Anda di halaman 1dari 29

TEKNIK PENGGUNAAN VENTILATOR

Ventilator/alat bantu nafas (ARN) adalah alat yang digunakan untuk


membantu pernafasan secara mekanik.

Tujuan pemasangan ventilator.

1. Memberikan kekuatan mekanis pada system paru untuk mempertahankan


ventilasi yang phisiologis
2. Memperbaiki efisiensi ventilasi dan oksegenasi.
3. Mengurangi kerja myokard dengan jalan mengurangi kerja nafas.

Indikasi pemasangan ventilator

1. Mekanik
a. Respiratory rate 33x/menit
b. Tidal volume kurang dari 5 cc/kg BB
2. Oksigenasi
a. Pa O2 kurang dari 60 dengan Fi O2 21 %.
b. Pa O2 kurang dari 70 dengan Fi O2 40 %.
c. Pa O2 kurang dari 100 dengan Fi O2 100 %.
3. Ventilasi
Pa CO2 lebih dari 60 mmHg

Catatan : kusus bagi pasien PPOM dan status asthmohaus ketentuan tersebut
diatas tidak berlaku.

Klasifikasi Kerja Ventilator

1. Volume cycle
 Berdasarkan pengaturan volume inspitasi
 Inspirasi akan berhenti apabila volume yang ditentukan untuk dipompakan
sudah tercapai oleh ventilator
 Cara kerja
 Tentukan tidal volume
 Respirasi rate permenit
 Menentukan minite volume TV x RR
 Tentukan konsentrasi O2
 Menentukan alarm system expirasi minite volume batas bawah dan
batas atas 20 % dan minite volume yang ditentukan
2. Presure cycle
 Berdasarkan pengaturan tekanan hispirasi
 Hispirasi akan berhenti apabila pressure yang ditentukan untuk
dipompakan sudah tercapai oleh ventilator
 Cara kerja
 Mode kearah pressure Control
 Tentukan presure dengan memutar tombol pressure limit (map
pressure level) 15-30 CmH2O

Cara Pengesetan Ventilator

 Pasang humidifier baru atau bersih bebas hama yang telah diisi aquades dalam
batas tertentu
 Siapkan sirkuit yang sudah bersih
 Hubungkan sirkuit pendek dan ventilator ke humidifier (sirkuit pendek I )
 Sirkuit pendek lainnya dari humidifire ke salah satu watertraf (A) terus ke
sirkuit pendek II
 Dari ujung watertraf A ke slang panjang
 Ujung Y value yang lainnya hubungkan lagi dengan sirkuit panjang B
 Ujung sirkuit B ke watertraf B
 Selanjutnya hubungkan lagi dengan sirkuit pendek III
 Pasang tust slang pada ujung Y value
 Bila sudah betul pasangkan ke ETT
Pola-Pola Pernafasan Yang Dapat Diatur Melalui Ventilator (Volume Cyele)

1. Pernafasan control/kendali
 Pernafasan control/kendali adalah suatu keadaan dimana semua aktivitas
pernafasan pasien sepenuhnya diambil alih oleh ventilator, antara lain
a. Tidal volume
b. Respirasi rate permenit
c. Fraksi O2 (sesuai kebutuhan)

 Indikasi
 Pasien dengan gagal nafas (apnoe)
 Pasien yang sedang menggunakan obat-obatan muscle /anastesi
 Pasien dengan resvirasi total
2. Pernafasan Assited
Pernafasan Assisted adalah suatu pola pernafasan dimana ventilator hanya
bersifat membantu apabila pasien sudah berusaha bernafas dan pasien tidak
lagi diberikan obat-obat pelumpuh otot.
3. Pernafasan SIMV (Sincronise Intermithen Mandatory Ventilation)
 Pernafasan SIMV adalah pernafasan secara intermithen/selang-seling dari
pernafasan assisted dengan pernafasan spontan
Syarat pernafasan SIMV
 Perbaikan dari penyakit dasar
 Kordio vaskuler stabil
 Pa O2 > 70 mmHg dengan O2 40 %
 Pernafasan SIMV dimulai dari RR 10x/menit. Kemudian 8x/menit, sampai
4x/menit, bila hasil AGD normal dan penderita tidak sesak nafas sesudah
SIMV 4x/menit selama 1-2 jam, pasien dapat langsung diT2Piece atau
dilepas dari ventilator
 Bila ada tanda-tanda sesak nafas dapat dikembalikan ke pola pernafasan
SIMV dengan rate yang lebih tinggi atau bila perlu ke pernafasan
Asisted/control.
A. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada penderita dengan pemasangan ventilator
 Kembang kempisnya paru-paru (dilihat dari naik terunnya dada)
 Isi balon Tube (ETT) apakah sudah cukup sehingga tidak terjadi
kebocoran O2
 Bebaskan jalan nafas dengan melakukan suction, chest physiotherapy
lakukan bronchial washing.
 Posisi penderita terlentang sehingga ETT dan sirkuit tidak menukuk.
 Mobilisasi ditempat
 Hindari penumpukan cairan pada value dan sirkuit
 Nafas penderita harus sinkroon dengan ventilator
 Perhatikan kebersihan penderita.
B. Pada Ventilator
 Ventilator harus dalam keadaan bersih, siap pakai
 Sebelum dipasangkan ke penderita ventilator harus dicek dengan memakai
test slung
 Hindari kerusakan ventilator dengan mendengarkan bunyi alarm
 Air dalam watertrap jangan sampai penuh
 Perhatikan pemasangan dan pelembaban humidifire
 Slang humidifire harus diganti sewaktu-waktu

EKSTUBASI

Definisi :

Yaitu suatu tindakan pencabutan tube (ETT,OTT,TT) yang dilakukan


setelah pasien dilakukan weaning dan bisa bernafas sendiri

Tujuan Ekstubasi

 Agar pasien dapat bernafas dengan leluasa


 Mencegah terjadi oedema trachea dengan adanya balon cul”t”
 Mencegah terjadinya infeksi
Indikasi Ekstubasi

1. Tidak terdapat shunting (pirau) yang berlebihan atau ruang rugi (dead space)
 Shunt yang menurun dan FRC yang baik terlihat pada A-aDO2 yang baik.
 Bronchospasme atau hypercapnie tidak ada
2. Terdapat pertukaran gas yang normal pada CPAP atau T-price selama 1 jam
 PH lebih dari 7,35 dengan RR kurang dari 28x/menit
 TV dan MV yang adekuat tanpa kerja nafas yang berlebihan
3. Kemampuan mempertahankan FRC sesudah ekstubasi
 Status SSp : sadar, kooperatif, tidak dipengaruhi oleh narkotik
 Neoromusculer :
 Gangguan tangan yang adekuat
 FRC lebih dari 15 ml
 Temperatur normal

Persediaan Alat-Alat :

1. Ambubag atau sejenisnya


2. Perlengkapan penghisapan lender
3. Oksigen beserta perlengkapannya
4. Masker
5. Troh emergency
6. Spuit 20 cc
7. Perlengkapan untuk re-intubasi

Cara Kerja :

1. Pasien disiapkan dan diterangkan tentang prosedur yang akan dilakukan


2. Penghisapan lender dilakukan dengan seksama
3. Pasien dianjurkan nafas dalam dan batuk
4. Berikan inflasi dengan oksigen 100% melalui ETT (menggunakan
ambubag)
5. Pasien disuruh nafas dalam dan ETT ditarik pada akhir inspirasi
6. Lendir diisap lagi apabila diperlukan
7. Berikan O2dengan FiO2 mencapai 10% lebih tinggi dari sebelumnya
8. Observasi pasien meliputi tanda-tanda vital, AGD setelah 30 menit
akstubasi dan selanjutnya bila dianggap perlu
9. Puasakan pasien sampai reflex-refleks menjadi normal
10. Buat foto thorax untuk evaluasi pasien.
SUCTION

1. Definisi
Penghisapan lendir adalah suatu cara untuk mengeluarkan sekret dari
saluran nafas dengan menggunakan suatu catheter suction yang dimasukkan
melalui hidung atau rongga mulut ke dalam pharing atau sampai trachea.
Suctioning atau penghisapan merupakan tindakan untuk mempertahankan
jalan nafas sehingga memungkinkan terjadinya proses pertukaran gas yang
adekuat dengan cara mengeluarkan sekret pada klien yang tidak mampu
mengeluarkannya sendiri (Timby, 2009).
2. Indikasi
Indikasi dilakukannya penghisapan adalah adanya atau banyaknya sekret
yang menyumbat jalan nafas, ditandai dengan : hasil auskultasi : ditemukan
suara crackelsatau ronkhi, nadi dan laju pernafasan meningkat, sekresi terlihat
di saluran napas atau rangkaian ventilator, permintaan dari klien sendiri untuk
dilakukan penghisapan lender dan meningkatnya peak airway pressure pada
mesin ventilator (Lynn, 2011).
3. Tujuan
Tujuan penghisapan lender adalah untuk membersihkan lendir dari jalan
nafas, sehingga patensi jalan nafas dapat dipertahankan dan meningkatkan
ventilasi serta oksigenasi.Penghapusan sekresi tersebut juga meminimalkan
risiko atelectasis (Kozier & Erb, 2002).Selain itu juga untuk mendapatkan
sampel lendir dalam menegakkan diagnosa.

4. Jenis Kanul Suction


Jenis kanul suction yang ada dipasaran dapat dibedakan menjadi Open
Suction dan Close Suction. Open Suction merupakan kanul konvensional,
dalam penggunaannya harus membuka konektor sirkuit antara ventilator
dengan ETT/ pasien, sedangkan Close Suction : merupakan kanul dengan
sistem tertutup yang selalu terhubung dengan sirkuit ventilator dan
penggunaanya tidak perlu membuka konektor sehingga aliran udara yang
masuk tidak terinterupsi.
5. Ukuran dan Tekanan Suction
Ukuran kanul suction yang direkomendasikan (Lynn, 2011) adalah;
a. Anak usia 2-5 tahun : 6-8F
b. Usia sekolah 6-12 tahun : 8-10F
c. Remaja-dewasa : 10-16F
Adapun tekanan yang direkomendasikan Timby (2009) dijelaskan dalam table
berikut :

Usia Suction Dinding Suction Portable


Dewasa 100-140 mmHg 10-15 mmHg
Anak-anak 95-100 mmHg 5-10 mmHg
Bayi 50-95 mmHg 2-5 mmHg

6. Prosedur Pelaksanaan
Berikut prosedur penghisapan lendir pada pasien yang terpasang ETT :
a. Siapkan peralatan, antara lain :
1) Mesin suction / suction source/ regulator suctiondengan botolnya
(kontainer),
2) Pipa penyambung,
3) Suction catheter dengan nomor yang sesuai,
4) Air steril dalam tempat yang steril,
5) 1 Sarung tangan steril, 1 non steril,
6) Goggles (bila perlu),
7) Resuscitation bag yang telah dihubungkan dengan O2 100%,
8) Stetoscope.
b. Cuci tangan,
c. Jelaskan prosedur dan tujuan kepada pasien / keluarga,
d. Pastikan peralatan suction berfungsi dengan baik, atur daya hisap sesuai
kebutuhan pasien, yaitu 110-150 mmHg untuk orang dewasa, 95-110
untuk anak-anak dan 50-95 mmHg untuk bayi,
e. Buka pembungkus suction catheter,
f. Pakai sarung tangan steril pada tangan yang lebih dominan, non steril pada
tangan yang lain kemudian hubungkan suction catheterdengan selang
penghubung ke botol,
g. Lakukan hiperoksigenasi 100 % selama 2-3 menit dengan resuscitator bag
atau fasilitas yang ada di ventilator,
h. Masukkan suction catheter ke dalam ETT dalam keadaan tidak menghisap
secara cepat dan lembut sampai ada reflek batuk, tarik sekitar 1 cm,
kemudian ditarik dalam keadaan menghisap secara rotasi dengan tangan
memakai sarung tangan steril, catheter suction hanya boleh 10-15 detik
didalam ETT,
i. Bilas suction catheter dengan air steril, sementara untuk perawat kedua
lakukan hiperoksigenasi dengan resuscitator bag atau fasilitas yang ada di
ventilator,
j. Lakukan kembali pengisapan : bila sekret kental, melakukan bronchial
washing (SOP Bronchial Washing),
k. Buang suction catheter ke tempat yang telah ditentukan,
l. Hubungkan kembali ventilator ke ETT,
m. Periksa pernafasan apakah pengembangan dada kanan dan kiri semetris,
n. Bereskan alat-alat,
o. Cuci tangan,
p. Dokumentasikan kegiatan (catat sputum : banyaknya, kekentalan, warna)
dan keadaan pasien selama prosedur.
7. Komplikasi
Sedangkan komplikasi yang mungkin muncul dari tindakan hisap lendir/
suctioning adalah : hipoksemia, trauma jalan nafas, infeksi nosocomial dan
disritmia jantung respiratory arrest, disritmia jantung, hipertensi atau
hipotensi, bronkhospasme, perdarahan pulmonal, nyeri dan kecemasan
(Kozier & Erb, 2002).
BALANCE CAIRAN DAN IWL (INSENSIBLE WATER LOSS)

A. Cairan dan Elektrolit


1. Pengertian
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga
kondisi tubuh tetap sehat.Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam
tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi
homeostatis.Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi
dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang
terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat
kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut
ion jika berada dalam larutan.
Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan,
minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian
tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang
normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang
lainnya jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang
lainnya. Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan
intraseluler dan cairan ekstraseluler.
2. Volume cairan tubuh
Karakteristik Volume Cairan Tubuh (Total Body
Water/TBW)
Bayi baru lahir 70%-80% dari Berat Badan
Usia 1 tahun 60% dari Berat Badan
Pubertas s.d usia 39
tahun:
a. Pria 60% dari Berat Badan
b. Wanita 52% dari Berat Badan
Usia 40 s.d 60 tahun :
a. Pria 55% dari Berat Badan
b. Wanita 47% dari Berat Badan
Usia diatas 60 tahun:
a. Pria 52% dari Berat Badan
b. Wanita 46% dari Berat Badan

3. Kompartemen cairan
Dibagi menjadi dua kompartemen utama, yaitu:
a) Cairan intraseluler (CIS)
CIS adalah cairan yang terkandung di dalam sel. Pada orang
dewasa, kira-kira dua per tiga dari cairan tubuh adalah intraseluler,
sama kira-kira 25 L pada rata-rata pria dewasa (70 Kg). sebaliknya,
hanya setengah dari cairan tubuh bayi adalah cairan intraseluler.
b) Cairan ekstraseluler (CES)
CES adalah cairan di luar sel. Ukuran relatif dari CES menurun
dengan meningkatnya usia. Pada bayi baru lahir, kira-kira setengah
cairan tubuh terkandung di dalam CES. Setelah usia satu tahun,
volume relatif CES menurun sampai kira-kira sepertiga dari
volume total. CES dibagi menjadi:
1) Cairan interstisiel (CIT)
Cairan ini berada di sekitar sel. Cairan limfe termasuk dalam
volume interstisial. Volume CIT kira-kira sebesar dua kali
lebih besar pada bayi baru lahir dibanding orang dewasa.
2) Cairan intravaskuler (CIV)
Cairan yang terkandung dalam pembuluh darah. Volume relatif
dari CIV sama pada orang dewasa dan anak-anak. Rata-rata
volume darah orang dewasa kira-kira 5-6 L, 3 L dari jumlah itu
adalah plasma, sisanya 2-3 L terdiri dari sel darah merah
(SDM), sel darah putih (SDP) dan trombosit.
3) Cairan transeluler (CTS)
Cairan yang terdapat di dalam rongga khusus dari tubuh.
Cairan CTS meliputi cairan cerebrospinal, pericardial, pleural,
sinovial, cairan intraokular dan sekresi lambung. Sejumlah
besar cairan ini dapat bergerak ke dalam dan ke luar ruang
transeluler setiap harinya. Contoh, saluran gastrointestinal (GI)
secara normal mensekresi dan mereabsopsi sampai 6-8 L per
hari.
4. Fungsi cairan
a) Sarana untuk mengangkut zat-zat makanan ke sel-sel
b) Mengeluarkan buangan-buangan sel
c) Membentuk dalam metabolisme sel
d) Sebagai pelarut untuk elektrolit dan non elektrolit
e) Membantu memelihara suhu tubuh
f) Membantu pencernaan
g) Mempermudah eliminasi
h) Mengangkut zat-zat seperti (hormon, enzim, sel darah putih, sel
darah merah)
5. Keseimbangan cairan
Keseimbangan cairan ditentukan oleh intake atau masukan cairan
dan pengeluaran cairan. Pemasukan cairan berasal dari minuman dan
makanan. Kebutuhan cairan setiap hari antara 1.800-2.500ml/hari.Sekitar
1.200 ml berasal dari minuman dan 1.000 ml dari makanan.
Sedangkan pengeluaran cairan melalui ginjal dalam bentuk urin 1.200-
1.500 ml/hari, feses 100 ml, paru-paru 300-500 ml dan kulit 600-800 ml.
6. Komposisi Cairan Tubuh
Semua cairan tubuh adalah air larutan pelarut, substansi terlarut (zat
terlarut)
a) Air
Air adalah senyawa utama dari tubuh manusia.Rata-rata pria
Dewasa hampir 60% dari berat badannya adalah air dan rata-rata
wanita mengandung 55% air dari berat badannya.
b) Solut (terlarut)
Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis substansi terlarut
(zat terlarut) elektrolit dan non-elektrolit.
c) Elektrolit : Substansi yang berdiasosiasi (terpisah) di dalam larutan
dan akan menghantarkan arus listrik. Elektrolit berdisosiasi
menjadi ion positif dan negatif dan diukur dengan kapasitasnya
untuk saling berikatan satu sama lain(miliekuivalen/liter). Jumlah
kation dan anion, yang diukur dalam miliekuivalen, dalam larutan
selalu sama. mol/L) atau dengan berat molekul dalam garam
(milimol/liter, mEq/L)
Kation : ion-ion yang mambentuk muatan positif dalam larutan.
Kation ekstraselular utama adalah natrium (Na˖), sedangkan kation
intraselular utama adalah kalium (K˖). Sistem pompa terdapat di
dinding sel tubuh yang memompa natrium ke luar dan kalium ke
dalam
Anion : ion-ion yang membentuk muatan negatif dalam larutan.
Anion ekstraselular utama adalah klorida (Clˉ), sedangkan anion
intraselular utama adalah ion fosfat (PO4ɜ).
d) Non-elektrolit : Substansi seperti glokusa dan urea yang tidak
berdisosiasi dalam larutan dan diukur berdasarkan berat (miligram
per 100 ml-mg/dl). Non-elektrolit lainnya yang secara klinis
penting mencakup kreatinin dan bilirubin.
TABEL 11.4 Intake dan Outut Rata-rata Harian
INTAKE (RANGE) OUTPUT (RANGE)
AIR (ml)
1. Air minum = 1400-1800 1. Urine = 1400-1800
2. Air dalam = 7000-1000 2. Feces = 100
makanan
3. Air hasil oksidasi = 300-400 3. Kulit = 300-500
4. Paru-paru = 600-800

TOTAL = 2400-3200 TOTAL = 2400-3200


Natrium (mEq) = 70 (50-100)  Urine = 65 (50-100)
 Feces = 5 (2-20)
Kalium (mEq) = 100 (50-120)  Urine = 90 (50-120)
 Feces = 10 (2-40)
Magnesium (mEq) = 30 (5-60)  Urine = 10 (2-20)
 Feces = 20 (2-50)
Kalsium (mEq) = 15 (2-50)  Urine = 3 (0-10)
 Feces = 12 (2-30)
Protein (g) = 55 (30-80)
Nitrogen (g) = 8 (4-12)
Kalori = 1800-3000
 Catatan : Kehilangan cairan melalui kulit (difusi) & paru disebut
Insensible Water Loss (IWL)
 Bila ingin mengetahui “Insensible Water Loss (IWL)” maka dapat
menggunakan penghitungan sebagai berikut :
a) Dewasa = 15 cc/kg BB/hari
b) Anak = (30 – usia (th)) cc/kg BB/hari
Jika ada kenaikan suhu :
IWL = 200 (suhu badan sekarang – 36.8C)
(Dari Iwasa M, Kogoshi S. Fluid Therapy. Bunko do, 1995. P 8.)
7. Nilai-Nilai Normal
Jenis cairan dan elektrolit Nilai normal dalam tubuh
Potasium [K+] 3.5 – 5 mEq/L
Sodium [Na+] 135 – 145 mEq/L
Kalsium [Ca2+] 8.5 – 10.5 mg/dl (4.5 – 5.8 mEq/L)
Magnesium [Mg2+] 1.5 – 2.5 mEq/L
Fosfat [PO42-] 2.7 – 4.5 mg/dl
Klorida [Cl-] 98 – 106 mEq/L
Bikarbonat [HCO3] 24 – 28 mEq/L

8. Menghitung Keseimbangan Cairan


a) Menghitung IWL (Insensible Water Loss)
RumusIWL
(15 𝑥 𝐵𝐵)
𝐼𝑊𝐿 =
24 𝐽𝑎𝑚

Contoh: Tn.A BB 60kg dengan suhu tubuh 37⁰C (suhu normal)

(15 𝑥 60) 900


𝐼𝑊𝐿 = = 24 𝐽𝑎𝑚= 37,5 𝑐𝑐/𝐽𝑎𝑚
24 𝐽𝑎𝑚

Rumus IWL Dengan Kenaikan Suhu Tubuh


[(10% 𝑥 𝐶𝑀)𝑥 ∑ 𝑘𝑒𝑛𝑎𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑠𝑢ℎ𝑢]
𝐼𝑊𝐿 = + IWL Normal
24 𝐽𝑎𝑚

Contoh: Tn.A BB 60kg, suhu= 39⁰C, Cairan Masuk (CM)= 200cc

[(10% 𝑥 200)𝑥 (39 − 37)]


𝐼𝑊𝐿 = + 37,5
24 𝐽𝑎𝑚

[(20)𝑥 2] 40
𝐼𝑊𝐿 = + 37,5= 24 𝐽𝑎𝑚 + 37,5= 1,7 + 37,5= 39,2 𝑐𝑐/𝐽𝑎𝑚
24 𝐽𝑎𝑚
Menghitung balance cairan seseorang harus diperhatikan berbagai
faktor, diantaranya Berat Badan dan Umur, karena penghitungannya
antara usia anak dengan dewasa berbeda.Menghitung balance cairanpun
harus diperhatikan mana yang termasuk kelompok Intake cairan dan
mana yang output cairan. Berdasarkan kutipan dari Iwasa M. Kogoshi S
(1995) Fluid Therapy do (PT. Otsuka Indonesia) penghitungan wajib per
24 jam bukan pershift.

b) Penghitungan balance cairan untuk dewasa

Input Air (makan+Minum) : …… cc


cairan:
Cairan Infus : …… cc
Therapi injeksi : …… cc
Air Metabolisme : …… cc
(Hitung AM= 5 cc/kgBB/hari)

Output Urine : …… cc
cairan: Feses : …… cc
Muntah/perdarahan : …… cc
cairan drainage luka/
cairan NGT terbuka
IWL : …..... cc
(Insensible Water Loss) (hitung IWL= 15 cc/kgBB/hari)

Contoh Kasus:
Tn Y (35 tahun) , BB 60 Kg; dirawat dengan post op Laparatomi hari
keduaakibat appendix perforasi, Keadaan umum masih lemah, kesadaran
composmentis.Vital sign TD: 110/70 mmHg; HR 88 x/menit; RR 20 x/menit, T
37 °C: masih dipuasakan, saat ini terpasang NGT terbuka cairan berwarna kuning
kehijauan sebanyak 200 cc; pada daerah luka incici operasi terpasang drainage
berwarna merah sebanyak 100 cc, Infus terpasang Dextrose 5% drip Antrain 1
ampul /kolf : 2000 cc/24 jam, terpasang catheter urine dengan jumlah urine 1700
cc, dan mendapat tranfusi WB 300 cc; mendapat antibiotik Cefat 2 x 1 gram yg
didripkan dalam NaCl 50 cc setiap kali pemberian, Hitung balance cairan Tn Y!
Input Cairan:
Infus : 2000 cc
Tranfusi WB : 300 cc
Obat injeksi : 100 cc
Air : 300 cc  (5 cc x 60 kg)
Metabolisme
Total = 2700 cc

Output cairan:
Drainage : 100 cc
NGT : 200 cc
Urine : 1700 cc
IWL : 900 cc  (15 cc x 60 kg)
Total = 2900 cc

Jadi Balance cairan Tn Y dalam 24 jam :


 = Intake cairan – output cairan
 = 2700 cc – 2900 cc
 = - 200 cc.

Bagaimana jika ada kenaikan suhu? maka untuk menghitung output terutama IWL
gunakan rumus :
IWL + 200 (suhu tinggi – 36,8 .°C), nilai 36,8 °C adalah konstanta
Andaikan suhu Tn Y adalah 38,5 °C, berapakah Balance cairannya?
 berarti nilai IWL Tn Y
 = 900 + 200 (38,5 °C – 36,8 .°C)
 = 900 + 200 (1,7)
 = 900 + 340 cc
 IWL = 1240 cc

Masukkan nilai IWL kondisi suhu tinggi dalam penjumlahan kelompok Output :
Drainage : 100 cc
NGT : 200 cc
Urine : 1700 cc
IWL : 1700 cc
Total = 3240 cc

 Jadi Balance cairannya dalam kondisi suhu febris pada Tn Y adalah:


 = 2700 cc – 3240 cc = -540 cc

c) Menghitung Balance cairan anak


Usia Balita (1 – 3 tahun) : 8 cc/kgBB/hari
Usia 5 – 7 tahun : 8 – 8,5 cc/kgBB/hari
Usia 7 – 11 tahun : 6 – 7 cc/kgBB/hari
Usia 12 – 14 tahun : 5 – 6 cc/kgBB/hari

Untuk IWL (Insensible Water Loss)pada anak


= (30 – usia anak dalam tahun) x cc/kgBB/hari
Jika anak mengompol menghitung urine 0,5 cc – 1 cc/kgBB/hari

Contoh Kasus :
An X (3 tahun) BB 14 Kg, dirawata hari ke dua dengan DBD, keluhan pasien
menurut ibunya: “rewel, tidak nafsu makan; malas minum, badannya masih
hangat; gusinya tadi malam berdarah” Berdasarkan pemeriksaan fisik didapat
data: Keadaan umum terlihat lemah, kesadaran composmentis, TTV: HR 100
x/menit; T 37,3 °C; petechie di kedua tungkai kaki, Makan /24 jam hanya 6
sendok makan, Minum/24 jam 1000 cc; BAK/24 jam : 1000 cc, mendapat Infus
Asering 1000 cc/24 jam. Hasil pemeriksaan lab Tr terakhir: 50.000. Hitunglah
balance cairan anak ini!
Minum 1000 cc
Infus 1000 cc
INPUT CAIRAN Air metabolisme 112 cc (8 cc x 14 kg)
(AM)
Total 2112 cc

Muntah 100 cc
Urin 1000 cc
OUTPUT CAIRAN IWL 378 cc  (30-3 tahun) x
14 kg
Total 1478 cc

Balance cairan = Intake cairan – Output Cairan


2112 cc – 1478 cc + 634 cc

Sekarang hitung balance cairannya jika suhu An x 39,8 °C !


yang perlu diperhatikan adalah penghitungan IWL pada kenaikan suhu gunakan
rumus: IWL + 200 ( Suhu Tinggi – 36,8 °C) 36,8 °C adalah konstanta.
378 + 200 (39,8 °C – 36,8 °C)
378 + 200 (3)
IWL An X
378 + 600
978 cc
Muntah 100 cc
Urin 1000 cc
Output cairan An X
IWL 978 cc
Total 2078 cc
Balance cairan 2112 - 2078 +34 cc
CARA PENGUKURAN CVP

 Tekanan vena sentral (Central Venous Pressure, CVP) adalah tekanan di


dalam atrium kanan atau vena-vena besar dalam rongga thorax (Nurachmah, E
& Sudarsono, RS, 2000).
 Pemantauan tekanan vena besar yang memberikan informasi mengenai
keadaan pembuluh darah, jumlah darah tubuh dan kemampuan jantung
memompa darah.
 Tujuan :
1. Mengevaluasi kegagalan sirkulasi / menilai fungsi jantung (terutama
yang kanan) sebagai pompa.
2. Pedoman untuk penggantian cairan pada klien dengan kondisi penyakit
yang serius.
3. Memperbaiki kekurangan volume darah.
4. Menentukan tekanan dalam atrium kanan dan vena sentral.
5. Mengetahui tonus pembuluh darah.
 Indikasi pemasangan CVP meliputi :
1. Pasien dengan trauma berat disertai dengan perdarahan yang banyak
yang dapat menimbulkan syok.
2. Pasien dengan tindakan pembedahan yang besar seperti open heart,
trepanasi.
3. Pasien dengan kelainan ginjal (ARF, oliguria).
4. Pasien dengan gagal jantung.
5. Pasien terpasang nustrisi parenteral (dextrose 20% aminofusin).
6. Pasien yang diberikan tranfusi darah dalam jumlah yang besar
(transfuse massif).
 Dimana lokasi pemasangan CVP :
Lokasi pemasangan CVP adalah vena subklavia kanan atau kiri, tetapi ductus
toraks rendah pada kanan.
 Komplikasi pemasangan CVP yaitu :
1. Perdarahan.
2. Tromboplebitis (emboli thrombus, emboli udara, sepsis).
3. Pneumothorak, hemathorak, hidrothorak.
4. Pericardial effusion.
5. Aritmia.
6. Infeksi.
7. Perubahan posisi jalur.
 I. Tahap persiapan
A. Persiapan Pasien
1) Memperkenalkan diri (kontak)
2) Meminta pengunjung/keluarga meninggalkan ruangan
3) Menjelaskan tujuan
4) Menjelaskan langkah/prosedur yang akan dilakukan
5) Pasien disiapkan dengan posisi fowler
B. Persiapan Lingkungan
Menutup pintu/jendela/pasang sampiran
C. Persiapan Alat
a) Set CVP
b) Sarung tangan steril
c) Pengalas/perlak
d) Bengkok
e) Cairan NaCl 0,9 %
f) Plester
g) Skala pengukuran
h) Selang penghubung (manometer line)
i) Set infus dan standar infus
j) Three way stopcock
k) Pipa U
l) Alat tulis
 Cara pengukuran :
1. Bawa alat-alat ke dekat pasien.
2. Perawat mencuci tangan.
3. Mengatur posisi pasien (laveling) : mensejajarkan letak jantung dengan
skala pengukuran.
4. Berikan cairan IV masuk ke
dalam tubuh pasien beberapa
detik (tutup stopcock kearah
manometer).
5. Putar stopcock off kea rah
pasien dan isi manometer
dengan cairan IV.
6. Tahan manometer pada tanda
“X” pada thorak dan putar
stopcock off kea rah cairan IV.
7. Lakukan pembacaan pada
akhir ekspirasi dengan melihat
undulasi.
8. Catat hasilnya dalam dokumen pasien.
9. Membereskan alat-alat.
10. Mencuci tangan.
OBAT-OBAT EMERGENCY

1. Mengoplos obat-obat emergency


a. Dopamin

𝐷𝑂𝑆𝐼𝑆 𝑋 𝐵𝐵 𝑋 𝑀𝐸𝑁𝐼𝑇
Syringe Pump :
𝑃𝐸𝑁𝐺𝐸𝑁𝐶𝐸𝑅𝐴𝑁

200
Pengenceran dopamin 50 cc = = 4 mg = 4000 microgram
50
Syringe Pump:
Dengan berat badan 50 kg
3 𝑋 50 𝑋 60
Dosis 3 micro : = 2,25 cc/jam
4000
5 micro : 3,75 cc/jam
7,5 micro : 5,62 cc/jam
10 micro : 7,5 cc/jam
15 micro : 11,25 cc/jam
20 micro : 15 cc/jam
25 micro : 18,75 cc/jam
30 micro : 22,5 cc/jam

𝐷𝑂𝑆𝐼𝑆 𝑋 𝐵𝐵 𝑋 𝐹𝐴𝐾𝑇𝑂𝑅 𝑇𝐸𝑇𝐸𝑆


Infus :
𝑃𝐸𝑁𝐺𝐸𝑁𝐶𝐸𝑅𝐴𝑁
200
Pengenceran dopamin 500 cc = = 0,4 mg = 400 microgram
500
Infus:
Dengan berat badan 50 kg
Faktor tetes 20
3 𝑋 50 𝑋 20
Dosis 5 micro : = 12,5 tts/menit
400
10 micro : 25 tts/menit
15 micro : 37,5 tts/menit
20 micro : 50 tts/menit
25 micro : 62,5 tts/menit
30 micro : 75 tts/menit
b. Dobutamin

𝐷𝑂𝑆𝐼𝑆 𝑋 𝐵𝐵 𝑋 𝑀𝐸𝑁𝐼𝑇
Syringe Pump :
𝑃𝐸𝑁𝐺𝐸𝑁𝐶𝐸𝑅𝐴𝑁

250
Pengenceran dobutamin 50 cc = = 5 mg = 5000 microgram
50
Syringe Pump:
Dengan berat badan 50 kg
3 𝑋 50 𝑋 60
Dosis 3 micro : = 1,8 cc/jam
5000
5 micro : 3 cc/jam
7,5 micro : 4,5 cc/jam
10 micro : 6 cc/jam
15 micro : 9 cc/jam
20 micro : 12 cc/jam
25 micro : 15 cc/jam
30 micro : 18 cc/jam

𝐷𝑂𝑆𝐼𝑆 𝑋 𝐵𝐵 𝑋 𝐹𝐴𝐾𝑇𝑂𝑅 𝑇𝐸𝑇𝐸𝑆


Infus :
𝑃𝐸𝑁𝐺𝐸𝑁𝐶𝐸𝑅𝐴𝑁

250
Pengenceran dobutamin 500 cc = = 0,5 mg = 500 microgram
500
Infus:
Dengan berat badan 50 kg
Faktor tetes 20
3 𝑋 50 𝑋 20
Dosis 5 micro : = 6 tts/menit
500
10 micro : 20 tts/menit
15 micro : 30 tts/menit
20 micro : 40 tts/menit
25 micro : 50 tts/menit
30 micro : 60 tts/menit
c. Norepinephrine
𝐷𝑂𝑆𝐼𝑆 𝑋 𝐵𝐵 𝑋 𝑀𝐸𝑁𝐼𝑇
Syringe Pump :
𝑃𝐸𝑁𝐺𝐸𝑁𝐶𝐸𝑅𝐴𝑁

4
Pengenceran dobutamin 50 cc = = 0,08 mg = 80 microgram
50
Syringe Pump:
Dengan berat badan 50 kg
0,1 𝑋 50 𝑋 60
Dosis 0,1 micro : = 3,75 cc/jam
80

d. Lidocain

𝐷𝑂𝑆𝐼𝑆 𝑋 𝑃𝐸𝑁𝐺𝐸𝑁𝐶𝐸𝑅𝐴𝑁 𝑋 𝑀𝐸𝑁𝐼𝑇


Syringe Pump :
𝐽𝑈𝑀𝐿𝐴𝐻 𝑂𝐵𝐴𝑇 (𝑚𝑔)

Contoh : lidocain diberi 1 mg/mt dengan memakai 18 amp (1


ampul = 40 mg) 720 mg, maka jumlah obat yang
diberikan (cc/jam)
1 𝑋 50 𝑋 60
= 4,1 tts/jam
720
CARA PERHITUNGAN TETESAN INFUS

Merk otsuka, faktor tetes 1 ml/cc = 15 tetes/menit

Merk terumo, faktor tetes 1 ml/cc = 20 tetes/menit

Infuse blood set = 15 tetes/menit

Mikro = 60 tetes/menit

 Rumus umum (merk otsuka)


Jumlah kebutuhan cairan x 15 tetes/menit

Waktu (jam) x 60 menit

 Rumus cepat (merk otsuka)


Jumlah kebutuhan cairan

Waktu (jam) x 4
 Rumus umum (merk terumo)
Jumlah kebutuhan cairan x 20 tetes/menit

Waktu (jam) x 60 menit


 Rumus cepat (merk terumo)
Jumlah kebutuhan cairan

Waktu (jam) x 3
 Rumus mikro
Tetes /menit = Jumlah kebutuhan cairan

Waktu (jam)
DEFIBRILATOR DAN KARDIOVERSI

A. DEFIBRILATOR
1. Fungsi Defibrilator
a. Sebagai monitor
b. Sebagai defibrilasi
c. Sebagai kardioversi
d. Sebagai pace maker / pacu jantung (Transkutaneous Pacemaker)
2. Definisi Defibrilasi
Defibrilasi adalah suatu tindakan terapis dengan cara memberikan aliran
listrik yang kuat dengan metode asinkron ke jantung melalui elektroda yang
ditempelkan pada dada pasien
3. Tujuan Defibrilasi
a. Mempelajari koordinasi aktivitas listrik jantung dan mekanisme
pemompaan.
b. Mencegah kematian karena VF
c. Mengembalikan irama jantung
d. Memperbaiki cardiac output, perfusi jaringan dan oksigenasi
4. Indikasi Defibrilasi
a. Ventrikel Fibrilasi (VF)
b. Ventrikel Takikardi tanpa nadi (VT non pulse)
5. Prinsip Defibrilasi
Aliran listrik yang sangat singkat akan mendepolarisasi semua miokard,
menyebabkan berhentinya aktivitas listrik jantung atau biasa disebut
asistole. Beberapa saat setelah berhentinya aktivitas listrik ini, sel-sel pace
maker akan berdepolarisasi secara spontan dan memungkinkan jantung
untuk pulih kembali.
Siklus depolarisasi secara spontan dan repolarisasi sel-sel pacemaker yang
regular ini memungkinkan jantung untuk mengkoordinasi miokard untuk
memulai aktivitas kontraksi kembali.
6. Faktor yang menentukan keberhasilan defibrilasi
a. Lamanya VF
b. Keadaan dan kondisi miokard
c. Besar jantung
d. Letak paddle
e. Ukuran paddle : dewasa 8,5-12 cm, anak-anak 4,5 – 4,8 cm
f. Energi : dewasa 4-5 J/kgBB (200-360) dan anak-anak 1-2 J/kgBB
B. KARDIOVERSI
1. Definisi Kardioversi
Kardioversi adalah tindakan kejut listrik untuk mengaatasi SVT, atrial
fibrilasi, atrial flutter dan VT dengan nadi (pulse) dengan menggunakan
mode sinkron.
2. Prinsip Kardioversi
Arus listrik yang melalui kardioversi akan mendepolarisasi miokard dengan
tujuan agar jantung dapat berkoordinasi kembali dengan konduksi impuls
listrik sehingga jantung dapat berkontraksi secara normal. Energi listrik
yang dihantarkan akan disinkronkan dengan kompleks QRS.
3. Indikasi Kardioversi
a. Supra Ventrikular Takikardi (SVT)
b. Ventrikel Takikardi dengan nadi (VT pulse)
c. Atrial flutter dan atrial fibrilasi dengan hemodinamik yang tidak stabil
4. Komplikasi Kardioversi
a. Takikardia terus berlanjut
b. Ventrikel fibrilasi yang akan menyebabkan henti jantung-paru
c. Bradikardi
d. Asistol
e. Disfungsi pace maker
f. Embolisasi sistemik
g. Henti nafas
h. Hipotensi
i. Luka bakar

Anda mungkin juga menyukai