BAB I Eldi
BAB I Eldi
PENDAHULUAN
1
penduduk lansia menjadi beban jika lansia memiliki masalah penurunan
kesehatan.3
Semakin bertambah tua umurnya, proporsi lansia yang mengalami keluhan
kesehatan semakin besar. Sebanyak 37,11 persen penduduk pra lansia mengalami
keluhan kesehatan pada tahun 2014, meningkat menjadi 48,39 persen pada lansia
muda, meningkat lagi menjadi 57,65 persen pada lansia madya, dan proporsi
tertinggi pada lansia tua yaitu sebesar 64,01 persen.4
Permasalahan lansia menjadi perhatian baik bagi pemerintah, lembaga
masyarakat, atau masyarakat itu sendiri. Salah satu pelayanan kesehatan lini
pertama untuk masyarakat dari pemerintah adalah Puskesmas. Puskesmas sebagai
unit terdepan dalam pelayanan kesehatan masyarakat maupun perorangan telah
tersedia disemua kecamatan. Sehubungan dengan hal tersebut, Puskesmas
diharapkan mampu melakukan upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
tingkat dasar bagi pelayanan kesehatan lansia melalui Puskesmas Santun Lansia.5
Puskesmas Santun Lansia merupakan puskesmas yang memberikan
pelayanan kesehatan lengkap kepada penduduk lansia yang meliputi promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitative. Tujuan program Puskesmas santun lansia
adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan penduduk
lanjut usia untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam
kehidupan keluarga dan masyarakat.5
Puskesmas yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan Santun Lansia di
Indonesia sebanyak 824 Puskesmas.Di Provinsi Jambi sendiri memiliki 32
Puskesmas santun lansia. Salah satu Puskesmas di Kota Jambi yang menjadi
Puskesmas santun lansia adalah puskesmas Kebon kopi. Poli Lansia yang di
Puskesmas ini selalu ramai dikunjungi oleh pasien.
Upaya untuk perbaikan dan peningkatan mutu dan kualitas pelayanan terus
dilakukan guna memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat khususnya
lansia. Adanya poli lansia ini diharapkan agar dapat memberikan pelayanan
kesehatan dengan baik dan maksimal untuk para lansia. Atas dasar latar belakang
tersebut, perlu dilakukan analisa terkait “Pelaksanaan dan Permasalahan di Poli
Lansia Puskesmas Kebon Kopi Tahun Periode September - Oktober 2018 “
2
sehingga kedepannya diharapkan poli lansia Kebon Kopi dapat memberikan
pelayanan yang lebih maksimal lagi bagi pengunjung poli lansia dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat lansia yang setinggi-tingginya.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pelaksanaan dan permasalahan di poli lansia puskesmas
Kebon Kopi kota Jambi periode September - Oktober 2018.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran pelaksanaan kegiatan di poli lansia
Puskesmas Kebon Kopi periode September - Oktober.
2. Untuk mengidentifikasi permasalahan dalam pelaksanaan pelayanan di
Poli Lansia Puskesmas Kebon kopi Jambi periode September -
Oktober 2018.
3. Untuk menentukan prioritas masalah dalam pelaksanaan pelayanan di
Poli Lansia Puskesmas Kebon Kopi Kota Jambi periode September -
Oktober 2018.
4. Untuk menentukan alternatif pemecahan masalah dalam pelaksanaan
pelayanan di Poli Lansia Puskesmas Kebon Kopi Kota Jambi periode
September - Oktober 2018.
1.3 Rumusan Masalah
Bagaimana solusi atau alternatif pemecahan masalah dalam pelaksanaan
poli lansia di wilayah kerja Puskesmas Kebon Kopi Kota Jambi periode
September - Oktober 2018?
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Usia Lanjut (Usila)
2.1.1 Definisi
Berdasarkan Undang-Undang Dasar RI Nomor 13 tahun 1998 tentang
lanjut usia pada ayat (2), usia lanjut merupakan seseorang yang mencapai usia 60
tahun ke atas.6 Menurut WHO, usila adalah seseorang yang telah memasuki usia
60 tahun keatas. Usila merupakan kelompok umur pada manusia yang telah
memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan
usila ini akan terjadi suatu proses yang disebut aging process atau proses penuaan,
proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapan-tahapan
menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan semakin
rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat menyebabkan
kematian, misalnya pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan,
pencernaan, endokrin dan lain sebagainya.7
Pengertian lansia dibedakan atas 2 macam, yaitu lansia kronologis
(kalender) dan lansia biologis. Lansia kronologis mudah diketahui dan dihitung,
sedangkan lansia biologis berpatokan pada keadaan jaringan tubuh. Individu yang
berusia muda tetapi secara biologis dapat tergolong lansia jika dilihat dari keadaan
jaringan tubuhnya.8
2.1.2 Batasan Usia Lanjut7
Batasan umur pada usia lanjut dari waktu ke waktu berbeda. Menurut
WHO batasan usia lanjut meliputi:
a. Usia pertengahan (middle age) : antara usia 45 sampai 59 tahun
b. Lanjut usia (elderly) : antara usia 60 sampai 74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) : antara usia 75 sampai 90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) : diatas usia 90 tahun
4
2.2 Puskesmas Santun Usia Lanjut (Usila)
2.2.1 Definisi Puskesmas Santun Lansia5
Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kesehatan kepada pra Lansia
danlansia yang meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif yang
lebih menekankan unsur proaktif, kemudahan proses pelayanan, santun, sesuai
standart pelayanan dan kerjasama dengan unsur lintas sektor. Program Lansia
tidak terbatas pada pelayanan kesehatan klinik, tetapi juga pelayanan kesehatan di
luar gedung dan pemberdayaan masyarakat.
2.2.2 Ciri-ciri Puskesmas Santun Lansia5
1. Memberikan pelayanan yang baik, berkualitas & sopan :
a. Lansia kemampuan fisiknya sangat terbatas dan gerakan lamban
b. Kesabaran dalam menghadapi lansia
c. Kemauan & kemampuan untuk memberikan penjelasan scr tuntas
d. Melayani lansia sesuai prosedur yang berlaku
e. Menghargai lansia dengan memberikan pelayanan yg sopan
santun
2. Memberikan kemudahan dalam pelayanan kepada lansia
a. Menghindari antrian yang berdesakan perlu didahulukan karena
kondisi fisik lansia
b. Kemudahan: Loket pendaftaran tersendiri,Ruang konseling
tersendiri (terpisah), Mendahulukan pelayanan disesuaikan
kondisi setempat
3. Memberikan keringanan atau bebas biaya pelayanan kesehatan bagi
Lansia Gakin
a. Lansia yang sudah pensiun atau tidak bekerja
b. Keterbatasan dana untuk mencukupi biaya hidup atau kebutuhan
kesehatannya
c. Berikan keringanan atau bebas biaya pelayanan di Puskesmas
4. Memberikan dukungan / bimbingan padalansia dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatannya agar tetap sehat dan mandiri
a. Lakukan penyuluhan kesehatan, gizi dan tetap berperilaku hidup
sehat
b. Anjurkan tetap beraktifitas sesuai kemampuan serta menjaga
kebugarannya dengan olahraga salah satu contohnya senam
c. Anjurkan tetap melakukan dan mengembangkan hobi atau
kemampuannya, terutama usaha ekonomi produktif
5
d. Anjurkan melaksanakan aktifitas secara bersama dengan
kelompoknya: pengajian, kesenian, rekreasi dll dengan harapan
merasakan kebersamaan dan saling berbagi
5. Melakukan pelayanan kesehatan secara proaktif untuk dapat
menjangkau sebanyak mungkin sasaran lansia di wilayahnya
a. Melakukan fasilitasi dan pembinaan kelompok lansia dengan
deteksi dini, pemeriksaan kesehatan dan tinjauan pada saat
kegiatan
b. Bagi lansia yang dirawat di rumah dilakukan kunjungan rumah
utk perkesmas
c. Pelayanan kesehatan di Pusling atau kunjungan luar gedung
6. Melakukan kerjasama lintas program dan lintas sektoral dengan azas
kemitraan dalam rangka untuk pembinaan dan meningkatkan kualitas
hidup lansia
a. Kesehatan mental dan sosial (Depsos, Kemenag)
b. Peningkatan peran keluarga dan masyarakat (PKK, Depsos)
c. Koordinasi dan menggalang kerjasama dengan dinas terkait (Tim
Pokjatap)
2.2.3 Manajemen Puskesmas Santun Lansia5
1. Perencanaan
a. Kesepakatan antara staf Puskesmas tentang pembinaan kegiatan
Usia lanjut (Usila) : Penanggung jawab, Koordinator , dan
Pelaksana kegiatan pelayanan kesehatan Usia Lanjut (Usila)
b. Pengumpulan data dasar
c. Pendekatan & kerjasama lintas sektoral
2. Pelaksanaan
Prosedur yang diberikan adalah kemudahan dan kenyamanan lansia :
a. Loket khusus
b. Ruang pelayanan khusus dan semua fasilitas untuk memudahkan
pelayanan Usia Lanjut (Usila) seperti kursi khusus, koridor dengan
pegangan dan jalan yang tidak terlalu licin/terjal, toilet dengan
pegangan, dll)
3. Monitoring
Monitoring melalui pengamatan langsung di Puskesmas, pengamatan
meliputi: pelaksanaan kegiatan dibandingkan dengan rencana, adanya
hambatan atau masalah, dan kinerja petugas.
4. Evaluasi
Evaluasi melalui :
1) Melakukan Wawancara
2) Pengamatan Langsung
6
3) Penelitian Khusus
2.2.4 Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di Puskesmas5
Pelayanan kesehatan Lanjut Usia di Puskesmas meliputi:
a. Pelayanan kesehatan bagi pra Lanjut Usia
Kelompok pra lanjut usia (umur 45 – 59 tahun) merupakan kelompok
usia yang akan memasuki masa lanjut usia. Pada usia ini sudah mulai
terjadi proses degenerasi sel-sel tubuh sehingga beresiko munculnya
penyakit degeneratif. Untuk kelompok ini upaya peningkatan kesehatan
dan pencegahan penyakit serta deteksi dini penyakit merupakan prioritas
pelayanan.
Upaya kesehatan yang dilakukan pada kelompok pra lanjut usia ini
adalah :
1. Peningkatan kesehatan melalui kegiatan senam/latihan fisik
secara teratur dan senam vitalisasi otak
2. Penyuluhan kesehatan untuk menerapkan perilaku hidup bersih
dan sehat, konsumsi gizi seimbang dan aktifitas sosial
3. Deteksi dini gangguan aktifitas sehari-hari dan masalah
kesehatan lainnya
4. Pemeriksaan kesehatan secara berkala, yang dilakukan setiap
bulan melalui Kelompok Lanjut Usia (Posyandu/Posbindu/
Karang Lanjut usia, dan lainnya) atau di Puskesmas.
5. Pengobatan penyakit dilakukan apabila terdapat gangguan
kesehatan/penyakit fisik dan/atau psikis sampai kepada upaya
rujukan ke rumah sakit bila diperlukan.
6. Upaya rehabilitatif (pemulihan) berupa upaya medis,
psikososial dan edukatif yang dimaksudkan untuk
mengembangkan semaksimal mungkin kemampuan fungsional
dan kemandirian.
Untuk pelayanan di Puskesmas, bagi pra lanjut usia sehat dapat
mengikuti kegiatan peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit
bersama-sama dengan pasien lanjut usia sehat di ruangan kegiatan lanjut
7
usia. Pasien pra lanjut usia sakit diberikan pelayanan dan penatalaksanaan
sesuai dengan masalah kesehatan yang dialaminya dan selanjutnya
penatalaksanaan disesuaikan dengan standar yang berlaku.
b. Pelayanan kesehatan bagi Lanjut Usia
Pelayanan kepada lanjut usia yang datang di Puskesmas sebaiknya
diberikan di ruangan khusus supaya lanjut usia tidak harus mengantri
bersama dengan pasien umum lainnya. Tapi apabila kondisi Puskesmas
tidak memungkinkan dapat dilakukan diruangan pemeriksaan umum
dengan syarat pasien lanjut usia harus didahulukan. Mekanisme pelayanan
bagi lanjut usia di Puskesmas dapat dilaksanakan sperti pada alur di bawah
ini:
8
psikologis, dan sosial untuk menentukan permasalahan dan rencana
penatalaksanaan terhadap lanjut usia. CGA dilakukan oleh tim yang
dipimpin oleh dokter dengan anggota lainnya yaitu perawat, tenaga
gizi, dan tenaga kesehatan masyarakat terlatih. Tim dapat ditambah
sesuai kebutuhan dan tenaga yang tersedia.
Komponen pemeriksaan terdiri dari :
a) Pada Pemeriksaan Tanda Vital
Pemeriksaan tanda vital sangat dianjurkan untuk betulbetul
memperhatikan derajat penurunan atau perubahan kesadaran (bila ada).
Pemeriksaan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung harus
dilakukan pada posisi berbaring dan duduk serta berdiri (bila
memungkinkan); hipotensi ortostatik lebih sering muncul pada pasien
Lanjut Usia dan geriatri.
b) Pemeriksaan Jasmani
Pemeriksaan jasmani dilakukan menurut sistematika sistem organ
mulai dari sistem kardiovaskular, system pernapasan, sistem
gastrointestinal, sistem genitourinarius, sistem muskuloskeletal, sistem
hematologi, sistem metabolikendokrinologi dan pemeriksaan
neurologik.
c) Penilaian Status Gizi
Penilaian status gizi diawali dengan deteksi dini menggunakan
MNA, dilanjutkan dengan catatan asupan gizi, pengukuran IMT (jika
masih dapat berdiri tegak), atau mengukur panjang depa, tinggi lutut,
atau tinggi duduk (jika pasien tidak dapat berdiri tegak).
d) Pemeriksaan Status Fungsional
Pemeriksaan status fungsional diartikan sebagai kemampuan
seseorang melakukan aktivitas hidup sehari-hari secara mandiri.
Contoh: bangun dari posisi berbaring, duduk, berjalan, mandi,
berkemih, berpakaian, bersolek, makan, naikturun tangga dan buang
air besar. Karena penyakit akut yang menyerang, biasanya pasien
geriatri akan mengalami penurunan status fungsional, misalnya dari
9
mandiri menjadi ketergantungan ringan atau sedang, dari
ketergantungan ringan menjadi ketergantungan sedang sampai berat
bahkan ketergantungan total. Dalam menetapkan derajat
ketergantungan seseorang maka perlu dicatat bahwa data yang
diperoleh dari keterangan langsung harus disesuaikan dengan data dari
keluarga yang tinggal bersama pasien serta dari pengamatan langsung
oleh tenaga kesehatan. Penentuan status fungsional ini harus dilakukan
dengan cermat, seyogyanya dengan mengikut sertakan keluarga dan
diamati sendiri. Penentuannya perlu dilakukan beberapa kali untuk
mengevaluasi kemajuan maupun kemunduran yang mungkin terjadi.
Status fungsional diperiksa dengan menggunakan indeks ADL’s
Barthel, Test Up and Go.
e) Penilaian Status Psikososial
Lanjut usia mengalami berbagai permasalahan psikologis yang
perlu diperhatikan oleh dokter, perawat, keluarga maupun tenaga
kesehatan. Penanganan masalah secara dini akan membantu lanjut usia
dalam melakukan strategi pemecahan masalah. Perubahan status
psikososial yang sering terjadi pada lanjut usia adalah mature,
dependent, self hater, angry, angkuh, dan lain-lain.
f) Penilaian Status Sosial
Penilaian status sosial yaitu untuk menilai perlakuan orang-orang
yang ada di sekitar lanjut usia yang sangat berpengaruh terhadap
kondisi kesehatan fisik dan mental lanjut usia seperti perlakuan yang
salah terhadap lanjut usia (mistreatment/abuse), dan menelantarkan
lanjut usia (neglected). Di samping itu penilaian status sosial dapat
menemukan potensi keluarga yang dapat dimanfaatkan untuk
membantu pemulihan pasien.
g) Pemeriksaan Status Kognitif
Pemeriksaan status kognitif merupakan penapisan untuk demensia
(pikun); modalitas yang paling sederhana adalah Abbreviated Mental
10
Test (AMT), mengkategorikan menjadi gangguan kognitif ringan,
sedang dan berat.
h) Pemeriksaan Status Mental
Pemeriksaan Status Mental dilakukan dengan penapisan ada
tidaknya depresi. Untuk standardisasi juga dipergunakan modalitas
sederhana Untuk menjaring masalah gangguan mental emosional
secara umum dilakukan pemeriksaan metode 2 menit. Selanjutnya
bila ada indikasi depresi dilakukan pemeriksaan GDS dan bila ada
indikasi demensia dilakukan pemeriksaan MMSE.
Dari hasil pengkajian paripurna, selanjutnya Lanjut Usia tersebut
akan terbagi menjadi beberapa kelompok, yakni
a) Lanjut usia sehat dan mandiri;
b) Lanjut usia sehat dengan ketergantungan ringan;
c) Lanjut usia sehat dengan ketergantungan sedang;
d) Lanjut usia dengan ketergantungan berat/ total;
e) Lanjut usia pasca-rawat (dua minggu pertama);
f) Lanjut usia yang memerlukan asuhan nutrisi; atau
g) Lanjut usia yang memerlukan pendampingan (memiliki
masalah psiko-kognitif).
Berdasarkan kelompok tersebut akan dilakukan program yang
sesuai bagi Lanjut Usia tersebut, meliputi:
a) Kelompok a (lanjut usia sehat dan mandiri) dan kelompok b
(lanjut usia sehat dengan ketergantungan ringan) dapat
langsung mengikuti program Lanjut Usia dalam Ruang
tertentu.
b) Lanjut Usia yang tergolong kelompok c (lanjut usia sehat
dengan ketergantungan sedang) dan kelompok d (lanjut usia
dengan ketergantungan berat/total) harus mengikuti program
layanan perawatan di rumah (home care service) bila perlu
melibatkan pelaku rawat/pendamping (caregiver) atau mungkin
perlu dirujuk ke RS.
11
c) Untuk kelompok e (lanjut usia pasca-rawat dua minggu
pertama), kelompok f (lanjut usia yang memerlukan asuhan
nutrisi), dan kelompok g (lanjut usia yang memerlukan
pendampingan, memiliki masalah psiko-kognitif) dengan status
fungsional mandiri dapat dilayani di ruang kegiatan, sedangkan
lanjut usia dengan derajat ketergantungan ringan sampai sedang
harus dipantau dokter selama mengikuti program di ruang
kegiatan.
b. Pelayanan kesehatan bagi Lanjut Usia sehat
Lanjut usia yang sehat adalah lanjut usia berdasarkan hasil
pengkajian paripurna geriatri masuk dalam kategori kelompok 1 dan 2
yaitu lanjut usia yang bebas dari ketergantungan kepada orang lain
atau tergantung pada orang lain tapi sangat sedikit, atau mempunyai
penyakit yang terkontrol dengan kondisi medik yang baik. Dari hasil
pengkajian paripurna geriatri, bagi Lanjut Usia sehat atau kelompok 1
dan 2 sesuai pengelompokan di atas akan diberikan pelayanan di ruang
kegiatan Lanjut Usia dengan berbagai kegiatan seperti:
a) Latihan fisik (senam lanjut usia, senam osteoporosis dan lain-lain)
b) Latihan fisik sesuai kebutuhan individu/kelompok
c) Stimulasi kognitif
d) Edukasi, konseling, dan bila perlu pemberian makanan tambahan
e) Pemberian makanan tambahan
f) Penyuluhan kesehatan primer
g) Berinteraksi sosial
Kegiatan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
Puskesmas dengan jadwal direncanakan oleh Puskesmas. Dimana
kegiatan dapat dilakukan 1 sampai 2 kali/ minggu atau 1 sampai 2 kali
perbulan sesuai kesepakatan.
c. Pelayanan kesehatan bagi Pasien Geriatri
Bagi lanjut usia yang mempunyai masalah kesehatan akan
diberikan pelayanan pengobatan dan konsultasi di ruang pemeriksaan
12
umum Puskesmas. Bagi Lanjut Usia yang tidak mampu ditangani oleh
petugas Puskesmas akan dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan
lanjutan. Prinsip layanan pasien lanjut usia di Puskesmas adalah
berdasarkan hasil pengkajian paripurna geriatri. Tidak semua pasien
geriatri harus dirujuk ke RS, ada kasus-kasus pasien geriatri
sebenarnya masih bisa ditangani di Puskesmas. Pengkajian paripurna
pasien geriatri di Puskesmas bertujuan untuk menggolongkan pasien
lanjut usia yang datang di Puskesmas apakah pasien tersebut termasuk
pasien lanjut usia yang sehat/dengan ketergantungan ringan, pasien
geriatri yang harus dirujuk ke RS atau pasien geriatri yang masih bisa
dilayani di Puskesmas. Pasien geriatri yang bisa ditangani di
Puskesmas adalah pasien geriatri dengan gangguan/ penyakit yang bisa
ditangani sesuai dengan kompetensi dokter umum.
2.2.5 Sumber Daya Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia5
Dalam menyelengarakan pelayanan kesehatan lanjut usia yang berkualitas
dan paripurna di Puskesmas perlu didukung oleh ketersediaan sumberdaya
manusia, bangunan dan prasarana, dan peralatan.
A. Sumberdaya Manusia (SDM)
SDM yang dibutuhkan minimal :
1. Dokter
2. Dokter gigi
3. Perawat
4. Tenaga gizi
5. Tenaga kesehatan masyarakat, diutamakan tenaga promosi
kesehatan dan ilmu perilaku.
Sebaiknya tenaga di atas sudah mendapatkan pelatihan teknis
pelayanan kesehatan lanjut usia di Puskesmas. SDM lain yang
dibutuhkan adalah:
1. Tenaga keterapian fisik
2. Kader
3. Pekerja Sosial yang sudah dilatih gerontologi
13
4. Psikolog
14
e. WC/Toilet khusus Lanjut Usia Perlu dibuatkan WC dengan
fasilitas khusus bagi lanjut usia yaitu:
1) Menggunakan WC duduk, jika perlu dengan peninggian.
2) Lantai tidak licin dan tidak timbul genangan
3) terdapat pegangan di dinding WC/toilet
4) Dilengkapi dengan bel
5) pintu membuka keluar Semua ruangan tersebut sebaiknya
memenuhi syarat dari segi keamanan, keselamatan, kesehatan,
kenyamanan, dan kemudahan bagi lanjut usia yaitu :
a) Ruangan mudah dijangkau, nyaman dan aman misalnya ada
di lantai satu
b) Aliran udara / ventilasi optimal
c) Sinar matahari dapat memasuki ruangan dengan baik
(pencahayaan cukup)
d) Pintu masuk cukup lebar untuk kursi roda
e) Lantai rata, mudah dibersihkan, dan tidak licin. Bila terdapat
perbedaan tinggi lantai yang kecil (undakan) harus dengan
warna ubin yang berbeda agar jelas terlihat
f) Jika terdapat perbedaan tinggi lantai (elevasi), disediakan
ramp dengan pegangan di dinding
g) Koridor atau selasar dilengkapi dengan pegangan (handrail)
pada dinding. Prasarana/utilitas bangunan secara umum
mengikuti standar prasarana/utilitas di Puskesmas sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2.3 Poli Lansia di Puskesmas Kebon Kopi Kota Jambi
2.3.1 Rencana dan Pelaksanaan Kegiatan (RPK) Puskesmas Kebon Kopi
Kota Jambi Tahun 20179
Adapun upaya kesehatan lanjut usia (LANSIA) yang dilakukan di poli
lansia puskesmas Kebon Kopi Kota Jambi dalam kegiatan sebagai berikut:5,6
1. Pendataan pra lansia dan lansia di wilayah kerja puskesmas Kebon
Kopi.
15
2. Penyegaran kader posyandu Lansia.
3. Pelaksanaan posyandu lansia.
4. Pelaksanaan puskesmas santun lansia.
5. Pelaksanaan penyuluhan klinik lansia dan poksila.
6. Senam lansia.
7. Kunjungan lansia Risti (Risiko Tinggi).
16
BAB III
METODE PENGUMPULAN DATA
3.1 Pengumpulan Data
Pada penelitian ini digunakan data primer dan sekunder. Data primer
didapat melalui wawancara kepada petugas kesehatan bagian pelayanan kesehatan
di Poli Lansia serta pasien lansia mengenai pelaksanaan pelayanan kesehatan
lansia di Poli Lansia Puskesmas Kebon Kopi Kota Jambi Tahun 2018. Sedangkan
untuk data sekunder didapatkan dari catatan kunjungan lansia di Poli Lansia pada
tahun 2018 periode september - oktober.
3.2 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara kepada
petugas puskesmas yang ada di Poli Lansia dan pasien lansia yang berobat ke
puskesmas guna memperoleh data dan informasi mengenai permasalahan yang
ada di pelayanan kesehatan poli lansia. Daftar pertanyaan terlampir.
3.3 Pengolahan Data
Setelah proses pengumpulan data selesai, penulis melakukan pemilihan
dari semua data yang ada, kemudian dianalisa untuk mengidentifikasi
permasalahan yang ada, setelah itu ditentukan prioritas masalah dengan teknik
MCUA (Multiple Criteria Utility Assesment) serta teknik PAHO. Untuk
memudahkan dalam mengetahui penyebab penulis menggunakan Fish Bone
Analyze, penyebab masalah diprioritaskan dan dibuktikan dengan data yang ada,
lalu ditentukan alternatif pemecahan masalahnya. Selanjutnya dibuat rencana
pemecahan masalah kemudian dimonitoring dan dievaluasi.
17
BAB IV
1. Promosi Kesehatan
2. Kesehatan Lingkungan
3. Kesehatan Ibu dan Anak &Keluarga Berencana
4. Perbaikan Gizi Masyarakat
5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
6. Upaya Pengobatan.
Untuk kelurahan Pasir Putih luas wilayah ± 114 Ha yang terdiri dari 28 RT
dengan jumlah penduduk 12.063 jiwa dengan 3265 Kepala Keluarga dan jumlah
18
laki-laki 6138 jiwa dan perempuan 5925 jiwa. Secara geografis batas-batas
wilayah kerja Puskesmas kebon kopi adalah sebagai berikut :
19
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas Kebon Kopi
Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2017
20
5 Pesuruh 0
6 Supir 0
4.2. Data Kunjungan Lansia Kontrol kembali di Poli Lansia Kebon Kopi
Periode September - Oktober 2018
dari hasil catatatan yang di rekap dalam buku kunjungan lansia pada bulan
September 2018, dan Oktober 2018 didapatkan jumlah total kunjungan lansia tiap
masing- masing bulan tersebut adalah sebagai berikut :
4.3. Wawancara
4.3.1. Hasil Wawancara dengan Petugas Poli Lansia Puskesmas Kebon Kopi
Dari hasil wawancara dengan Ibu penanggung jawab di poli lansia puskesmas
Kebon Kopi didapatkan hasil sebagai berikut :
2. Apa saja kegiatan yang dilakukan di Poli Lansia Puskesmas Kebon Kopi?
“ Kegiatan yang dilakukan di poli lansia itu sendiri ada dua, yaitu di
dalam gedung dan di luar gedung. Untuk kegiatan didalam gedung terdiri
dari pelayananan kesehatan lansia, penyuluhan yang diberikan oleh
dokter poli lansia dan senam lansia setiap hari sabtu seminggu sekali di
halaman puskesmas kebon kopi. Sedangkan untuk kegiatan di luar gedung
ada posyandu lansia, penyuluhan, dan home visit kerumah pasien lansia
yang memiliki risiko tinggi. Untuk kegiatan dilakukan secara rutin tiap
bulannya,”
21
3. Bagiamana pelaksanaan kegiatan pelayanan di Poli Lansia Puskesmas
Kebon Kopi?
4. Apa saja masalah yang dijumpai pada pelayanan di Poli Lansia Puskesmas
Kebon Kopi ?
“ Sejauh ini kalau soal pelayanan yang diberikan rasanya sudah
maksimal. Tapi ya adalah masih kendala- kendala. Seperti karena pasien
yang sudah lansia pastinya sudah banyak mengalami kendala. Disini yang
datang rata rata pasien usia 56 tahun keatas. Semua harus dibantu
terutama untuk yang sudah sangat tua, Kesulitan saat komunikasi, lansia
datang tanpa didampingi sehingga kami juga mengalami kesulitan saat
memberikan pengertian kepada lansia, lansia pun sudah sulit untuk
menangkap nasihat- nasihat yang diberikan. Dan paling banyak pasien
lansia minta dirujuk, sudah dijelaskan tapi tetap minta mau di rujuk.
Akhirnya setelah di rujuk mereka mendapat surat rujukan balik lagi ke
puskesmas, dalam kasus seperti ini banyak jadinya lansia tidak datang
lagi ke puskesmas. Abis sekali kontrol, tidak datang lagi. Pasien lansia
dari pendaftaran umum terkadang juga tidak datang kontrol.Untuk
masalah selanjutnya tenaga yang kurang di poli lansia, petugas di poli
lansia yang mendapatkan kerja rangkap, sehingga kadang proses
pembuatan laporan di poli lansia sering terhambat, Selain itu ada pasien
yang datang sendirian dan susah untuk berjalan menuju lab atau mau
konsul gizi, itu juga kadang menjadi masalah, tetapi untuk mengatasinya
22
tidak terlalu sulit karena biasanya petugas lab dan gizi nya yang datang
ke bagian poli.
5. Apakah sudah ada solusi untuk permasalahan yang ada pada pelaksanaan
pelayanan kesehatan di Poli Lansia Puskesmas Kebon Kopi ?
“sejauh ini solusi yang ada seperti masalah lab. Kalau pasien masih kuat
berjalan, mereka berjalan sendiri ke lab depan, tetapi jika sudah terlalu
tua atau tidak kuat ya kami minta petugas lab yang kesini. Kalau untuk
komunikasi petugas harus banyak2 sabar menghadapi para lansia,
menjelaskan sejelas mungkin agar lansia mengerti. Selain itu, untuk
petugas yang kurang, saya atasi dengan berkolaborasi dengan PJ
program lain, seperti untuk kegiatan ke luar gedung yaitu posyandu lansia
itu saya sudah membuat jadwalnya untuk tahun ini, saya sebagai
kordinator kegiatannya dan saya meminta bantuan kepada yang lain untuk
pelaksananya, dan sampai saat ini berlajan dengan baik, cuman kadang
harus sering diingatkan saja.”
23
3. Apakah ibu/ bapak datang kesini lagi kalau dokter/ perawat meminta
bapak untuk datang kontrol kembali ?
“ mereka bilanglah datang kontrol lagi kalau obatnyo abis. cuma
kadang sayo lupo dan jadinyo dak datanglah, Tapi, kalo raso raso
badan dak enak baru biasonyo pergi berobat. selain itu sayo kalo
pergi berobat sering sendirian karena sayo cuman tinggal dengan adik
sepupu sayo, dio jugo sibuk kerjo, jadi dk biso untuk kawani pergi
berobat, ini saja saya pergi sendiri ”
Dari hasil wawancara pada point pertanyaan ini disimpulkan
bahwa tidak semua lansia rutin melakukan kontrol ulang.
4. Apakah ada saran untuk Poli Lansia agar kedepannya lebih baik lagi ?
“semua pelayanannya bagus, perawat sama dokternya baik dan
ramah. Mungkin lebih di besarin lagi ruangan poli nya atau
dipisahkan dengan poli umumnya, karena kan ni banyak pasien-
pasien yang lain juga ngantri berobat di sini”.
24
BAB V
MASALAH KESEHATAN
25
Dari hasil wawancara dengan petugas poli lansia didapatkan bahwa
kebanyakan para lansia khususnya dengan penyakit kronik sering
tidak datang untuk melakukan kontrol ulang. Pasien lansia
terkadang memaksa untuk dirujuk ke rumah sakit walaupun sudah
dijelaskan oleh petugas di poli lansia bagaimana prosedur untuk
rujukan. Karena pasien lansia yang memaksa, akhirnya petugas
memberikan rujukan ke rumah sakit. Setelah mendapatkan
pelayanan di rumah sakit, tentunya mereka dapat rujukan balik ke
puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama.
Kadang mereka tidak datang lagi ke puskesmas. Sehingga para
petugas kesulitan untuk melakukan pemantauan.
Menurut wawancara dengan salah satu pasien lansia bahwa ia
sering lupa mengenai jadwal kontrol ulang ke Puskesmas. Serta
kadang dikarenakan tidak ada keluarga yang bisa mengantar.
5.1.2.2 Data sekunder
Data diperoleh dari laporan kunjungan pasien lansia kontrol kembali di
Puskesmas Kebon Kopi pada periode September-Oktober 2018 menurun.
5.2 Menentukan Prioritas Masalah
Menentukan prioritas masalah menggunakan metode MCUA (Multiple
Criteria Utility Assessment) atau teknik scoring PAHO (Pan American Health
Organization). Penentuan nilai prioritas masalah dengan tabel MCUA dapat
dilihat pada Tabel 5.1.
26
Tabel 5.1 MCUA (Multiple Criteria Utility Assessment)
N Pengaruh Pengaruh Kemampuan Pengaruh
Kriteria
O terhadap terhadap Teknologi & Terhadap
Bobot JUMLAH
Masalah kesehatan kesehatan SDM yang Pemda
masyarakat pasien dimiliki
Bobot 5 4 3 2
1 Pemberian edukasi N 4 8 3 2
kepada keluarga pasien BN 20 32 9 4 65
lansia tidak selalu
terlaksana
27
5.3 Identifikasi Penyebab Masalah dan Penyebab Masalah Dominan
5.3.1 Diagram Alur (Flow Chart)
Diagram alur ini dibuat untuk mengkaji kembali tahapan kegiatan yang
dilakukan selama ini dalam melakukan kegiatan yang menjadi masalah. Berikut
alur kegiatan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan di Poli Lansia Puskesmas
Kebon Kopi.
Usila
datang
Ambil kartu
pendaftaran di
loket dekat pintu
poli Pencatatan di lembar
Dilakukan rekam medis pasien
Pasien di panggil dan pemeriksaa
masuk menuju meja dan buku kontrol bagi
n tekanan pengguna JKN
pemeriksaan tanda vital darah
Rujukan
internal : Lansia dirujuk
ke Faskes Tipe Pemeriksaa
Lab/Poli
D/C (Rujukan n fisik oleh
gigi/Poli
Eksteranl) dokter
DOTS/Keslin Tidak
gg
Ya
28
5.3.2 Analisis Penyebab Masalah dengan Diagram Tulang Ikan (Fish Bone)
Untuk menanggulangi suatu masalah, harus diketahui terlebih dahulu
sebab terjadinya masalah tersebut. Salah satu caranya dengan menggunakan
diagram tulang ikan (Fish Bone) atau diagram sebab akibat. Alat bantu ini dapat :
a. Melakukan identifikasi sebab-sebab dari suatu masalah
b. Sangat efektif untuk membantu tim dalam mencari akar penyebab
suatu masalah
c. Sangat bermanfaat untuk mengidentifikasi dan memperagakan
sebab-sebab masalah
Dalam mencari faktor-faktor penyebab masalah dominan dalam
permasalahan ini, maka digunakan diagram Fish Bone :
Material/bahan
Manusia
Ruangan poli yang
Pasien lansia lupa dan Pasien lansia datang ke
sempit
takut pergi sendiri Puskesmas jika merasa sakit
Suasana kurang Kurangnya pemahaman
kondusif Keluarga tidak ada mengenai penyakitnya
yang mengingatkan
dan mengantar
Petugas kurang
memberikan
Keluarga sibuk
edukasi
dengan urusan
masing-masing
Proses
Lingkungan
Gambar 5.2 Diagram Fish Bone/Ishikawa
29
5.3.3 Mencari Dukungan Data untuk Membuktikan Penyebab Paling
Mungkin Menjadi Akar Penyebab
Dukungan data berguna untuk membuktikan penyebab paling mungkin
yang menjadi akar penyebab masalah.
a. Faktor Manusia
1) Petugas kurang memberikan edukasi mengenai penyakit kronik
yang dimiliki oleh lansia akibatnya pasien lansia kurang
memahami mengenai penyakit mereka. Sehingga mereka
menganggap jika mereka tidak merasa sakit maka penyakit mereka
sudah sembuh.
2) Keluarga pasien lansia sibuk dengan urusan masing-masing. Hal
ini merupakan salah satu penyebab yang paling banyak diutarakan
oleh pasien lansia. Karena ketidakpedulian keluarga terhadap para
lansia menyebabkan lansia tidak rutin kontrol kembali ke
Puskesmas.
b. Faktor Bahan/Material
1) Ruangan Poli Lansia yang sempit akibat bergabung dengan poli
umum, perkesmas dan sistem informasi sehingga suasana saat
pelayanan kurang kondusif yang menyebabkan sulit untuk
berkomunikasi antara petugas dan pasien.
c. Faktor Proses
1) Petugas kesehatan di Poli lansia Puskesmas kebon kopi yang
kurang, serta memegang tanggung jawab program yang lain,
Sehingga petugas terlalu sibuk dan sering kewalahan dalam
menjalankan tugasnya dengan baik.
d. Faktor Lingkungan
1) Pasien lansia datang dari wilayah lain selain cakupan wilayah kerja
Puskesmas Kebon Kopi. Hal ini disebabkan para lansia sudah
pindah rumah namun belum mengganti fasilitas kesehatan tingkat
pertamanya.
30
5.3.4 Menentukan Penyebab Masalah Dominan
Dari beberapa akar penyebab, dicari penyebab yang paling dominan.
Artinya dengan menanggulangi penyebab yang paling dominan, sebagian besar
masalah sudah dapat dipecahkan.
Karena itu dilakukan urutan dominan dengan cara diskusi, adu
argumentasi, dan justifikasi antar anggota tim pemecah masalah untuk
menentukan penyebab yang paling dominan dan didapatkan hasil bahwa penyebab
yang paling dominan yaitu “Petugas kurang memberikan edukasi mengenai
penyakit kronik yang dimiliki oleh pasien lansia”. Hal ini terbukti dengan pasien
yang datang ke poli lansia hanya karena ada keluhan atau merasa sakit saja
sehingga menyebabkan pasien lansia dengan penyakit kronik tidak rutin untuk
kontrol kembali ke puskesmas.
31
BAB VI
PEMECAHAN MASALAH, PRIORITAS, DAN USULAN KEGIATAN
UNTUK PEMECAHAN MASALAH
6.1 Alternatif Cara Pemecahan Masalah
Setelah ditemukan penyebab masalah yang dominan, maka tahap
berikutnya adalah mencari cara penanggulangan yang terbaik.
Tabel 6.1. Kemungkinan Penyebab Masalah dan Penyelesaiannya
Masalah Penyebab Alternatif Pemecahan Masalah
32
Tabel 6.2. Alternatif Pemecahan Masalah
Mengadakan
Memberikan kegiatan
Membina
edukasi dalam perkumpulan
keluarga,
suatu acara yang tentang kesehatan
Bobot menggerakkan
No Kriteria sering diadakan secara rutin dengan
kader setempat
oleh para lansia bantuan lintas
sektor
N BN N BN N BN
1 Dapat 5 6 30 9 45 7 35
memecahka
n masalah
dengan
sempurna
2 Mudah 4 8 32 6 24 5 20
dilaksanakan
3 Murah biaya 3 7 21 6 18 6 18
4 Waktunya 2 5 10 4 8 3 6
singkat
Jumlah 93 95 79
33
6.3 Rencana Penerapan
6.3.1 Kemungkinan Faktor Pendorong
a. Keluarga, ataupun kader mampu mengingatkan dan menemani
lansia untuk kontrol kembali ke Puskesmas
b. Mampu meningkatkan pemahaman serta kepedulian keluarga
mengenai kesehatan pasien lansia
c. Menjalin kedekatan antara petugas dengan keluarga pasien lansia
dan kader lansia
6.3.2 Kemungkinan Faktor Penghambat
a. Banyaknya jumlah pasien lansia di cakupan wilayah kerja
Puskesmas Kebon Kopi.
b. Tidak semua keluarga pasien lansia mau ikut dalam pembinaan
mengenai penyakit kronik lansia.
c. Jumlah kader yang kurang.
d. Harus koordinasi lebih dengan lurah setempat untuk menambahkan
tugas dan membina para kader lansia
e. Beberapa lansia yang hanya tinggal sendirian di rumah.
6.3.3 Upaya Antisipasi Faktor Penghambat
a. Membagi jadwal pembinaan di setiap masing-masing kelurahan.
b. Meminta nomor keluarga ataupun kader untuk berkomunikasi.
c. Meminta bantuan lintas sektor untuk membentuk dan membina
kader khusus bagi lansia yang hanya tinggal sendirian.
6.3.4 Cara Pemecahan Setelah Antisipasi Kemungkinan Faktor
Penghambat
a. Menghubungi keluarga dan kader untuk datang ke penyuluhan
yang diadakan di Puskesmas.
b. Meminta lintas sektor untuk melakukan pengawasan terhadap
kader khusus bagi lansia.
c. Mengevaluasi hasil kunjungan kontrol ulang pasien lansia dan
peran keluarga atau kader terhadap kesehatan lansia.
34
6.3.5 Rencana Usulan Kegiatan Pemecahan Masalah yang Terpilih
Rencana usulan kegiatan pemecahan masalah dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
2 Menyiapkan Agar kegiatan Ruangan aula Sebelum Petugas 500 Brosur disesuaikan
petugas sebagai penyuluhan Puskesmas penyuluhan Poli brosur = dengan jumlah
pemberi materi berjalan lancar Kebon Kopi, berlangsung Lansia 500 ribu keluarga, ataupun
pembinaan, Bentuk kader
tempat, bahan dan promosi
bentuk promosi kesehatan
kesehatan yang seperti audio,
akan dilakukan visual, brosur.
saat pembinaan di
Puskesmas
3 Pengisian absen Agar dapat Keluarga, Saat Petugas Tidak Seluruh keluarga,
hadir keluarga, mengetahui atau kader penyuluhan poli lansia pakai kader menyetujui
atau kader yang jumlah lansia dengan berlangsung dana untuk datang ke
mewakili setiap keluarga, atau penyakit penyuluhan
pasien lansia kader pasien kronik yang
lansia yang kontrol ulang
35
sudah dibina di Poli Lansia
36
pembinaan, tentang materi member dimulai poli
tempat, bahan pembinaan materi saat lansia
dan bentuk yang akan pembinaan
promosi diberikan
kesehatan yang
akan dilakukan
saat pembinaan di
Puskesmas
6.5 Evaluasi
Kegiatan ini ditujukan untuk mengetahui sejauh mana kegiatan yang telah
dilaksanakan dapat memecahkan masalah. Evaluasi dapat dilaksanakan dengan
cara:
1) Membandingkan frekuensi atau tingkat masalah atau sebab masalah
sebelum intervensi dan sesudah intervensi. Untuk itu dapat
menggunakan bar chat atau,
2) Menggunakan format evaluasi yang disediakan.
Tabel 6.5 Contoh Format Evaluasi Kegiatan
37
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan berbagai upaya dalam memecahkan
masalah pada pelaksanaan pelayanan di Poli lansia Puskesmas Kebon Kopi Kota
Jambi dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Masih adanya kendala dalam pelaksanaan pelayanan lansia di Poli lansia
Puskesmas Kebon Kopi Kota Jambi.
2. Terdapat 8 masalah yaitu ruangan Poli yang sempit tergabung dengan poli
umum, perkesmas, pemeriksaan tensi dan bagian sistem informasi, lalu
petugas poli lansia yang kurang, sulit berkomunikasi dengan lansia yang
terlalu tua, petugas di poli lansia memiliki kerja rangkap, lansia sering lupa
dan tidak ada yang mengantar sehingga tidak datang untuk kontrol
kembali ke puskesmas, pemberian edukasi kepada keluarga pasien lansia
tidak selalu terlaksana dengan baik, pasien lansia terutama dengan
penyakit kronik yang tidak datang untuk kontrol kembali
3. Masalah yang diprioritaskan adalah “Pasien lansia dengan penyakit kronik
yang tidak kontrol kembali”
4. Penyebab masalah dominan yaitu petugas kurang memberikan edukasi
mengenai penyakit kronik yang dimiliki oleh pasien lansia.
5. Alternatif pemecahan masalah yang terpilih yaitu dengan membina
keluarga yang tinggal serumah dengan pasien, maupun kader mengenai
penyakit kronik lansia. Hal ini diharapkan mampu meningkatkan
pemahaman keluarga, atau kader dan kepedulian terhadap pasien lansia
sehingga mampu meningkatkan jumlah kunjungan kontrol kembali pasien
lansia dengan penyakit kronik.
7.2 Saran
1. Mengadakan pertemuan antar Puskesmas, yaitu antara petugas Poli
lansia satu sama lain untuk membahas kelangsungan dan kinerja dari
Poli lansia yang ada di masing- masing puskesmas sehingga nantinya
38
dapat bertukar informasi yang berguna untuk meningkatkan mutu
pelayanan di Poli lansia.
2. Mengevaluasi kinerja petugas di Poli lansia agar dapat memberikan
pelayanan yang lebih baik lagi bagi seluruh pasien yang berobat di Poli
lansia.
3. Memperbaiki sarana dan prasarana yang ada di Poli lansia agar dapat
membuat para lansia nyaman dan kondusif.
4. Meningkatkan pelayanan kesehatan dan kegiatan yang ada di Poli
lansia.
5. Aktif di Grup WA antara petugas poli lansia dan para kader lansia
untuk saling bertukar informasi dan pengetahuan agar tetap terjalin
komunikasi yang baik, bila perlu diadakan arisan para kader lansia dan
petugas yang ada agar terjalin hubungan yang harmonis satu sama lain.
6. Kepala puskesmas diharapkan selalu mengevaluasi petugas yang ada
di Poli lansia mengingat Poli lansia di Kebon Kopi.
39