Anda di halaman 1dari 14

IDEOLOGI POLITIK

Definisi Ideologi politik

Istilah ideologie dicetuskan oleh filsuf Perancis, Antoine Destutt de Tracy (1796) sebagai ilmu
tentang pikiran manusia yang mampu menunjukan arah yang benar menuju masa depan. Jadi
semula ideologi adalah ilmu seperti juga biologi, psikologi, fisika dll. Dari semacam ilmu atau
kajian ideologi bergeser menjadi paham, doktrin, atau “keimanan”.

 Destertt de Tracy : Ideologi adalah studi terhadap ide – ide/pemikiran tertentu.

 Descartes : Ideologi adalah inti dari semua pemikiran manusia.

 Machiavelli : Ideologi adalah sistem perlindungan kekuasaan yang dimiliki oleh


penguasa.

 Thomas H : Ideologi adalah suatu cara untuk melindungi kekuasaan pemerintah agar
dapat bertahan dan mengatur rakyatnya.

 Bacon : Ideologi adalah sintesa pemikiran mendasar dari suatu konsep hidup.

 Karl Marx : Ideologi merupakan alat untuk mencapai kesetaraan dan kesejahteraan
bersama dalam masyarakat.

 Napoleon : Ideologi keseluruhan pemikiran politik dari riva


 l–rivalnya.
 Muhammad Muhammad Ismail : Ideologi (Mabda’) adalah Al-Fikru al-asasi al-ladzi
hubna Qablahu Fikrun Akhar, pemikiran mendasar yang sama sekali tidak dibangun
(disandarkan) di atas pemikiran pemikiran yang lain. Pemikiran mendasar ini merupakan
akumulasi jawaban atas pertanyaan dari mana, untuk apa dan mau kemana alam, manusia
dan kehidupan ini yang dihubungkan dengan asal muasal penciptaannya dan kehidupan
setelahnya?

 Dr. Hafidh Shaleh : Ideologi adalah sebuah pemikiran yang mempunyai ide berupa
konsepsi rasional (aqidah aqliyah), yang meliputi akidah dan solusi atas seluruh problem
kehidupan manusia. Pemikiran tersebut harus mempunyai metode, yang meliputi metode
untuk mengaktualisasikan ide dan solusi tersebut, metode mempertahankannya, serta
metode menyebarkannya ke seluruh dunia.
 Taqiyuddin An-Nabhani : Mabda’ adalah suatu aqidah aqliyah yang melahirkan
peraturan. Yang dimaksud aqidah adalah pemikiran yang menyeluruh tentang alam
semesta, manusia, dan hidup, serta tentang apa yang ada sebelum dan setelah kehidupan,
di samping hubungannya dengan Zat yang ada sebelum dan sesudah alam kehidupan di
dunia ini. Atau Mabda’ adalah suatu ide dasar yang menyeluruh mengenai alam semesta,
manusia, dan hidup. Mencakup dua bagian yaitu, fikrah dan thariqah.

Dalam ilmu sosial, Ideologi politik adalah sebuah himpunan ide dan prinsip yang menjelaskan
bagaimana seharusnya masyarakat bekerja, dan menawarkan ringkasan order masyarakat
tertentu.
Ideologi politik biasanya mengenai dirinya dengan bagaimana mengatur kekuasaan dan
bagaimana seharusnya dilaksanakan.

Teori komunis Karl Marx, Friedrich Engels dan pengikut mereka, sering dikenal dengan
marxisme, dianggap sebagai ideologi politik paling berpengaruh dan dijelaskan lengkap pada
abad 20.
Contoh ideologi lainnya termasuk: anarkisme, kapitalisme, komunisme, komunitarianisme,
konservatisme, neoliberalisme, demokrasi kristen, fasisme, monarkisme, nasionalisme, nazisme,
liberalisme, libertarianisme, sosialisme, dan demokrat sosial.

Kepopuleran ideologi berkat pengaruh dari "moral entrepreneurs", yang kadangkala bertindak
dengan tujuan mereka sendiri. Ideologi politik adalah badan dari ideal, prinsip, doktrin, mitologi
atau simbol dari gerakan sosial, institusi, kelas, atau grup besar yang memiliki tujuan politik dan
budaya yang sama. Merupakan dasar dari pemikiran politik yang menggambarkan suatu partai
politik dan kebijakannya.
Ada juga yang memakai agama sebagai ideologi politik. Hal ini disebabkan agama tersebut
mempunyai pandangan yang menyeluruh tentang kehidupan. Islam, contohnya adalah agama
yang holistik.

William T. Blumh. Guru besar dalam political science pada Chicago University, dalam bukunya
Modern Political : Ideologies dan and Attitude (Culture), melihat ada 4 (empat) teori mengenai
ideologi ( dalam Siswono, 2005), sebagai berikut :

Teori Kepentingan
Bahwa ideologi itu bersifat kejiwaan yang bisa diselidiki dan dijelaskan. Ide yang terbentuk
sebagai akibat realitas pada diri manusia.

Teori Kebenaran

Bluhm dalam hal ini mengikuti pandangan filosup wanita Hannah Arendt tentang aktifitas
manusia di dunia yang merefleksikan ideologi, yakni untuk menjalankan proses kehidupan.
Ideologi kemudian muncul secara rasional dan bebas, yang ingin mewujudkan hakikat “
kebenaran “.
Teori Kesulitan Sosial

Ideologi lahir dari hal-hal yang tidak disadari, sebagai pola jawaban terhadap kesulitan-kesulitan
yang timabul dari masyarakat kesulitan tersebut sebagai patologi yang memerlukan obat dan
penyembuhan, maka fungsi idelogi adalah remedial atau kuratif.

Teori Kesulitan Kultural

Ideologi timbul karena hal-hal yang menyangkut hubungan perasaan dan arti hidup (sentiment
and meaning). Kedudukan ideologi sama seperti ilmu pengetahuan teknologi, agama dan filsafat.
Akibat selalu ada dislokasi sosial dan kultural dalam kehidupan manusia, maka manusia
memerlukan arti hidup yang baru dan segar.

Dari empat teori terbentuknya ideologi Bluhm tersebut di atas (kepentingan, kebenaran, kesulitan
sosial, dan kesulitan kultural), maka pandangan hidup sebagi follow- up ideologi akhirnya juga
harus mampu menghadapi 4 (empat) masalah besar kemanusiaan, yakni:

a) mampu mengatasi kepentingan kehidupannya

b) menciptakan pandangan hidup yang berisi kebenaran yang diaktualisasikan.

c) menghilangkan semua kesulitan sosial dan

d) menghapuskan semua keruwetan kultural melalui otoritas politik yang kuat.

Bentuk-Bentuk Ideologi Politik

Dalam ilmu politik, dewasa ini berkembang banyak ideologi diantaranya adalah, kapitalisme,
liberalisme, sosialisme, pancasila dan lain sebagainya. Dengan konflik itu melahirkan kemajuan
ilmu sosial yang, terutama ilmu politik yang makin berkembang maju dan melahirkan berbagai
paradigma baru.

Berikut ini akan dipaparkan ideoogi-ideologi yang terdapat dalam ilmu politik.

1) Kapitalisme
Kapitalisme merupakan suatu ideologi yang mengagungkan kapital milik perorangan atau milik
sekelompok kecil masyarakat sebagai alat penggerak kesejahteraan manusia. Bapak ideologi
kapitalisme adalah Adam Smith dengan Teorinya the Wealth Of Nations, yaitu kemakmuran
bangsa-bangsa akan tercapai melalui ekonomi persaingan bebas, artinya ekonomi yang bebas
dari campur tangan negara.

Kapitalisme adalah sebuah ajaran yang didasarkan pada sebuah asumsi bahwa manusia secara
individu adalah makhluk yang tidak boleh dilanggar kemerdekaannya dan tidak perlu tunduk
pada batasan –batasan sosial .

2) Liberalisme

Menurut faham liberalisme, manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhluk individu yang
bebas. Manusia dalam perspektif libreralisme sebagai pribadi yang utuh dan lengkap yang
terlepas dari manusia lainnya. Manusia sebagai individu memliki potensi dan senantiasa berjuang
untuk kepentingan dirinya sendiri.

3) Sosialisme

Sosialisme merupakan suatu ideologi yang mengagungkan kapital milik bersama seluruh
masyarakat atau milik negara sebagai alat penggerak kesejahteraan manusia. Kepemilikan
bersama kapital atau kepemilikan kapital oleh negara adalah dewa diatas segala dewa, artinya
semua yang ada di dunia harus dijadikan kapital bersama seluruh masyarakat untuk
meningkatkan kesejahteraan melalui sistem kerja sama, hasilnya untuk memenuhi kebutuhan
hidup bersama, dan distribusi hasil kerja berdasar prestasi kerja yang telah diberikan.

4) posmodernisme dan posmarsisme kedua ideologi ini karena kontradiksi

antara kapitalisme dan sosialisme yang makin menajam.sebagian besar ilmuwan politik mencari
jalan keluar dan menemukan realitas, bahwa pemikir kapitalis mencari jalan keluar berupa
posmarxisme. Kedua ideologi ini hakikatnya adalah revisionisme, mengaburkan paham
kapitalisme dan sosialisme.

a) Posmodernisme

Postmodernisme merupakan ideologi tentang hak untuk berbeda


( The Right of Different) yang menolak penyelamatan manusia dari penghisapan manusia atas
manusia yang dikumandangkan oleh ideologi sosialisme, dan menolak hegemoni dan dominasi
kapital terhadap kehidupan manusia.

b) posmarxisme

pormaxisme merupakan ideologi kaum intelektual bekas kaum Marxist yang ingin memperbaiki
nasib rakyat jelata melalui program pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah borjuis.
Pormaxisme berlawanan marxisme, yaitu ideologi lahir dari kesadaran kaum buruh untuk
mengubah nasibnya dan penindasan, penghisapan kaum kapitalis melalui revolusi sosial.

5. Konservatisme
Hal atau unsure yang terkandung di dalamnya, antara lain:
1. inti pemikiran : memelihara kondisi yang ada, mempertahankan kestabilan, baik berupa
kestabilan yang dinamis maupun kestabilan yang statis. Tidak jarang pula bahwa pola pemikiran
ini dilandasi oleh kenangan manis mengenai kondisi kini dan masa lampau
2. filsafatnya adalah bahwa perubahan tidak selalu berarti kemajuan. Oleh karena itu, sebaiknya
perubahan berlangsung tahap demi tahap, tanpa menggoncang struktur social politik dalam
negara atau masyarakat yang bersangkutan.
3. landasan pemikirannya adalah bahwa pada dasarnya manusia lemah dan terdapat “evil instinct
and desires” dalam dirinya. oleh karena itu perlu pola-pola pengendalian melalui peraturan yang
ketat
4. system pemerintahan (boleh): demokrasi, otoriter

6. Komunisme
Gelombang komunisme abad kedua puluh ini, tidak bisa dilepaskan dari kehadiran Partai
Bolshevik di Rusia. Gerakan-gerakan komunisme international yang tumbuh sampai sekarang
boleh dikatakan merupakan perkembangan dari Partai Bolshevik yang didirikan oleh Lenin
1. inti pemikiran: perjuangan kelas dan penghapusan kelas-kelas dimasyarakat, sehingga negara
hanya sasaran antara.
2. landasan pemikiran : a. penolakan situasi dan kondisi masa lampau, baik secara tegas ataupun
tidak, b. analisa yang cendrung negatif terhadap situasi dan kondisi yang ada, c. berisi resep
perbaikan untuk masa depan dan, d. rencana-rencana tindakan jangka pendek yang
memungkinkan terwujudnya tujuan-tujuan yang berbeda-beda.
3. system pemerintahan (hanya): otoriter/totaliter/dictator.

7. Marxisme
Marxisme, dalam batas-batas tertentu bisa dipandang sebagai jembatan antara revolusi Prancis
dan revolusi Proletar Rusia tahun 1917. Untuk memahami Marxisme sebagai satu ajaran filsafat
dan doktrin revolusioner, serta kaitannya dengan gerakan komunisme di Uni Soviet maupun di
bagian dunia lainnya, barangkali perlu mengetahui terlebih dahulu kerangka histories Marxisme
itu sendiri.
Berbicara masalah Marxisme, memang tidak bisa lepas dari nama-nama tokoh seperti Karl Marx
(1818-1883) dan Friedrich Engels (1820-1895). Kedua tokoh inilah yang mulai mengembangkan
akar-akar komunisme dalam pengertiannya yang sekarang ini. Transisi dari kondisi masyarakat
agraris ke arah industrialisasi menjadi landasan kedua tokoh diatas dalam mengembangkan
pemikirannya. Dimana eropa barat telah menjdai pusat ekonomi dunia, dan adanya kenyataan di
mana Inggris Raya berhasil menciptakan model perkembangan ekonomi dan demokrasi politik.
Tiga hal yang merupakan komponen dasar dari Marxisme adalah :
1. filsafat dialectical and historical materialism
2. sikap terhadap masyarakat kapitalis yang bertumpu pada teori nilai tenaga kerja dari David
Ricardo (1772) dan Adam Smith (1723-1790)
3. menyangkut teori negara dan teori revolusi yang dikembangkan atas dasar konsep perjuangan
kelas. Konsep ini dipandang mampu membawa masyarakat ke arah komunitas
kelas.

8. Feminisme
1. Inti pemikiran : emansipasi wanita
2. Landasan pemikiran: bahwa wanita tidak hanya berkutat pada urusan wanita saja melainkan
juga dapat melakukan seprti apa yang dilakukan oleh pria. Wanita dapat melakukan apa saja.
3. System pemerintahan: demokrasi

9. Fasisme
Semboyan fasisme, adalah “Crediere, Obediere, Combattere” (yakinlah, tunduklah, berjuanglah).
Berkembang di Italia, antara tahun 1992-1943. setelah Benito Musolini terbunuh tahun 1943,
fasisme di Italia berakhir. Demikian pula Nazisme di Jerman. Namun, sebagai suatu bentuk
ideology, fasisme tetap ada.
Fasisme banyak kemiripannya dengan teori pemikiran Machiavelistis dari Niccolo Machiavelli,
yang menegaskan bahwa negara dan pemerintah perelu bertindak keras agar “ditakuti” oleh
rakyat. fasisme di Italis (=Nazisme di Jerman), sebagai system pemerintahan otoriter dictator
memang berhasil menyelamatkan Italia pada masa itu (1922-1943) dari anarkisme dan dari
komunism. Walaupun begitu, kenyataannya adalah, bahwa fasisme telah menginjak-nginjak
demokrasi dan hak asasi.
1.Inti pemikiran : negara diperlukan untuk mengatur masyarakat
2. filsafat : rakyat diperintah dengan cara-cara yang membuat mereka takut dan dengan demikian
patuh kepada pemerintah. Lalu, pemerintah yang mengatur segalanya mengenai apa yang
diperlukan dan apa yang tidak diperlukan oleh rakyat
3. landasan pemikiran : suatu bangsa perlu mempunyai pemerintahan yang kuat dan berwibawa
sepenuhnya atas berbagai kepentingan rakyat dan dalam hubungannya dengan bangsa-bangsa
lain. oleh karena itu, kekuasaan negara perlu dipergang koalisi sipil dengan militer yaitu partai
yang berkuasa (fasis di Italia, Nazi di Jerman, Peronista di Argentina) bersama-sama pihak
angkatan bersenjata
4. system pemerintahan (harus) : otoriter.

10. Demokrasi

Demokrasi artinya hukum untuk rakyat oleh rakyat. kata ini merupakan himpunan dari dua kata :
demos yang berarti rakyat, dan kratos berarti kekuasaan. Jadi artinya kekuasaan ditangan rakyat.

Sebenarnya pemikiran untuk melibatkan rakyat dalam kekuasaan sudah muncul sejak zaman
dahulu. Di beberapa kota Yunani didapatkan bukti nyata yang menguatkan hal ini, seperti di
Athena dan Sparta. Hal ini pernah diungkapkan Plato, bahwa sumber kepemimpinan ialah
kehendak yang bersatu milik rakyat. dalam suatu kesempatan Aristoteles menjelaskan macam-
macam pemerintahan, dengan berkata,“ada tiga mcam pemerintahan: kerajaan, aristokrasi,
republik, atau rakyat memagang sendiri kendali urusannya.”

1. inti pemikiran: kedaulatan ditangan rakyat


2. filsafat : menurut Dr. M. Kamil Lailah menetapkan tiga macam justifikasi ilmiah dari prinsip
demokrasi, yaitu: a. ditilik dari pangkal tolak dan perimabngan yang benar, bahwa system ini
dimaksudkan untuk kepentingan social dan bukan untuk kepentingan individu, b. unjustifikasi
berbagai macam teori yang bersebrangan dengan prinsip demokrasi, c. opini umum dan
pengaruhnya

3. landasan pemikiran. Rakyat membuat ketetapan hukum bagi dirinya sendiri lewat dewan
perwakilan, yang kemudian dilaksanakan oleh pihak pemerintah atau eksekutif.

4. system pemerintahan (harus) : domokrasi

11. Neoliberalisme

1. Inti pemikiran : mengembalikan kebebasan individu


2. filsafat : sebagai perkembangan dari liberalisme
3. landasan pemikiran : setiap manusia pada hakikatnya baik dan berbudi pekerti
4. system pemerintahan : demokrasi
Faham Keagamaan

Ideologi keagaamaan pada hakikatnya memiliki perspektif dan tujuan yang berbeda dengan
ideologi liberalisme dan komunisme. Sebenarnya sangat sulit untuk menentukan tipologi
ideologi keagamaan, karena sangat banyak dan beraneka ragamnya wujud, gerak dan tujuan dari
ideologi tersebut.

Namun secara keseluruhan terdapat suatu ciri bahwa ideologi keagamaan senantiasa
mendasarkan pemikiran, cita-cita serta moralnya pada suatu ajaran agama tertentu. Gerakan-
gerakan politik yang mendasar pada suatu ideologi keagamaan lazimnya sebagai sauatu reaksi
atas ketidakadilan, penindasan, serta pemaksaan terhadap suatu bangsa, etnis, ataupun kelompok
yang mendasarkan pada suatu agama.

Ideologi Pancasila

Pancasila sebagai ideologi memiliki karakter utama sebagai ideologi nasional. Ia adalah cara
pandang dan metode bagi seluruh bangsa indonesia untuk mencapai cita-citanya, yaitu
masyarakat yang adil dan makmur.

Pancasila adalah ideologi kebangsaan karena ia digali dan dirumuskan untuk kepentingan
membangun negara bangsa Indonesia. Pancasila yang memberi pedoman dan pegangan bagi
tercapainya persatuan dan kesatuan dikalangan warga bangsa dan membangun pertalian batin
antara warga negara dengan tanah airnya.

PENUTUP

Golongan berpengaruh dan berkepentingan adalah leader didalam masyarakat tapi memiliki
image yang berbeda dimata masyarakat. Jika kita teliti dengan seksama, golongan berpengaruh
memiliki massa yang setia dibandingkan dengan golongan berkepentingan dikarnakan kedua
kelompok tersebut memiliki misi dan visi terhadap masyarkat. Disisi lain ideologi dari kedua
kelompok tersebut menciptakan beragam pandangan masyarakat, sehingga tampa kita sadari
masyarakat telah belajar banyak dari mereka.
Sumber Bacaan:
1. R. C. Agarwal ( 2008 ) Political Theory. S. Chand & company Ltd, Ram Nagar, New Delhi.

2. S. N Dubey ( 2007 ) Political Science Theory. Lakshmi Narain Agarwal, sanjay Place – Agra.

3. Carlton Clymer Rodee, Thomas H. Greene ( 2006 ) Pengantar Ilmu politik. PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta.

4. K. K Mishra ( 2005) Political Theory. S. Chand & company Ltd, Ram Nagar, New Delhi

5. A.C Kapur ( 2006 ) Principles Of Political Science. . Lakshmi Narain Agarwal, sanjay Place –
Agra.

6. Budiarjo, Miriam. 2008. “Dasar-Dasar Ilmu Politik”. Jakarta : Penerbit PT Gramedia Pustaka
Utama.

BAB I
PENDAHULUAN

Ideologi adalah kumpulan ide atau gagasan. Kata ideologi sendiri diciptakan oleh Destutt
de Tracy pada akhir abad ke-18 untuk mendefinisikan "sains tentang ide". Ideologi dapat
dianggap sebagai visi yang komprehensif, sebagai cara memandang segala sesuatu (bandingkan
Weltanschauung), secara umum (lihat Ideologi dalam kehidupan sehari hari) dan beberapa arah
filosofis (lihat Ideologi politis), atau sekelompok ide yang diajukan oleh kelas yang dominan
pada seluruh anggota masyarakat. Tujuan untama dibalik ideologi adalah untuk menawarkan
perubahan melalui proses pemikiran normatif. Ideologi adalah sistem pemikiran abstrak (tidak
hanya sekadar pembentukan ide) yang diterapkan pada masalah publik sehingga membuat
konsep ini menjadi inti politik. Secara implisit setiap pemikiran politik mengikuti sebuah
ideologi walaupun tidak diletakkan sebagai sistem berpikir yang eksplisit.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Ideologi
Ideologi berasal dari kata Yunani idein yang berarti melihat,atau idea atau yang berarti
raut muka,perawakan,gagasan,buah pikiran,dan kata logia yang berarti ajaran.Dengan demikian
ideologi adalah ajaran atau ilmu tentang gagasan dan buah pikiran atau science des
ideas(Al.Marsudi,2001:57).
Puspowardoyo(1992) menyebutkan bahwa ideologi dapat dirumuskan sebagai kompleks
pengetahuan dan nilai yang secara keseluruhan menjadi landasan bagi seseorang atau masyarakat
untuk memahami jagat raya bumi seisinya serta menentukan asikap dasar untuk
mengolahnya.Berdasarkan pemahaman yang dihayatinya,seseorang menangkap apa yang dilihat
benar dan tidak benar,serta apa yang dinilai baik dan tidak baik.
Pengertian ideologi secara umum adalah suatu kumpulan gagasan,ide,keyakinan serta
kepercayaan yang bersifat sistematis yang mengarahkan tingkah laku seseoarang dalam berbagai
bidang kehidupan,
1. Pengertian Ideologi Menurut Para Ahli
Untuk lebih memahami tentang pengertian ideologi itu, berikut ini dikemukakan beberapa
pengertian ideologi menurut para ahli :
 Traccy, “Ideologi adalah suatu sistem penilaian mengenai teori politik, sosial budaya dan
ekonomi”.
 Karl Mark, Ideologi adalah ajaran yang menjelaskan suatu keadaan, terutama struktur
kekuasaan, sedemikian rupa sehingga orang menganggapnya sah, padahal jelas tidak sah.
 Ensiklopedia Polpuler Politik pembangunan Pancasila, ideologi merupakan cabang filksafat
yang mendasari ilmu-ilmu seperti sosiologi dan politik.
 Menurut Frans Magnis Suseno (1989. hal: 50-51). Ideologi itu bukan cita-cita yang sudah
hidup dalam masyarakat, melainkan berupa cita-cita sebuah kelompok yang mendasari suatu
program untuk mengubah dan memperbaharui masyarakat. Ideologi tertutup adalah musuh
tradisi. Kalau kelompok itu berhasil merebut kekuasaan politik, ideologinya itu akan dipaksakan
pada masyarakat. Pola dan irama kehidupan norma-norma kelakuan dan nilai-nilai masyarakat
akan diubah sesuai dengan ideologi itu. Ideologi tertutup biasanya bersifat totaliter, jadi
menyangkut seluruh bidang kehidupannya. “Dengan ideologi disini dimaksud segala macam
ajaran tentang makna kehidupan, tentang nilai-nilai dasar dan tentang bagaimana manusia harus
hidup dan bertindak.
 Kenet R Hoover menyatakan bahwa ideologi merupakan bagian yang sangat mendasar dari
kehidupan politik. Menurut beliau :
Generally, an ideology consist of idea about how power in society ought to be organized. These
ideas are derived from a view of the problems and possibilities inhernt in human nature in its
individual and social aspects….ideology is a crucial part of political life. (2004. hal:4-5)
Dalam pandangan Apter, sebuah ideologi biasanya terdiri dari pemikiran-pemikiran
tentang bagaimana untuk mengatur kekuasaan yang ada didalam masyarakat. Beliau lebih
memandang identitas dan karakteristik dari kondisi manusia, sekalipun hal ini merupakan suatu
penyangkalan bahwa semua orang berbagi sifat yang biasa. Karakterisasi kehidupan tersebut
menggunakan gambaran tentang hubungan kekuasaan antara individu dan masyarakat. Namun
Frans Magnis Suseno lebih memandang secara filsafat, dalam pandangannya meskipun ideologi
tidak lepas dari masyarakat, namun harus dibedakan daripadanya karena juga bekerja dalam
bentuk abstrak, sebagai keyakinan atau kepercayaan seseorang yang dipegangnya dengan teguh,
kekuatan ideologi terletak dalam pegangannya terhadap hati dan akal kita. Merangkul ideologi
berarti meyakini apa saja yang termuat di dalamnya dan kesediaan untuk
melaksanakannya.ideologi memuat agar orang mengesampingkan penilainnya sendiri dan
bertindak sesuai dengan ajarannya. Di sini dimaksudkan bukan hanya ideologi dalam arti keras
dan tertutup, melainkan setiap ajaran dan kepercayaan yang memenuhi definisi di atas. Agama
pun dapat dikelompkkan di sini.”
Kenneth R. Hoover (1994) lebih melihat bahwa tentang spektrum ideologis itu, sisi yang
terletak disebelah kiri dihubungkan dengan keyakinan bahwa persamaan antara orang-orang
lebih penting daripada perbedaannya. Dan sisi yang terletak disebelah kanan dihubungkan
dengan keyakinan bahwa perbedaan lebih penting daripada persamaan. Kemudian mengenai
kajiannya secara sistemik, elemen-elemen dari setiap ideologi digambarkan diantara warga
negara dan masyarakat. Ideologi merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan politis.
Masyarakat modern membangun struktur otoritas yang sangat besar pada konsep kekuasaan yang
berasal dari ideologi. Dalam cakupan sistem, ideologi mencakup pemikiran-pemikiran dari ilmu
ekonomi, sosiologi, politik dan filosofi yang menyediakan tema-tema intelektual yang bergabung
dari suatu kultur. Kita tidak bisa menentukan secara meyakinkan mengenai apakah pemikiran-
pemikiran ini memang benar-benar menentukan tindakan kita, tetapi tidak ada keraguan bahwa
setiap tindakan itu selalu terhubung dengan pemikiran.
Dari beberapa pengertian yang dikemukakan di atas, pokok persoalan ideologi-ideologi
dapat ditemukan dalam koridor pertanyaan simpel menyangkut kebebasan dan otoritas (freedom
and authority). Karena pada dasarnya manusia memiliki hak kebebasan yang menyatu dengan
kewajibannya, apa yang menapikan kebebasannya itulah batasan kebebasan apa yang
dilakukannya. Beberapa ideologi diorientasikan untuk kekuasaan negara. Namun, berkaitan
dengan perilaku politik, ideologi berjalan secara bebas pada pertimbangan atas golongan,
kepentingan pribadi dan dinamika politik-birokrasi. Kemudian dalam kaitannya dengan suatu
keputusan, ideologi dapat memaksa pandangan dan kehendak banyak orang kepada pokok
persoalan tertentu, dan ideologi juga mampu mempengaruhi keputusan-keputusan dalam
pemungutan suara. Dengan demikian secara lebih luas ideologi tidak hanya mampu merasuk
dalam pemikiran orang banyak, tetapi meresap terhadap aspek jiwanya yang akan tampak dalam
tidakan dalam kesehariannya.
2. Cirri – Ciri Ideologi
Ideologi berasal dari kata ideas dan logos. Ideas berarti gagasan,konsep, sedangkan logos
berarti ilmu. Pengertian ideologi secara umum adalah sekumpulan ide, gagasan, keyakinan,
kepercayaan yang menyeluruh dan sistematis dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan
keagamaan.
Ciri-ciri ideologi adalah sebagai berikut:

1. Mempunyai derajat yang tertinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan kenegaraan.
2. Oleh karena itu, mewujudkan suatu asas kerohanian, pandanagn dunia, pandangan hidup,
pedoman hidup, pegangan hidup yang dipelihara diamalkan dilestarikan kepada generasi
berikutnya, diperjuangkan dan dipertahankan dengan kesediaan berkorban.

3. Fungsi Ideologi

Setelah mengetahui pengertian ideologi, kita juga harus mengetahui fungsi dari ideologi
tersebut. Soerjanto Poespowardojo mengemukakan fungsi ideologi sebagai berikut:

1.Struktur kognitif, yakni keseluruhan pengetahuan yang dapat merupakan landasan untuk
memahami kejadian dalam keadaan alam sekitarnya.
2.Orientasi dasar, dengan membuka wawasan yang memberikan makna serta menunjukkan
tujuan dalam kehidupan masyarakat.
3.Norma-norma yang menjadi pedoman dan pegangan bagi seseorang.
4.Bekal dan jalan bagi seseorang untuk menentukan identitasnya.
5.Kemampuan yang mampu menyemangati dan mendorong seseorang untuk menjalankan
kegiatan dan mencapai tujuan.
6.Pendidikan bagi seseorang atau masyarakat untuk memahami, menghayati, serta mempolakan
tingkah lakunya sesuai dengan orientasi dan norma-norma yang terkandung didalamnya.
Kesimpulan yang bisa ditarik adalah sekalipun pengertian ideologi bervariasi, tetapi jika
dicermati sesungguhnya terkandung inti-inti kesamaan. Kesamaan-kesamaannya, yakni ideologi
adalah prinsip, dasar, arah, dan tujuan dalam kehidupan. Selain mengetahui pengertian ideologi,
kita juga harus mengetahui fungsi ideologi. Ideologi berfungsi mendasari kehidupan masyarakat
sehingga mampu menjadi landasan, pedoman, dan bekal serta jalan bagi suatu kelompok,
masyarakat, bangsa, dan negara.
4. Peranan Ideologi
Peran ideologi tentunya memiliki signifikansi dengan ideolog yang mencipta ideologi itu.
Dalam kaitan ini paling tidak ideolog sebagai orang berjasa dalam menyalurkan gagasan untuk
masyarakat, bangsa dan negara tertentu. Ideolog adalah orang yang mampu untuk melihat
keadaan kemarin, sekarang dan masa depan dengan jangkauan pemikirannya. Sebagaimana
dikatakan David E. Apter bahwa ideolog “merupakan orang yang membuat intelektual dan
moral melompat ke depan, melalui pengetahuannya yang superior, pandangannya harus
berlaku”. (1987. hal:327-328).
Ideologi mempunyai peranan urgen untuk kemajuan bangsa, karena melalui eksistensi ideologi,
maka suatu bangsa akan memiliki motivasi tinggi dalam hidup dan kehidupannya, sehingga
mampu mewujudkan cita-cita dan tujuannya. Apabila bangsa itu tidak mempunyai ideologi,
maka bangsa tersebut dikatakan tidak memiliki tujuan yang jelas atau meskipun bangsa itu
mempunyai tujuan, tetapi mereka tidak mau mencapainya. Secara ideal maka ideologi itu harus
dinamis, terbuka dan tidak kaku (rigid) atau membelenggu hidup dan kehidupan masyarakat
apalagi hanya dijadikan sebagai alat kekuasaan para penguasa.
Secara historis masyarakat dan bangsa tentunya tidak lepas dari dinamika sosial dan politik yang
terjadi. Keinginan dan tujuan manusia yang selalu menuju yang ideal tentu sangat memerlukan
perekat ideologi. Sehingga Parker dan Jrlinmek (R.E Gross dan Thomas L. Dynneson: 191:
1999) ‘Think globally while acting locally’ . Pendapat tersebut mengisyaratkan agar di zaman
globalisasi yang merupakan buah dari akal budi manusia ini kita harus mampu untuk berpikir
global dan bertindak secara lokal atau spesifik. Urgensi ideologi dalam hal ini tentunya akan
senantiasa diuji dalam dirinya serta realisasinya. Secara umum peran ideologi dalam politik
dapat dijelasakan dalam batasan-batasan berikut:
 Sebagai visi yang hendak dicapai oleh bangsa
Nilai fundamental yang dapat mengatur dan mengarahkan masyarakat dalam mencapai tujuan
ideal bangsa.
 Mampu menjadikan perekat yang memperkuat persatuan dan kesatuan masyarakat bangsa.
Pada masa modernisasi memang persoalan kegoncangan ideologi merupakan masalah umum.
Secara khusus hancurnya tradisi kewajiban sudah terjadi sangat general di berbagai komunitas.
Kondisi demikian sebagaimana peralihan atau tahapan yang dikemuakakan Alvin Topler mulai
dari masyarakat tradisional, industri dan era teknologi informasi. Pengelompokkan korporasi di
masyarakat yang sedang menjadi industri menjadi unit kontinuitas, dengan peran individu yang
diturunkan dari padanya. Peran-peran bersifat birokratik, diatur oleh perusahaan tertentu dan
memperoleh kewajian-kewajiban dari sekelompok aturan perusahaan tersebut.
Apabila ikatan-ikatan pribadi diperlemah dan kewajibannya itu sendiri tidak, maka akan menjadi
semakin kontraaktual, teratur dan kuat. Peran-peran tersebut dikatakan sebagai karir atau
profesionalisasi. Dalam pandangan Kenneth R. Hoover (1994. Hal 336), :
“Para pemegang peran inilah yang menjadi anggota kemampanan dalam periode modern, dengan
seluruh pernik-pernik profesionalismen: kode etik; sekelompok klub atau asosiasi yang
mewujudkan kode dan standar tingkah laku; dan kekuasaan untuk mempengaruhi kondisi-
kondisi penerapan. Peran karir mempunyai kekuasaan, tetapi jarang peran kekuasaan perse. Pada
sisi positifnya, profesionalisme menghasilkan kerendahan hati dan disiplin pada rakyat yang
menyebabkanya dicap”manusia organisasi” dengan semua implikasi negatif dan positif dari
ungkapan tersebut. “Peran-peran karir birokratik dan peran-peran profesional tipikal masyarakat
industri”.
Apabila jaringan kewajiban pembentuk masyarakat terpecah di dalam satu periode perubahan,
aspek pemeliharaan dari eksistensi manusia perasaan atau keyakinan (trust) menerima warisan
dari masa lampau harus secara hati-hati diantisipasi dan dijaga. Karena apabila warisan tersebut
hilang, akan berakibat pada suatu keasyikkan yang mendalam dengan diri dan penonjolan diri
dan sama sekali membunuh proyeksi manusia dalam menciptakan dan mencapai tatanan
peradabannya.
5. Unsur-Unsur Ideologi
Terlepas dari berbagai ragam definisi ideologi, menurut Koento Wibisono (1989) apabila
diteliti dengan cermat ada kesamaan unsur ideologi yaitu : keyakinan, mitos dan loyalitas.
Keyakinan, dalam arti bahwa dalam setiap ideologi selalu memuat gagasan-gagasan vital,
konsep-konsep dasariah yang menggambarkan seperangkat keyakinan yang diorientasikan
kepada tingkah laku atau perbuatan manusia sebagai subyek pendukungnya untuk mencapai
suatu tujuan yang di cita-citakan. Mitos, dalam arti bahwa setiap ideologi selalu memitoskan
sesuatu ajaran, dan secara optimistik-deterministik mengajarkan, bagaimana suatu ideologi pasti
akan dapat dicapai. Loyalitas, dalam arti bahwa dalam setiap ideologi selalu menuntut adanya
loyalitas serta keterlibatan optimal kepada para pendukungnya.
6. Ideologi Sebagai Sistem

Ideologi dapat dirumuskan sebagai suatu sistem berpikir yang digunakan oleh suatu
masyarakat untuk menginterpresikan (mengartikan) hidup dan kehidupannya. Dapat juga
dikatakn sebagai identitas suatu masyarakat atau bangsa, yang sering disebut dengan istilah
“kepribadian bangsa”. mengingat ideologi merupakan suatu sistem berpikir dalam semua aspek
kehidupan, maka ia dapat diterapkan kedalam sistem politik, ekonomi, dan sosial budaya. Mula-
mula digali dari kenyataan-kenyataan yang ada (induktif), kemudian dirumuskan dalam suatu
sistem, dan akhirnya diterapkan kembali dalam segala aspek kehidupan (deduktif)
Ideologi biasanya adalah sistem yang tertutup (eleduktif-induktif). Apabila suatu
masyarakat menganut sistem ideologi tertentu, itu berarti masyarakat tersebut menggunakan
sistem deduktif; yaitu seluruh kehidupan masyarakat baik politik, ekonomi, maupun kehidupan
sosial budaya sehari-sehari bersumber dari nilai-nilai tertentu yang dianut oleh ideologinya.
Contohnya ialah sosialisme- marxisme, liberalisme, dan agama tertentu.
Ideologi dapat juga mengandung pengertian bahwa dia harus menegara, yaitu nilai-nilai
yang dikandungnya diatur melalui Negara. Jadi, sesungguhnya negaralah yang mempunyai peran
penting didalam sistem ideologi guna mengatur warga Negaranya dan mencapai cita-cita dan
tujuannya.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Ideologi merupakan cerminan cara berfikir orang atau masyarakat yang sekaligus
membentuk orang atau masyarakat itu menuju cita-cita yang mereka inginkan. Ideologi
merupakan sesuatu yang dihayati dan diresapi menjadi suatu keyakinan. Ideologi merupakan
suatu pilihan yang jelas membawa komitmen (keterikatan) untuk mewujudkannya. Semakin
mendalam kesadaran ideologis seseorang, maka akan semakin tinggi pula komitmennya untuk
melaksanakannya.
Komitmen itu tercermin dalam sikap seseorang yang meyakini ideologinya sebagai
ketentuan yang mengikat, yang harus ditaati dalam kehidupannya, baik dalam kehidupan pribadi
ataupun masyarakat. Ideologi berintikan seperangkat nilai yang bersifat menyeluruh dan
mendalam yang dimiliki dan dipegang oleh seseorang atau suatu masyarakat sebagai wawasan
atau pandangan hidup mereka. Melalui rangkaian nilai itu mereka mengetahui bagaimana cara
yang paling baik, yaitu secara moral atau normatif dianggap benar dan adil, dalam bersikap dan
bertingkah laku untuk memelihara, mempertahankan, membangun kehidupan duniawi bersama
dengan berbagai dimensinya. Pengertian yang demikian itu juga dapat dikembangkan untuk
masyarakat yang lebih luas, yaitu masyarakat bangsa.

Anda mungkin juga menyukai