Anda di halaman 1dari 31

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR

RUMAH SAKIT KASIH IBU


NOMOR :

TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN UNIT LINEN DAN LAUNDRY
RUMAH SAKIT KASIH IBU

DIREKTUR RS KASIH IBU


MENIMBANG : a. Bahwa sebagai institusi yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan RS
Kasih Ibu harus mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan
mampu mewujudkan derajat kesehatan masyarakat setingi-tinginya, sesuai
dengan visi dan misi yang telah ditetapkan;
b. Bahwa kebutuhan linen di setiap ruangan sangat bervariasi, baik jenis,
jumlah dan kondisinya sehingga membutuhkan pengelolaan khusus serta
melibatkan banyak tenaga kesehatan;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan a dan b maka perlu diterbitkan ketetapan
Direktur tentang Pedoman Pelayanan Unit Linen Laundry di Rumah Sakit
Kasih Ibu.

MENGINGAT : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang


Kesehatan;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2017
Tentang Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan
MEMUTUSKAN

MENETAPKAN : PEDOMAN PELAYANAN UNIT LINEN DAN LAUNDRY RUMAH


SAKIT KASIH IBU.
PERTAMA : Memberlakukan Buku Pedoman Pelayanan Unit Linen dan Laundry RS
Kasih Ibu sebagaimana tercantum dalam lampiran keputusan ini.
KEDUA : Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan akan dilakukan
Evaluasi setiap tahunnya.
KETIGA : Apabila hasil evaluasi mensyaratkan adanya perbaikan maka akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Rengat
Pada Tanggal : 2018
--------------------------------------------

Direktur,
dr. H. Nurhadi, Sp.OG
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr Wb
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga Buku Pedoman Pelayanan Unit Linen dan Laundry Rumah
Sakit Islam Nashrul Ummah Lamongan ini berhasil disusun. Buku ini diharapkan mampu
menjadi pedoman bagi semua pegawai di Unit Linen dan Laundry dan pihak-pihak yang terkait
di lingkungan RSI Nashrul Ummah Lamongan dalam menjalankan kegiatan pengelolaan linen
rumah sakit.
Terima kasih yang sebesar besarnya, kami haturkan kepada Direktur RSI Nashrul
Ummah Lamongan yang telah memberikan dukungan moril dan materiil dalam pembuatan
pedoman ini, para pejabat struktural dan tenaga fungsional di lingkungan RSI Nashrul Ummah
Lamongan yang telah memberikan masukan dalam proses penyusunan pedoman ini, serta
seluruh staf di RSI Nashrul Ummah Lamongan yang telah dan akan berpartisipasi aktif mulai
dari proses penyusunan, pelaksanaan sampai pada proses monitoring dan evaluasi pedoman ini.
Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi rumah sakit dan pihak-pihak lainnya yang
terkait dengan penyelenggaraan akreditasi rumah sakit.Akhirnya saran dan koreksi demi
perbaikan buku pedoman ini sangat kami harapkan.
Wassalamu’alaikum Wr Wb

Lamongan, Januari 2015

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i


SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR ........................................................................ ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................... iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1


A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Tujuan Pedoman ...................................................................................... 1
C. Ruang Lingkup Pelayanan ........................................................................ 2
D. Batasan Operasional ................................................................................. 2
E. Landasan Hukum....................................................................................... 4

BAB II STANDAR KETENAGAAN ....................................................................... 5


A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia .......................................................... 5
B. Distribusi Ketenagaan .............................................................................. 5
C. Pengaturan Jaga ........................................................................................ 6

BAB III STANDAR FASILITAS ............................................................................. 7

BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN ............................................................ 9


A. Kebijakan yang Berkaitan dengan Falsafah dan Tujuan........................... 9
B. Kebijakan yang Berkaitan dengan Administrasi dan Pengelolaan .......... 9
C. Kebijakan yang Berkaitan dengan Staf dan Pimpinan .............................. 9
D. Kebijakan yang Berkaitan dengan Fasilitas dan Peralatan ....................... 10
E. Kebijakan yang Berkaitan dengan Kebijakan dan Prosedur .................... 11
F. Kebijakan yang Berkaitan dengan pengembangan Staf dan Program Pendidikan
12
G. Kebijakan yang Berkaitan dengan Evaluasi dan Pengendalian Mutu 12
H. Alur Pengiriman Linen Bersih Dan Linen Kotor ..................................... 12
I. Denah Ruang Linen dan Laundry .............................................................. 13

BAB V LOGISTIK ................................................................................................... 14

BAB VI KESELAMATAN PASIEN ........................................................................ 15


A. Pengertian ................................................................................................. 15
B. Tujuan ....................................................................................................... 15
C. Keselamatan Umum .................................................................................. 15
D. Alat Pelindung Diri ................................................................................... 17
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu upaya meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit adalah melalui
pelayanan penunjang medik, khususnya dalam pengelolaan linen di rumah sakit. Linen di
rumah sakit dibutuhkan di setiap ruangan. Kebutuhan akan linen di setiap ruangan sangat
bervariasi, baik jenis, jumlah ataupun kondisinya. Alur pengelolaan linen cukup panjang,
membutuhkan pengelolaan khusus dan banyak melibatkan tenaga kesehatan dengan bermacam-
macam klasifikasi. Klasifikasi tersebut terdiri dari ahli manajemen, teknisi, perawat, tukang
cuci, penjahit, tukang setrika, ahli sanitasi, serta ahli kesehatan dan keselamatan kerja. Untuk
mendapatkan kualitas linen yang baik, nyaman dan siap pakai, diperlukan perhatian khusus,
seperti kemungkinan terjadinya pencemaran infeksi dan efek penggunaan bahan-bahan kimia,
maka bagian laundry sebagai salah satu pelayanan wajib mengantisipasi dan mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan, meningkatkan kualitas sumber daya manusia maupun
peralatan non medis sesuai perkembangan bidang tehnologi di bidang linen laundry. Pelayanan
linen laundry harus dikelola dengan sistem yang baik dan benar melalui penerapan managemen
yang baik dan benar serta koordinasi antar bagian dan upaya untuk terus memberikan pelayanan
yang berkaitan dengan pelanggan, maka perlu disusun Buku Pedoman Pelayanan Unit Linen
Laundry. Adapun buku Pedoman Pelayanan Unit Linen Laundry Rumah Sakit Kasih Ibu
Rengat ini akan menjadi acuan kerja seluruh petugas yang bekerja di bagian linen laundry, serta
sebagai landasan pelayana linen laundry Rumah sakit Kasih Ibu Rengat.

B. Tujuan Pedoman
Adapun tujuan dari Pedoman Pelayanan Linen Laundry di Rumah Sakit Kasih Ibu
Rengat adalah :
1. Tujuan umum :
Untuk meningkatkan mutu pelayanan linen laundry yang berkualitas dan berperan aktif
dalam pengendalian infeksi nosokomial di Rumah Sakit Islam Nashrul Ummah
2. Tujuan khusus :
a. Sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan linen di rumah sakit
b. Sebagai pedoman kerja untuk mendapatkan linen yang bersih, kering, rapi dan siap
pakai.
c. Sebagai pedoman dalam meminimalisasi kemungkinan untuk terjadinya infeksi
nosokomial.
d. Untuk menjamin tenaga kesehatan, pengunjung, kontraktor dan lingkungan dari
terpapar dari bahaya potensial.
e. Untuk menjamin ketersediaan linen di setiap unit di rumah sakit.
C. Ruang Lingkup Pelayanan Linen dan Laundry

Ruang lingkup pelayanan linen laundry meliputi:


1. Pengambilan linen
2. Pemilahan linen
3. Penimbangan dan perendaman linen
4. Pencucian dan pemerasan linen
5. Pengeringan linen
6. Penyetrikaan linen
7. Pelipatan linen
8. Pendistribusian linen
9. Perbaikan linen
10. Pencatatan dan pelaporan

D. Batasan Operasional
1. Pengambilan Linen
Pengambilan linen kotor dilakukan oleh petugas laundry ke ruangan dengan
menggunakan APD dan menggunakan troli tertutup. Linen yang infeksius ditempatkan
dalam kantong pastik warna kuning dan sudah dikasih label, sedangkan linen non
infeksius ditempatkan dalam wadah tersendiri yang tertutup.
2. Pemilahan Linen
Linen dipilah dan di hitung di laundry sesuai tingkat kekotoran, warna dan infeksius,
kemudian linen dimasukkan ke dalam troli untuk non infeksius dan troli tertutup untuk
linen infeksius.
3. Penimbangan dan Perendaman Linen
Linen ditimbang 20 kg kemudian linen dimasukkan ke dalam bak untuk linen infeksius
di rendam pakai chlorine 0,5 % selama 10 – 15 menit setelah itu direndam pakai air
panas selama 10 – 15 menit
4. Pencuciaan dan Pemerasan Linen
Pencucian linen dilakukan dengan memasukkan linen infeksius ke mesin cuci dengan
kapasitas 20 kg, dengan memprogram berat, untuk linen non infeksius dimasukkan
mesin cuci non infeksius dengan program sedang untuk tingkat kotoran sedang dan linen
jenis tebal atau ringan untuk tingkat kekotoran ringan dan linen jenis tipis dan ukuran
kecil setelah itu dimasukkan ke dalam mesin pemeras.
5. Pengeringan Linen
Pengeringan linen menggunakan mesin pengering untuk meminimalkan terjadinya
infeksi nosokomial
6. Penyeterikaan dan Pelipatan Linen Disinfeksi
Linen yang telah di keringkan di bawa ke ruang pelipatan kemudian dilipat dan di setrika
kemudian di sendirikan di rak penyimpanan linen bersih berdasar ruang masing-masing.
7. Pendistribusian
Petugas linen laundry mengantar linen bersih ke ruangan dengan membawa buku
penyerahan linen. Linen dihitung dan di cocokkan dengan jumlah linen pagi oleh
petugas linen laundry dan ruangan kemudian linen dimasukkan dalam plastik dan
dimasukkan ke troli bersih dan di bawa ke ruangan masing-masing
8. Perbaikan Linen
Ruangan mengirim linen yang rusak ke laundry dan petugas laundry bertugas
memperbaiki linen yang rusak, jika linen tidak bisa diperbaiki, laundry memberitahu ke
ruangan, linen dimasukkan inventaris rusak
9. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan yang dilakukan di linen laundry antara lain : pencatatan linen yang
disetorkan ke laundry, pencatatan linen yang di distribusikan, dan linen rusak, pelaporan
chemical, plastik, linen rusak.

E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
2. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja
4. Peraturan PemerintahNomor 20 Tahun 1990 tentang Pencemaran Air
5. Peraturan PemerintahNomor 27 Tahun 1999 tentang Amdal
6. Peraturan Meteri Kesehatan RI No 416/Menkes/Per/IX/1992 tentang Penyediaan Air
Bersih dan Air Minum
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 986/Menkes/Per/XI/1992 tentang
Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit
8. KepMenKes Nomor 1024 / MenKes / SK X/ 2004 tentang kesehatan lingkungan
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2017 Tentang
Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Unit linen dan laundry di RS Kasih Ibu dillaksanan dari tenaga non medis/ pekarya
pendidikan minimal SMP .
Adapun kualifikasi sumber daya manusia di laundry Rumah Sakit Kasih Ibu Rengat
adalah sebagai berikut :
Tabel Kualifikasi SDM Linen Laundry Rumah Sakit Kasih Ibu Rengat
NO NAMA KUALIFIKASI
FORMAL
1
2
3
4

B. Distribusi Ketenagaan
Unit linen dan laundry di RSI Nashrul Ummah Lamongan didukung oleh sumber daya
manusia yang kompeten dan berpengalaman. Ketenagaan di unit linen dan laundry Rumah Sakit
Kasih Ibu Rengat memiliki 8 tenaga laundry yang terdiri atas:
1. 1 (Satu) orang kepala seksi berpendidikan terakhir sarjana (S1) yang bertanggung
jawab penuh atas tata laksana dan pengelolaan pencucian linen dari tahap perencanaan
sampai dengan tahap akhir pencatatan dan pelaporan
1. 7 (tujuh) orang pelaksana di bagian unit linen dan laundry dari tenaga non medis/
2. pekarya berpendidikan minimal SMP dengan latihan khusus yang bertugas dari tahap
3. pengambilan dan penerimaan linen kotor sampai tahap linen bersi sampai
4. pendistribusian linen siap pakai ke ruang perawatan

C. Pengaturan Jaga
Unit linen dan laundry melakukan pelayanan selama 10 jam sehingga dalam pengaturan
jam kerjanya dibagi kedalam 2 shift, pagi terdiri atas 4 orang dan sore terdiri atas 2
orang yaitu :
1. Shift pagi, yaitu jam 07.00 - 14.00
2. Shift siang, yaitu jam 10.00 – 17.00
BAB III
STANDAR FASILITAS
Daftar
NO NAMA ALAT JUMLAH KETERANGAN
1
2
3
4
5
6
7
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Kebijakan yang berkaitan dengan falsafah dan tujuan

1. Bagian Laundry Rumah sakit Kasih Ibu Rengat mulai penanganan linen kotor sampai
dengan bersih ke bagian ruangan.
2. Bagian Laundry Rumah Sakit Kasih Ibu Rengat menyelenggarakan pelayanan laundry
pada pukul 07.00 – 17.00 WIB.
3. Bagian Laundry melakukan kegiatan secara koordinatif dengan semua bagian pengguna
linen.
4. Dalam upaya menjaga kualitas dan profesionalisme, Laundry memberikan pelayanan
dengan mengutamakan kepuasan pengguna dan di dukung sarana dan prasarana yang
ada.
B. Kebijakan yang berkaitan dengan administrasi dan pengelolaan
1. Pelayanan laundry di Rumah Sakit Kasih Ibu Rengat hanya melalukan proses
penanganan linen kotor sampai dengan siap pakai.
2. Pelayanan Laundry menyimpan linen bersih sebelum di distribusikan ke masing –
masing bagian.
3. Petugas yang bekerja di pelayanan laundry bertugas sesuai jadwal SPO yang ditetapkan.
4. Selain melaksanakan penanganan linen dari kotor sampai bersih pelayanan Laundry
juga melaksanakan penjahitan linen yang rusak.
5. Ketentuan tentang pelabelan linen untuk membedakan ruangan terlampir.
6. Ketentuan warna linen di seluruh rumah sakit.
C. Kebijakan yang berkaitan dengan fasilitas dan peralatan
1. Pemisahan linen infeksius dan non infeksius dilakukan di ruangan dengan pembedaan
tempat untuk linen infeksius dimasukkan ke dalam kantong plastik warna kuning dan
untuk yang non infeksius dimasukkan kantong plastik warna putih.
2. Linen dihitung dan dimasukkan ke dalam troli yang tertutup dan berbeda untuk linen
yang infeksius dan linen non infeksius.
3. Linen infeksius yang sudah ditimbang sebanyak 20 kg langsung di rendam dengan
chlorin 0,5 % selama 10 – 15 menit setelah itu direndam dengan air panas selama 10 –
15 menit setelah itu langsung dimasukkan ke mesin cuci yang berbeda untuk linen yang
infeksius dan linen non infeksius.
4. Ruang penanganan linen kotor harus terpisah dengan linen bersih.
5. Tersedia jadwal pembersihan lantai laundry.
6. Untuk menghindari kontaminasi, dalam melaksanakan tugas petugas menggunakan Alat
Pelindung Diri.
7. Kegiatan perencanaan kebutuhan, penyediaan, permintaan dan penyimpanan linen
dilakukan oleh bagian pengguna sesuai ketentuan.
8. Tersedia tempat cuci tangan dan antiseptic bagi petugas.
9. Semua kegiatan dilakukan sesuai prosedur.
10. Pengelolaan pengadaan dan penyediaan bahan pembersih sesuai prosedur yang berlaku
di Rumah sakit Kasih Ibu Rengat dilengkapi dengan Surat Permintaan Barang ke
Pengadaan Dan Bukti Penerimaan Barang apabila barang telah diterima.
11. Chemical yang dipergunakan di unit Laundry Rumah Sakit Islam Nashrul ummah:
a. Detergen cair dan ditergen bubuk
b. Pelembut
c. Chlorine 0,5 %
D. Kebijakan yang berkaitan dengan kebijakan dan prosedur
1. Pelayanan laundry di Rumah Sakit Islam Kasih Ibu Rengat dilaksanakan berdasarkan :
a. Buku Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia
b. Buku Pedoman Manajemen Linen Laundry 2004
c. Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan lainnya.
2. Pelayanan Laundry di Rumah sakit Islam Nashrul Ummah dilakukan oleh intern (oleh
SDM bagian Laundry )
3. Pelayanan Laundry ( pencucian ) oleh internal SDM bagian Laundry dilakukan pada jam
kerja 07.00 – 17.00 WIB ( dua shift )
4. Pelayanan laundry dalam pengelolaanya selalu memperhatikan hygiene dari sanitasi
5. Pemakaian bahan dan prasarana untuk proses laundry memperhatikan bahan yang
efektif, aman bagi pemakai, tidak merusak kain dan lingkungan.
6. Adanya evaluasi dan monitoring hasil cucian dari aspek fisik ( kebersihan, kelembutan,
warna )
7. Adanya evaluasi proses laundry dan bahan pencuci
E. Kebijakan yang berkaitan dengan pengembangan staf dan program pendidikan
1. Adanya program peningkatan ketrampilan / pendidikan yang berkelanjutan tiap tahun
sesuai kebutuhan perorangan dan organisasi.
2. Adanya program pelatihan pengelolaan pencucian bagi tenaga pencucian.
F. Kebijakan yang berkaitan dengan evaluasi dan pengendalian mutu
1. Penilaian mutu pelayanan laundry melalui kuisioner yang ditujukan bagi pasien rawat
inap dan masukkan dari bagian pengguna dari ruangan masing-masing.
2. Evaluasi terhadap pelaksanaan SPO oleh kasie laundry melalui supervise kegiatan
sehari-hari.
G. Alur Pengiriman Linen Kotor dan Linen Bersih

NON
INFEKSIUS
Linen kotor yang
DIKIRIM KE UNIT DIPISAH,
dipakai pasien
LAUNDRY DITIMBANG, DICUCI

INFEKSIUS

DIKERINGKAN

LINEN NON STERIL

TEMPAT
PENYIMPANAN

DISTRIBUSI
H. Denah ruang linen dan laundry

Gambar Denah Runag Linen Dan Laundry


BAB V
LOGISTIK

A. Permintaan Barang ( Stock ) ke Logistik


Logistik merupakan segala sesuatu baik sarana, prasarana dan semua barang yang
diperlukan untuk laundry dalam rangka pelaksanaan pelayanan di rumah sakit.
Adapun prosedur yang perlu diperhatikan dalam proses permintaan barang (stock ) ke
logistik yaitu:
1. Petugas Administrasi / koordinator menulis bon permintaan barang ( stock ) secara
tertulis di form permintaan barang.
2. Bon permintaan dicek dan ditanda tangani oleh Kasie Laundry.
3. Petugas Administrasi / Koordinator menyerahkan bon permintaan kepada Petugas
Pengadaan.
4. Petugas Pengadaan menerima bon permintaan barang.
5. Pada hari berikutnya Petugas Administrasi / koordinator mengambil barang yang telah
diminta ke Pengadaan.
6. Petugas Administrasi / Koordinator melakukan pengecekkan antara bon permintaan
dengan barang yang diserahkan.
7. Apabila barang yang diserahkan sesuai dengan permintaan, Administrasi / koordinator
menandatangani penerimaan pada bon permintaan.
8. Barang yang telah diterima dicatat oleh petugas Administrasi / Koordinator ke dalam
kartu inventaris barang pengadaan.
9. Petugas Administrasi / koordinator menempatkan barang ke dalam lemari stock barang.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Merupakan suatu system yang membuat asuhan pasien di Rumah Sakit menjadi lebih
aman. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanaka suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya di ambil.

B. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan pelaksanaan keselamatan pasien ( Patient Safety ) :
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit.
2. Meningkatnya akuntabilitas Rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.
3. Menurunnya angka Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di Rumah Sakit.
4. Terlaksananya program- program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
Kejadian Tdak Diharapkan ( KTD ).
C. Keselamatan Umum
1. Aturan Umum Mencuci Tangan
Mencuci tangan merupakan aturan yang penting untuk mencegah penyebaran infeksi,
langkah-langkahnya sebagai berikut :
a. Tuangkan cairan anti septik / sabun ke telapak tangan secukupnya.
b. Gosokkan kedua telapak tangan.
c. Gosok punggung tangan dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan
sebaliknya.
d. Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari
e. Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci.
f. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan sebaliknya.
g. Gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan di telapak tangan kiri dan
sebaliknya
h. Bilas kedua tangan dengan air mengalir
i. Keringkan kedua tangan dengan tissue.
D. Alat Pelindung Diri
Jenis-jenis Alat Pelindung diri :
a. Sarung tangan melindungi tangan dari bahan yang dapat menularkan penyakit dan
melindungi pasien dari mikroorganisme yang berada di tangan petugas kesehatan.
Sebelum memakai sarung tangan dan setelah melepas sarung tangan lakukan kebersihan
tangan menggunakan antiseptik cair atau handcrub berbahan dasar alkohol. Satu pasang
sarung tangan harus digunakan untuk setiap pasien, sebagai upaya untuk menghindari
kontaminasi silang. Pemakaian sepasang sarung tangan yang sama atau mencuci tangan
yang masih bersarung tangan, ketika melakukan perawatan di bagaian tubuh yang kotor
kemudian berpindah ke bagian tubuh yang bersih, bukan merupakan praktek yang aman.
b. Masker harus cukup besar untuk melindungi hidung, mulut, bagian bawah dagu, dan
rambut pada wajah ( jenggot ). Masker dipakai untuk menahan cipratan yang keluar
sewaktu petugas kesehatan atau bagian bedah berbicara, batuk atau bersin serta untuk
mencegah percikan darah atau cairan tubuh lainnya memasiki hidung atau mulut petugas
kesehatan. Bila masker tidak terbuat dari bahan tahan cairan, maka masker tersebut tidak
efektif untuk mencegah kedua hal tersebut.
c. Alat Pelindung Mata melindungi petugas dari percikan darah atau cairan tubuh lain
dengan cara melindungi mata. Pelindung mata mencakup kacamata ( goggles ) plastik
bening, kacamata pengaman, pelindung wajah dan visor. Petugas kesehatan harus
menggunakan masker dan pelindung mata atau pelindung wajah, jika melakukan tugas
yang memungkinkan adanya percikancairan secara tidak sengaja ke arah wajah. Bila
tidak bersedia pelindung wajah, petugas kesehatan dapat menggunakan kacamata
pelindung atau kacamata biasa serta masker.
d. Topi digunakan untuk menutup rambut dan kulit kepala sehingga serpihan kulit dan
rambut tidak tercampur ke linen. Topi harus cukup besar untuk menutupi semua rambut.
Meskipun topi dapat memberikan sejumlah perlindungan pada petugas, 17 tetapi tujuan
utamanya adalah untuk melindungi pemakaianya dari darah atau cairan tubuh yang
terpercik dari linen kotor infeksius.
e. Apron yang terbuat dari karet atau plastik, merupakan penghalang tahan air untuk
sepanjang bagian depan tubuh petugas kesehatan. Petugas kesehatan harus mengenakan
apron ketika melakukan penghitungan dan pemilahan linen kotor. Apron akan mencegah
cairan tubuh pasien yang ada di linen mengenai baju dan kulit petugas kesehatan.
f. Pelindung Kaki digunakan untuk melindungi kaki dari cedera akibat benda tajam atau
benda berat yang mungkin jatuh secara tidak sengaja ke atas kaki. Sepatu yang tahan
terhadap benda tajam atau kedap air harus tersedia di laundry.

Pemakaian APD di Fasilitas Pelayanan Kesehatan


Cara Menggunakan APD di Ruang Pemilahan :
a. Kenakan baju kerja sebagai lapisan pertama pakaian pelidung.
b. Kenakan pelindung kaki.
c. Kenakan sepasang sarung tangan.
d. Kenakan celemek plastik.
e. Kenakan masker.
f. Kenakan penutup kepala.
g. Kenakan pelindung mata.
Cara Melepas APD :
a. Disinfeksi sepasang sarung tangan.
b. Lepaskan celemek.
c. Lepaskan pelindung mata.
d. Lepaskan penutup kepala.
e. Lepaskan masker.
f. Lepaskan pelindung mata.
g. Lepas sarung tangan.
h. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih.

1. prosedur penanganan kecelakaan di laundry


a. tertusuk Jarum
1. segera keluarkan darah
2. siram dengan air mengalir selama 10-15 menit.
3. Cuci dengan sabun/desinfeltan (jika perlu bilas dengan alkohol 70%))
4. Penanganan selanjutnya sesuai alur prosedur di bawah ini
b. Terpajan Cairan Tubuh (Kulit, Mata, Hidung dan Mutu)
1. Cuci dengan air mengalir selama 10 – 15 menit.
2. Untuk mata cuci dengan air mengalir dari pangkal ujung mata dekat hidung
dengan memiringkan kepala.
3. Untuk kulit cuci dengan air mengalir dan air sabun / desinfektan ( jika perlu, bilas
menggunakan alkohol 70 % ) dan keringkan dengan handuk bersih.
4. Penanganan selanjutnya sesuai alur prosedur.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Standar Pelayanan Keselamatan dan kesehatan


1. Dalam pelayanan di unit linen dan laundry diharapkan dari setiap petugas linen dan
laundry tetap memperhatikan dan mematuhi tentang kewaspadaan isolasi seperti
kebersihan tangan dan pemakaian APD sesuai SOP
2. Melakukan Pemeriksaan Kesehatan setiap 3 bulan sekali
3. Melaksanakan pendidikan dan penyuluhan/pelatihan tentang kesehatan kerja dan
memberikan bantuan kepada pekerja di Rumah Sakit dalam penyesuaian diri baik fisik
maupun mental terhadap pekerjaannya.
4. Melakukan pemeriksaan berkala dan pemeriksaan khusus sesuai dengan pajanan
dirumah sakit.
5. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan kemampuan fisik pekerja
6. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi pekerja yang
7. menderita sakit.
8. Melakukan pemeriksaan kesehatan khusus pada pekerja Rumah Sakit yang akan
pensiun atau pindah kerja
9. Melakukan koordinasi dengan tim panitia pencegahan dan pengendalian infeksi
mengenai penularan infeksi terhadap pekerja dan pasien
10. Melakukan kegiatan surveilans kesehatan kerja
11. Melaksanakan Pemantauan lingkungan kerja dan ergonomi yang berkaitan dengan
kesehatan kerja (pemantauan/pengukuran terhadap faktor fisik, kimia, biologi,
psikososial dan ergonomi)
12. Membuat evaluasi, pencatatan dan pelaporan kegiatan kesehatan kerja yang
disampaikan kepada direktur rumah sakit dan unit teknis di wilayah kerja rumah
B. Identifikasi bahaya/ancaman di Unit Laundry Rumah sakit
1. Bahaya mikrobiologi (debu dari serat linen yang mengandung virus tau
mikroorganisme) Mikroorganisme tersebut antara lain:
a. Mycobacterium tubercolusis
Pencegahan:
- Meningkatkan pengertian dan kepedulian petugas rumah sakit terhadap
penyakitTBC dan penularannya
- Mengupayakan ventilasi dan pencahayaan yang baik dalam ruangan instalasi
pencucian
- Menggunakan Alat pelindung diri (APD) sesuai SOP
- Melakukan tindakan dekontaminasi, desinfeksi dan sterilisasi terhadap bahan dan
alat yang digunakan
- Secara teknis setiap petugas harus melaksanakan tugas pekerjaan sesuai SOP
b. Virus hepatitis B
Pencegahan :
- Meningkatkan pengetahuan dan kepedulian petugas rumah sakit terhadap penyakit
hepatitis B dan penularanya
- Memberikan vaksinasi pada petugas
- Menggunakan APD sesuai SOP
- Melakukan tindakan dekontaminasi, desinfeksi dan sterilisasi terhadap bahan dan
peralatan yang dipergunakan terutama bila terkena bahan infeksi
- Secara teknis setiap petugas harus melaksanakan tugas pekerjaan sesuai SOP
c. Virus HIV
Pencegahan :
 Linen yang terkontaminasi berar ditempatkan dikantong plastik keras yang berisi
desinfektan, berlapis ganda, than tusukan air dan berwara khusus serta diberi
label bahan menular/AIDS selanjutnya di bakar.
 Menggunakan APD sesuai SOP
2. Bahaya fisik (kebisingan mesin cuci, suhu panas faktor risiko)
a. Bising dalam kesehatan kerja di artikan sebagai suara yang dapat menurunkan
pendengaran baik secara kuantitatif (peningkatan ambang pendengaran) maupun
secara kualitatif (penyempitan spektrum pendengaran), pajanan bising yang
dihasilkan mesin cuci intensitas relatif rendah (85 dB atau lebih), dalam waktu yang
lama membuat efek kumulatif yang bertingkat dan menyebabkan gangguan
pendengaran berupa Noise Induce Hearing Loss (NIHL).
 Pengendalian
 Sumber : mengurangi intensitas bising
 Desain akustik
 Menggunakan mesin/alat yang kurang bising
 Media : mengurangi penerimaan bising
 Menjauhkan sumber dari pekerja
 Mengabsorbsi dan mengurangi pantulan bising secara akustik pada
dinding, langit langit dan lantai
 Menutup sumber bising dengan barrier
 Pekerja : mengurangi penerimaan bising
 Menggunakan APD berupa sumbat telinga (ear plug) yang dapat
menurunkan pajanan sebesar 6-30 dB atau penutup telinga (ear muff)
yang dapat menurunkan 20-40 dB
 Ruang isolasi untuk istirahat
 Rotasi pekerja untuk periode waktu tertentu antara lingkungan kerja yang
bising dengan yang tidak bising
 Pengendalian secara administratif dengan menggunakan jadwal kerja
sesuai NAB (Nilai Ambang Batas)
b. Cahaya
 Pencahayaan di instalasi pencuci perlu karena ia berhubungan langsung dengan :
 Keselamatan kerja
 Peningkatan pencermatan
 Kesehatan yang lebih baik
 Suasana yang nyaman
 Petugas yang terpajan gangguan pencahayaan akan mengeluh kelelahan mata dan
kelainan lain berupa :
 Iritasi (konjungtivitis)
 Ketajaman penglihatan terganggu
 Akomodasi dan konvergensi terganggu
 Sakit kepala
 Pencegahan : dengan pencahayaan yang cukup sesuai dengan standard rumah
sakit (minimal 200 Lux)
c. Listrik
 Kecelakaan tersengat listrik dapat terjadi pada petugas laundry oleh karena
dukungan pengetahuan listrik yang belum memadai, yang sering terjadi 22 adalah
kejutan listrik microshok dimana listrik mengalir ke badan petugas melalui sistem
peralatan yang tidak baik
 Efek kesehatan
 Luka bakar di tempat tersengat aliran listrik
 Kaku pada otot ditempat yang tersengat listrik
 Pengendalian
 Enginering
 Pengukuran jaringan/instalasi listrik
 NAB (Nilai Ambang Batas) bocor arus 50 milliamper, 60 Hz (sakit)
 Pemasangan pengaman/alat pengamanan sesuai ketentuan
 Pemasangan tanda-tanda bahaya dan indikator
 Administrasi
 Penempatan petugas sesuai keterampilan
 Waktu kerja petugas digilir
 Memakai sepatu/sandal isolasi
d. Panas di
 Panas dirasakan bila suhu udara diatas suhu nyaman (26-28˚C) dengan
kelembaban antara 60-70%. Pada instalasi laundry panas yang terjadi adalah
panas lembab
 Pengukuran : dengan mempergunakan West Bulb Globe Temperatur(MBGT)
 Efek kesehatan :
 Heat syncope (pingsan karena panas)
 Heat disorder (kenaikan suhu tubuh yang dapat mengakibatkan
kekurangan cairan tubuh)
 Pengendalian
 Terhadap lingkungan
 Isolasi peralatan yang menimbulkan panas
 Menyempurnakan sistem ventilasi dengan pemasangan alat pendingin,
kipas angin untuk petugas, pemasangan blower untuk menarik udara
panas keluar ruangan
 Terhadap pekerja
 Menyediakan persediaan air minum yang cukup dan kalau perlu
disediakan extra salt.
 Hindarkan petugas yang berbadan gemuk dan berpenyakit kardiovaskuler
untuk bekerja di lingkungan panas
 Pengaturan waktu kerja dan istirahat berkaitan dengan suhu ruangan
 Secara administratif yaitu pengaturan waktu kerja dan istirahat berkaitan dengan
suhu ruangan
e. Getaran adalah faktor fisik yang di timbulkan oleh subjek dengan gerakan osilasi
 Mesin pencucian yang bergetar dapat memajani petugas melalui transmisi/
penjalaran yang merambat melalui tangan atau lengan operator
 Efek kesehatan
 Terhadap sistem peredaran darah: dapat berupa kesemutan jari tangan
waktu bekerja, parese
 Terhadap sistem tulang, sendi dan otot, berupa gangguan osteoarticular
(gangguan pada sendi jari tulang)
 Terhadap sistem syaraf : parastesi, menurunnya sensivitas, gangguan
kemampuan membedakan dan selanjutnya atrofi
 Pemajanan terhadap getaran seluruh tubuh dengan frekuensi 4-5 Hz dan
6-12 Hz dengan fenomena resonansi(kenaikan amplitudo getaran organ)
terutama berpengaruh buruk pada susunan saraf pusat
 Pengukuran : alat yang digunakan adalah Vibration Meter(alat untuk mengukur
frekuensi dan intensitas di area kerja)
 Pengendalian
 Terhadap sumber diusahakan menurunkan getaran dengan bantalan anti
vibrasi dan pemeliharaan mesin yang baik
 Pengendalian administratif dilakukan dengan pengaturan jadwal kerja
sesuai TLV (Treshold Limit Value)
 Terhadap pekerja tidak ada pelindung khusus, hanya dianjurkan
memakai sarung tangan untuk menghangatkan tangan dan perlindungan
terhadap gangguan vaskular
3. Bahaya kimia (detergen, desinfektan dan pewangi)
Penanganan zatzat kimia di instalasi pencucian
a. Alkali adalah bubuk kekuningan dengan pH 12,0-13,0 yang bersifat bila
terkenapanas akan terkomposis menjadi gas yang mungkin beracun dan iritasi,
tidak mudah terbakar, bahaya kesehatan yang mungkin ditimbulkan adalah
iritasi mata, iritasi kulit, bila terhirup menyebabkan edema paru, bila tertelan
menyebabkan kerusakan hebat pada selaput lendir.

- Pertolongan Pertama:
 Mata : cuci secepatnya dengan air sebanyak banyaknya
 Kulit : cuci kulit secepatnya dengan air, ganti pakaian yang
terkontaminasi
 Terhirup : pindahkan dari sumber
 Tertelan : cuci mulut, minum satu atau dua gelas air atau susu

- Pertolongan selanjutnya dengan mencari pertolongan medis tanpa ditunda

- Tindakan pencegahan
 Kontrol teknis, gunakan ventilasi setempat, peralatan pernapasan sendiri
 Memakai APD
 Penyimpinan dan pengangkatan : simpan di tempat aslinya, wadah
tertutupdi bawah kondisi kering, ventilasi yang baik, jauhkan dari asam ,
dan hindarkan dari suhu ekstrim
b. Detergen adalah serbuk putih berwarna biru dengan pH 11,0-12,00 yang bersifat
bila terkena panas akan terkomposisi menjadi gas yang mungkim beracun dan
iritasi, tidak mudah terbakar dapat menimbulkan bahaya kesehatan iritasi mata
dan kulit, bila terhirup menyebabkan edema paru, bila tertelan menyebabkan
kerusakan selaput lendir.

- Pertolongan pertama
 Mata : cuci secepatnya dengan air sebanyak banyaknya
 Kulit : cuci kulit secepatnya dengan air, ganti pakaian yang
terkontaminasi
 Terhirup : pindahkan dari sumber
 Tertelan : cuci mulut, minum satu atau dua gelas air atau susu

- Pertolongan selanjutnya dengan mencari pertolongan medis tanpa ditunda


- Tindakan pencegahan :
 Kontrol teknis, gunakan ventilasi setempat, peralatan pernapasan
sendiri
 Memakai APD
Penyimpinan dan pengangkatan : simpan di tempat aslinya, wadah
tertutup, di bawah kondisi kering, ventilasi yang baik, jauhkan dari
asam dan hindarkan dari suhu ekstrim.
c. Emulsifier adalah larutan bening, tidak berwarna, kental, pH 10,0-11,0 bersifat
rusak oleh sinar matahari, stabil dan tidak mudah terbakar, bahaya kesehatan
yang mampu di timbulkan iritasi mata dan kulit, bila terhirup menyebabkan
iritasi, bila tertelan menyebabkan iritasi.
- Pertolongan pertama
 Mata : aliri dengan air selama 15 menit
 Kulit : cuci kulit secepatnya dengan air
 Terhirup : pindahkan dari sumber
 Tertelan : cuci mulut, minum satu atau dua gelas air, jangan berusaha
untuk muntah
- Pertolongan selanjutnya dengan mencari pertolongan medis tanpa ditunda
- Tindakan pencegahan :
 Kontrol teknis, gunakan ventilasi exhaustperalatan pernapasan sendiri
 Memakai APD
Penyimpinan dan pengangkatan : simpan di tempat sejuk dan kering,
jauhkan sinar matahari langsung, hindari sumber panas
d. Bleach (Oksigen Bleach dan chlorine Bleach) oksigen bleach bubuk putih
dengan pH 10,0-11,0, chlorine bleach bubuk putih dengan pH 8,0-9,0 (bubuk
pemutih berklorin) yang bersifat bereaksi dengan bahan pereduksi, tidak mudah
terbakar, beracun untuk ikan (dilarutkan dulu sebelum di buang ke selokan atau
sumber air), bahaya kesehatan yang di timbulkan iritasi berat pada mata, rasa
terbakar pada kulit, bila terhirup menyebabkan iritasi dan odem paru, bila
tertelan menyebabkan rasa terbakar
- Pertolongan pertama
 Mata : cuci secepatnya dengan air
 Kulit : cuci kulit secepatnya dengan air, ganti pakaian yang
terkontaminasi
 Terhirup : pindahkan dari sumber
 Tertelan : cuci mulut, minum satu atau dua gelas air atau susu
- Pertolongan selanjutnya dengan mencari pertolongan medis tanpa ditunda
- Tindakan pencegahan :
 Kontrol teknis, gunakan ventilasi setempat, peralatan pernapasan sendiri
mungkin diperlukan untuk penggunaan yang lama
 Memakai AP
 Penyimpinan dan pengangkatan : simpan di tempat sejuk dan kering,
jauhkan dari asam, hindari sumber panas
e. Sour / penetral adalah bubuk berwarna biru dengan pH 4,0-5,0 yang berekasi
dengan asam akan mengeluarkan sulfur dioksida keluar, tidak mudah terbakar,
bahaya kesehatan yang di timbulkan iritasi berat pada mata, iritasi pada kulit,
bila terhirup menyebabkan iritasi, bila tertelan menyebabkan iritasi

- Pertolongan pertama
 Mata : cuci secepatnya dengan air
 Kulit : cuci kulit secepatnya dengan air, ganti pakaian yang
terkontaminasi
 Terhirup : pindahkan dari sumber
 Tertelan : cuci mulut, minum satu atau dua gelas air atau susu

- Pertolongan selanjutnya dengan mencari pertolongan medis tanpa ditunda

- Tindakan pencegahan :
 Kontrol teknis, gunakan ventilasi setempat, peralatan pernapasan
sendiri mungkin diperlukan untuk penggunaan yang lama
 Memakai APD
 Penyimpinan dan pengangkatan : simpan di tempat sejuk dan kering,
jauhkan dari asam, hindari sumber panas
f. Softener adalah cairan pelunak dan pelembut kain berwarna merah muda, opak
dan mudah mengalir, pH 4,0-5,0 yang bersifat stabil tidak mengandung bahan
berbahaya, tidak mudah terbakar, bahaya kesehatan yang ditimbulkan iritasi
pada mata, iritasi pada kulit, bila terhirup menyebabkan iritasi, bila tertelan
menyebabkan iritasi

- Pertolongan pertama
 Mata : cuci secukupnya dengan air
 Kulit : cuci kulit secepatnya dengan air, ganti pakaian yang
terkontaminasi
 Terhirup : pindahkan dari sumber
 Tertelan : cuci mulut, minum satu atau dua gelas air atau susu

- Pertolongan selanjutnya dengan mencari pertolongan medis tanpa ditunda


- Tindakan pencegahan
 Kontrol teknis, gunakan ventilasi setempat, peralatan pernapasan
sendiri mungkin diperukan untuk penggunaan yang lama
 Memakai APD
 Penyimpanan dan pengangkatan : simpan di tempat sejuk dan kering,
hindari suhu yang ekstrim
g. Starch adalah bahan pengkanji bubuk berwarna putih mudah tercurah bersifat
stabil, tidak mengandung bahan berbahaya, tidak mudah terbakar bahaya
kesehatan yang ditimbulkan iritasi pada mata, kemungkinan iritasi pada kulit,
bila terhirup menyebabkan iritasi, bila tertelan kemungkinan menyebabkan
iritasi.

- Pertolongan pertama
 Mata : cuci secepatnya dengan air
 Kulit : cuci kulit secepatnya dengan air, ganti pakaian yang
terkontaminasi
 Terhirup : pindahkan dari sumber
 Tertelan : cuci mulut, minum satu atau dua gelas air atau susu

- Pertolongan selanjutnya dengan mencari pertolongan medis tanpa ditunda

- Tindakan pencegahan :
 Kontrol teknis, gunakan ventilasi setempat, peralatan pernapasan
sendiri mungkin diperlukan untuk penggunaan yang lama
 Memakai APD
 Penyimpinan dan pengangkatan : simpan di tempat sejuk dan kering,
hindari, hindari suhu yang ekstrim.
h. Pemajana dengan antiseptik dalam waktu lama dapat menyebabkan dermatitis,
ekseme, alergi. Formaldehide merupakan komponen dari banyak antiseptik dan
desinfektan, zat ini dapat menyebabkan dermatitis kontak, gangguan saluran
pernafasan dan bersifat karsinogenik

- Perlindungan :
 Dengan memakai APD sesuai SOP
 Segera mencuci tangan sesudah bekerja
 Meningkatkan higienis perorangan
 Memperkuat daya tahan tubuh dengan gizi yang baik
4. Bahaya ergonomic (posisi kerja berdiri selama proses kerja sampai selesai)
Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi adalah penyesuaian tugas pekerjaan
dengan pekerja, posisi tubuh yang salah atau tidak alamiah atau sikap paksa dapat
menimbulkan kesulitan dalam melaksanakan kerja, mengurangi ketelitian, mudah
lelah sehingga kerja menjadi kurang efisien.
 Gejala : penyakit sehubungan dengan alat gerak yaitu persendian, jaringan
otot, saraf atau pembuluh darah (low back pain)
 Pengukuran : diniliai dari banyaknya keluhan yang ada hubunganya pada
saat melakukan pekerjaan.
 Pengendalian
Cara mengangkat beban yang beratnya kurang dari 25 kg:

- Sebaiknya tidak di junjung karena akan memerlukan tenaga yang lebih


besar

- Mengangkat beban di damping


 Bila beban memiliki pegangan beban boleh di bawa di samping
 Sebelum mengangkat dekatkan kaki dan badan ke barang tersebut,
dan angkat dalam keadaan tegak dan tulang punggung lurus

- Mengangkat beban di depan


 Mendekat ke beban/ barang
 Renggangkan kedua kaki, barang berada di antara kedua kaki
sedikit di sebelah depan
 Luruskan tulang punggung (boleh melengkung) dan badan sedikit
di condongkan ke depan
 Badan diturunkan dengan sedikit membengkokkan lutut dan
panggul sampai tangan dapat mencapai barang
 Lengan atas harus sedekat atau serapat mungkin ke badan dan
tangan memegang barang
 Angkat barang keatas perlahan lahan jangan di sentakkan,
sewaktu mengangkat ke atas tulang punggung harus tetap lurus,
tegangkan dan kecangkan otot perut.

- Cara mengangkat beban yang beratnya lebih dari 25 kg


 Beban dapat di bagi dua
Bila beban dapat di bagi dua, beban tersebut boleh diangkat oleh
satu orang. Bagi dua beban dan pemikul, separuh beban di depan
dan separuh di belakang
 Beban tidak dapat di bagi
Dapat diangkat beramai ramai atau dengan cara membuat
penggantung dan mengankatnya dengan tongkat pemikul

- Posisi duduk
 Tinggi alas sebaiknya dapat disetel antara 38 dan 48 cm
 Kursi harus stabil dan tidak goyang atau bergerak
 Kursi harus memungkinkan cukup kebebasan bagi gerakan
petugas

- Posisi berdiri
 Berdiri tidak lebih dari 6 jam
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
A. Monitoring
Yang dimaksud dengan monitoring adalah upaya untuk mengamati pelayanan dan
cakupan program pelayanan seawal mungkin, yaitu dengan cara melakukan audit 1
bulan sekali yang dilakukan oleh IPCN untuk dapat menemukan dan selanjutnya
memperbaiki masalah dalam pelaksanaan program.Tujuan audit monitoring ini:
1. Untuk mengadakan perbaikan, perubahan orientasi atau disain dari sistem pelayanan
(bila perlu).
2. Untuk menyesuaikan strategi atau pedoman pelayanan yang dilaksanakan di
lapangan, sesuai dengan temuan-temuan dilapangan.
3. Hasil analisis dari monitoring digunakan untuk perbaikan dalam pemberian
pelayanan di rumah sakit. monitoring sebaiknya dilakukan sesuai keperluan dan
dipergunakan segera untuk perbaikan program.
Khusus dalam pelayanan linen di rumah sakit audit monitoring hendaknya
dilakukan secara teratur. Aspek-aspek yang dimonitor mencakup :
1. Sarana prasarana dan peralatan
2. Standard/pedoman pelayanan linen, SOP, kebijakan-kebijakan direktur , visi, misi
dan motto rumah sakit
3. Pengamatan dan pemeriksaan pada linen, yaitu warna yang kusam, pudar. Terdapat
bayangan dari barang yang dibungkusnya menunjukkan linen sudah menipis.
4. Dari perabaan bila ditarik terjadi perobekan/lapuk.
5. Apabila ada penandaan tahun penggunaan, hitung umur lamanya.
Kelayakan pakai dan sisi infeksi dilakukan melalui uji kuman secara insidentil bila
dijumpai banyak terjadi indeksi di satu unit rawat inap atau lebih. Contoh diambil untuk
dilakukan swab dari kulit untuk kultur, sementara menunggu hasil kultur, monitoring
prosedur pencucian ditingkatkan.

B. Evaluasi
Setiap kegiatan selalu dievaluasi pada proses akhir seperti pada tahap pencucian,
pengeringan dan sebagainya, juga evaluasi secara keseluruhan dalam rangka kinerja dari
pengolahan linen di rumah sakit. Tujuan dari evaluasi tersebut antara lain :
1. Meningkatkan kinerja pengolahan linen rumah sakit
2. Sebagai masukan dalam perencanaan pengadaa linen, bahan kimia pembersihan
sarana dan prasarana kamar cuci
3. Sebagai acuan dalam perencanaan system pemeliharaan mesin-mesin
4. Sebagai acuan perencanaan peningkatan pengetahuan dan ketrampilan sumber daya
manusia.
Salah satu cara yang mudah untuk melaksanakan evaluasi adalah dengan
menyebarka kuesioner ke unit kerja pemakai linen secara berkala setiap semester atau
minimal setiap 1 tahun sekali. Sebagai responden diambil 2atau 3 jenis petugas dilihat
dari fungsinya, misal kepala bangsal/ruangan, perawat pelaksana dan petugas pelaksana
non perawatan/pekearya. Materi yang dievaluasi sesuai dengan tujuan antara lain :
1. Kuantitas dan kualitas linen
a. Kuantitas linen yang beredar di ruangan sangat menentukan kualitas pelayanan,
demikian pula linen yang berputar di ruangan yang diam akan mengakibatkan
linen yang satu cepat rusak dan linen yang lainya terlihat belum digunakan
b. Kualitas yang diutamakan dari linen adalah bersih (fisik linen), awet (tidak
rapuh) dan sehat (bebas dari mikroorganisme patogen)
2. Bahan kimia
a. Fisik dan karakteristik
Fisik dan karakteristik bahan kimia dapat berupa warna, butiran serta bau yang
khas dari bahan kimia. Untuk menjaga kualitas selalu dilakukan monitoring
setiap bahan kimia akan digunakan.
b. pH (power hidrogen) dan presentase bahan aktif
c. bahan kimia yang digunakan memiliki pH dan bahan aktif seperti yang
dipersyaratkan dalam LDP (Lembar Data Pengaman) atau MSDSs. Informasi
pH penting dalam mengetahui kualitas bahan kimia yang akan digunakan
apakah mengalami perubahan pada saat penyimpanan dan penggunaan.
Frekuensi pemeriksaan dilakukan pada awal penggunaan, pertengahan dan
akhir.
3. Baku mutu air bersih
a. Persyaratan Permenkes 416
Persyaratan dasr air yang digunakan adalah standard air bersih Depkes
(Permenkes 416) yaitu dilakkan monitoring sedikitnya 6 bulan sekali
Persyaratan khusus kandungan besi dan garam-garam
Perlu dilakukan pemeriksaan awal untuk mengetahui adanya dua polutan
pengganggu tersebut. Jika standard yang diinginkan tidak dipenuhi, maka harus
dilakukan usaha untuk menurunkan tingkat polutan di air yang digunakan
sebaiknya sama dilakukan setiap 6 bulan sekali.
4. Baku mutu limbah cair
Berdasarkan PPNo. 85 tahun 1999 tentang Pengolahan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun, dengan lampiran dikategorikan sebagai limbah B3
BAB IX
PENUTUP

Pengelolaan linen kotor di rumah sakit bukan hal yang bisa diabaikan, terutama karena
linen kotor merupakan sumber infeksi yang dapat menjadi perantara tertularnya penyakit dari
orang yang menderita penyakit infeksius ke orang lain yang mempunyai daya tahan tubuh
rendah. Linen kotor harus diawasi secara ketat alurnya, selain untuk mencegah infeksi, kegiatan
ini dimaksudkan untuk melatih petugas kesehatan agar lebih berhati-hati dengan kegiatan yang
bersentuhan dengan linen kotor.
Pada hakikatnya sebagai petugas kesehatan harus mengetahui dampak dari linen kotor
untuk menghidari infeksi-infeksi yang akan ditimbulkan, maka diperlukan kesadaran dari tiap
individu untuk belajar dengan tujuan mengetahui dampak negatif yang akan ditimbulkan dari
linen kotor.
Pedoman Pelayanan Unit Linen dan Laundry RSI Nashrul Ummah Lamongan ini
bertujuan untuk memberikan acuan yang jelas dan profesional dalam mengelola dan
melaksanakan kegiatan pengelolaan linen di rumah sakit. Selain itu, pedoman pelayanan unit
linen dan laundry ini akan bermanfaat bagi seluruh petugas yang berhubungan dengan linen
dan laundry untuk mengurangi paparan dari infeksi dan meningkatkan kesehatan dan
keselamatan kerja petugas.
DAFTAR PUSTAKA

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Lainnya, PERDALIN DepKes RI 2008

Pedoman Pelayanan Linen Laundry di Rumah sakit, DepKes 2004

Anda mungkin juga menyukai