Anda di halaman 1dari 25

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1 Definisi Aset Tetap

Setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya tentu harus

memiliki aset tetap. Keberadaan aset tetap diharapkan dapat memberikan sumbangan

pendapatan bagi perusahaan di masa sekarang dan masa mendatang, misalnya bangunan,

mesin atau kendaraaan yang biasanya mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun

atau satu periode akuntansi.

Pengertian aset tetap menurut IAI, PSAK (2007 : 16.2) adalah :

Aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan
barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif;
dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.

Jerry J. Weygandt, Donald E. Kieso, and Paul D. Kimmel (2004) menyatakan: “Plant

assets are tangible resources, that are used in the operations ot the business and not

intended for sale to customer.” (p. 408)

Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa aset tetap

adalah aset berwujud yang memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun, bernilai

material, digunakan dalam operasi normal perusahaan dan tidak dimaksudkan untuk

dijual.

Sedangkan pengertian aset tetap berupa tanah menurut IAI, PSAK (2007 : 47.2)

adalah :

Tanah adalah aset berwujud yang diperoleh siap pakai atau diperoleh lalu
disempurnakan sampai siap pakai dalam operasi entitas dengan manfaat ekonomis lebih
dari setahun, dan tidak dimaksud untuk diperjualbelikan dalam kegiatan operasi normal
entitas.

8
II.2 Karakteristik Aset Tetap

Menurut Hendriksen yang diterjemahkan oleh Widjadjanto (2002 : 339),

karakteristik dari aset tetap adalah :

a. Aset tetap merupakan barang fisik yang dimiliki untuk memperlancar atau
mempermudah produksi barang-barang lain dalam kegiatan normal
perusahaan.
b. Semua aset tetap mempunyai umur terbatas dan pada akhir umurnya harus
dibuang atau diganti. Umur ini dapat merupakan estimasi jumlah tahun yang
didasarkan pada pemakaian dan keausan yang ditimbulkan oleh unsur –
unsurnya atau dapat bersifat variabel tergantung pada jumlah penggunaan
dan pemeliharaannya.
c. Nilai aset tetap berasal dari kemampuannya untuk mengesampingkan pihak
lain dalam mendapatkan hak-hak yang sah atas penggunaannya dan bukan
dari pemaksaan suatu kontrak.
d. Aset tetap seluruhnya bersifat non moneter, manfaatnya diterima dari
penjualan jasa-jasa dan bukan dari pengubahannya menjadi sejumlah uang
tertentu.
e. Pada umumnya jasa yang diterima dari aset tetap ini meliputi suatu periode
yang lebih panjang dari satu tahun atau satu siklus operasi perusahaan.

Terdapat tiga karakteristik aset tetap yang dikemukakan oleh Kieso,

Weygandt dan Warfield :

a. They acquired for use in operation and not for sale.


Only assets used in normal business operation should be classified as property,
plant, and equipment. An idle building is more appropriately classified
separately as an investment ;land held by land developers or subdividers is
classified as inventory.
b. They are long term in nature and usually subject to depreciation.
Property, land and equipment yield services over a number of years the
investment in these assets is assigned to future periods through periodic
depreciation charges. The exception is land, which is not depreciated unless a
material decrease in value occurs, such as a loss in fertility of agriculture land
because of poor crop rotation, drought, or soil erosion.
c. They posses physical substance.
Property, plant and equipment are characterized by physical existence of
substance and thus are differentiated from intangible assets, such as patents or
goodwill. Unlike raw material, however property, plant and equipment do not
physically because part of product held for resale. (Kieso, Weygandt and
Warfield, 2004 : 470).
1
Karakteristik aset tetap menurut IAI, PSAK (2007 : 16.2) :

1. Besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan aset


tersebut akan mengalir ke entitas;
2. Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal.

II.3. Klasifikasi Aset Tetap

Aset tetap yang dimiliki oleh suatu perusahaan dapat diklasifikasikan

berdasarkan umurnya, substansinya, cara penyusutan/ depresiasinya dan jenis

fisiknya. Secara akuntansi, aset tetap harus diklasifikasikan berdasarkan pada

karakteristik fisik mereka. Aset tertentu dengan karakteristik yang sama dapat

digabungkan ke dalam satu akun saja (single account).

Menurut Harahap (2002 : 22) aset tetap dapat dikelompokkan dalam berbagai

cara, antara lain :

1. Berdasarkan umurnya aset tetap dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:


a. Limited Life Plant Equipment adalah seluruh Plant Equipment yang
memiliki umur terbatas misalnya bangunan, mesin, peralatan dan lain-
lain. Karena Plant Equipment ini memiliki umur terbatas maka pada tiap
akhir periode atau pada penutupan buku haruslah dihitung
penyusutannya, sehingga sering disebut Depreciated Plant Equipment.
b. Unlimited Life Plant Equipment adalah Plant Equipment yang memiliki
umur tidak terbatas, misalnya tanah. Sebagaimana diketahui bahwa tanah
dapat dipakai dalam jangka waktu yang tidak terbatas sehingga tidak
perlu disusutkan, karena itu sering disebut dengan Non Depreciated Plant
assets.
2. Berdasarkan tinjauan substansi dapat dibedakan menjadi:
a. Tangible Assets atau aset berwujud berupa tanah, mesin, gedung dan
peralatan.
b. Intangible Assets atau aset yang tidak berwujud berupa goodwill, hak
patent, hak cipta, copyright, hak guna usaha dan lain-lain.
3. Aset tetap berdasarkan jenisnya dapat dibedakan menjadi:
a. Tanah merupakan harta yang dimiliki dan dipergunakan selama kegiatan
masih berlangsung, dapat dikatakan masa pemakaian tidak terbatas dan
biasanya dijadikan sebagai tempat pendirian bangunan, mempunyai nilai
harga pokok yang dibayarkan kepada sipenjual ditambah dengan biaya-
biaya yang bersangkutan terhadap jual beli tanah.
b. Gedung merupakan bangunan yang dipakai untuk kegiatan usaha
perusahaan. Adapun beban biaya yang ditanggung perusahaan dalam
rangka memperoleh gedung dan dipakai dalam operasi perusahaan adalah
total nilai beli ditambah biaya-biaya lain yang timbul dalam perolehan.
c. Mesin adalah semua peralatan yang digunakan untuk menjalankan
operasi perusahaan, termasuk didalamnya bagian-bagian ataupun
peralatan yang menjadi bagian dari mesin yang bersangkutan.
d. Kendaraan merupakan semua jenis kendaraan yang dimiliki perusahaan
sebagai alat angkutan yang dapat menunjang operasional dari kegiatan
perusahaan.
e. Perlengkapan kantor merupakan perlengkapan kantor yang dipergunakan
untuk mempercepat dan mempermudah semua kegiatan pencatatan
ataupun mempermudah komunikasi antara satu kegiatan dengan bagian
laiannya, maupun antara perusahaan dengan pihak lain, contohnya
komputer, telepon.
f. Peralatan kantor yaitu semua peralatan yang ada dikantor dan digunakan
untuk melaksanakan semua kegiatan yang dilaksanakan di kantor.
4. Berdasarkan tinjauan disusutkan atau tidak, dibagi menjadi:
a. Depreciated Plant Assets, seperti gedung, peralatan, mesin, dan
sebagainya.
b. Undepreciated Plant Assets, seperti tanah.

Sedangkan dalam PSAK (IAI, 2009: 16.7 ) sendiri, klasifikasi aset tetap adalah
sebagai berikut:

Suatu kelompok aset tetap adalah pengelompokan aset yang memiliki sifat dan kegunaan
yang serupa dalam operasi normal entitas. Berikut adalah contoh dari kelompok aset
yang terpisah :

a. Tanah;
b. Tanah dan bangunan;
c. Mesin;
d. Kapal;
e. Pesawat udara;
f. Kendaraan bermotor;
g. Perabotan;
h. Peralatan kantor.

Untuk klasifikasi aset tetap berupa tanah, menurut PSAK (IAI, 2007:47.2) :

1. Tanah dalam negeri yaitu tanah yang berada di wilayah geograsfis Indonesia,
terbagi menjadi tiga wilayah yaitu: wilayah kawasan berikat, wilayah
yuridiksi negara perwakilan, dan wilayah pabean.
2. Tanah luar negeri adalah tanah yang berada di luar wilayah Indonesia, berada
pada wilayah hukum pertanahan lain di luar hukum pertanahan Indonesia
II.4. Perolehan Aset Tetap

Aset tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara dimana masing-masing cara

perolehan mempengaruhi penentuan harga perolehan. Harga perolehan yang

ditetapkan perusahaan dapat mempengaruhi keakuratan dan kewajaran laporan

keuangan pada umumnya dan neraca serta laporan laba rugi pada khususnya.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia pengertian biaya perolehan aset tetap

adalah :

Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau
nilai wajar imbalan lain yang diserahkan untuk memperoleh suatu aset pada saat
perolehan atau konstruksi atau, jika dapat diterapkan, jumlah yang diatribusikan
ke aset pada saat pertama diakui sesuai dengan persyaratan tertentu dalam PSAK
lain. (IAI, 2007 : 16.2)

Komponen biaya perolehan aset tetap terdiri dari harga belinya, termasuk bea

impor dan PPN masukan tidak boleh restitusi (non refundable) dan setiap biaya yang

dapat diatribusikan secara langsung dalam membawa aset tersebut dapat bekerja

untuk penggunaan yang dimaksudkan.

Menurut Skousen, Stice and Stice pengertian biaya perolehan adalah :

The cost of property includes not only the original purchase price or
equivalent value but also any other expenditures required in obtaining and
preparing the asset for its intended use any taxes, freight, installation, and other
expenditures related to the acquisition should be included in the asset’s cost
(Skousen, Stice and Stice, 2000 : 680 )

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia mengenai biaya perolehan aset tetap

berupa tanah adalah :

Biaya perolehan Aset Tetap Tanah merupakan akumulasi seluruh biaya


perolehan dan pengembangan tanah, berupa biaya pematangan tanah, di luar
Beban Tangguhan akibat biaya legal pengurusan hak.
Pengeluaran untuk memperoleh tanah diakui secara terpisah dari pengeluaran
legal hak atas tanah. (IAI, 2007 : 47.3)
Ada beberapa cara perolehan aset tetap menurut Baridwan (2004 : 278) :

a. Pembelian Tunai
Aset tetap berwujud yang diperoleh dari pembelian tunai dicatat sebesar jumlah
uang yang dikeluarkan. Untuk memperoleh aset tersebut yang termasuk di
dalamnya adalah harga faktur dan semua biaya yang dikeluarkan sampai aset
tersebut siap untuk dipakai seperti biaya angkut, premi asuransi dalam
perjalanan, biaya balik nama, biaya pemasangan dan biaya percobaan. Semua
biaya-biaya tersebut dikapatilasasi sebagai harga perolehan aset tetap. Apabila
dalam pembelian aset tetap ada potongan tunai, maka potongan tunai tersebut
merupakan pengurangan terhadap harga faktur, tanpa melihat apakah potongan
tersebut didapat atau tidak.

b. Pembelian secara gabungan


Apabila dalam suatu pembelian diperoleh lebih dari satu macam aset tetap maka
harga perolehan harus dialokasikan pada masing-masing aset tetap. Misalnya
dalam pembelian gedung beserta tanahnya maka harga perolehan dialokasikan
untuk gedung dan tanah.
Dasar alokasi yang digunakan sedapat mungkin dilakukan dengan harga pasar
relatif masing-masing aset, yaitu dalam hal pembelian tanah dan gedung, dicari
harga pasar tanah dan harga pasar gedung. Masing-masing harga pasar ini
dibandingkan dan menjadi dasar alokasi harga perolehan. Apabila harga pasar
masing-masing aset tidak diketahui, alokasi harga perolehan dapat dilakukan
menggunakan dasar surat bukti pembayaran pajak (misalnya pajak bumi dan
bangunan). Jika tidak ada dasar yang dapat digunakan untuk alokasi harga
perolehan maka alokasinya didasarkan pada putusan pimpinan perusahaan.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia tentang perolehan aset tetap dengan

pembelian secara gabungan :

Harga perolehan dari masing-masing aset tetap yang diperoleh secara gabungan
ditentukan dengan mengalokasikan harga gabungan tersebut berdasarkan
perbandingan nilai wajar masing-masing aset yang bersangkutan. (IAI, 2004:
16.19)

c. Perolehan melalui pertukaran


1. Ditukar dengan surat-surat berharga
Aset tetap yang diperoleh dengan cara ditukar dengan saham atau obligasi
perusahaan, dicatat sebesar harga pasar saham atau obligasi yang digunakan
sebagai penukar. Apabila harga pasar saham atau obligasi itu tidak diketahui,
harga perolehan aset tetap ditentukan sebesar harga pasar aset tersebut.
Kadang-kadang harga pasar surat berharga dan aset tetap yang ditukar kedua-
duanya tidak diketahui. Dalam keadaan seperti ini, nilai pertukaran
ditentukan oleh keputusan pimpinan perusahaan yang digunakan sebagai
dasar pencatatan harga perolehan aset tetap dan nilai-nilai surat berharga
yang dikeluarkan.
Pertukaran aset tetap dengan saham atau obligasi perusahaan akan dicatat
dalam rekening modal saham atau utang obligasi sebesar nilai nominalnya.
Selisih nilai pertukaran dengan nilai nominal dicatat dalam rekening agio
atau disagio.
Apabila dalam pertukaran ini perusahaan mengeluarkan uang muka harga
perolehan mesin adalah jumlah uang yang dibayarkan ditambah dengan harga
pasar surat berharga yang dijadikan penukar. Yang dimaksudkan dengan
harga pasar surat berharga adalah harga yang terjadi dalam bursa surat-surat
berharga atau dalam transaksi dengan pihak lain yang bebas.

2. Ditukar dengan aset tetap yang lain


Banyak pembelian aset tetap dilakukan dengan tukar tumbah, dimana aset
lama digunakan untuk membayar harga aset baru, baik seluruhnya atau
sebagian dan kekurangannya dibayar tunai. Ada masalah yang timbul bila
harga pasar aset lama maupun baru tidak dapat ditentukan. Dalam hal ini
nilai buku aset lama akan digunakan sebagai dasar pencatatan pertukaran
tersebut.
Selain masalah di atas, masalah lainnya adalah pengakuan rugi atau laba
yang timbul karena adanya pertukaran aset tetap tersebut. Masalah rugi atau
laba pertukaran dipisahkan menjadi dua yaitu :
a) Pertukaran aset tetap yang tidak sejenis
Yang dimaksud pertukaran aset tetap yang tidak sejenis adalah pertukaran
aset tetap yang sifat dan fungsinya tidak sama seperti misalnya pertukaran
tanah dengan mesin-mesin, tanah dengan gedung dan lain-lain. Perbedaan
antara nilai wajar aset tetap yang diserahkan dengan nilai wajar yang
digunakan sebagai dasar pencatatan aset yang diperoleh pada tanggal
transaksi terjadi harus diakui sebagai laba atau rugi pertukaran aset tetap.
Penentuan harga perolehan dalam pertukaran seperti ini harus didasarkan
pada nilai wajar aset tetap yang diserahkan ditambah uang yang dibayarkan.
Bila nilai wajar aset yang diserahkan tidak dapat diketahui, maka harga
perolehan aset baru didasarkan pada nilai wajar aset baru.

b) Pertukaran aset tetap sejenis


Yang dimaksud dengan pertukaran aset tetap yang sejenis adalah pertukaran
aset tetap yang sifat dan fungsinya sama seperti pertukaran mesin produksi
merek A dengan merek B, truk merek A dengan merek B, dan seterusnya.
Laba atau rugi yang timbul akibat perbedaan nilai wajar aset tetap yang
diperoleh dengan yang diserahkan tidak boleh diakui, sehingga selisihnya
akan digunakan untuk mengkoreksi nilai wajar aset yang diperoleh.
Apabila dalam transaksi pertukaran ini perusahaan harus membayar uang
dalam jumlah tertentu, maka harga perolehan aset yang diterima sama dengan
nilai buku aset yang dilepaskan ditambah uang yang dibayarkan. Sebaliknya
apabila perusahaan menerima uang dalam transaksi pertukaran itu, maka
harga perolehan aset yang diterima adalah sebesar nilai buku aset yang
dilepaskan dikurangi uang yang diterima.
Menurut PSAK tentang perolehan aset tetap dengan pertukaran :

Suatu aset tetap dapat diperoleh dalam pertukaran atau pertukaran sebagian
untuk suatu aset tetap yang tidak serupa atau aset lain. Biaya dari pos
semacam itu diukur pada nilai wajar aset yang dilepaskan atau yang
diperoleh, yang mana yang lebih andal, ekuivalen dengan nilai wajar aset
yang dilepaskan setelah disesuaikan dengan jumlah setiap kas atau setara kas
yang ditransfer. (IAI, 2004: 16.5)

d. Pembelian angsuran

Apabila aset tetap diperoleh dari pembelian angsuran, maka dalam harga
perolehan aset tetap tidak boleh termasuk bunga. Bunga selama masa angsuran
harus dikeluarkan dari harga perolehan dan dibebankan sebagai biaya bunga.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia tentang perolehan aset tetap dengan dibuat
sendiri (PSAK 2007: 30.5) :
Pada awal masa sewa, lessee mengakui sewa pembiayaan sebagai aset dan
kewajiban dalam neraca sebesar nilai wajar aset sewaan atau sebesar nilai kini
dari pembayaran sewa minimum, jika nilai kin ilebih rendah dari nilai wajar.
Penilaian ditentukan pada awal kontrak. Tingkat diskonto yang digunakan dalam
perhitungan nilai kini dari pembayaran sewa minimum adalah tingkat suku
bunga implicit dalam sewa, jika dapat ditentukan secara praktis; jika tidak,
digunakan tingkat suku bunga pinjaman incremental lessee. Biaya langsung awal
yang dikeluarkan lessee ditambahkan ke dalam jumlah yang diakui sebagai asset.

e. Diperoleh dari hadiah atau donasi


Pencatatan aset tetap yang diperoleh dari hadiah atau donasi bisa menyimpang
dari prinsip harga perolehan. Pada saat menerima hadiah, mungkin harus
mengeluarkan biaya-biaya, tetapi biaya-biaya tersebut jauh lebih kecil dari nilai
aset yang diterima. Apabila aset tetap dicatat sebesar biaya yang sudah
dikeluarkan, maka hal ini akan menyebabkan jumlah aset, modal dan beban
penyusutan menjadi terlalu kecil. Untuk mengatasi hal ini maka aset yang
diterima sebagai hadiah dicatat sebesar harga pasarnya.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia tentang perolehan aset tetap dengan donasi :

Aset tetap yang diperoleh dari hibah pemerintah tidak boleh diakui sampai
diperoleh keyakinan bahwa:
a. Entitas akan memenuhi kondisi atau prasyarat hibah tersebut;
b. Hibah akan diperoleh

f. Aset yang dibuat sendiri


Perusahaan mungkin membuat sendiri aset tetap yang diperlukan seperti gedung,
alat-alat dan perabot. Pembuatan aset ini biasanya dengan tujuan untuk
menggunakan kapasitas atau pegawai yang masih idle. Ada dua cara yang dapat
digunakan untuk membebankan biaya factory overhead yaitu:
1. Kenaikan biaya Factory overhead yang dibebankan aset yang dibuat.
Dengan cara ini harga pokok aset yang dibuat adalah semua biaya-biaya
langsung untuk membuat aset itu ditambah dengan kenaikan biaya
factory overhead.
2. Biaya factory overhead dialokasikan dengan tarif kepada pembuatan
aset dan produksi. Dalam cara ini, harga pokok aset merupakan jumlah
semua biaya langsung ditambah dengan tarif yang menjadi beban aset
yang dibuat itu.

Apabila harga pokok aset yang dibuat lebih rendah daripada harga beli di luar,
selisihnya merupakan penghematan biaya dan tidak boleh diakui sebagai laba.
Tetapi apabila harga pokok aset yang dibuat itu lebih tinggi dari harga beli di luar
(dengan kualitas yang sama), maka selisih yang ada diperlakukan sebagai
kerugian, sehingga aset akan dicatat dengan jumlah sebesar harganya yang
normal.
Apabila pembuatan aset itu menggunakan dana yang berasal dari pinjaman, maka
bunga pinjaman selama masa pembuatan aset dikapitalisasi dalam harga
perolehan aset. Sesudah aset itu selesai dibuat, biaya bunga pinjaman dibebankan
sebagai biaya dalam periode terjadinya. Biaya-biaya lain yang timbul dalam
masa pembuatan aset dibebankan sebagai harga perolehan aset tetap.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia tentang perolehan aset tetap dengan

dibuat sendiri :

Biaya perolehan suatu aset yang dibangun sendiri ditentukan dengan


menggunakan prinsip yang sama sebagaimana perolehan aset dengan pembelian
atau cara lain. Jika perusahaan membuat aset serupa untuk dijual dalam usaha
normal, biaya perolehan aset biasanya sama dengan biaya pembangunan aset
untuk dijual. Oleh karena itu, dalam menetapkan biaya perolehan, maka setiap
laba internal dieliminasi. Demikian pula pemborosan yang terjadi dalam
pemakaian bahan baku, tenaga kerja, atau sumber daya lain dalam konstruksi
aset yang dibangun sendiri tidak termasuk biaya perolehan aset (IAI, 2007 :
16.5).

II.5. Penyusutan Aset Tetap

Secara berkala, semua aset tetap kecuali tanah akan mengalami penyusutan

atau penurunan kemampuan dalam menyediakan manfaat. Dengan adanya


penyusutan, maka nilai dari aset tetap tercatat tidak lagi dapat mewakili nilai dari
manfaat yang dimiliki aset tetap tersebut. Agar nilai aset tetap tercatat dapat

memiliki nilai dari manfaat yang dimilikinya, maka perlu dilakukan pengalokasian

manfaat atas aset tetap ke dalam akumulasi biaya secara sistematis berdasarkan

estimasi masa manfaat aset tetap. Pengalokasian manfaat atas aset tetap harus

dilakukan secara sistematis.

Pengertian penyusutan menurut Ikatan Akuntan Indonesia yaitu: “alokasi

sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset selama umur manfaatnya.”

(IAI, 2007 : 16.1)

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia pengertian masa manfaat adalah :

“ suatu periode di mana aset diharapkan akan digunakan untuk entitas atau jumlah

produksi atau unit serupa yang diharapkan akan diperoleh dari aset tersebut oleh

entitas.” (IAI, 2007 : 16.2)

Menurut Skousen, Stice and Stice pengertian penyusutan adalah:

“ Depreciation is the systematic allocation of the cost of an asset over the different

periods benefited by the use of the asset.” (Skousen, Stice and Stice, 2000 : 741)

Menurut Baridwan (2004:308) ada dua hal yang menyebabkan timbulnya

biaya depresiasi pada aset tetap yaitu :

a. Faktor-faktor fisik.
Faktor- faktor yang dapat mengurangi fungsi aset tetap adalah aus karena
pemakaian, umur, kerusakan-kerusakan lainnya. Dalam kondisi seperti ini suatu
aset tidak dapat digunakan lagi untuk memberikan jasanya sehingga harus diganti
dengan aset yang baru.

b. Faktor-faktor fungsional
Faktor-faktor yang membatasi umur aset tetap adalah :
1) Ketidakmampuan aset untuk memenuhi kebutuhan produksi sehingga
perlu diganti.
2) Adanya perubahan permintaan terhadap barang atau jasa yang dihasilkan.
3) Kemajuan teknologi sehingga aset tersebut tidak ekonomis lagi jika
dipakai.
Faktor-faktor yang mempengaruhi beban penyusutan menurut Baridwan

(2004: 306) adalah :

a. Harga perolehan (cost).


Yaitu uang yang dikeluarkan atau utang yang timbul dan biaya-biaya lain yang
terjadi dalam memperoleh aset dan menempatkannya sampai dapat digunakan.
b. Nilai sisa atau nilai residu.
Nilai sisa suatu aset yang disusutkan adalah jumlah yang diterima bila aset itu
dijual, ditukarkan atau cara-cara lain ketika aset tersebut sudah tidak dapat
digunakan lagi, dikurangi dengan biaya-biaya yang terjadi pada saat menjual atau
menukarkannya.
c. Taksiran umur kegunaan (masa manfaat)
Taksiran umur kegunaan atau masa manfaat suatu aset dipengaruhi oleh cara-
cara pemeliharaan dan kebijakan-kebijakan yang dianut dalam reparasi. Taksiran
umur ini bisa dinyatakan dalam satuan periode waktu, satuan hasil produksi atau
satuan jam kerjanya. Dalam menaksir umur (masa manfaat) aset harus
dipertimbangkan sebab-sebab keausan fisik yaitu aus karena dipakai (wear and
tear), aus karena umur (deterioration and decay) dan kerusakan-kerusakan dan
sebab-sebab keausan fungsional yaitu ketidakmampuan aset untuk memenuhi
kebutuhan produksi sehingga perlu diganti dan karena adanya perubahan
permintaan terhadap barang atau jasa yang dihasilkan atau karena adanya
kemajuan teknologi sehingga aset tersebut tidak ekonomis lagi jika dipakai.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2004 :17.3) penyusutan dapat

dilakukan dengan berbagai metode berdasarkan kriteria sebagai berikut :

a. Berdasarkan waktu
Metode ini menghubungkan biaya penyusutan dengan perjalanan waktu.
Taksiran umur kegunaan dari aset tetap dinyatakan dalam bentuk satuan
waktu, biasanya tahun. Metode ini terdiri dari :
1) Metode garis lurus.
Beban penyusutan dibagi sama rata selama masa manfaat aset yang
bersangkutan setelah dikurangi dengan estimasi nilai sisa yang wajar.Rumus
untuk menghitung penyusutan dengan metode garis lurus adalah sebagai
berikut :
Beban penyusutan = Harga perolehan – Nilai sisa
Umur ekonomis

2) Metode saldo menurun


Metode penyusutan yang menyajikan penyusutan dalam jumlah yang terus
menurun:
Beban penyusutan = Tarif penyusutan x Nilai buku
b. Berdasarkan penggunaaan
Metode jumlah unit produksi
Taksiran manfaat dinyatakan dalam kapasitas produksi yang dapat dihasilkan.
Tarif penyusutan dihitung sebagai persentase produksi aktual terhadap
kapasitas produksi. Dengan demikian tarif dan beban penyusutan akan
bervariasi dai tahun ke tahun, tergantung pada produksi aktual yang dicapai
pada tahun yang bersangkutan. Rumus untuk menghitung penyusutan dengan
metode jam jasa adalah sebagai berikut :

Beban penyusutan = Harga perolehan – nilai sisa


Taksiran hasil produksi (unit)

Jurnal untuk mencatat beban penyusutan adalah sebagai berikut :

Dr. Depreciation expense fixed asset xxx

Cr. Accumulated Depreciation fixed asset xxx

Beban penyusutan biasanya dicatat pada setiap akhir periode pembukuan

yang terjadi pada akhir tahun, kuartal, semester, ataupun pada saat terjadi transaksi

tertentu yang menyangkut aset tetap seperti pada saat terjadi penjualan dan

penghapusan.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007 : 16.10) :

Metode penyusutan yang digunakan harus mencerminkan ekspektasi pola konsumsi


ekonomis masa depan dari aset oleh entitas. Metode penyusutan yang digunakan
untuk aset harus direview minimum setiap akhir tahun buku, dan apabila terjadi
perubahan yang signifikan dalam ekspektasi pola konsumsi tersebut, maka metode
penyusutan harus diubah untuk mencerminkan perubahan pola tersebut. Perubahan
metode penyusutan harus diperlakukan sebagai perubahan estimasi akuntansi sesuai
dengan PSAK no. 25.

Aset tetap yang tidak disusutkan adalah tanah. Alasan untuk tidak melakukan

penyusutan terhadap tanah adalah akibat kenyataan ekonomi dimana nilai dari tanah

kecil kemungkinan untuk berkurang. Sebaliknya, dianggap akan terus naik sejalan

dengan pertumbuhan ekonomi.


Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009 : 47.5), tanah dapat disusutkan jika

memenuhi syarat sebagai berikut :

a. Kondisi kualitas tanah tidak layak lagi digunakan dalam operasi utama
perusahaan
b. Sifat operasi utama meninggalkan tanah dan bangunan begitu saja apabila proyek
telah selesai.
c. Prediksi manajemen atau kepastian bahwa perpanjangan atau pembaharuan hak
kemungkinan besar atau pasti tidak diperoleh.

II.6. Pengeluaran setelah Perolehan Aset Tetap

Menurut Baridwan (2004: 272), perlakuan akuntansi terhadap pengeluaran-

pengeluaran yang berhubungan dengan perolehan aset tetap dapat dibagi

menjadi dua yaitu :

a. Pengeluaran modal (capital expenditure)


Pengeluaran modal adalah pengeluaran untuk memperoleh suatu manfaat
yang akan dirasakan lebih dari satu periode akuntansi. Pengeluaran – pengeluaran
seperti ini dicatat dalam rekening aset (dikapitalisasi). Yang termasuk dalam
pengeluaran modal adalah beban reparasi yang jumlahnya relatif besar, jarang terjadi
(biasanya terjadi selang beberapa tahun) dan manfaat reparasi ini akan dirasakan
dalam beberapa periode, beban perbaikan (betterment / improvement) dan beban
penambahan (addition).

b. Pengeluaran pendapatan (revenue expenditure)


Pengeluaran pendapatan adalah pengeluaran untuk memperoleh suatu
manfaat yang hanya dirasakan dalam periode akuntansi yang bersangkutan. Oleh
karena itu pengeluaran – pengeluaran seperti ini dicatat dalam rekening biaya. Yang
termasuk dalam pengeluaran pendapatan adalah beban reparasi yang sifatnya sering
terjadi (seperti penggantian baut, mur, sekering, mesin dan lain-lain), beban
pemeliharaan (merupakan beban yang dikeluarkan untuk memelihara aset agar tetap
dalam kondisi yang baik, contohnya adalah biaya penggantian oli, pembersihan,
pengecatan dan biaya lain yang serupa), beban penggantian yang jumlahnya relatif
kecil.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2004 :16.7)


Pengeluaran setelah perolehan awal suatu aset tetap yang memperpanjang masa
manfaat atau yang kemungkinan besar memberi manfaat keekonomian di masa yang
akan datang dalam bentuk peningkatan kapasitas, mutu produksi atau peningkatan
standar kinerja harus ditambahkan pada jumlah tercatat aset yang bersangkutan.
Pengeluaran setelah perolehan (subsequent expenditures) pada properti, pabrik dan
peralatan hanya diakui sebagai suatu aset jika pengeluaran meningkatkan kondisi
aset melebihi standar kinerja semula. Pengeluaran untuk perbaikan atau perawatan
aset tetap untuk menjaga manfaat keekonomian masa yang akan datang yang
diharapkan perusahaan untuk mempertahankan standar kinerja semula atas suatu
aset, biasanya diakui sebagai beban pada saat terjadi.

Perbedaan capital expenditure dan revenue expenditure adalah sebagai


berikut :
Capital expenditure merupakan pengeluaran yang jarang dilakukan, bersifat material,
menambah umur ekonomis atau menambah nilai ekonomis aset, dan dikapitalisasi
kepada nilai aset.

Revenue expenditure adalah pengeluaran yang sering dilakukan, bersifat tidak


material, tidak menambah umur atau menambah nilai ekonomis aset, dan dibebankan
kepada rugi laba periode berjalan.

7. Penghapusan Aset Tetap

Aset tetap yang digunakan perusahaan suatu saat akan dihapuskan dari

pembukuan perusahaan. Perusahaan akan menghapus aset tetap dari pembukuannya

dengan pertimbangan-pertimbangan antara lain : aset tetap yang lama dinyatakan

rusak dan tidak dapat dipakai lagi serta aset tetap tersebut tidak dapat meningkatkan

produksi.

Menurut Warren, Fess and Reeve (2005:405) ada beberapa cara penghapusan

aset tetap yaitu :

a. Penjualan
Nilai buku aset dihitung kemudian dibandingkan dengan hasil penjualan yang
diterima. Selisih yang diperoleh merupakan keuntungan atau kerugian karena
penjualan aset.

b. Pertukaran
Pertukaran dapat dilakukan dengan aset yang sejenis ataupun tidak sejenis. Selisih
antara nilai tukar dan nilai buku dapat menimbulkan keuntungan atau kerugian. Pada
pertukaran sejenis, keuntungan yang diperoleh akan dikurangkan pada harga aset
yang baru. Sedangkan kerugian dibebankan pada tahun berjalan. Pada pertukaran
aset yang tidak sejenis, keuntungan dan kerugiaannya dibebankan pada periode
berjalan.
c. Penghapusan
Aset yang tidak digunakan lagi oleh perusahaan dapat dihapuskan. Apabila belum
disusutkan penuh maka terjadi kerugian sebesar nilai bukunya.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia mengenai penghapusan aset tetap adalah

sebagai berikut :

Jumlah aset tetap dihentikan pengakuannya pada saat dilepaskan atau tidak
ada manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari penggunaan atau
pelepasannya. (IAI, 2007 : 16.11)

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2004 :16.11):

Laba atau rugi yang timbul dari penghentian pengakuan aset tetap harus
dimasukkan dalam laporan laba rugi pada saat aset tersebut dihentikan
pengakuannya. Laba tidak boleh diklasifikasikan sebagai pendapatan.

Menurut Warren, Fess and Reeve perlakuan akuntansi atas penghapusan aset

tetap adalah sebagai berikut :

The journal entry to record disposal of fixed asset will vary. In all cases,
however any depreciation for the current period should be recorded, and the
book value of the asset then removed from the accounts. The entry to remove the
book value from the accounts is a debit to the asset’s accumulated depreciation
account and a credit to the assets account for the cost of the asset. For asset
retired from service, a loss may be recorded for any remaining book value af the
asset.
When a fixed asset is sold, the book value is removed and the cash or
other asset received is also recorded. If the selling price is less than the book
value, there is a loss.
When a fixed asset is exchange for another similar nature,no gain is
recognize on the exchange. The acquired asset’s cost is adjusted for any gains. A
loss on exchange of similiar asset’s is recorded.” (Warren , Fess and Reeve,
2005:417)

Anda mungkin juga menyukai