Segala puji bagi Allah Subhanahu wata’ala atas nikmat dan karunia-Nya penyusun
dapat menyelesaikan penyusunan makalah berjudul “Perpindahan Panas Secara Konduksi
Pada Pipa Padat dan Pipa Berongga” ini. Shalawat serta salam junjungkan kepada Nabi
Besar Muhammad Salallahu‘alaihi wasalam beserta keluarga, sahabat serta pengikutnya
sampai akhir zaman.Kami selaku penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami selaku penyusun masih
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna menyempurnakan makalah di
masa yang akan datang. Akhir kata, kami selaku penyusun mengharapkan semoga makalah
ini dapat bermanfaat dan berguna baik bagi penyusun maupun bagi pembaca, Amin.
Penyusun
1
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang .......................................................................................... 3
2. Rumusan Masalah.............................................................................. 5
3. Tujuan.............................................................................................. 5
4. Manfaat............................................................................................ 5
BAB II ISI
1. Pengertian......................................................................................... 6
2. Konduktivitas Thermal ............................................................................. . 7
3. Perpindahan panas secara konduksi .......................................................... . 9
4. Perpindahan panas konduksi dalam zat padat ........................................... 10
5. Perpindahan kalor konduksi pada Pipa Berongga ................................. 11
6. Perpindahan kalor konduksi pada Pipa Padat(Pejal)............................... 13
7. Aplikasi perpindahan panas secara konduksi di bidang teknik Kimia ..... 14
BAB IV PENUTUP
1. Kesimpulan....................................................................................... 22
2. Saran................................................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 23
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
menyederhanakan analisanya, tetapi dalam hal-hal tertentu dapat sangat membatasi ketelitian
hasilnya.
Saat menafsirkan hasil ahir suatu analisa, kita perlu mengingat asumsi, idealisasi
dan pengira-iraan yang telah kita buat selama mengadakan analisa tersebut. Kadang-kadang
kita perlu mengadakan pengira-iraan keteknikan dalam penyelesaian suatu soal, karena tidak
memadainya keterangan tentang sifat-sifat fisik. Sebagai contoh, dalam merancang bagian-
bagian mesin untuk pengoperasian pada suhu tinggi mungkin kita perlu memakai batas
proporsional (propoyional limit) atau kuat-lelah (fatigue strength) bahannya dari data suhu
rendah. Guna menjamin pengoperasian yang memuaskan dari bagian mesin ini, perancang
harus menerapkan faktor keamanan (safety factor) pada hasil yang diperoleh dari analisanya.
Pengira-iraan semacam itu perlu pula dalam soal-soal perpindahan panas.Sifat-sifat fisik
seperti konduktivitas termal atau viskositas berubah dengan suhu, tetapi jika dipilih suatu
harga rata-rata yang tepat , maka penyelesaian soal dapat sangat disederhanakan tanpa
memasukan kesalahan yang cukup besar dalam hasil ahirnya.
Jika panas berpindah dari suatu fluida ke dinding , seperti misalnya didalam ketel,
maka kerak terbentuk pada pengoperasian yang terus menerus dan akan mengurangi laju
aliran panas. Untuk menjamin pengoprasian yang memuaskan dalam jangka waktu yang
lama, maka harus ditrapkan faktor keamanan untuk mengatasi kemungkinan ini. Dalam
perpindahan panas ada tiga jenis perpindahan panas yaitu perpindahan panas dengan cara
konduksi, konveksi, dan radiasi.
4
1.2 Rumusan masalah
3. Mengapa perpindahan panas pada pipa padat berbeda dengan pipa berongga?
1.3 Tujuan
3. Untuk mengetahui perpindahan panas pada pipa padat berbeda dengan pipa
berongga.
1.4 Manfaat
Mahasiswa dapat membedakan perpindahan panas pada pipa padat dan pipa berongga
dalam dunia kerja khususnya dunia industri.
5
BAB II
ISI
2.1 Pengertian
6
demikian hal tersebut suatu saat akan mencapai keadaan jenuh dan menyebabkan perubahan
fase. Kalor yang demikian itu disebut sebagai kalor laten. Pada suatu zat terdapat dua macam
kalor laten, yaitu kalor laten peleburan atau kalor laten penguapan (pengembunan). Kalor
laten suatu zat biasanya lebih besar dari kalor sensibelnya, hal ini karena diperlukan energi
yang besar untuk merubah fase suatu zat (MC Cabe, 1985).
Suhu adalah ukuran rata - rata energi kinetik partikel dalam suatu benda. Kalor yang
diberikan dalam sebuah benda dapat digunakan untuk 2 cara, yaitu untuk merubah wujud
benda dan untuk menaikkan suhu benda itu. Besar kalor yang diberikan pada sebuah benda
yang digunakan untuk menaikkan suhu tergantung pada :
1. kalor jenis benda
2. perbedaan suhu kedua benda
3. massa benda
(Rudiwarman, 2011).
7
Tabel2.1 Konduktivitas Termal Berbagai Bahan pada 0 oC.
Konduktivitas Termal Bahan W/m.°C Btu/h . ft . ºF
(K)
Perak ( murni ) 410 237
Tembaga ( murni ) 385 223
Aluminium ( murni ) 202 117
Nikel ( murni ) 93 54
Besi ( murni ) 73 42
Baja karbon, 1% C 43 25
Timbal (murni) 35 20,3
Baja karbon-nikel 16,3 9,4
Kuarsa ( sejajar sumbu ) 41,6 24
Magnesit 4,15 2,4
Marmar 2,08-2,94 1,2-1,7
Batu pasir 1,83 1,06
Kaca, jendela 0,78 0,45
Kayu maple atau ek 0,17 0,096
Serbuk gergaji 0,059 0,034
Wol kaca 0,038 0,022
Air-raksa 8,21 4,74
Air 0,556 0,327
Amonia 0,540 0,312
Minyak lumas, SAE 50 0,147 0,085
Freon 12, 22FCCI 0,073 0,042
Hidrogen 0,175 0,101
Helium 0,141 0,081
Udara 0,024 0,0139
Uap air ( jenuh ) 0,0206 0,0119
Karbon dioksida 0,0146 0,00844
Konduktivitastermal merupakan suatu besaran intensif bahan yang menunjukkan
kemampuan untuk menghantarkan panas (Anonim 2, 2014).Konduktivitas termal adalah
suatu fenomena transport dimana perbedaan temperatur menyebabkan transfer energi termal
dari satudaerah benda panas ke daerah yang sama pada temperatur yang lebih
8
rendah.Konduktivitas termal dari material adalah laju perpindahan panas dengan konduksi
per satuan panjang per derajat Celcius.Hal ini dinyatakan dalam satuan W/m°C.Berdasarkan
daya hantar kalor, benda dibedakan menjadi dua, yaitu:
Yang dimaksud dengan konduksi ialah pengangkutan kalor melalui satu jenis zat.
Sehingga perpindahan kalor secara hantaran/konduksi merupakan satu proses pendalaman
karena proses perpindahan kalor ini hanya terjadi di dalam bahan. Arah aliran energi kalor,
adalah dari titik bersuhu tinggi ke titik bersuhu rendah. Perpindahan panas konduksi dan
difusi energi akibat aktivitas molekul Sudah diketahui bahwa tidak semua bahan dapat
menghantar kalor sama sempurnanya. Dengan demikian, umpamanya seorang tukang hembus
kaca dapat memegang suatu barang kaca, yang beberapa cm lebih jauh dari tempat pegangan
itu adalah demikian panasnya, sehingga bentuknya dapat berubah. Akan tetapi seorang
pandai tempa harus memegang benda yang akan ditempa dengan sebuah tang. Bahan yang
dapat menghantar kalor dengan baik dinamakan konduktor. Penghantar yang buruk disebut
isolator. Sifat bahan yang digunakan untuk menyatakan bahwa bahan tersebut merupakan
suatu isolator atau konduktor ialah koefisien konduksi terma. Apabila nilai koefisien ini
tinggi, maka bahan mempunyai kemampuan mengalirkan kalor dengan cepat. Untuk bahan
isolator, koefisien ini bernilai kecil.
Persamaan umum yang biasa digunakan dalam perpindahan panas dengan cara
konduksi adalah:
Keterangan:
H : Panas
k : Konduktivitas termal
9
T : Perbedaan suhu
x : Perbedaan panjang/ jarak
A : Luas permukaan
Aliran kalor konduksi terjadi jika dalam suatu bahan kontinu terdapat gradient
suhu, maka kalor akan mengalir tanpa disertai oleh suatu gerakan zat. Pada logam-logam
padat, konduksi termal merupakan akibat dari gerakan elektron yang tidak terikat.
Konduktivitas termal berhubungan erat sekali dengan konduktivitas listrik. Pada zat padat
yang bukan penghantar listrik, konduksi termal merupakan akibat dari transfer momentum
oleh masing-masing molekul di samping gradient suhu. Contoh perpindahan kalor secara
konduksi antara lain: perpindahan kalor pada logam cerek pemasak air atau batang logam
pada dinding tungku (Anonim 4, 2014)
Hubungan dasar yang menguasai aliran kalor melalui konduksi adalah
kesebandingan antara laju aliran kalor melintasi permukaan isothermal dan gradient suhu
yang terdapat pada permukaan itu. Hubungan umum ini disebut Hukum Fourier yang berlaku
pada setiap lokasi di dalam suatu benda, pada setiap waktu. Hukum tersebut dapat dituliskan
sebagai:
dq ∂T
= −k ∂n (1)
dA
dimana A = luas permukaan isothermal yang tegak lurus terhadap arah aliran
kalor(m²)
10
T = suhu( °C, °F )
k = konstanta proporsionalitas (tetapan kesebandingan)(W/m.°C)
(Tim Penyusun,2014).
Konduksi pada kondisi distribusi suhu konstan disebut konduksi
keadaan stedi (steady-state conduction). Pada keadaan stedi, T hanya merupakan fungsi
posisi saja dan laju aliran kalor pada setiap titik pada dinding itu konstan. Untuk aliran
stedi satu dimensi, persamaan (1) dapat dituliskan :
q 𝑑T
= −k 𝑑n
A
(2)
Konstanta proporsionalitas k di atas adalah suatu sifat fisika bahan yang disebut
konduktivitas termal (Tim Penyusun,2014).
Pada suatu silinder panjang berongga dengan jari – jari dalam ri, jari jari luar ro dan panjang
L dialiri panas sebesar q. Suhu permukaan dalam silinder adalah Ti dan suhu permukaan
luarnya adalah To.
Untuk silinder yang panjangnya sangat besar dibandingkan diameternya, dapat diandaikan
bahwa aliran panas berlangsung menurut arah radial, sehingga koordinat ruang yang kita
perlukan untuk menentukan sistem tersebut hanya r. Pada silinder, digunakanjuga Hukum
Fourier dengan luas bidang aliran kalor dalam sistem silinder ini, adalah:
𝑨𝒓 = 𝟐𝝅𝒓𝑳
Sehingga hukum Fourier menjadi:
𝒅𝑻
𝒒𝒓 = −𝟐𝝅𝒌𝒓𝑳
𝒅𝒓
11
Dengankondisibatas
T = Tipada r = ri
T = Topada r = ro
Dengan kondisi batas diatas, persamaan aliran panas untuk sistem silinder adalah:
𝟐𝝅𝒌𝑳(𝑻𝒊 − 𝑻𝒐 )
𝒒=
𝐥𝐧(𝒓𝒐 ⁄𝒓𝒊 )
Dan tahanan termalnya, adalah:
𝐥𝐧 (𝒓𝒐 ⁄𝒓𝒊 )
𝑹𝒕𝒉 =
𝟐𝝅𝒌𝑳
Konsep ini dapat juga digunakan untuk dinding lapis rangkap berbentuk silinder, seperti
halnya dengan dinding datar.Untuk sistem tiga lapis , persamaan aliran panasnya, adalah:
𝟐𝝅𝑳 (𝑻𝟏 − 𝑻𝟒 )
𝒒= )
𝐥𝐧(𝒓𝟐 ⁄𝒓𝟏 )/𝒌𝑨 + 𝐥𝐧(𝒓𝟑 ⁄𝒓𝟐 )/𝒌𝑩 + 𝐥𝐧(𝒓𝟒 ⁄𝒓𝟑 )/𝒌𝑪
Suatu silinder pejal dengan jari – jari R dengan sumber panas terbagi rata dan konduktivitas
termal tetap. Silinder cukup panjang sehingga suhuhanya merupakan fungsi jari – jari.
12
Perpindahan panas konduksi satu dimensi pada silinder pejal dengan sumber panas
Sumber : Holman, J.P. Heat Transfer
𝑇 = 𝑇𝑤 pada r=R
13
2.7 Aplikasi perpindahan panas secara konduksi di bidang Teknik Kimia
Pada saat mendidihkan air panas, berarti kita mendapatkan air panas. Bagaimana
caranya agar air ini tetap panas? Tentunya kita masukkan ke dalam thermos. Thermos
merupakan salah satu alat untuk menyekat kalor. Bagaimanakah cara kerja thermos hingga
dapat menyekat kalor agar air tetap panas? Pada thermos terdapat dinding kaca di mana
bagian dalam dan bagian luarnya dibuat mengkilap. Bagian dalam kaca dibuat mengkilap
agar kalor dari air panas tidak terserap pada dinding. Sementara bagian luar dinding kaca
dibuat mengkilap berlapis perak agar tidak terjadi perpindahan kalor secara radiasi. Ruang
hampa di antara bagian dalam dan luar berfungsi untuk mencegah perpindahan kalor secara
konveksi. Tutup thermos terbuat dari bahan isolator, seperti gabus, untuk mencegah
terjadinya perpindahan kalor secara konduksi. Dengan demikian air di dalam thermos tetap
panas.
Aplikasi CFD Dalam Kehidupan Computational Fluid Dynamics atau CFD adalah
analisis sistem yang melibatkan aliran fluida, perpindahan panas dan fenomena-fenomena
terkait seperti reaksi kimia dengan cara simulasi berbasis komputer.
APLIKASI CFD
Aplikasi dari piranti lunak berbasis metoda nemrik adalah dalam perancangan
instalasi perpipaan. Dengan bantuan piranti lunak ini proses perancangan menjadi lebih
mudah karena analisis terhadap rancangan langsung dapat diketahui hanya dengan
menggambarkan instalasi rancangan. Umumnya piranti lunak yang tersedia di pasaran
menyediakan fasilitas untuk berbagai boundary conditions seperti single atau double acting
displacement, single atau double acting rotational, translational dengan bi-linear stiffness,
snubbers, guide dan limit stop, tie-rod assembly, gap dan friksi, dan lain-lain.
14
Aplikasi pada Industri
Di bidang proses industry : design dan analisa pipa pada industry oil & gas,
analisa blade pompa, proses terjadinya kavitasi pada pompa maupun pipa, Heat Exchanger.,
water mixer, milk heater, etc
Powerplant : simulasi keadaan yang terjadi selama proses generasi -Di bidang
listrik berlangsung, yang umumnya terjadi pada boiler(PLTU), sehingga dapat mengetahui
erosi partikel, korosi, perpindahan panas terutama didalam tube (pipa), particle drying
(pengeringan partikel), ignition (pengapian), dan burnout dynamics (pergerakan api
pembakaran). mengetahui karakteristik api, karakteristik turbin, keadaan didalam boiler, pipa,
efisiensi optimal cooling tower, optimasi waste (PLTG)
15
BAB III
CONTOH SOAL DAN PEMBAHASAN
SOAL:
.
1.Konduksi pada dinding silinder
Air panas mengalir melalui sebuah pipa yang mempunyai r0 = 25 mm dan r1 = 40
mm seperti terlihat pada gambar dibawah. Temperatur air dalam pipa 300 0C. Temperatur
udara sekeliling pipa 20 0C. konduktivitas panas pipa adalah 40 (W/m 0K). Hitunglah laju
aliran panas per meter panjang pipa.
Jawaban :
Dik : r0 = 25 mm = 0,025 m
r1 = 40 mm = 0,04 m
t0 = 300 0C = 573 0K
t1 = 20 0C = 293 0K
k = 40 W/m 0K
Ditanya : q/L = …….??
Asumsi :
Steady State
Sifat fisik pipa konstan tidak dipengaruhi temperatur
Temperatur air masuk pipa sama dengan temperatur keluar pipa.
Penyelesaian :
16
Untuk menyelesaikan soal ini digunakan persamaan fourier sbb :
Lanjutan soal diatas tetapi pipa ditambah dengan lapisan isolasi A setebal 5 mm dan
isolasi B setebal 10 mm, dimana kA = 0,7 W/m 0K dan kB = 10 W/m 0K. Berapakah kalor
yang ditransfer dari permukaan dalam pipa ke permukaan luar isolasi B seperti pada gambar.
17
Jawaban :
Dik : r0 = 25 mm = 0,025 m
r1 = 40 mm = 0,04 m
t0 = 300 0C = 573 0K
t3 = 20 0C = 293 0K
k = 40 W/m 0K
kA = 0,7 W/m 0K
kB = 10 W/m 0K
r2 = 45 mm = 0,045 m
r3 = 55 mm = 0,055 m
Ditanya : q/L = …….??
Asumsi :
Steady State
Sifat fisik pipa konstan tidak dipengaruhi temperatur
Temperatur air masuk pipa sama dengan temperatur keluar pipa.
Penyelesaian :
Untuk menyelesaikan soal ini digunakan konsep tahanan termal sistim radial yang adalah sbb
:
Dimana,
18
2. Di dalam pipa 2 inch stainless steel 40S mengalir saturated steam pada tekanan 2 bar.
Pipa ini ditanam di bawah permukaan tanah sehingga cukup aman. Berapakah laju
panas yang dapat ditahan, jika pipa ditanam 50 cm di bawah permukaan tanah?.
Pembahasan:
Diketahui:
a. Pipa 2 in stainless steel jenis 40S
1) Di1= 2,067 in = 0,0530 m ri = 0,0265 m
2) Do2 = 2,375 in = 0,0600 m ro = 0,0300 m
b. Saturated steam
1) P = 2,000 bar
c. Pipa ditanam di bawah permukaan tanah
1) H = 50 cm = 0,5000 m
Ditanyakan:Laju panas yang dapat ditahan??
Jawab:
Asumsi:
a. Proses perpindahan panas hanya secara radial (1 dimensi) dan tunak.
b. Pipa stainless steel baja Cr-Ni [18% Cr, 8% Ni, k = 17,00 W/m.oC; pada suhu (100—
120)oC)]3.
c. Ditanam dalam semen (k = 0,2900 W/m.oC)4; nilai konduktivitas termal konstan.
d. Suhu di permukaan tanah 25,00oC.
Pada kasus ini, laju panas dapat dinyatakan sebaagai q/L, sehingga persamaan yang
akan dipakai menjadi:
𝒒 𝟐𝝅(𝑻𝟏 − 𝑻𝟐 )
= 𝒓 𝒓
𝑳 𝐥𝐧( 𝟐⁄𝒓 ) 𝐥𝐧( 𝟑⁄𝒓𝟐 )
𝟏⁄ ⁄
𝒌𝟏 + 𝒌𝟐
1
Apendix A, Tabel A-11|Steel-Pipe Dimensions, Holman, J. P. (Jack Philip) Heat transfer / Jack P. Holman.—
10th ed.
2
Apendix A, Tabel A-11|Steel-Pipe Dimensions, Holman, J. P. (Jack Philip) Heat transfer / Jack P. Holman.—
10th ed.
3
Apendix A, Tabel A-2| Property values for metals, Holman, J. P. (Jack Philip) Heat transfer / Jack P.
Holman.—10th ed.
4
Apendix A, Tabel A-3| Properties of nonmetals., Holman, J. P. (Jack Philip) Heat transfer / Jack P. Holman.—
10th ed.
19
Gambar 13. Skema Profil Pipa
Dari data yang diketahui, hanya T1(suhu saturated steam) yang belum diketahui. Untuk
mengetahui nilai T1, dapat digunakan steam table pressure untuk saturated water pada
buku Termodinamika karangan Moran 5th ed. Sebelumnya, mengkonversikan terlebih
dahulu tekanan dari bar ke psi.
𝟏 𝒃𝒂𝒓 = 𝟏𝟒, 𝟓 𝒑𝒔𝒊
𝟐 𝒃𝒂𝒓 = 𝟐 × 𝟏𝟒, 𝟓 𝒑𝒔𝒊 = 𝟐𝟗 𝒑𝒔𝒊
Karena pada tabel tidak ada data pada tekanan 29 psi, maka dilakukan interpolasi
dengan mengambil data pada 25 psi dan 30 psi.
P (psi) T (oF)
25 240,08
30 250,34
Interpolasi:
𝟑𝟎 − 𝟐𝟗 𝟐𝟓𝟎, 𝟑𝟒 − 𝒙
=
𝟑𝟎 − 𝟐𝟓𝟐 𝟐𝟓𝟎, 𝟑𝟒 − 𝟐𝟒𝟎, 𝟎𝟖
𝟏 𝟐𝟓𝟎, 𝟑𝟒 − 𝒙
=
𝟓 𝟏𝟎, 𝟐𝟔
𝟐, 𝟎𝟓𝟐 = 𝟐𝟓𝟎, 𝟑𝟒 − 𝒙
𝒙 = 𝟐𝟒𝟖, 𝟐𝟗 ℉
20
Karena nilai konduktivitas termal k dalam satuan W/moC , maka dikonversikan lagi
suhu saturated steam yang telah didapat ke dalam satuan oC.
𝟓
℃ = (𝟐𝟒𝟖, 𝟐𝟗 ℉ − 𝟑𝟐) ×
𝟗
℃ = 𝟏𝟐𝟎, 𝟏𝟔
Jadi, besar laju panas yang dapat ditahan, jika pipa ditanam 50 cm di bawah permukaan
tanah adalah 60,32 W/m.
21
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Perpindahan panas adalah perpindahan energi yang disebabkan oleh perbedaan
temperatur. Kalor berpindah dari suatu titik yang bersuhu tinggi menuju titik lain
yang bersuhu lebih rendah.
2. Perpindahan kalor konduksi merupakan mekanisme perpindahan kalor dari suatu
tempat ke tempat lain melalui tumbukan antar molekul dengan menggunakan laju
aliran kalor.
3. Perpindahan kalor mengikuti Hukum Fourier yang tertulis dalam persamaan
sebagai berikut:
𝑑𝑇
𝑞 = −𝑘𝐴
𝑑𝑥
4. Faktor yang mempengaruhi perpindahan kalor konduksi adalah nilai konduktivitas
termal, luas permukaan, suhu, dan jarak.
4.2 Saran
Diharapkan studi mengenai Perpindahan Kalor dan Sistem Insulasi Perpipaan tersebut
dapat dipelajari secara lebih mendalam. Hal tersebut dikarenakan sistem – sistem yang terjadi
pada ke dua kondisi di atas merupakan ilmu yang penting dalam bidang Teknik Kimia.
22
DAFTAR PUSTAKA
Incropera, F.P., dan Dewitt, D.P., Fundamental of Heat and Mass Transfer, John Wiley &
Sons, 2002.
Kern, D.Q., Process Heat Transfer, Mc Graw Hill, New York, 1950.
MC. Cabe, W.L, Smith, JC, Harriot, P. 1985. Unit Operation of Chemical Enginering 4th ed.
New York : Mc.Graw-Hill.
23