Anda di halaman 1dari 4

RABIES

No. Dokumen :
SPO SPO/ VII/ UKP/ 01/ 16
No. Revisi :
Tanggal Terbit :
4 April 2016
Halaman : 1/4
Puskesmas I dr. Novita Sabjan
Cilongok NIP. 19731101 200604
2 006
Pengertian Rabies adalah penyakit infeksi akut sistem saraf pusat
(ensefalitis) yang disebabkan oleh virus rabies yang termasuk
genus Lyssa-virus, family Rhabdoviridae dan menginfeksi
manusia, terutama melalui gigitan hewan yang terinfeksi
(anjing, monyet, kucing, serigala, kelelawar).
Tujuan Agar petugas dapat menegakkan diagnosis rabies,
melakukan penanganan pertama rabies dan melakukan
pencegahan rabies.
Kebijakan
Referensi KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/514/2015
Prosedur a. Petugas memanggil pasien yang telah dilakukan
pemeriksaan tanda-tanda vital oleh perawat,
b. Petugas melakukan anamnesa pada pasien:
 Terdapat riwayat tergigit, tercakar atau kontak dengan
anjing, kucing, atau binatang lainnya yang:
1. Positif rabies (hasil pemeriksaan otak hewan tersangka).
2. Mati dalam waktu 10 hari sejak menggigit bukan
dibunuh).
3. Tak dapat diobservasi setelah menggigit (dibunuh, lari,
dan sebagainya).
4. Tersangka rabies (hewan berubah sifat, malas makan,
dan lain-lain).
Stadium Rabies:
 Terdapat berupa demam, malaise, mual dan rasa nyeri di
tenggorokan selama beberapa hari (stadium prodormal).
 Penderita merasa nyeri, merasa panas disertai

Dilarang mengubah dan atau menggandakan dokumen ini tanpa persetujuan Kepala Puskesmas I Cilongok
RABIES
No. Dokumen :
SPO SPO/ VII/ UKP/ 01/ 16
No. Revisi :
Tanggal Terbit :
4 April 2016
Halaman : 2/4
kesemutan pada tempat bekas luka kemudian disusul
dengan gejala cemas, dan reaksi yang berlebihan
terhadap rangsang sensoris (stadium sensoris).
 Tonus otot dan aktivitas simpatis menjadi meninggi dan
gejala hiperhidrosis, hipersalivasi, hiperlakrimasi, dan
pupil dilatasi, khas muncul fobia seperti hidrofobia.
Kontraksi otot faring dan otot pernapasan dapat
ditimbulkan oleh rangsangan sensoris misalnya dengan
meniupkan udara ke muka penderita. Pada stadium ini
dapat terjadi apneu, sianosis, konvulsan, dan takikardia.
Tindak tanduk penderita tidak rasional kadang maniakal
disertai dengan responsif. Gejala eksitasi terus
berlangsung sampai penderita meninggal (stadium
eksitasi).
 Sebagian besar penderita rabies meninggal dalam
stadium sebelumnya, namun kadang ditemukan pasien
yang tidak menunjukkan gejala eksitasi melainkan paresis
otot yang terjadi secara progresif karena gangguan pada
medulla spinalis (stadium paralisis).
c. Petugas melakukan pemeriksaan fisik meliputi
1. Pada saat pemeriksaan, luka gigitan mungkin sudah
sembuh bahkan mungkin telah dilupakan.
2. Pada pemeriksaan dapat ditemukan gatal dan parestesia
pada luka bekas gigitan yang sudah sembuh (50%),
mioedema (menetap selama perjalanan penyakit).
3. Jika sudah terjadi disfungsi batang otak maka terdapat:
hiperventilasi, hipoksia, hipersalivasi, kejang, disfungsi

Dilarang mengubah dan atau menggandakan dokumen ini tanpa persetujuan Kepala Puskesmas I Cilongok
RABIES
No. Dokumen :
SPO SPO/ VII/ UKP/ 01/ 16
No. Revisi :
Tanggal Terbit :
4 April 2016
Halaman : 3/4
saraf otonom, sindroma abnormalitas ADH, paralitik/
paralisis flaksid.
4. Pada stadium lanjut dapat berakibat koma dan kematian.
5. Tanda patognomonis
6. Encephalitis Rabies: agitasi, kesadaran fluktuatif, demam
tinggi yang persisten, nyeri pada faring terkadang seperti
rasa tercekik (inspiratoris spasme), hipersalivasi, kejang,
hidrofobia dan aerofobia.
d. Diagnosis ditegakkan dengan riwayat gigitan (+) dan
hewan yang menggigit mati dalam 1 minggu.
 Gejala fase awal tidak khas: gejala flu, malaise,
anoreksia, kadang ditemukan parestesia pada daerah
gigitan.
 Gejala lanjutan: agitasi, kesadaran fluktuatif, demam
tinggi yang persisten, nyeri pada faring terkadang seperti
rasa tercekik (inspiratoris spasme), hipersalivasi, kejang,
hidrofobia dan aerofobia. dengan takipneu.
e. Petugas melakukan penatalaksanaan:
 Fase awal: Luka gigitan harus segera dicuci dengan air
sabun (detergen) 5-10 menit kemudian dibilas dengan
air bersih, dilakukan debridement dan diberikan
desinfektan seperti alkohol 40-70% atau povidon iodin.
Jika terkena selaput lendir seperti mata, hidung atau
mulut, maka cucilah kawasan tersebut dengan air lebih
lama; pencegahan dilakukan dengan pembersihan luka
dan vaksinasi.
 Rujuk ke RS untuk dilakukan pemberian Serum Anti
Rabies (SAR). Penderita rabies yang sudah
menunjukkan gejala rabies dirujuk ke fasilitas pelayanan
kesehatan sekunder yang memiliki dokter spesialis saraf.

Dilarang mengubah dan atau menggandakan dokumen ini tanpa persetujuan Kepala Puskesmas I Cilongok
RABIES
No. Dokumen :
SPO SPO/ VII/ UKP/ 01/ 16
No. Revisi :
Tanggal Terbit :
4 April 2016
Halaman : 4/4
f. Petugas melakukan konseling kepada keluarga pasien:
1. Keluarga ikut membantu dalam hal penderita rabies yang
sudah menunjukan gejala rabies untuk segera dibawa
untuk penanganan segera ke fasilitas kesehatan. Pada
pasien yang digigit hewan tersangka rabies, keluarga
harus menyarankan pasien untuk vaksinasi.
2. Laporkan kasus rabies ke dinas kesehatan setempat.
g. Petugas mencuci tangan sebelum dan setelah tindakan .
h. Petugas menulis hasil pemeriksaan fisik, diagnosis,
menandatangani rekam medis, serta melengkapi lembar
surat rujukan pada pasien yang sudah menunjukkan
gejala rabies.
Diagram Alir
Petugas melakukan anamnesa,
Petugas memanggil cuci tangan, pemeriksaan fisik
pasien secara lengkap, kemudian cuci
tangan setelah pemeriksaan

Petugas melakukan: Petugas menegakkan diagnosa


 Perawatan luka berdasar pemeriksaan yang telah
 Rujuk untuk pemberian SAR dilakukan

Penderita rabies yang sudah


menunjukkan gejala rabies
dirujuk ke fasilitas pelayanan Petugas menulis
pada RM
kesehatan sekunder yang
memiliki dokter spesialis saraf.

Unit terkait Poli Umum, UGD, Laboratorium, Radiologi, Farmasi, RM.


Rekaman No Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai
Historis diberlakukan
Perubahan

Dilarang mengubah dan atau menggandakan dokumen ini tanpa persetujuan Kepala Puskesmas I Cilongok

Anda mungkin juga menyukai