Anda di halaman 1dari 5

PENDAHULUAN

Penyakit simpul akar pada sayuran merupakan masalah serius yang ada di

dunia. Diamana kerusakan ini mengakibatkan kerusakan baik secara kualitas

maupun kuantitas yang disebabkan oleh nematoda paling umum yaitu Meloidogyne

sp (Sitaramaiah, 1984). Residu dari pestisida kimia dapat memberikan efek negatif

bagi lingkungan sehingga diperlukan metode alternatif. Metode alternatif diberikan

untuk mengurangi residu di lingkungan serta mengurangi nematoda yang dapat

menyerang tanaman sayuran (Nusbaum and Ferris 1973).

Tanaman Cabai (Capsicum annum) memilliki buah yang mengandung

sumber protein, vitamin dan mineral penting. Cabai banyak dimanfaatkan sebagai

bumbu, pasta cabai dan cabai bubuk serta penggolahan makanan bagi industri

(FAO, 2003). Di India cabai dapat juga digunakan sebagai obat-obatan Ayurvedic

yang dapat mencegah penyakit.

Nematoda yang menyebabkan simpul akar banyak menyerang pada

tanaman cabai, tomat dan kentang dimana nematoda yang oalaing banyak

menyerang yaitu Meloidogyne sp (Williamson VM and Hussey RS et al, 1996).

Nematoda ini merubah struktur akar dengan membentuk galls yang biasanya

disebut simpul akar. Mereka merupakan endo-parasit dimana ia harus berpindah

agar mencapai sistem akar (Bird AF, 1996). Setelah nematoda mencapai sistem akar

maka akan masuk ke sistem veskular dengan memnggunakan proses biokimia

(Giebel J, 1974).

Tanaman cabai yang terserang nematoda akan terhambat pertumbuhannya,

bunga yang sedikit serta hasil rendah. Pengendalian secara kimia yang dilakukan

juga tidak begitu efektif serta memerlukan modal yang banyak. Sehingga metode
alternatif yang dapat digunakan yaitu melalui pengendalian secara terpadu tanpa

menggunakan bahan kimia dimana juga mempunyai manfaat lain yaitu dapat

digunakan sebagai penambah unsur hara serta memberikan manfaat jangka panjang

(Sosamma VK, and Koshy PK, 1997). Bakteri yang dapat mengendalikan nematoda

ini yaitu bakteri Pseudomonas flourescens dimana penggunaanya melalui tanah

(Schroth MN and Hancock, 1982, Samaraj ST and Hari K, 2014). Dalam penelitian

ini mempelajari tentang pengaruh pengendalian terpadu bagi nematoda pada

tanaman cabai.
BAHAN DAN METODE

1. Persiapan Kultur Pseudomonas flourenscens

Kultur Pseudomonas flourscens berasal dari tetua PF1(agar slants) dengan

menggunakan media agar King’s B. Kultur ini ditempatkan pada botol PPE

dengan dilakukan inkubasi di suhu ruang selama 72 jam. Kultur dapat diambil

pada saat konsrrntasinya 106 cfu/ml. Media kultur ditambah dengan talc untuk

membuat formulasi talc (Vidhyasekaran and Muthamilan, 1995). 10 kg bubuk

talc akan dicampur dengan CaCO3 dengan perbandingan 10gr/kg agar pH

menjadi netral , setelah itu ditambahkan CMC dan dicampurkan hingga rata.

Setalah tercampur dengan rata masukkan ke autoklaf selama 30 menit 2 kali

dalam sehari dan dilakukan selama 2 hari. Suspensi bakteri 600 ml

menggandung 6 × 109 cfu/ml kemudian dicampur dengan campuran selulosa

dalam kondisi yang steril. Bubuk talc yang sudah dicampur kemudian

didiamkan selama semalam. Setelah kelembaban sekitar 35% kemudian

disimpan dalam tempat/ plastik poietilena (PE) suhu ruang. Sebelum

diaplikasikan diketahui jumlah bakteru yaitu 4 × 106 cfu/g.

2. Desain ekperimen

Pembibitan dilakukan setelah tanah dibajak dan diratakan. Plot dibagi

menjadi 3 bagian berbeda dengan masing-masing berukuran 30 m × 20 m. Bibit

yang berumur 40 hari dipindahkan ke lahan dengan jarak tanaman 60 cm × 45

cm. Gulma yang tumbuh dilakukan penyiangan mengungakan tangan.

3. Ekstraksi nematoda dan penghitungan

Tanah sampel yang didapat dikumpulkan dan nematoda yang ada pada

tanah per 10 in3 akan dihitung menggunakan metode decanting dan sieving.
Sampel tanah yang dicampur akan diayak menggunakan saringan untuk

menghilangkan batu dan partikel lain yang tidak diinginkan. Sampel tanah

kemudian dicampur dengan air dan diaduk selama beberapa kali, setelah itu

disaring kembali menggunkan saringan lain dengan 60 mesh dan kemudian

diteruskan dengan menyaring di 325 mesh setelah diaduk. Sisa-sisa saringan

350 mesh dicuci dan dilakukan perhitungan setelah pewarnaan dan pengamatan

di bawah mikroskop (Barker KR, 1985). Hasil yang didapat yaitu 63 per sq

inch.

Formulasi talc bakteri Pseudomonas floresences kemudian dicampur

dengan sampel tanah dengan perbandingan 50 gr/kg dan ditaburkan di sekitar

tanaman. Pada plot pertama dilakukan pengendalian hayati menggunakan

Pseudomonas floresences, pada plot kedua dilakukan pengendalian kimia

menggunakan Carbofuran dengan dosis 10gr/tanaman dan pada plot ketiga

yaitu control yang tidak diberi perlakuan apapun.

Sepuluh tanaman yang ditanam dipanen setelah 100 hari dan 160 hari.

Adapun yang diamati yaitu : tinggi tunas tanaman dan tinggi akar tunggal,

dimana tinggi seluruh tanaman merupakan penambahan dari tinggi tunas dan

tinggi akar tunggal. Setiap akar dari tanaman dipotong dan dihitung galls yang

muncul.

4. Analisis Data

Analisi data menggunakan program software JMP ver 10.0 (SAS). Data

kemudian akan dianalisis dengan tabel ANOVA dengan tingkat (P<0,05) dan

means akan dibandingkan dengan uji t-student.


HASIL

Gejala khas nematoda adalah formulasi simpul akar yang disebut galls yang
berupa bintil pada akar, pertumbuhan kerdil, daun kehilangan klorofil, tanaman
menjadi lebih kecil dan layu prematur (lsgouhi Kaloshian et al, 1995 ). Tanaman
akan diuji untuk gejala ini.
1. Pengendalian nematoda saat 100 hari
Pada hari ke 100, pada plot tanaman kontrol mengalami penghambatan pada
pertumbuhan dan daun menggering dini. Hasil uji akar menunjukan bahwa
akar menunjukkan terdapatnya galls di selluruh akar. Pada plot tanamn yang
dikendalikan dengan bahan kimia Carbofuran memiliki gangguan yang
lebih sedikit pada akar, pada tunas sedikit pendek dan daun sedikit
menggunig. Apabila dibandingkan dengan tanaman kontrol, penggendalian
secara kimia lebih baik. Sedangkan pada plot yang diberi Pseudomonas
flourences tidak memiliki gangguan terhadap pertumbuhan dan daunnya,
tetapi terdapat beberapa bintil yang timbul pada akar. tanaman lebih sehat
dan mempunyai pertumbuhan vegetatif yang bagus dan muncul bunga. Pada
semua perlakuan, panjang tunas dan panjang akar diukur serta dicatat dan
jika dijumlahkan adalah tinggi tanaman. Bintil yang ada dihitung pada
masing-masing akar untuk pertanaman. Kemudian rata-rata bintil tanaman
yang timbul akan dibandingkan dengan 3 jenis perlakuan yaitu tanaman
yang diberi bahan kimia, kontrol dan Pseudomonas flourescrens dimana
dapat dilihat pada tabel yang telah dilampirkan.

Anda mungkin juga menyukai