BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semua agama mengenal ritual, karena setiap agama memiliki ajaran tentang hal yang
sakral. Salah satu tujuan pelaksanaan ritual adalah pemeliharaan dan pelestarian kesakralan.
Disamping itu ritual merupakan tindakan yang memperkokoh hubungan pelaku dengan objek
yang suci, dan memperkuat solidaritas kelompok yang menimbulkan rasa aman dan kuat
kepercayaan. Adanya kepercayaan pada yang sakral, menimbulkan ritual. Oleh karena itu,
ritual didefinisikan sebagai perilaku yang diatur secara ketat. Dilakukan sesuai dengan
ketentuan, yang berbeda dengan perilaku sehari-hari, baik cara melakukannya maupun
maknanya. Apabila dilakukan seuai dengan ketentuan, ritual diyakini akan mendatangkan
kemasyarakatan merupakan terjemahan dari istilah asing social institution. Namun untuk
menentukan padanan yang tepat dalam bahasa Indonesia mengenai social institution ini, para
pakar ilmu-ilmu sosial belum dapat kata sepakat. Ada yang mengatakan bahwa padanan yang
tepat untuk istilah tersebut adalah pranata sosial. Karena ia menunjukan pada adanya unsur-
unsur yang mengatur tingkah laku para anggota masyarakat. Menurut Koentjaraningrat
pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat pada aktivitas-
aktivitas manusia untuk memnuhi berbagai kebutuhan khusus mereka dalam masyarakat.
Menurut pengertian ini, lembaga adalah sistem tata kelakuan atau norma-norma untuk
memenuhi kebutuhan.
Padanan lain yang diusulkan oleh ahli ilmu sosial adalah bangunan sosial (terjemahan
dari soziale gebilde dalam bahasa jerman). Istilah ini jelas menggambarkan bentuk dan
Dari uraian di atas tampak bahwa istilah lembaga mengandung dua pengertian:
pertama adalah pranata yang mengandung arti norma atau sistem, kedua adalah bangunan.
B. Tujuan Penulisan
C. Identifikasi
Sesuai dengan latar belakang maka dapat diidentifikasi masalah yang akan dibahas
D. Rumusan Masalah
E. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini kami menggunakan metode pustaka yaitu menggunakan
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Ritual
Ritual adalah pola-pola pikiran yang dihubungkan dengan gejala atau pun penjelasan-
2. Tujuan Ritual
Dari segi tujuan, ritual islam dapat dibedakan menjadi tiga pula, yaitu:
a. Yaitu ritual yang bertujuan mendapatkan ridha Allah semata dan balasan yang ingin dicapai
3. Macam-macam ritual
1) Ritual islam yang primer adalah ritual yang wajib dilakukan oleh umat islam. Umpamanya,
shalat wajib lima waktu dalam sehari semalam. Kewajiban ni disepakati oleh para ulama
2) Ritual islam yang skunder adalah ibadah shalat sunnah, umpamanya bacaan dalam rukuk dan
3) Ritual islam teritier adalah ritual yang berupa anjuran dan tidak sampai pada derajat sunnah.
Umpamanya, dalam hadist yang diriwayatkan oleh imam Al-Nasa’i dan Ibnu Hibban yang
menyatakan bahwa Nabi Muhammad saw bersabda , “orang membaca ayat kursiy setelah
shalat wajib, tidak tidak akan ada yang menghalanginya untuk mauk syurga. Meakipun ada
hadist tersebut, ulama tidak berpendapat bahwa bacaan ayat kursiy setelah shalat wajib
adalah sunnah. Karena itu, membaca ayat kursiy setelah shalat wajib hanya bersifat tahsini.
1) Ritual sebagai teknologi, seperti upacara yang berhubungan dengan kegiatan pertanian dan
perburuan.
2) Ritual sebagai terapi, seperti upacara untuk mengobati dan mencegah hal-hal yang tidak
diinginkan.
3) Ritual sebagai ideologis /mitos dan ritual tergabung untuk mengendalikan suasana perasaan
hati, nilai, sentimen, dan perilaku untuk kelompok yang baik. Misalnya, upacara inisiasi yang
merupakan konfirmasi kelompok terhadap status, hak, dan tanggung jawab yang baru.
4) Ritual sebagai penyelamatan (salvation), mislalnya seseorang yang mempunyai pengalaman
mistikal seolah-olah menjadi orang baru, ia berhubungan dengan kosmos yang juga
5) Ritual sebagai revitalisasi (penguatan atau penghidupan). Ritual ini sama dengan ritual
Secara umum, ritual dalam islam dapat dibedakan menjadi dua: ritual yang
mempunyai dalil yang tegas dan eksplisit dalam al-Quran dan sunnah, dan ritual yang tidak
memiliki dalil, baik dalam al-Quran maupun dalam sunnah. Salah satu contoh rirual bentuk
pertama adalah shalat, sedangkan contoh ritual kedua adalah marhabaan, perinngatan hari
(bulan) kelahiran Nabi Muhammad saw (muludan Sunda), dan tahlil yang dilakukan keluarga
Secara umum, tujuan institusi itu adalah memenuhi segala kebutuhan pokok manusia,
seperti kebutuhan keluarga, hukumekonomi, politik, sosial, dan budaya. Adapun fungsi
c. Memberikan pedoman kepada masyarakat tentang norma tingkah laku yang seharusnya
Introduktory Analysis yang ditulis dan disadur oleh SeloSoemardjan dan Soelaeman soemardi
(1964:78), elemen institusi itu ada tiga: pertama, association;, kedua, characteristic
Assocition merupakan wujud kongkrit dari institusi. Ia bukan sistem nilai teapi
Institut Agama Islam Negeri Sunan Hunung Djati, Institut Agama Islam Negeri Syarif
Charakteristic institution adalah sistem nilai atau norma tetentu yang dipergunakan
oleh suatu association. Ia dijadikan landasan dan tolok ukur berprilaku oleh masyarakat
assosiasi yang bersangkutan. Tata perilaku dalam characteristic institution yang mempunyai
daya ikat yang kuat dan sanksi yang jelas bagi setiap jenis pelanggaran.
Special intereset adalah kebutuhan atau tujuan tertentu, baik kebutuhan yang bersifat
Sebagai sebuah gambaran ringkas, kita lihat contoh berikut ini: keluarga merupakan
asosiasi tang didalamnya terdiri atas beberapa anggota keluarga. Para anggota keluarga
terikat oleh aturan-aturan yang telah sama-sama disepakati. Aturan-aturan tersebut dibuat
Sistem norma dalam agama islam bersumber dari firman Allah swt dan sunnah Nabi
Muhamad saw. Ia merupakan pedoman bertingkah laku masyarakat muslim agar mereka
Daya ikat norma dalam islam tercermin dalam bentuk, mubah, mandub, wujud,
makruh, haram. Dalam terminologi ilmu Ushul Fikh, mubah tidak mempunyai daya ikat
sehingga perilaku mubah tidak mendapat sanksi. Mamdub mempunyai daya ikat yang agak
kuat sehingga seseorang yang mengerjakan perilaku dalam kategori ini akan mendapat
pahala. Wujud adalah perilaku yang harus dilakuakan sehingga seseorang yang mengrejakan
perilaku wujud akan mendapat pahala sedangkan yang melanggar akan mendapat sanksi.
Makruh adalah tingkat norma yang memberikan sanksi kepada yang melanggarnya;
dan yang tidak melanggarnya tidak diberi pahala. Adapun haram adalah norma yang
Institusi adalah sistem nilai dan norma. Adapun norma islam terdapat dalam akidah,
ibadah, muamalah, dan akhlak. Norma ibadah tercermin dalam bersuci (thaharah), shalat,
zakat, puasa (saum), dan haji. Norma muamlah tercermin dalam hukum perdagangan,
perserikatan, bank, asuransi, nikah, waris, perceraian, hukum pidana dan politik. Adapun
norma akhlak tercermin dalam akhlak terhadap Allah swt dan akhlak tehadap makhluk.
yang merupakan bangunan atau wujud kongkret dari norma. Pembentukan asosiasi dengan
landasan norma oleh masyarakat muslim merupakan upaya memenuhi kebutuhan hidup
mereka, sehingga mereka bisa hidup dengan aman dan tenteram serta bahagia didunia dan
akhirat; karena onstitusi didalam islam adalah sistem norma yang didasarkan pada ajaran
Dari paparan singkat diatas, dapat dikemukakan beberapa contoh institusi dalam islam
yang ada di Indonesia, seperti institusi perkawinan diasosiasikan melalui Kantor Urusan
Agama (KUA) dan Peradilan Agamanya, dengan tujuan agar perkawinan dan perceraian
dapat dilakukan secara tertib untuk melindungi hak keluarga, terutama perempuan; institusi
pendidikan yang diasosiasikan dalam bentuk pesantren dan madrasah; institusi eonomi yang
diasosiasikan menjadi Bank Muamalah Indonesia (BMI), Baitul Mal Watamwil (BMT);
institusi zakat yang diasosiasikan menjadi Badan Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah (BAZIS);
dan institusi dakwah yang diasosiaikan menjadi Lembaga Dakwah Kampus (LDK). Semua
institusi yang ada di Indonesia itu bertujuan memenuhu kebutuhan masyarakat Muslim, baik
Sebagai sebuah norma institusi itu bersifat mengikat. Ia merupakan aturan yang
mengatur warga kelompok di masyarakat. Di samping itu, ia pun merupakan pedoman dan
kekerabatan yang menimbulkan institusi keluarga dan institusi perkawinan. Kelompok norma
institusi hukum, seperti peradilan. Dan kelompok norma agama yang melahirkan institusi
keagamaan.
Dilihat dari daya yang mengikatnya, secara sosiologis norma-norma tersebut dapat
dibedakan menjadi empat macam; pertama, tingkatan cara (usage); kedua, kebiasaan
(folkways); ketiga, tata kelauan (mores) dan keempat, adat istiadat (custom).
Usage menunjuk pada suatu bentuk perbuatan yang dilakukan secara berulang-ulang.
Kekuatan memikat norma usage adalah paling lemah dibanding dengan tingkatan norma
lainnya.
yang sama; menggambarkan bahwa perbuatan itu disenangi banyak orang. Daya ikat norma
ini lebih kuat daripada norma usage, contohnya memberi hormat kepada yang lebih tua.
Tidak memberi hormat kepda yang lebih tua dianggap sebagai suatu penyimpangan. Menurut
Mac Iver dan Page, kebiasaan merupakan perilaku yang diakui dan diterima oleh masyarakat.
Apabila suatu kebiasaan dianggap sebagai cara berperilaku, bahkan dianggap dan
diterima sebagai norma pengatur, maka kebiasaan meningkat menjadi tahapan mores. Ia
merupakan alat pengawas bagi perilaku masyarakat yang daya ikatnya lebih kuat daripada
Norma tata kelakuan (mores) yang terus menerus dilakukan sehinggga integrasinya
menjadi sangat kuat dengan pola-pola perilaku masyarakat, daya ikatnya akan lebih kuat dan
meningkat ketahapan custom. Dengan demikian, warga masyarakat yang melanggar custom
akan menderita karena mendapat sangsi yang keras dari masyarakat.(Selo Soemardjan dan
a. Pengertian institusi
Dalam bahasa inggris dijumpai dua istilah yang mengacu kepada pengertian institusi
(lembaga), yaitu institute dan institution. Istilah yang pertama menekankan kepada pengertian
institusi sebagai sarana atau organisasi untuk mencapai tujuan tertentu, sedangkan istilah
kedua menekankan pada pengertian institusi sebagai sutau sistem norma untuk memenuhi
social institution. Akan tetapi, soerjono soekanto (1987:177) menjelaskan bahwa sampai saat
ini belum ada kata sepakat mengenai istilah Indonesia yang khas dan tepat untuk menjelaskan
istilah Inggris tersebut. Ada yang mengatakan bahwa padanan yang tepat untuk istilah itu
adalah pranata sosial yang di dalamnya terdapat unsur-unsur yang mengatur tingkah laku
anggota masyarakat. Pranata sosial, seperti dituturkan oleh Koentjaningrat (1980:179), adalah
suatu sistem tata kelakuan dan tata hubungan yang berpusat pad sejumlah aktivitas manusia
untuk memenuhi kebutuhan khusus mereka dalam masyarakat. Dengan demikian, menurut
beliau, lembaga masyarakat adalah sistem tata kelakuan atau norma untuk memenuhi
kebutuhan. Ahli sosiologi lain berpendapat bahwa arti social institution adalah bangunan
sosial. Ia merupakan padanan dari istilah jerman, yaitu siziale gebilde. Terjemahan ini
Pengertian-pengertian social institution yang lain yang dikutip oleh soejono soekanto
1) Menurut Robert Mac Iver dan Carles H. Page, sicial institution adalah tatacara atau prosedur
yang diciptakan untuk mengtur manusia yang berkelompok dalam suatu kelompok
kemasyarakatan
merupakan jaringan dari proses hubungan antar manusia dan antar kelompok manusia yang
3) Sumner melihat social institution dari sisi kebudayaan. Menurut dia, social institution ialah
perbuatan, cita-cita, sikap, dan perlengkapan kebudayaan yang mempunyai sifat kekal
institusi mempunyai dua pengertian: pertama, sistem norma yang mengandung arti pranata;
dan kedua, bangunan. Menurut Sumner, sebagaimana dikutip oleh Selo Soemardjan dan
Soelaeman Soemardi (1964: 67), an institution consits of a concept idea, notion, doctrin,
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1) Ritual adalah pola-pola pikiran yang dihubungkan dengan gejala ataupun pejelasan-
Dari segi tujuan ritual islam dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:
a. Ritual yang bertujuan mendapatkan ridha Allah semata dan balasan yang ingin dicapai
c. Ada yang tujuannya meminta ampun atas kesalahan yang telah dilakukan
3) Macam-macam ritual
1. Ritual islam primer adalah ritual yang wajib dilakukan oleh umat Islam
2. Ritual islam yang skuder adalah ibadah shalat sunnah, umpamanya bacaan dalam ruku dan
3. Ritual islam yang tertier adalah ritual yang berupa anjuran dan tidak sampai pada derajat
sunnah.
1. Ritual sebagai teknologi, seperti upacara yang berhubungan dengan kegiatan pertanian dan
perburuan.
2. Ritual sebagai terapi, seperti untuk mengobati dan mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.
suasana,perasaan hati, niai, sentimen, dan perilaku untuk kelompok yang baik, misalnya:
upacara inisiasi yang merupakan konfirmasi elompok terhadap status, hak dan tanggung
4. Ritual sebagai penyelamatan (sal vation), misalnya seorang yang mempunyai pengalaman
yang mistikal, seolah-olah menjadi orang yang baru ; ia berhubungan dengan kosmos yang
pengertian institusi (lembaga), yaitu institute dan institution. Istilah pertama menekankan
kepada pengertian institusi sebagai sarana atau organisasi untuk mencapai tujuan tertentu,
sedangkan istilah kedua menekankan kepada pengertian institusi sebagai suatu sistem norma
untuk memenui kebutuhan. (Mohammad Daud Ali dan Habibah Daud , 1995:1).
social institution. Akan tetapi, Soerjono Soekanto (1987:177) menjelqskqn bahwa sampai
saat ini belum ada kata sepakat mengenai istilah indonesia yang khas dan tepat untuk
menjelaskan istilah inggris tersebut.ada yang mengatakan bahwa padanan yang tepat untuk
istilah itu adalah pranata sosial yang didalamnya terdapat unsur-unsur yang mengatur
tingkah laku masyarakat. Pranata sosial seperti yang dituturka oleh koentjaraningrat
(1980:179) adalah suatu sistem tata kelakuan dan tata hubungan yang berpusat pada sejumlah
aktivitas manusia untuk memenuhi kebutuhan khusus mereka dalam masyarakat. Dengan
demikian, menurut beiau lembaga kemasyarakatan adalah sistem tata kelakuan atau norma
untuk memenuhi kebutuhan. Ahli sosiologi lain berpendapat bahwa arti social institution
adalah bangunan sosial. Ia merupakan padanan dari istilah jerman, yaitu Siziale Gebilde.
Terjemahan ini tampak jelas menggambarkan bentuk dan struktur social institution.
institusi mempunyai dua pengertian: pertama, sistem norma yang mengandung pranata; dan
kedua, bangunan.
Tujuan institusi secara umum adalah memenuhi segala kebutuhan pokok manusia
3. Memberikan pedoman kepda masyarakat tentang norma tingkah laku yang seharusnya
Beberapa contoh institusi dalam islam yang ada di Indonesia, seperti Kantor
Urusan Agama (KUA), dan Peradilan Agama, Bank Mu’amalat Indonesia (BMI), Baitul Mal
Watamwil (BMT), Badan Amil Zakat Dan Shadaqah (BAZIS), dan Lembaga Dakwah
Kampus (LDK).
B. SARAN
Sekiranya bagi saudara/i yang membaca makalah ini dapat memberikan masukan-
masukan dan penjelasan pada kami cara yang baik dala pembenahan makalah ini.
http://alu-syahrudin.blogspot.com/2012/05/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html