PENDAHULUAN
Alinemen Vertikal
Menggambarkan perencanaan elevasi sumbu jalan berupa profil memanjang, tanjakan dan
turunan. Perencanaan alinemen vertikal adalah perencanaan elevasi sumbu jalan pada setiap
titik yang ditinjau, berupa profil memanjang.
Perencanaan alinemen vertikal dipengaruhi oleh biaya pembangunan jalan yang tersedia dan
akan ditemui kelandaian positif (tanjakan) dan kelandaian negatif (turunan). Kontrol dan
batasan perencanaan alinemen vertikal adalah:
a) Kelandaian diusahakan mengikuti bentuk permukaan tanah asli
b) Penggunaan kelandaian maksimum sedapat mungkin dihindari
c) Lajur pendakian khusus untuk kendaraan berat dapat diberikan bila kondisi panjang kritis
dilampaui
d) Koordinasikan dengan alinemen horizontal.
Dalam perencanaan geometrik jalan raya yang dititikberatkan pada perencanaan suatu
jalan. Adapun masalah-masalah tersebut harus dianalisa, didesain dan dikalkulasikan oleh seorang
perencana.
Berdasarkan topografi akan ditentukan lintasan jalan yang menghubungkan titik A ke titik
J dengan data-data sebagai berikut :
1. Peta kontur dengan skala 1: 2000
2. Titik yang dihubungkan :
o Titik A = ( 9966.9509 ; 10009.2033 )
o Titik J = ( 10691.0428; 9859.4239 )
Umur Rencana (UR) : 20 tahun
Umur rencana bertahap : 20 tahun
Tingkat pertumbuhan lalu lintas
o selama pembangunan : 3,4%
o selama umur rencana : 3,0%
Distribusi lalu Lintas
o Mobil Penumpang : 1471 kendaraan
o Bus : 112 kendaraan
o Truk 2 as : 64 kendaraan
o Truk 3 as : 58 kendaraan
Kelas Jalan : Arteri Kelas III A
Dari latar belakang pada bab sebelumnya, dapat dikemukakan permasalahan sebagai
berikut :
a. Bagaimana bentuk perencanaan geometrik jalan raya yang dapat memenuhi syarat teknis
dan ekonomis, sehingga dalam penggunaannya dapat dicapai keadaan yang:
o Nyaman :tidak banyak tikungan, tidak terjal, tanpa gangguan
o Aman : tidak terjadi kecelakaan
o Pendek :jarak dan waktu tempuh relatif singkat
b. Apa yang harus dilakukan dalam perencanaan geometrik jalan raya agar masalah-masalah
sosial yang timbul seperti kebisingan, polusi udara dan kecelakaan dapat dihindari.
c. Bagaimana caranya agar jalan raya yang direncanakan dapat meningkatkan kemajuan
pada sektor ekonomi (industri), perdagangan dan pertanian serta sektor pertahanan dan
keamanan.
BAB III
PEMBAHASAN
Lintasan ini tidak memenuhi point 2 dan 5, tanpa memandang kondisi topografi dan
tanpa memperhitungkan volume galian dan timbunan serta tidak sesuai dengan kriteria desain.
Selain itu alternatif I ini, juga tidak memenuhi syarat penyelesaian tugas rekayasa jalan
raya, yang diharapkan mahasiswa mampu menyelesaikan permasalahan dalam merencanakan
suatu lengkungan pada perencanaan alinemen horizontal.
Alternatif Lintasan II
Dipilih lintasan dengan dua tikungan. Perencanaan jalan dua tikungan ini telah memenuhi
semua kriteria persyaratan dan telah dianggap cukup efisien dan efektif dimana telah disesuaikan
dengan kondisi medan. Pada bentuk lintasan ini jumlah timbunan dan galian hampir seimbang.
A
1
3
10 11
9 12
4 8 13
5
6
7
PI 2 14
15
PI 1 J
A
0+
00
0+
0
05
0+
0
PI 2
10
0+
0
0+5
15
0+5
0+6
0+4
0+
0
0+4
0+6
50
0+3
0+7
0+3
00
20
00
0+2
50
0+7
00
50
0
0+7
50
00
00
PI 1
50
50
76.
87
Beda tinggi
Kemiringan = x 100 %
jarak
Kemiringan jalan =
kemiringan. jalan
Jumlah.titik
Dari data diatas kita bisa mendapatkan kemiringan lereng memanjang sebesar:
Kemiringan lereng memanjang (%) = (70,6531/18 )
= 3,9252 %
Berdasarkan Tabel 3.2.,maka medan yang memiliki kemiringan lereng memanjang yang
besar dari 3% diklasifikasikan ke dalam medan perbukitan.
Tabel 3.2 Klasifikasi Medan Jalan
Maka :
o LHR rencana = (1 + i)n x LHR data
= (1 + 0,034)20 x 2119
= 4135,63
= 4136 SMP
Tabel 3.7. Kecepatan Rencana sesuai dengan fungsi jalan dan klasifikasi medan
Kecepatan Rencana / Vr, ( Km/Jam )
FUNGSI JALAN
DATAR PERBUKITAN PEGUNUNGAN
ARTERI 70-120 60-80 40-70
KOLEKTOR 60-90 50-60 30-50
LOKAL 40-70 30-50 20-30
Sumber : Bina Marga TPGJAK No. 038/T/BM/1997
Kecepatan rencana yang sesuai dengan kondisi fungsi jalan dan klasifikasi medan untuk
perhitungan desain ini ditetapkan Vr = 70 km/jam.
PI 2
(10462.1742;9910.9204)
PI 1 J
(10155.3193;9872.1036) (10691,0428;9859.4239)
Dari keempat titik diatas dapat diperoleh azimuth. Sudut azimuth dapat dihitung dengan
persamaan :
Δx
α arc.tan
Δy
α1 adalah azimuth titik A dengan titik PI 1
1 arc. tan
10155,3193 9966,9509 53,95
9872,1036 10009,2033
Bernilai negatif karena selisih koordinat Y pada titik A dan PI 1 berada pada kuadran II
searah jarum jam sehingga :
α1 = -53,95˚ + 180˚ = 126,05˚
α2 adalah azimuth titik PI 1 dengan titik PI 2
α2 arc.tan
10462,1742 10155,3193 82,79
9910,9204 9872,1036
Dari α1 dan α2 maka dapat dihitung sudut tikungan antara garis A-PI 1 dan
PI 1-PI 2 :
∆1 = α1 – α2 = 126,05˚- 82,79˚= 43,26˚
α3 adalah azimuth titik PI 2 dengan titik J
α3 arc.tan
10691,0428 10462,1742 77,32
9859,4239 9910,9204
Bernilai negatif karena selisih koordinat Y pada titik PI 2 dan J berada pada kuadran II
searah jarum jam sehingga :
α3 = -77,32˚ + 180˚ = 102,68˚
Dari α1 dan α2 maka dapat dihitung sudut tikungan antara garis E-PI 1 dan
PI 1-PI 2 :
∆2 = α3 – α2 = 102,68˚- 82,79˚= 19,89˚