENDAHULUAN
Sulfikar Aferil Praditya Proses menua merupakan suatu proses normal yang ditandai dengan
perubahan secara progresif dalam proses biokimia, sehingga terjadi kelainan atau perubahan
struktur dan fungsi jaringan, sel dan non sel. (Widjayakusumah, 1992). Berbagai perubahan fisik
dan psikososial akan terjadi sebagai akibat proses menua. Terjadinya perubahan pada semua
orang yang mencapai usia lanjut yang tidak disebabkan oleh proses penyakit, menyebabkan
kenapa penderita geriatrik berbeda dari populasi lain. (Brocklehurst and Allen, 1987).
Sejumlah gangguan muskuloskeletal dapat timbul pada lansia. Beberapa diantaranya merupakan
kelanjutan dari penderitaan sebelum usia lanjut dan sering menimbulkan kecacatan. Dengan
meningkatnya populasi lansia, meningkat pula prevalensinya pada lansia akibat proses
degeneratif. Dan tak jarang pula gangguan muskuloskeletal pada lansia menimbulkan
kemunduran fisik dan disabilitas yang sangat berpengaruh dalam hidup lansia. Diantara
banyaknya penyebab gangguan muskuloskeletal pada lansia, osteoarthritis merupakan salah satu
dari beberapa penyebab utama yang menimbulkan disabilitas orang yang berusia > 65 tahun.
Selain osteoartritis, gangguan lain pada muskuloskeletal yang juga sering dapat menimbulkan
disabilitas yaitu artritis rheumatoid, artritis gout, osteoporosis juga amiloidosis. Untuk
memulihkan penderita dari disabilitas akibat gangguan muskuloskeletal diperlukan tindakan
rehabilitasi yang merupakan gabungan pengobatan medis dan fisioterapi, bila perlu tindakan
pembedahan. (limarwin.2008).
BAB 2
Masalah MOBILISASI PADA LANSIA (OSTEOPOROSIS)
A. LANSIA
Lanjut usia adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang yang dikarunia usia
panjang, terjadi tidak bisa dihindari oleh siapapun, namn manusia dapat berupaya untuk
menghambat kejadiannya. Menua (menjadi tua = aging) adalah suatu proses menghilangnya
secara perlahan-lahan kemampuan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan
mempertahankan struktur dann fungsi normal sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas
(termasuk infeksi) dan memkperbaiki kerusakkan yang diderita. (Sampoernae.blogspot, 2008)
B. SISTEM MUSKULOSKELETHAL
Mobilitas merupakan salah satu yang paling penting dari aspek fungsi Physiologi, karena
merupakan hal yg paling utama untuk memelihara kemandirian, dan akan terjadi akibat yang
serius ketika kemandirian hilang.Untuk orang tua, mobilitas mempengaruhi untuk derajat kecil
oleh perubahan yang berhubungan dengan umur dan yang paling besar oleh factor resiko,
Karenna banyak factor resiko yang mengancam mobilitas, jatuh adalah merupakan kejadian
yangpaling umum pada lanjut usia. Orang tua mempunyai tantangan dobel dalam ketrampilan
memelihara mobilitas dan memelihara posisi yang benar ketika mereka berjalan. Untuk alasan
ini, keselamatan merupakan pertimbangan secara menyeluruh dari aspek mobilitas.
Tulang, Sendi dan otot adalah struktur tubuh yang paling banyak berhubungan dengan mobilitas.
Tetapi banyak aspek fungsi lain yang termasuk pada keselamatan mobilitas. Fungsi neurology
sebagai contoh mampu mempengaruhi semua masalah penampilan muskuloskelethal, dan fungsi
penglihatan mempengaruhi kemampuan untuk keselamatan berinteraksi dengan lingkungan.
Dalam sistem muskulokelethal, osteoporosis merupakan perubahan yang berhubungan dengan
umur berdampak paling besar secara keseluruhan.
I. Tulang
Tulang menyediakan kerangka untuk semua sistem muskuloskelethal dan bekerja terhubung
dengan sistem otot untuk memfasilitasi pergerakan. Fungsi tambahan tulang pada tubuh manusia
adalah penyimpanann calcium, produksi sel darah, dan mendukung serta melindungi jaringan
dan organ tubuh. Tulang terbentuk dari lapisan luar yang keras disebut cortical atau tulang padat,
dan di bagian dalm terdapat spongy berlubang yang disebut trabecular. Bagian cortical terhadap
komponen tabecular berubah berdasrkan tipe tulang. Tulang panjang misalnya, radius dan femur,
mengandung sebanyak 90% corticol, sedangkan tulang vertebrata susunan utamanya adalah sel
trabecular. Corticol dan trabecular merupakan komponen tulang yang berpengaruh pada lansia.
Pada lansia terdapat perubahan pada susuanan pembentukan tulang, yaitu :
a)Tulang cortical
· Mulai umur 40 tahun, terjadi perubahan penurunan sejumlah tulang cortical 3 % perdecade
pada laki-laki dan wanita berlanjut terus sampai ahir dewasa
· Setelah menopause, Wanita terjadi penambahan penurunan/ kehilangan tulang cortical,
sehingga jumlah rata-rata penurunan mencapai 9% sampai 10 % perdecade pada umur 45-75
tahun.
· Penurunan tulang cortical berakhir pada umur 70-75 tahun
· Hasil akhir perubahan ini seumur hidup kira-kira 35%-23% pada wanita dan laki-laki
berturut-turut
b) Tulang Trabecular
· Serangan hilangnya tulang trabecular lebih dulu dari serangan kehilangan cortical pada
wanita dan laki-laki.
· Rata-rata hilangnya tulang trabecular kira-kira 6%-8% perdecade
· Setelah menopause, wanita terjadi kehilangan tulang trabecular secara cepat
· Hasil akhir kehilangan seumur hidup kira-kira 50%- 33% pada wanita dan laki-laki
seumur hidup
c) Peningkatan resorbsi tulang oleh tubuh
d) Penurunan penyerapan kalsium
e) Serum parathyroid hormone meningkat
f) Gangguan regulasi aktivitas oesteoblast
g) Gangguan pembentukan tulang, sekunder untuk mengurangi matriks tulang
h) Penurunan jumlah fungsi sel marrow yang digantikan oleh jaringan sel lemak
II. Otot
Semua kegiatan sehari – hari (ADL) langsung dipengaruhi oleh fungsi otot, yang di kendalikan
oleh saraf motorik. Perubahan yang berhubungan dengan usia berdampak besar pada fungsi otot,
yaitu ;
* Hilangnya masa otot sebagai hasil penurunan dalam ukuran dan jumlah serat otot
* Penurunan serat otot dengan penggantian selanjutnya oleh jaringan penghubung dan akhirnya
oleh jaringan lemak.
* Penurunan membrane sel otot dan keluarya cairan dan potassium.
Dengan umur 80 tahun, kira-kira masa otot hilang (Tonna, 1987). Pada penjumlahan, terdapat
kehilangan saraf motorik yang berhubungan dengan usia, dan ini mempengaruhi fungsi otot. Dan
pada akhirnya perubahan yang berhubungan dengan usia adalah kemunduran fungsi motorik dan
hilangnya kekuatan dan ketahanan otot.
III. Persendian
§ Penurunan viskositas cairan synovial
§ Terbentuknya jaringan parut dan adanya kalsifikasi pada persendian.
§ Jaringan penghubung (kolagen dan elastin).
Kolagen sebagai protein pendukung utama pada kulit, tendon, tulang, kartilago, dan jaringan ikat
mengalami perubahan menjadi bentangan cross linking yang tidak teratur. Bentangan yang tidak
teratur dan penurunan hubungan tarikan linear pada jaringan kolagen merupakan salah satu
alasan penurunan mobilitas pada jaringan tubuh. Setelah kolagen mencapai puncak fungsi atau
daya mekaniknya karena penuaan, tensile strenght dan kekakuan dari kolagen mulai menurun.
Kolagen dan elastin yang merupakan jaringan ikat pada jaringan penghubung mengalami
perubahan kualitatif dan kuantitatif sesuai penuaan. Perubahan pada kolagen itu merupakan
penyebab turunnya fleksibilitas pada lansia sehingga menimbulkan dampak berupa nyeri,
penurunan kemampuan untuk meningkatkan kekuatan otot, kesulitan bergerak dari duduk ke
berdiri, jongkok dan berjalan, dan hambatan dalam melaksanakan aktifitas sehari-hari.
§ Kartilago.
Jaringan kartilago pada persendian menjadi lunak dan mengalami granulasi dan akhirnya
permukaan sendi menjadi rata. Selanjutnya kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang
dan degenerasi yang terjadi cenderung ke arah progresif. Proteoglikan yang merupakan
komponen dasar matriks kartilago berkurang atau hilang secara bertahap. Setelah matriks
mengalami deteriorasi, jaringan fibril pada kolagen kehilangan kekuatannya dan akhirnya
kartilago cenderung mengalami fibrilasi. Kartilago mengalami kalsifikasi di beberapa tempat,
seperti pada tulang rusuk dan tiroid. Fungsi kartilago menjadi tidak efektif, tidak hanya sebagai
peredam kejut , tetapi juga sebagai permukaan sendi yang berpelumas. Konsekuensinya kartilago
pada persendian menjadi rentan terhadap gesekan. Perubahan tersebut sering terjadi pada sendi
besar penumpu berat badan. Akibat perubahan itu sendi mudah mengalami peradangan,
kekakuan, nyeri, keterbatasan gerak dan terganggunya aktifitas sehari-hari (Andri, 2008).
C. KONSEP OSTEOPOROSIS
1. Pengertian Osteoporosis
Osteoporosis secara harfiah dapat diartikan tulang porous (berongga), yaitu keadaan di mana
masa tulang berkurang dan menjadi rapuh. Pada kondisi tersebut komposisi tulang barangkali
tidak berubah, tetapi berat tulang per unit volume menjadi berkurang. Pada stadium lanjut
penderita osteoporosis akan mudah mengalami patah tulang jika terbentur atau jatuh, terutama
pada bagian tangan, pinggang, dan tulang belakang (Ardiansyah, 2008).
Osteoporosis adalah suatu keadaan berkurangnya massa tulang sedemikian rupa sehingga hanya
dengan trauma minimal tulang akan patah. Osteoporosis akan menghilangkan elastisitas tulang
sehingga menjadi rapuh dan menyebabkan mudah terjadi patah tulang (fraktur).
Osteoporosis secara umum menunjuk karakteristi ; Proses hilangnya masa tulang secara
perlahan-lahan, mempengaruhi semua untuk menjadi beberapa tingkatan.
2. Jenis Osteoporosis
a. Osteoporosis postmenopausal
terjadi karena kekurangan estrogen (hormon utama pada wanita), yang membantu mengatur
pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada wanita.Biasanya gejala timbul pada wanita yang
berusia di antara 51-75 tahun, tetapi bisa mulai muncul lebih cepat ataupun lebih lambat.
b. Osteoporosis senilis
kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan
ketidakseimbangan diantara kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan tulang yang
baru.Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya
terjadi pada usia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita. Wanita seringkali
menderita osteoporosis senilis dan postmenopausal.
c. Osteoporosis sekunder
dialami kurang dari 5% penderita osteoporosis, yang disebabkan oleh keadaan medis lainnya
atau oleh obat-obatan.
d. Osteoporosis juvenil idiopatik
merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui.Hal ini terjadi pada anak-anak
dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin yang
normal dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang
(Musculoskelethalbedah.blogspot, 2008).
J Osteoporosis senilis
kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan
ketidakseimbangan diantara kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan tulang yang baru.
Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi
pada usia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita. Wanita seringkali menderita
osteoporosis senilis dan postmenopausal. Kurang dari 5% penderita osteoporosis juga mengalami
osteoporosis sekunder, yang disebabkan oleh keadaan medis lainnya atau oleh obat-obatan.
Penyakit ini bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid,
paratiroid dan adrenal) dan obat-obatan (misalnya kortikosteroid, barbiturat, anti-kejang dan
hormon tiroid yang berlebihan). Pemakaian alkohol yang berlebihan dan merokok bisa
memperburuk keadaan ini.
6. Pencegahan Osteoporosis
© Asupan kalsium cukup.
Mempertahankan atau meningkatkan kepadatan tulang dapat dilakukan dengan mengkonsumsi
kalsium yang cukup. Minum 2 gelas susu dan tambahan vitamin D setiap hari, bisa
meningkatkan kepadatan tulang pada wanita setengah baya yang sebelumnya tidak mendapatkan
cukup kalsium. Sebaiknya konsumsi kalsium setiap hari. Dosis harian yang dianjurkan untuk
usia produktif adalah 1000 mg kalsium per hari, sedangkan untuk usia lansia dianjurkan 1200 mg
per hari. Mengkonsumsi kalsium dalam jumlah yang cukup sangat efektif, terutama sebelum
tercapainya kepadatan tulang maksimal (sekitar umur 30 tahun). Pilihlah makanan sehari-hari
yang kaya kalsium seperti ikan teri, brokoli, tempe, tahu, keju dan kacang-kacangan.
© Paparan sinar UV B matahari (pagi dan sore).
Sinar matahari terutama UVB membantu tubuh menghasilkan vitamin D yang dibutuhkan oleh
tubuh dalam pembentukan massa tulang. Untungnya, Indonesia beriklim tropis sehingga sinar
matahari berlimpah. Berjemurlah di bawah sinar matahari selama 30 menit pada pagi hari
sebelum jam 09.00 dan sore hari sesudah jam 16.00.
© Melakukan olah raga dengan beban.
Selain olahraga menggunakan alat beban, berat badan sendiri juga dapat berfungsi sebagai beban
yang dapat meningkatkan kepadatan tulang. Olah raga beban misalnya berjalan dan menaiki
tangga tetapi berenang tidak meningkatkan kepadatan tulang. Dr. Ade Tobing, Sp.KO kini
mengenalkan yang disebut latihan jasmani yang baik, benar, terukur dan teratur (BBTT). Latihan
BBTT ternyata terbukti bermanfaat dalam memelihara dan meningkatkan massa tulang. Oleh
sebab itu, latihan fisik (BBTT) dapat dilakukan untuk mencegah dan mengobati penyakit
osteoporosis.
© Gaya hidup sehat.
Tidak ada kata terlambat untuk melakukan gaya hidup sehat. Menghindari rokok dan alkohol
memberikan efek yang signifikan dalam menurunkan risiko osteoporosis. Konsumsi kopi,
minuman bersoda, dan daging merah pun dilakukan secara bijak.
© Hindari obat-obatan tertentu.
Hindari obat-obatan golongan kortikosteroid. Umumnya steroid ini diberikan untuk penyakit
asma, lupus, keganasan. Waspadalah penggunaan obat antikejang. Jika tidak ada obat lain, maka
obat-obatan tersebut dapat dikonsumsi dengan dipantau oleh dokter.
© Mengkonsumsi obat (untuk beberapa orang tertentu)
* Estrogen membantu mempertahankan kepadatan tulang pada wanita dan sering diminum
bersamaan dengan progesteron. Terapi sulih estrogen paling efektif dimulai dalam 4-6 tahun
setelah menopause; tetapi jika baru dimulai lebih dari 6 tahun setelah menopause, masih bisa
memperlambat kerapuhan tulang dan mengurangi resiko patah tulang.
* Raloksifen merupakan obat menyerupai estrogen yang baru, yang mungkin kurang efektif
daripada estrogen dalam mencegah kerapuhan tulang, tetapi tidak memiliki efek terhadap
payudara atau rahim.
* Untuk mencegah osteroporosis, bisfosfonat (contohnya alendronat), bisa sendiri atau
bersamaan dengan terapi sulih hormon.
7. Diagnosa Osteoporosis
b. Densitometer-USG. Pemeriksaan ini lebih tepat disebut sebagai screening awal penyakit
osteoporosis. Hasilnya pun hanya ditandai dengan nilai T dimana nilai lebih -1 berarti kepadatan
tulang masih baik, nilai antara -1 dan -2,5 berarti osteopenia (penipisan tulang), nilai kurang dari
-2,5 berarti osteoporosis (keropos tulang). Keuntungannya adalah kepraktisan dan harga
pemeriksaannya yang lebih murah.
c. CTx. Proses pengeroposan tulang dapat diketahui dengan memeriksakan penanda biokimia
CTx (C-Telopeptide). CTx merupakan hasil penguraian kolagen tulang yang dilepaskan ke
dalam sirkulasi darahsehingga spesifik dalam menilai kecepatan proses pengeroposan tulang.
Pemeriksaan CTx juga sangat berguna dalam memantau pengobatan menggunakan antiresorpsi
oral.
d. walaupun memberikan gambaran yang baik tetapi tidak disukai karena menggunakan cara
invasif yang menggandung resiko (Limarwin., 2008)
8. Penatalaksanaan Osteoporosis
Mencegah patah lebih baik daripada mengobati,” ungkap Dr. Bambang Setyohadi, SpPD-KR
yang lulus dari spesialis penyakit dalam FKUI tahun 1994. Patah tulang biasa terjadi setelah
penderita osteoporosis jatuh, sehingga mencegah jatuh pun menjadi penting.
Rumah yang ditempati sehari-hari pun bisa jadi menjadi ancaman. Sebaiknya penderita
osteoporosis menghindari karpet yang melekuk, kabel yang melintang, permukaan licin seperti di
kamar mandi, ataupun alas kaki yang terlalu longgar.
Selain itu, cara lain yang bisa dicoba adalah dengan memasang pegangan tangan (hand rails) di
kamar mandi, memperbaiki penglihatan misal dengan menggunakan kaca mata, atau
memperbaiki kekuatan otot dan keseimbangan dengan latihan.
Ada 4 tujuan penanganan osteoporosis, yaitu :
1. Mencegah berlanjutnya kehilangan massa tulang.
2. Menstimulasi pembentukan tulang.
3. Cegah terjadinya fraktur (patah tulang) dan mikrofraktur (keretakan tulang).
4. Mengatasi nyeri.
Bifosfonat merupakan zat sintetik stabil yang bekerja menghambat kerja osteoklas dalam
meresorpsi dan pergantian (turnover) tulang. Bifosfonat menurunkan risiko patah tulang sampai
30-50%.
Dalam sebuah studi yang bernama Studi Cohort Retrospektif , dievaluasi onset penurunan patah
tulang dengan terapi menggunakan risedronate dan alendronate di bawah kondisi Real World.
Real World adalah data observasi yang diambil dari praktek klinik sehari-hari yang memberikan
informasi hasil perngobatan pasien dalam kehidupan nyata.
Pasien yang dibagi ke dalam 2 kelompok yaitu wanita berusia lebih dari 65 tahun dan pengguna
baru terapi sekali seminggu dengan baik alendronate atau risedronate. Kemudian dinilai insidens
fraktur nonvebtebral setelah 6 bulan dan 12 bulan.
Setelah tahun pertama terapi menggunakan risedronate, terjadi penurunan patah tulang pinggul
sebesar 43% dan patah tulang non-vertebral sebesar 18% dibandingkan alendronate.
Studi tersebut menyimpulkan bahwa pasien menggunakan risedronat memiliki insiden patah
tulang nonvertebral dan pinggul yang lebih rendah dibandingkan pasien yang menggunakan
alendronate.
Jangan tunggu sampai kena osteoporosis. Sedari muda lakukan usaha untuk mencegah penyakit
keropos tulang.
Berikut ini saran dari Dr. Bambang Setyohadi, SpPD-KR yang telah mengambil subspesialis
reumatologi FKUI agar masa tua terhindar osteoporosis:
1. Asupan kalsium yang cukup. Susu adalah sumber kalsium, tapi kalsium dapat diperoleh
dari mana saja seperi sayuran dan makanan lain. Kombinasi vitamin D dan kalsium menurunkan
risiko fraktur.
2. Latihan yang teratur. Latihan dapat meningkatkan kelenturan tulang.
3. Kenali defisiensi testosteron.
4. Hindari merokok dan alkohol.
5. Kenali penyakit kronik tertentu.
6. Hindari obat-obatan tertentu misal steroid.
7. Hindari risiko terjatuh
8. pemasangan penyangga tulang belakang ( spinal brace )
(fkuii, 2008).
9. Pedoman Untuk Pengkajian Mobilisasi dan Resiko Untuk Osteoporosis
e) Observasi Yang Mungkin di Buat selama bagian lain keseluruhan di kaji tetapi juga harus di
gunaakn untuk mengkaji pergerakan dan resiko untuk terjadi osteoporosis
1. Berapa banyak latihan yang dilakukan seseorang Untuk mendapatkan latihan dasar yang
teratur?
2. Apakah orang tersebut merokok?
3. Berapa banyak alcohol dan caffeine yang orang tersebut konsumsi?
4. Berapa banyak biasanya diet pemabsukan calcium dan vitamin D?
5. Apakah orang tersebut mempunyai kondisi dengan osteoporosis ?
BAB 3
PENUTUP
Osteoporosis disebabkan gangguan metabolisme tulang, yaitu kerja sel penghancur tulang
melebihi kerja sel pembentuk tulang. Akibatnya lama kelamaan tulang menjadi keropos.
Gangguan ini dapat terjadi secara fisiologis akibat proses penuaan yang disertai dengan
menurunnya hormon, kurang asupan kalsium dan vitamin D, disertai dengan faktor-faktor
pendukung lainnya.
Osteoporosis memerlukan penanganan lebih lanjut supaya prognosisnya tidak bertambah berat.
Selain itu, harus mengetahui terlebih dahulu apa itu osteoporosis dan bagaimana cara supaya
prognosisnya tidak bertambah berat,
DAFTAR PUSTAKA