Penyakit simpul akar pada sayuran merupakan masalah serius yang ada di
maupun kuantitas yang disebabkan oleh nematoda paling umum yaitu Meloidogyne
sp (Sitaramaiah, 1984). Residu dari pestisida kimia dapat memberikan efek negatif
sumber protein, vitamin dan mineral penting. Cabai banyak dimanfaatkan sebagai
bumbu, pasta cabai dan cabai bubuk serta penggolahan makanan bagi industri
(FAO, 2003). Di India cabai dapat juga digunakan sebagai obat-obatan Ayurvedic
tanaman cabai, tomat dan kentang dimana nematoda yang oalaing banyak
Nematoda ini merubah struktur akar dengan membentuk galls yang biasanya
agar mencapai sistem akar (Bird AF, 1996). Setelah nematoda mencapai sistem akar
(Giebel J, 1974).
bunga yang sedikit serta hasil rendah. Pengendalian secara kimia yang dilakukan
juga tidak begitu efektif serta memerlukan modal yang banyak. Sehingga metode
alternatif yang dapat digunakan yaitu melalui pengendalian secara terpadu tanpa
menggunakan bahan kimia dimana juga mempunyai manfaat lain yaitu dapat
digunakan sebagai penambah unsur hara serta memberikan manfaat jangka panjang
(Sosamma VK, and Koshy PK, 1997). Bakteri yang dapat mengendalikan nematoda
(Schroth MN and Hancock, 1982, Samaraj ST and Hari K, 2014). Dalam penelitian
tanaman cabai.
BAHAN DAN METODE
menggunakan media agar King’s B. Kultur ini ditempatkan pada botol PPE
dengan dilakukan inkubasi di suhu ruang selama 72 jam. Kultur dapat diambil
pada saat konsrrntasinya 106 cfu/ml. Media kultur ditambah dengan talc untuk
menjadi netral , setelah itu ditambahkan CMC dan dicampurkan hingga rata.
dalam kondisi yang steril. Bubuk talc yang sudah dicampur kemudian
2. Desain ekperimen
Tanah sampel yang didapat dikumpulkan dan nematoda yang ada pada
tanah per 10 in3 akan dihitung menggunakan metode decanting dan sieving.
Sampel tanah yang dicampur akan diayak menggunakan saringan untuk
menghilangkan batu dan partikel lain yang tidak diinginkan. Sampel tanah
kemudian dicampur dengan air dan diaduk selama beberapa kali, setelah itu
350 mesh dicuci dan dilakukan perhitungan setelah pewarnaan dan pengamatan
di bawah mikroskop (Barker KR, 1985). Hasil yang didapat yaitu 63 per sq
inch.
Sepuluh tanaman yang ditanam dipanen setelah 100 hari dan 160 hari.
Adapun yang diamati yaitu : tinggi tunas tanaman dan tinggi akar tunggal,
dimana tinggi seluruh tanaman merupakan penambahan dari tinggi tunas dan
tinggi akar tunggal. Setiap akar dari tanaman dipotong dan dihitung galls yang
muncul.
4. Analisis Data
Analisi data menggunakan program software JMP ver 10.0 (SAS). Data
kemudian akan dianalisis dengan tabel ANOVA dengan tingkat (P<0,05) dan
Gejala khas nematoda adalah formulasi simpul akar yang disebut galls yang
berupa bintil pada akar, pertumbuhan kerdil, daun kehilangan klorofil, tanaman
menjadi lebih kecil dan layu prematur (lsgouhi Kaloshian et al, 1995 ). Tanaman
akan diuji untuk gejala ini.
1. Pengendalian nematoda saat 100 hari
Pada hari ke 100, pada plot tanaman kontrol mengalami penghambatan pada
pertumbuhan dan daun menggering dini. Hasil uji akar menunjukan bahwa
akar menunjukkan terdapatnya galls di selluruh akar. Pada plot tanamn yang
dikendalikan dengan bahan kimia Carbofuran memiliki gangguan yang
lebih sedikit pada akar, pada tunas sedikit pendek dan daun sedikit
menggunig. Apabila dibandingkan dengan tanaman kontrol, penggendalian
secara kimia lebih baik. Sedangkan pada plot yang diberi Pseudomonas
flourences tidak memiliki gangguan terhadap pertumbuhan dan daunnya,
tetapi terdapat beberapa bintil yang timbul pada akar. tanaman lebih sehat
dan mempunyai pertumbuhan vegetatif yang bagus dan muncul bunga. Pada
semua perlakuan, panjang tunas dan panjang akar diukur serta dicatat dan
jika dijumlahkan adalah tinggi tanaman. Bintil yang ada dihitung pada
masing-masing akar untuk pertanaman. Kemudian rata-rata bintil tanaman
yang timbul akan dibandingkan dengan 3 jenis perlakuan yaitu tanaman
yang diberi bahan kimia, kontrol dan Pseudomonas flourescrens dimana
dapat dilihat pada tabel yang telah dilampirkan.