Anda di halaman 1dari 14

Tugas Terstruktur Individu

Mata Kuliah: Keperawatan HIV/AIDS

“Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kualitas Hidup pasien HIV/AIDS”

Dosen Pengampu: Ns. Herman., M.Kep.,

Di Susun Oleh:

Rangga Hariyanto

I1031141045

Program Studi Ners

Fakultas Kedokteran

Universitas Tanjungpura

Pontianak

2017
Review Jurnal

A. Tujuan
Tujuan dari review kelima jurnal ini adalah untuk mengetahui hubungan dukungan
keluarga terhadap kualitas hidup pasien HIV AIDS.
B. Analisa Jurnal

Jurnal 1: Family Support and Quality of Life for People with HIV/AIDS in Lantera
Minangkabau Support

P (Problem/Populasi) :
 Hasil wawancara petugas kesehatan Lebih lanjut diperoleh data
sekitar 23% dari 188 orang ODHA tidak tinggal bersama
keluarganya lagi melainkan tinggal sendiri. Maka dengan
demikian perlu diketahuinya bagaimana kaitan dukungan
keluarga dan kualitas hidup ODHA di Lantera Minangkabau.
 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
dukungan keluarga dengan kualitas hidup pada ODHA.
 Jumlah sampel sebanyak 106 ODHA di Lantera Minangkabau
Support Padang Tahun 2014 dengan kriteria inklusi ODHA
yang mempunyai keluarga dan tinggal dengan keluarga.
I (Intervensi) :
 Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan
pendekatan cross sectional study.
 Peneliti memberikan kuesioner tentang kualitas hidup dan
kuesioner dukungan keluarga pada ODHA dengan jumlah
sampel sebanyak 106 ODHA.
C (Comparison) :-

O (Out Come) :
 Dari Hasil penelitian Family Support and Quality of Life for
People with HIV/AIDS in Lantera Minangkabau Support
menunjukkan hasil bahwa sebagian besar (59,4%) responden
mendapatkan dukungan yang baik dari keluarga. Lebih lanjut
57,5% responden memiliki kualitas hidup yang baik. dilihat
responden yang memiliki dukungan keluarga baik
memperlihatkan hampir seluruhnya (88,9%) kualitas hidup
ODHA baik dan sebagian kecil (11,1 %) kualitas hidupnya
kurang baik. Kemudian dukungan keluarga yang kurang baik
menghasilkan sekitar 88,4% kualitas hidup ODHA kurang
baik. Uji chi-square menunjukkan ada hubungan antara
dukungan keluarga dengan kualitas hidup responden secara
signifikan (p= 0,000).

Jurnal 2: Hubungan Dukungan Keluarga Bagi Kualitas Hidup Orang Dengan Hiv/Aids
(Odha) Di Klinik Vct Rsu Bethesda Gmim Tomohon.

P (Problem/Populasi) :
 Hasil wawancara dan konseling yang dilakukan selama
merawat pasien ODHA di Rumah Sakit Bethesda dan klinik
VCT diketahui bahwa sebagian besar dari mereka sejak di
tetapkan menderita HIV seringkali merasakan ketakutan
terhadap penyakit, pesimis terhadap masa depan, merasa tak
berdaya dan hidup tak berarti atau merasa sia-sia. Selain itu
beberapa pasien mengungkapkan, bahwa setelah mereka
diketahui terinfeksi HIV, keluarga justru menunjukkan sikap
penolakan dan tidak peduli dengan kondisi mereka.
 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
dukungan keluarga bagi kualitas hidup ODHA di Klinik VCT
RSU Bethesda GMIM Tomohon.
 Populasi yang menjadi objek penelitian peneliti adalah
ODHA yang sementara dalam perawatan dan masih aktif
berobat di klinik VCT RSU Bethesda GMIM Tomohon
berjumlah 67.
I (Intervensi) :
 Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan
rancangan Cross Sectional.
 Peneliti melakukan wawancara dan konseling yang dilakukan
selama merawat pasien ODHA di Rumah Sakit Bethesda dan
klinik VCT dengan jumlah sampel sebanyak 67 ODHA
C (Comparison) :-

O (Out Come) :
 Dari hasil penelitian Hubungan Dukungan Keluarga Bagi
Kualitas Hidup Orang Dengan Hiv/Aids (Odha) Di Klinik Vct
Rsu Bethesda Gmim Tomohon menunjukkan, bahwa
responden kelompok umur yang paling tinggi berada pada
kelompok usia 31-40 tahun yaitu 43 0rang {50,7%}. kawin
yaitu mencapai 52 orang (77,6%). Berdasarkan hasil penelitian
didapatkan jumlah tertinggi cenderung berada pada status
marital kawin yaitu 52 responden{77,6%}. didapatkan jumlah
tertinggi berada pada jenis kelamin laki-laki berjumlah 35
responden {52,2%} dibandingkan dengan perempuan
berjumlah 32 responden{47,8%}. tingkat pendidikan yang
paling banyak cenderung pada tingkat pendidkan SMU
serbanyak 31 {46,3%}. Berdasarkan hasil penelitian maka
responden yang berpenghasilan kurang dari 1 jta setiap bulan
cenderung lebih tinggi yaitu 20 orang {29,9%}. Berdasarkan
hasil penelitian maka lama terinfeksi yang cenderung lebih
tinggi terdapat pada > dari 1 bulan sampai 1 tahun hal ini
membuktikan bahwa angka kejadian kasus baru atau infeksi
baru tetap bertambah , Klinik VCT RSU bethesda tetap ada
setiap tahun dan data Propinsi SULUT kasus baru 10 kasus
tahun 2014, hasil pengujian diperoleh adanya hubungan yang
signifikan antara dukungan keluarga bagi kualitas hidup
ODHA.
Jurnal 3: Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kecemasan Pada Remaja
Pengidap Hiv/Aids (Pada Klinik Vct Rsud Wahab Sjahranie Samarinda)

P (Problem/Populasi) :
 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
dukungan keluarga dengan kecemasan pada remaja HIV/AIDS
di Klinik VCT RSUD Wahab Sjahranie Samarinda.
 Populasi dalam penelitian ini adalah 128 remaja yang
terdiagnosa HIV/AIDS. Sampel dalam peneltian ini 50 orang
yang telah terdiagnosa HIV/AIDS, dimana jumlah tersebut
mencangkup karakteristik antara lain remaja, usia 18-25 tahun,
dan didiagnosa HIV/AIDS dibawah 2 tahun.
I (Intervensi) :
 Penelitian ini menggunakan uji coba try out terpakai.
C (Comparison) :-

O (Out Come) :
 Berdasarkan hasil statistik uji korelasi kendall’s tau-b antara
dukungan keluarga dengan kecemasan memiliki korelasi = -
0.208 dan p = 0.039 < 0.05, sehingga H1 diterima dan H0
ditolak yang berarti ada hubungan negatif antara dukungan
keluarga dengan kecemasan pada remaja HIV/AIDS. Koefisien
korelasi bertanda negatif (-) artinya arah hubungan berlawanan
sehingga semakin tinggi dukungan keluarga maka semakin
rendah kecemasan remaja HIV/AIDS di Klinik VCT RSUD
Wahab Sjahranie Samarinda, begitu sebaliknya jika rendah
dukungan keluarga maka semakin tinggi kecemasan remaja
HIV/AIDS di Klinik VCT RSUD Wahab Sjahranie Samarinda.
Jurnal 4: Dukungan Keluarga Terhadap Kelangsungan Hidup Odha (Orang Dengan
Hiv/Aids)

P (Promblem/Populasi) :
 Masalah ini telah menimbulkan banyak korban, baik anak-anak
maupun orang dewasa, bahkan telah mengguncang kehidupan
keluarga. HIV bukan hanya berdampak secara medis namun
juga berdampak secara psikososial-spritual. Kondisi ini sangat
memprihatinkan apabila tidak ditangani dengan cepat dan
tepat. Bangsa Indonesia akan kehilangan generasi muda yang
produktif.
 Reaksi yang diperlihatkan keluarga saat pertama kali
mengetahui salah satu anggota keluarganya yang terinfeksi
HIV/AIDS adalah kaget, sedih, marah dan bingung serta takut,
reaksi ini muncul didasarkan pada kurangnya informasi dan
pengetahuan akan penyakit, sehingga berdampak pada
perlakuan yang diberikan kepada ODHA.
 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang pengetahuan
dan pemahaman ODHA maupun keluarga terhadap penyakit
HIV dan isu-isu yang terkait serta bentuk dukungan yang
diberikan keluarga bagi ODHA dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya.
I (Intervensi) :
 Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat
deskriptif dengan studi kasus dimana penulis ingin
menggambarkan dukungan keluarga terhadap kelangsungan
hidup ODHA.
 Penelitian ini melakukan kuesioner, kuesioner adalah suatu
teknik pengumpulan data melalui daftar pertanyaan yang diisi
responden.Peneliti mendesain dan memberikan daftar
pertanyaan yang diisi para informan.
 Penelitian ini juga melakukan Pengumpulan data dilakukan
dengan menggunakan teknik wawancara yang dilakukan atas
dasar kuisioner yang telah dirumuskan sebelumnya.
Wawancara ini berguna untuk mencegah ketidakpahaman
informan dalam menjawab pertanyaan yang dimaksud
kemudian dicatat. Dalam proses wawancara ini peneliti
memperoleh gambaran yang lengkap tentang penelitian.
 Observasi. Observasi dalam penelitian ini dilakukan terutama
untuk mengamati hal-hal yang tidak terlihat oleh penelitian
karena ekspresi yang diperlihatkan oleh informan kadang kala
tidak sesuai dengan apa yang diucapkannya. Hal-hal yang
diobservasi adalah yang berkaitan dengan penelitian.
 Studi kepustakaan. Studi kepustakaan merupakan salah satu
sumber informasi yang dilakukan pada awal penelitian ini
hingga selesai. Studi kepustakaan memberikan gambaran yang
jelas, yaitu dengan mempelajari buku, majalah, internet, surat
kabar dan jurnal, yang berkaitan dengan penelitian ini.
C (Comparison) :-

O (Out Come) :
 Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa peran
keluarga sangat penting dalam membantu Orang Dengan
HIV/AIDS melewati berbagai tekanan eksternal yang diterima.
Bantuan atau dukungan dari keluarga sangat berarti untuk
ODHA dalam melalui hari-hari dalam kehidupannya.
Berbagaibentuk dukungan yang diberikan keluarga dalam
mendukung ODHA menjalani dan melewatisaat-saat yang
kritis berupa dukungan emosional, penghargaan, materi,
informasi dan sosialisasi. Ini penting bagi keluarga, karena
dukungan yang berarti dan positif mempercepat penyembuhan
dan meningkatkan kepercayaan diri ODHA dalam menatap
masa depan. Selain itu juga, situasi yang kondusif dan nyaman
bagi ODHA dalam melakukan interaksi dengan lingkungan dan
dapat melakukan aktivitas serrta mengikuti berbagai kegiatan.

Jurnal 5: Hubungan Dukungan Keluarga dengan Mekanisme Koping Pasien Hiv/Aids di


Poli Serunai Rs Achmad Mochtar Bukit Tinggi 2013

P (Problem/Populasi) :
 Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien HIV/AIDS
yang menjalani rawat jalan di Poli Serunai RS Achmad
Mochtar Bukittinggi. Berdasarkan studi pendahuluan
didapatkan rata-rata pasien yang berkunjung tiap bulan sekitar
66 orang.
 Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi hubungan dukungan
keluarga terhadap mekanisme koping pasien HIV/AIDS:
Mengidentifikasi distribusi frekuensi dukungan keluarga pada
pasien HIV/AIDS di RS Achmad Mochtar Bukittinggi.
Mengidentifikasi distribusi frekuensi mekanisme koping pasien
HIV/AIDS di RS Achmad Mochtar Bukittinggi.. Mengetahui
hubungan dukungan keluarga dengan mekanisme koping
pasien HIV/AIDS di RS Achmad Mochtar Bukittinggi.
I (Intervensi) :
 Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan
pendekatan cross sectional.
 Penelitian ini memberikan kuesioner dilakukan dengan
menyebarkan kuesioner pada orang yang mempunyai
karakteristik hampir sama dengan responden. Uji coba ini
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman
responden terhadap pernyataan - pernyataan yang ada didalam
kuesioner dan validitas pernyataan dari kuesioner yang telah
dibuat setelah itu disebarkan untuk diisi oleh semua pasien
HIV AIDS yang menjalani rawat jalan di poli serunai RS
Achmad Mochtar Bukittinggi.
C (Comparison) :-

O (Out Come) :
 Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa 21 orang responden
(52,5%) mendapatkan dukungan keluarga yang optimal
sedangkan 19 orang responden (47,5%) mendapatkan
dukungan keluarga yang minimal. 22 orang responden (55%)
memiliki mekanisme koping yang adaptif sedangkan 18 orang
responden (45%) memiliki mekanisme koping yang
maladaptif. diketahui dari 21 orang responden yang
mendapatkan dukungan keluarga yang optimal, 17 orang
responden (81%) mempunyai mekanisme koping yang adaptif
sedangkan 4 orang responden (19%) mempunyai mekanisme
koping yang maladaptif. Dari tabel diatas juga diketahui bahwa
19 orang responden memiliki dukungan keluarga yang minimal
sehingga hanya 5 orang responden (26,3%) yang mempunyai
mekanisme koping adaptif sedangkan 14 orang responden
(73,7%) memiliki mekanisme koping yang maladaptif.
 Hasil uji statistik diperoleh bahwa p=0,002 ini berarti bahwa
terdapat hubungan yang berarti antara dukungan keluarga
dengan mekanisme koping pasien HIV/AIDS di poli serunai
RS Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2013. Hasil analisis
lanjut OR = 11, 90 artinya pasien HIV/AIDS yang
mendapatkan dukungan keluarga memiliki kesempatan 11,9
kali lebih besar untuk memiliki mekanisme koping yang
adaptif disbanding dengan pasien HIV/AIDS yang tidak
mendapatkan dukungan keluarga yang optimal.
C. Pembahasan
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah jenis virus yang tergolong familia
retrovirus, sel-sel darah putih yang diserang oleh HIV pada penderita yang terinfeksi adalah sel-
sel limfosit T (CD4) yang berfungsi dalam sistem imun (kekebalan) tubuh. HIV memperbanyak
diri dalam sel limfosit yang diinfeksinya dan merusak sel-sel tersebut, sehingga mengakibatkan
sistem imun terganggu dan daya tahan tubuh berangsur-angsur menurun (Daili dalam Yasmin
2017).
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah suatu kumpulan gejala penyakit
kerusakan sistem kekebalan tubuh, bukan penyakit bawaan tetapi dibuat dari hasil penularan.
Penyakit ini disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV). Penyakit ini telah menjadi
masalah Internasional karena dalam waktu yang relatif singkat terjadi peningkatan jumlah pasien
dan semakin melanda banyak Negara. Saat ini belum ditemukan vaksin atau obat yang efektif
untuk pencegahan HIV/AIDS sehingga menimbulkan keresahan di dunia (Widoyono, 2005).
Penularan HIV dapat terjadi melalui berbagai cara Menurut Zein, (2006), yakni dengan kontak
seksual, kontak dengan darah atau sekret yang infeksius, ibu ke anak selama masa kehamilan,
persalinan dan pemberian ASI (Daili dalam Yasmin 2017).
Berbagai reaksi muncul ketika seseorang didiagnosa menderita HIV/AIDS seperti
perasaan takut, menyesal, mencoba menyangkal, depresi, bingung serta tidak tahu yang harus
dilakukan. Mengidap HIV/AIDS masih dianggap aib, sehingga dapat menyebabkan tekanan
psikologis terutama pada penderitanya maupun pada keluarga dan lingkungan di sekeliling
penderita (Nursalam dalam Novrianda, Nurdin, & Ananda. 2015). Pemahaman yang berkembang
di masyarakat terhadap ODHA membuat masyarakat cenderung bersikap mengucilkan ODHA.
Kondisi ini akan membuat ODHA semakin menutup dirinya dari kehidupan sosialnya sehingga
semakin memperburuk kondisi ODHA.
Stigma tersebut menyebabkan ODHA sering merasakan feeling blue (kesepian, putus asa,
cemas dan depresi) sehingga dapat dikatakan bahwa kualitas hidup ODHA dari segi psikologis
kurang baik. Berbagai masalah psikologis ini dapat mempengaruhi kemampuan ODHA untuk
berpartisipasi secara penuh dalam pengobatan dan perawatan dirinya, sehingga berdampak
terhadap kualitas hidup ODHA (Hardiansyah dalam Novrianda, Nurdin, & Ananda. 2015)..
Kualitas hidup dianggap sebagai suatu persepsi subjektif multidimensi yang dibentuk
oleh individu terhadap fisik, emosional, dan kemampuan sosial termasuk kemampuan kognitif
(kepuasan) dan komponen emosional atau kebahagiaan. Penyakit HIV/AIDS adalah penyakit
yang dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien. Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Nojomi dkk (2008) didapatkan bahwa mayoritas pada penderita HIV/AIDS baik
simptomatik maupun yang nonsomptomatik memiliki nilai kualitas hidup yang rendah. Hasil
penelitian Hardiansyah (2011) diketahui gambaran kualitas hidup ODHA di Kota Makassar
adalah buruk 11 orang (52,4%). Dalam tercapainya kualitas hidup ODHA yang lebih baik maka
rumah sakit membentuk kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan ODHA demi mencapai kualitas
hidup ODHA yang lebih baik, yaitu:
1) Memberikan informasi terkait dengan pelayanan kesehatan, dukungan emosional dan
pendampingan bagi ODHA yang bermasalah dengan kesehatannya.
2) Memantau kepatuhan terapi pengobatan, khususnya terapi ARV.
3) Memberikan bantuan biaya terbatas pengobatan darurat melalui program Positive Fund.
4) Memberikan informasi dan pengetahuan mengenai pengetahuan dasar HIV dan AIDS,
cara membuka status kesehatan kepada orang lain, pengobatan ARV dan perkembangan
pengetahuan lain yang menunjang peningkatan kualitas hidup ODHA (Diatmi & Fridari.
2014). Kualitas hidup memiliki keberfungsian ODHA secara fisik, spiritual, psikologis,
dan sosial, sehingga dapat menjalankan aktivitas sehari-sehari dengan lebih optimal demi
mencapai kehidupan yang ideal.
Hasil penelitian Nuraeni (2011) menunjukkan bahwa seorang konselor HIV/AIDS
mengungkapkan, kebutuhan utama ODHA adalah orang-orang terdekat seperti keluarga.
Keluarga yang mampu menerima kondisi ODHA, terus mendampingi pada masa sulit,
mengantar berobat ke dokter, membantu mencari dan memberi informasi tentang penyakit
HIV/AIDS, dapat membuat ODHA merasa dihargai dan hidupnya menjadi lebih berarti. Tiga
belas dari 20 ODHA yang diteliti, (65%) memiliki dukungan keluarga yang rendah.
Dukungan keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan, sifat
dan jenis dukungan berbeda dalam berbagai tahap-tahap siklus kehidupan. Dukungan keluarga
dapat berupa dukungan sosial internal, seperti dukungan dari suami, istri atau dukungan dari
saudara kandung dan dapat juga berupa dukungan keluarga eksternal bagi keluarga inti.
Dukungan keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal.
Sebagai akibatnya, hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga (Friedman, 2010).
Secara singkat dapat dikatakan bahwa keluarga merupakan tempat dan berfungsi untuk
memenuhi pembagian kebutuhan manusia mulai dari kebutuhan primer ( sandang, pangan,
papan), kebutuhan rasa aman, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai, kebutuhan harga diri,
sampai dengan kebutuhan aktualisasi diri ( Abraham H, Maslow dalam Rahakbauw, 2016).
Setiap keluarga mempunyai kedudukan utama, yaitu:
a) Berfungsi sebagai pengantara dengan masyarakat luas
b) Berfungsi sebagai pemenuhan kebutuhan yang beragam agar dapat bertahan. Perlu
adanya sikap memovitasi pribadi-pribadi untuk mengabdikan kepentingan umum
sehingga masyarakat dapat bertahan dan juga sebagai kontrol sosial.
c) Berfungsi sebagai jaringan sosial yang besar
d) Berfungsi sebagai pendukung masyarakat agar dapat bertahan demikian juga
sebaliknya keluarga dapat bertahan karena dukungan masyarakat. ( William J. Goode
dalam Rahakbauw, 2016).
Dukungan keluarga merupakan hal yang penting bagi ODHA, dikarenakan keluarga akan
memberikan dukungan berupa barang, jasa, informasi, perhatian maupun nasihat yang mampu
membuat penerima akan merasa disenangi, dihargai, dan tentram. Perhatian dan dukungan dari
keluarga akan menumbuhkan harapan untuk hidup lebih lama, sekaligus mengurangi kecemasan,
Depresi, Stres, dan masalah-masalah yang dihadapi oleh ODHA. Hal ini didukung oleh
penelitian Andhian (2011) mengatakan bahwa dengan adanya dukungan keluarga sangat
membantu mendapatkan rasa aman, rasa puas, rasa nyaman, dan mendapatkan dukungan
emosional yang akan mengurangi kecemasan serta membuat responden merasa dihargai.
Dukungan keluarga dapat berupa sikap, tindakan, dan penerimaan keluarga terhadap
penderita yang sedang sakit, dukungan keluarga yang diterima ODHA juga merupakan bentuk
dukungan dari keluarga yang dapat meningkatkan kualitas hidup pasien ODHA dari berbagai
masalah fisik, psikologis maupun sosial yang sering dihadapi ODHA. Menurut hasil penelitian
Novrrianda, Nurdin & Ananda (2015) didapatkan bahwa persentase kualitas hidup yang baik
lebih besar pada responden dengan dukungan keluarga yang baik yaitu 56 orang (36,3%)
dibandingkan dengan responden dengan dukungan keluarga kurang baik yaitu 5 orang (24,7%).
Dari uji statistik diperoleh nilai (p= 0,000; p< 0,05) menunjukkan ada hubungan yang bermakna
antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup responden.
Selain dukungan keluarga, dukungan dari orang-orang terdekat juga sangat dibutuhkan
oleh ODHA. Salah satu contoh yaitu dukungan dari teman sebaya, seperti dukungan kelompok
sebaya sangatlah penting bagi ODHA dengan memberikan semangat atau dukungan dalam
menjalani pengobatan. Kesebayaan disini diartikan sebagai kesamaan dalam perilaku beresiko,
orientasi seksual, usia, status sosial, dan sejenisnya. Karena unsur kesamaan atau kesebayaan
tersebut, orang-orang yang berada di dalamnya akan merasa lebih nyaman dan saling terbuka,
lebih leluasa mengeluarkan pikiran, lebih mudah merasakan dan memahami permasalah yang
ada di komunitasnya (USAID dalam Novrianda, Nurdin, & Ananda. 2015).
Daftar Pustaka

Novriandi D, Nurdin,Y & Ananda, G. (2015). Family Support and Quality of Life for People
with HIV/AIDS in Lantera Minangkabau Support. Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA). Vol
VII. No 1.
Simboh,F, K, Bidjuni, H & Lolong, J. (2015). Hubungan Dukungan Keluarga bagi Kualitas
Hidup orang dengan HIV/AIDS (Odha) di Klinik Vct Rsu Bethesda Gmim Tomohon.
eJournal Keperawatan (ekp). Vol 3. No 1.
Yasmin, M, A. (2017). Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kecemasan pada Remaja
pengidap HIV/AIDS (pada Klinik VCT RSUD Wahab Sjahranie Samarinda). ejournal
psikologi fisip. Vol 5. No 3. ISSN 2477-2674.
Rahakbauw,N. (2016). Dukungan Keluarga Terhadap Kelangsungan Hidup Odha (Orang
Dengan HIV/AIDS. INSANI. Vol 3. No 2. ISSN 2407-6856.
Vahana, N, E & Izzati, W. (2014). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Mekanisme Koping
Pasien Hiv/Aids Di Poli Serunai Rs Achmad Mochtar Bukittinggi 2013. AFIYAH. Vol 1.
No 1.
Diatmi, K, & Fridari, D. (2014). Hubungan Antara Dukungan Sosial dengan Kualitas
Hidup pada Orang Dengan HIV dan AIDS (ODHA) Di Yayasan Spirit Paramacitta.
Jurnal Psikologi Udayana. Vol 1. No 2. ISSN 2354-5607.

Anda mungkin juga menyukai