Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH RITUAL DAN INSTITUSI DALAM ISLAM

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Semua agama mengenal ritual, karena setiap agama memiliki ajaran tentang hal yang

sakral. Salah satu tujuan pelaksanaan ritual adalah pemeliharaan dan pelestarian kesakralan.

Disamping itu ritual merupakan tindakan yang memperkokoh hubungan pelaku dengan objek

yang suci, dan memperkuat solidaritas kelompok yang menimbulkan rasa aman dan kuat

mental. (Djamari, 1993:35)

Hampir semua masyarakat yang melakukan ritual keagamaan dilatarbelakangi oleh

kepercayaan. Adanya kepercayaan pada yang sakral, menimbulkan ritual. Oleh karena itu,

ritual didefinisikan sebagai perilaku yang diatur secara ketat. Dilakukan sesuai dengan

ketentuan, yang berbeda dengan perilaku sehari-hari, baik cara melakukannya maupun

maknanya. Apabila dilakukan seuai dengan ketentuan, ritual diyakini akan mendatangkan

keberkahan, karena percaya akan hadirnya sesuatu yang sakral.


Dalam kepustakaan sosiologi di tanah air kita terdapat beberapa istilah yang

berhubungan dengan lembaga sosial atau lembaga kemasyarakatan. Istilah lembaga

kemasyarakatan merupakan terjemahan dari istilah asing social institution. Namun untuk

menentukan padanan yang tepat dalam bahasa Indonesia mengenai social institution ini, para

pakar ilmu-ilmu sosial belum dapat kata sepakat. Ada yang mengatakan bahwa padanan yang

tepat untuk istilah tersebut adalah pranata sosial. Karena ia menunjukan pada adanya unsur-

unsur yang mengatur tingkah laku para anggota masyarakat. Menurut Koentjaraningrat

pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat pada aktivitas-

aktivitas manusia untuk memnuhi berbagai kebutuhan khusus mereka dalam masyarakat.

Menurut pengertian ini, lembaga adalah sistem tata kelakuan atau norma-norma untuk

memenuhi kebutuhan.

Padanan lain yang diusulkan oleh ahli ilmu sosial adalah bangunan sosial (terjemahan

dari soziale gebilde dalam bahasa jerman). Istilah ini jelas menggambarkan bentuk dan

susunan social institution itu.

Dari uraian di atas tampak bahwa istilah lembaga mengandung dua pengertian:

pertama adalah pranata yang mengandung arti norma atau sistem, kedua adalah bangunan.

B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini antara lain:

1. Mengetahui konsep ritual dalam Islam

2. Mengetahui konsep institusi dalam Islam

C. Identifikasi

Sesuai dengan latar belakang maka dapat diidentifikasi masalah yang akan dibahas

dalam makalah ini, yaitu:


1. Pengertian ritual dalam Islam

2. Macam-macam ritual dalam Islam

3. Pengertian institusi dalam Islam

4. Fungsi dan unsur-unsur institusi dalam Islam

D. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian ritual dan institusi dalam agama Islam

2. Apa saja tujuan ritual dalam agama Islam

3. Apa saja fungsi institusi dalam agama Islam

4. Apa saja contoh ritual dan institusi dalam agama Islam.

E. Metode Penulisan

Dalam penulisan makalah ini kami menggunakan metode pustaka yaitu menggunakan

buku-buku sebagai sumber belajar dan referensi.

BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP RITUAL DALAM ISLAM

1. Pengertian Ritual

Ritual adalah pola-pola pikiran yang dihubungkan dengan gejala atau pun penjelasan-

penjelasan yang mempunyai ciri-ciri mistis.

2. Tujuan Ritual

Dari segi tujuan, ritual islam dapat dibedakan menjadi tiga pula, yaitu:
a. Yaitu ritual yang bertujuan mendapatkan ridha Allah semata dan balasan yang ingin dicapai

adalah kebahagiaan ukhrawi;

b. Ritual yang bertujuan mendapatkan balasan didunia ini;

c. Ada yang tujuannya meminta ampun atas kesalahan yang dilakukannya;

3. Macam-macam ritual

a. Ditinjau dari tingkatannya dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan:

1) Ritual islam yang primer adalah ritual yang wajib dilakukan oleh umat islam. Umpamanya,

shalat wajib lima waktu dalam sehari semalam. Kewajiban ni disepakati oleh para ulama

karena berdasarkan ayat al-Qur’an dan hadist Nadi Muhammad Saw.

2) Ritual islam yang skunder adalah ibadah shalat sunnah, umpamanya bacaan dalam rukuk dan

sujud, shalat berjama’ah, shalat tahajjud, dan shalat dhuha.

3) Ritual islam teritier adalah ritual yang berupa anjuran dan tidak sampai pada derajat sunnah.

Umpamanya, dalam hadist yang diriwayatkan oleh imam Al-Nasa’i dan Ibnu Hibban yang

menyatakan bahwa Nabi Muhammad saw bersabda , “orang membaca ayat kursiy setelah

shalat wajib, tidak tidak akan ada yang menghalanginya untuk mauk syurga. Meakipun ada

hadist tersebut, ulama tidak berpendapat bahwa bacaan ayat kursiy setelah shalat wajib

adalah sunnah. Karena itu, membaca ayat kursiy setelah shalat wajib hanya bersifat tahsini.

b. Meninjau ritual dari segi jangkauannya, yakni sebagai berikut:

1) Ritual sebagai teknologi, seperti upacara yang berhubungan dengan kegiatan pertanian dan

perburuan.

2) Ritual sebagai terapi, seperti upacara untuk mengobati dan mencegah hal-hal yang tidak

diinginkan.

3) Ritual sebagai ideologis /mitos dan ritual tergabung untuk mengendalikan suasana perasaan

hati, nilai, sentimen, dan perilaku untuk kelompok yang baik. Misalnya, upacara inisiasi yang

merupakan konfirmasi kelompok terhadap status, hak, dan tanggung jawab yang baru.
4) Ritual sebagai penyelamatan (salvation), mislalnya seseorang yang mempunyai pengalaman

mistikal seolah-olah menjadi orang baru, ia berhubungan dengan kosmos yang juga

mempengaruhi hubungan dengan dunia profan.

5) Ritual sebagai revitalisasi (penguatan atau penghidupan). Ritual ini sama dengan ritual

salvation yang bertujuan untuk penyelamatan tetapi fokusnya masyarakat.

Secara umum, ritual dalam islam dapat dibedakan menjadi dua: ritual yang

mempunyai dalil yang tegas dan eksplisit dalam al-Quran dan sunnah, dan ritual yang tidak

memiliki dalil, baik dalam al-Quran maupun dalam sunnah. Salah satu contoh rirual bentuk

pertama adalah shalat, sedangkan contoh ritual kedua adalah marhabaan, perinngatan hari

(bulan) kelahiran Nabi Muhammad saw (muludan Sunda), dan tahlil yang dilakukan keluarga

ketika salah satu anggota keluarganya menunaikan ibadah haji.

B. KONSEP INSTITUSI DALAM ISLAM

1. Fungsi dan unsur-unsur institusi

Secara umum, tujuan institusi itu adalah memenuhi segala kebutuhan pokok manusia,

seperti kebutuhan keluarga, hukumekonomi, politik, sosial, dan budaya. Adapun fungsi

institusi secara lebih rinci adalah sebagai berikut.

a. Memberikan pedoman dalam masyarakat dalam upaya melakukan pengendalian sosial

berdasarkan sistem tertentu, yaitu sistem pengawasan tingkah laku.

b. Menjaga stabilitas keamanan masyarakat

c. Memberikan pedoman kepada masyarakat tentang norma tingkah laku yang seharusnya

dilakukan dalam memenuhi kebutuhan mereka.

Berdasarkan fungsi-fungsi institusi yang diungkapkan diatas, seorang peneliti yang

bermaksud mengadakan penelitian tingkah laku suatu masyarakat selayaknya memperhatikan

secara cermat institusi-institusi yanng ada dimasyarakat bersangkutan.


Menurut Mac Iver dan Charles H. page, dalam bukunya anng berjudul Society: An

Introduktory Analysis yang ditulis dan disadur oleh SeloSoemardjan dan Soelaeman soemardi

(1964:78), elemen institusi itu ada tiga: pertama, association;, kedua, characteristic

institution; dan ketiga, special intereset.

Assocition merupakan wujud kongkrit dari institusi. Ia bukan sistem nilai teapi

merupakan bangunan darisistem nilai. Ia adalah kelompok-kelompok kemasyarakatan.

Sebagai contoh, institut atau universitas merupakan institusi kemasyarakatan, sedangkan

Institut Agama Islam Negeri Sunan Hunung Djati, Institut Agama Islam Negeri Syarif

Hidayatullah, Universitas Pedjadjaran, Universitas Airlangga adalah associaton

Charakteristic institution adalah sistem nilai atau norma tetentu yang dipergunakan

oleh suatu association. Ia dijadikan landasan dan tolok ukur berprilaku oleh masyarakat

assosiasi yang bersangkutan. Tata perilaku dalam characteristic institution yang mempunyai

daya ikat yang kuat dan sanksi yang jelas bagi setiap jenis pelanggaran.

Special intereset adalah kebutuhan atau tujuan tertentu, baik kebutuhan yang bersifat

pribadi maupun asosiasi.

Sebagai sebuah gambaran ringkas, kita lihat contoh berikut ini: keluarga merupakan

asosiasi tang didalamnya terdiri atas beberapa anggota keluarga. Para anggota keluarga

terikat oleh aturan-aturan yang telah sama-sama disepakati. Aturan-aturan tersebut dibuat

dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan mereka.

2. Institusi Islam Dan Contoh Institusi Islam Di Indonesia

Sistem norma dalam agama islam bersumber dari firman Allah swt dan sunnah Nabi

Muhamad saw. Ia merupakan pedoman bertingkah laku masyarakat muslim agar mereka

memperoleh kemaslahatan dunia dan akhirat.

Daya ikat norma dalam islam tercermin dalam bentuk, mubah, mandub, wujud,

makruh, haram. Dalam terminologi ilmu Ushul Fikh, mubah tidak mempunyai daya ikat
sehingga perilaku mubah tidak mendapat sanksi. Mamdub mempunyai daya ikat yang agak

kuat sehingga seseorang yang mengerjakan perilaku dalam kategori ini akan mendapat

pahala. Wujud adalah perilaku yang harus dilakuakan sehingga seseorang yang mengrejakan

perilaku wujud akan mendapat pahala sedangkan yang melanggar akan mendapat sanksi.

Makruh adalah tingkat norma yang memberikan sanksi kepada yang melanggarnya;

dan yang tidak melanggarnya tidak diberi pahala. Adapun haram adalah norma yang

memberikan sanksi yang sangat berat kepada pelanggar.

Institusi adalah sistem nilai dan norma. Adapun norma islam terdapat dalam akidah,

ibadah, muamalah, dan akhlak. Norma ibadah tercermin dalam bersuci (thaharah), shalat,

zakat, puasa (saum), dan haji. Norma muamlah tercermin dalam hukum perdagangan,

perserikatan, bank, asuransi, nikah, waris, perceraian, hukum pidana dan politik. Adapun

norma akhlak tercermin dalam akhlak terhadap Allah swt dan akhlak tehadap makhluk.

Norma-norma dalam islam yang merupakan Charakteristic Institution, seperti yang

disebutkan diatas kemudian melahirkan kelompok-kelompok asosiasi (association) tertentu

yang merupakan bangunan atau wujud kongkret dari norma. Pembentukan asosiasi dengan

landasan norma oleh masyarakat muslim merupakan upaya memenuhi kebutuhan hidup

mereka, sehingga mereka bisa hidup dengan aman dan tenteram serta bahagia didunia dan

akhirat; karena onstitusi didalam islam adalah sistem norma yang didasarkan pada ajaran

islam, dan sengaja diadakan untuk memenuhi kebutuhan umat islam.

Dari paparan singkat diatas, dapat dikemukakan beberapa contoh institusi dalam islam

yang ada di Indonesia, seperti institusi perkawinan diasosiasikan melalui Kantor Urusan

Agama (KUA) dan Peradilan Agamanya, dengan tujuan agar perkawinan dan perceraian

dapat dilakukan secara tertib untuk melindungi hak keluarga, terutama perempuan; institusi

pendidikan yang diasosiasikan dalam bentuk pesantren dan madrasah; institusi eonomi yang

diasosiasikan menjadi Bank Muamalah Indonesia (BMI), Baitul Mal Watamwil (BMT);
institusi zakat yang diasosiasikan menjadi Badan Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah (BAZIS);

dan institusi dakwah yang diasosiaikan menjadi Lembaga Dakwah Kampus (LDK). Semua

institusi yang ada di Indonesia itu bertujuan memenuhu kebutuhan masyarakat Muslim, baik

kebutuhan fisik maupun kebutuhan nonfisik.

Sebagai sebuah norma institusi itu bersifat mengikat. Ia merupakan aturan yang

mengatur warga kelompok di masyarakat. Di samping itu, ia pun merupakan pedoman dan

tolak ukur untuk menilai dan memperbandingkan dengan sesuatu.

Norma-norma yang tumbuh dan berkembang di masyarakat, berubah sesuai dengan

keperluan dan kebutuhan masyarakat. Maka lahirlah, umpamanya, kelompok norma

kekerabatan yang menimbulkan institusi keluarga dan institusi perkawinan. Kelompok norma

pendidikan yang melahirkan institusi pendidikan. Kelompok norma hukum melahirkan

institusi hukum, seperti peradilan. Dan kelompok norma agama yang melahirkan institusi

keagamaan.

Dilihat dari daya yang mengikatnya, secara sosiologis norma-norma tersebut dapat

dibedakan menjadi empat macam; pertama, tingkatan cara (usage); kedua, kebiasaan

(folkways); ketiga, tata kelauan (mores) dan keempat, adat istiadat (custom).

Usage menunjuk pada suatu bentuk perbuatan yang dilakukan secara berulang-ulang.

Kekuatan memikat norma usage adalah paling lemah dibanding dengan tingkatan norma

lainnya.

Folkways merupakan perbuatan yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk

yang sama; menggambarkan bahwa perbuatan itu disenangi banyak orang. Daya ikat norma

ini lebih kuat daripada norma usage, contohnya memberi hormat kepada yang lebih tua.

Tidak memberi hormat kepda yang lebih tua dianggap sebagai suatu penyimpangan. Menurut

Mac Iver dan Page, kebiasaan merupakan perilaku yang diakui dan diterima oleh masyarakat.
Apabila suatu kebiasaan dianggap sebagai cara berperilaku, bahkan dianggap dan

diterima sebagai norma pengatur, maka kebiasaan meningkat menjadi tahapan mores. Ia

merupakan alat pengawas bagi perilaku masyarakat yang daya ikatnya lebih kuat daripada

folkways dan usage.

Norma tata kelakuan (mores) yang terus menerus dilakukan sehinggga integrasinya

menjadi sangat kuat dengan pola-pola perilaku masyarakat, daya ikatnya akan lebih kuat dan

meningkat ketahapan custom. Dengan demikian, warga masyarakat yang melanggar custom

akan menderita karena mendapat sangsi yang keras dari masyarakat.(Selo Soemardjan dan

Soelaeman Soemardi, 1964:61-2)

3. Konsep institus dalam Islam

a. Pengertian institusi

Dalam bahasa inggris dijumpai dua istilah yang mengacu kepada pengertian institusi

(lembaga), yaitu institute dan institution. Istilah yang pertama menekankan kepada pengertian

institusi sebagai sarana atau organisasi untuk mencapai tujuan tertentu, sedangkan istilah

kedua menekankan pada pengertian institusi sebagai sutau sistem norma untuk memenuhi

kebutuhan. (Mohammad Daud Ali dan Habibah Daud, 1995:1)

Istilah lembaga kemasyarakatan merupakan pengalihbahasaan dari istilah Inggris,

social institution. Akan tetapi, soerjono soekanto (1987:177) menjelaskan bahwa sampai saat

ini belum ada kata sepakat mengenai istilah Indonesia yang khas dan tepat untuk menjelaskan

istilah Inggris tersebut. Ada yang mengatakan bahwa padanan yang tepat untuk istilah itu

adalah pranata sosial yang di dalamnya terdapat unsur-unsur yang mengatur tingkah laku

anggota masyarakat. Pranata sosial, seperti dituturkan oleh Koentjaningrat (1980:179), adalah

suatu sistem tata kelakuan dan tata hubungan yang berpusat pad sejumlah aktivitas manusia

untuk memenuhi kebutuhan khusus mereka dalam masyarakat. Dengan demikian, menurut

beliau, lembaga masyarakat adalah sistem tata kelakuan atau norma untuk memenuhi
kebutuhan. Ahli sosiologi lain berpendapat bahwa arti social institution adalah bangunan

sosial. Ia merupakan padanan dari istilah jerman, yaitu siziale gebilde. Terjemahan ini

nampak jelas menggambarkan bentuk dan struktur social institution.

Pengertian-pengertian social institution yang lain yang dikutip oleh soejono soekanto

(1987:179) adalah sebagai berikut:

1) Menurut Robert Mac Iver dan Carles H. Page, sicial institution adalah tatacara atau prosedur

yang diciptakan untuk mengtur manusia yang berkelompok dalam suatu kelompok

kemasyarakatan

2) Howard Becker mengartikan social institution dari sudut fungsinya. Menurutnya, ia

merupakan jaringan dari proses hubungan antar manusia dan antar kelompok manusia yang

berfungsi meraih dan memelihara kebutuhan hidup mereka.

3) Sumner melihat social institution dari sisi kebudayaan. Menurut dia, social institution ialah

perbuatan, cita-cita, sikap, dan perlengkapan kebudayaan yang mempunyai sifat kekal

bertujuan memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat.

Dari paparan singkat mengenai pengertian institusi, dapat disimpulkan bahwa

institusi mempunyai dua pengertian: pertama, sistem norma yang mengandung arti pranata;

dan kedua, bangunan. Menurut Sumner, sebagaimana dikutip oleh Selo Soemardjan dan

Soelaeman Soemardi (1964: 67), an institution consits of a concept idea, notion, doctrin,

interest and a strukture.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1) Ritual adalah pola-pola pikiran yang dihubungkan dengan gejala ataupun pejelasan-

penjelasan yang mempunyai ciri-ciri mistis.


2) Tujuan ritual

Dari segi tujuan ritual islam dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:

a. Ritual yang bertujuan mendapatkan ridha Allah semata dan balasan yang ingin dicapai

adalah kebaagiaan ukhrawi.

b. Ritual yang bertujuan mendapatkan balasan di dunia ini; dan

c. Ada yang tujuannya meminta ampun atas kesalahan yang telah dilakukan

3) Macam-macam ritual

a) Di tinjau dari tingkatannya dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan:

1. Ritual islam primer adalah ritual yang wajib dilakukan oleh umat Islam

2. Ritual islam yang skuder adalah ibadah shalat sunnah, umpamanya bacaan dalam ruku dan

sujud, shalat berjamaah, shalat tahajjud dan shalat dhuha.

3. Ritual islam yang tertier adalah ritual yang berupa anjuran dan tidak sampai pada derajat

sunnah.

b) Ritual ditinjau dari segi pangkarannya yakni sebagai berikut:

1. Ritual sebagai teknologi, seperti upacara yang berhubungan dengan kegiatan pertanian dan

perburuan.

2. Ritual sebagai terapi, seperti untuk mengobati dan mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.

3. Ritual sebagai ideologis – mitos dan ritual bergabung untuk mengendalikan

suasana,perasaan hati, niai, sentimen, dan perilaku untuk kelompok yang baik, misalnya:

upacara inisiasi yang merupakan konfirmasi elompok terhadap status, hak dan tanggung

jawab yang baru;

4. Ritual sebagai penyelamatan (sal vation), misalnya seorang yang mempunyai pengalaman

yang mistikal, seolah-olah menjadi orang yang baru ; ia berhubungan dengan kosmos yang

juga mempengaruhi hubungan dengan dunia profan.

5. Ritual sebagai revitalisasi (penguatan atau penghimpunan kembali).


Institusi dalam bahasa inggris dijuampai dua istilah yang mengacu kepada

pengertian institusi (lembaga), yaitu institute dan institution. Istilah pertama menekankan

kepada pengertian institusi sebagai sarana atau organisasi untuk mencapai tujuan tertentu,

sedangkan istilah kedua menekankan kepada pengertian institusi sebagai suatu sistem norma

untuk memenui kebutuhan. (Mohammad Daud Ali dan Habibah Daud , 1995:1).

Istilah lembaga kemasyarakatan merupakan pengalihbahasaan dari istilah inggris,

social institution. Akan tetapi, Soerjono Soekanto (1987:177) menjelqskqn bahwa sampai

saat ini belum ada kata sepakat mengenai istilah indonesia yang khas dan tepat untuk

menjelaskan istilah inggris tersebut.ada yang mengatakan bahwa padanan yang tepat untuk

istilah itu adalah pranata sosial yang didalamnya terdapat unsur-unsur yang mengatur

tingkah laku masyarakat. Pranata sosial seperti yang dituturka oleh koentjaraningrat

(1980:179) adalah suatu sistem tata kelakuan dan tata hubungan yang berpusat pada sejumlah

aktivitas manusia untuk memenuhi kebutuhan khusus mereka dalam masyarakat. Dengan

demikian, menurut beiau lembaga kemasyarakatan adalah sistem tata kelakuan atau norma

untuk memenuhi kebutuhan. Ahli sosiologi lain berpendapat bahwa arti social institution

adalah bangunan sosial. Ia merupakan padanan dari istilah jerman, yaitu Siziale Gebilde.

Terjemahan ini tampak jelas menggambarkan bentuk dan struktur social institution.

Dari paparan singkat menggenai pengertian institusi dapat disimpulkan bahwa

institusi mempunyai dua pengertian: pertama, sistem norma yang mengandung pranata; dan

kedua, bangunan.

Tujuan institusi secara umum adalah memenuhi segala kebutuhan pokok manusia

seperti kebutuhan keluarga, hukum, sosial, politik dan budaya.

Adapun fungsi institusi secara lebih rinci adalah sebagai berikut:

1. Memberikan pedoman kepada masyarakat dalam upaya melakukan pengendalian sosial

berdasarkan sistem tertentu, yaitu sistem pengawasan tingkah laku.


2. Menjaga stabilitas dan keamanan masyarakat

3. Memberikan pedoman kepda masyarakat tentang norma tingkah laku yang seharusnya

dilakukan dalam memenuhi kebutuhan merek.

Beberapa contoh institusi dalam islam yang ada di Indonesia, seperti Kantor

Urusan Agama (KUA), dan Peradilan Agama, Bank Mu’amalat Indonesia (BMI), Baitul Mal

Watamwil (BMT), Badan Amil Zakat Dan Shadaqah (BAZIS), dan Lembaga Dakwah

Kampus (LDK).

B. SARAN

Sekiranya bagi saudara/i yang membaca makalah ini dapat memberikan masukan-

masukan dan penjelasan pada kami cara yang baik dala pembenahan makalah ini.

http://alu-syahrudin.blogspot.com/2012/05/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html

Anda mungkin juga menyukai