Anda di halaman 1dari 15

Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.

php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 2 (2017)

ANALISIS SHIFTING PENGGUNAAN MODA KENDARAAN BERMOTOR KE


KERETA API TERHADAP PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (CO2, CH4,
DAN N2O) STUDI KASUS : DAERAH OPERASIONAL VIII SURABAYA

Claudea Rizki Amelia*), Budi P Samadikun**), Haryono Setiyo Huboyo**)


Departemen Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Jl. Prof. H. Soedarto, S.H Tembalang, Semarang, Indonesia 50275
email: claudearizki@gmail.com

Abstrak
Gas rumah kacaadalah gas-gas di atmosfer yang dapat menyebabkan efek rumah
kaca.Meningkatnya jumlah kendaraan berdampak pada peningkatan beban emisi gas rumah
kaca (CO2, CH4,dan N2O). Salah satu aktivitas manusia yang berpengaruh besar terhadap
konsentrasi gas rumah kaca di udara adalah kegiatan transportasi.Berdasarkan dokumen
kaji ulang Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional
Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca melalui Documen Intended Nationally Determined
Contribution (INDC) Indonesia sebagai negara berkembang telah berkomitmen untuk
menurunkan emisi gas rumah kaca pada tahun 2030 sebesar 29%.Kegiatan shifting
dilakukan dengan menggeser pola penggunaan kendaraan pribadi (sarana transportasi
dengan konsumsi energi tinggi) ke pola transportasi rendah karbon seperti sarana
kendaraan tidak bermotor, transportasi publik, transportasi air untuk mengurangi jumlah
kendaraan bermotor yang beroperasi sehingga dapat mengurangi konsentrasi emisi gas
rumah kaca di udara.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penurunan emisi gas
rumah kaca (CO2, CH4,dan N2O) dari adanya kegiatan shifting penggunaan moda kendaraan
bermotor ke transportasi masal kereta api serta mengetahui proyeksi penurunan emisi gas
rumah kaca yang dihasilkan pada tahun. Skenario perjalanan kereta api juga dibuat untuk
mengetahui besar keluaran emisi gas rumah kaca dari perjalanan kereta api lokal.
Penelitian dilakukan di Daerah Operasi VIII Surabaya, tepatnya di Stasiun Gubeng dengan
menyebar kuesioner kepada calon penumpang kereta api lokal.Pengolahan data dilakukan
menggunakan rumus Laporan Pendahuluan Penyusunan Metode Measurement, Reporting &
Verification / Perpres 71 tahun 2011 di Sektor Transportasi. Kota Surabaya adalah Kota
Metropolitan sekaligus kota terbesar kedua di Indonesia yang sangat strategis sebagai pusat
pemerintahan, perdagangan, industri, bisnis, pendidikan dan pariwisata. Berdasarkan data
dari BPS, jumlah sepeda motor pada tahun 2015 meningkat sebesar 5,7%, untuk mobil
penumpang sebesar 5,69 %. Sedangkan untuk jumlah bus dan kendaraan sejenisnya pada
tahun 2015 meningkat sebesar 5,72% dibandingkan dengan jumlah pada tahun sebelumnya.
Nilai pengurangan emisi yang didapat dari hasil perhitungan sebesar 17.427,908 ton,
dengan jumlah terbesar dihasilkan oleh aktivitas shifting penumpang Kereta Api Dhoho yaitu
CO2e sebesar 13.547,76 ton/tahun, sedangkan yang paling kecil dihasilkan oleh aktivitas
shifting penumpang yang terjadi pada Kereta Api Penataran yaitu CO2e 18,71 ton/tahun.
Untuk hasil perhitungan proyeksi tahun 2030 didapatkan nilai CO2e sebesar 19.633,418
ton/tahun, jumlah tersebut hanya meningkat 12,65% dari tahun awal.Permodelan emisi GRK
dilakukan dengan pengolahan data secara manual menggunakan rumus dasar Tier-1.Dari
skenario permodelan emisi GRK pada 4 sampel kereta api lokal Daop VIII Surabaya dengan
rute perjalanan yang berbeda menghasilkan besar emisi GRK dengan jumlah CO2e dalam
satu kali perjalanan untuk Kereta Komuter sebesar 297,183 kg, Kereta Api Penataran
sebesar 852,15 kg, KRD sebesar 936,964 kg, dan yang terakhir Kereta Api Dhoho sebesar
827,561 kg. Untuk memenuhi target pengurangan emisi GRK sebesar 29% pada tahun 2030,
pemerintah daerah serta instansi terkait (PT KAI dan Dinas Perhubungan) harus melakukan
1 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 2 (2017)

perbaikan dan pembenahan terhadap fasilitas kereta api serta penyederhanaan prosedur
pembelian tiket guna menarik banyak masyarakat untuk melakukan shifting kendaraan
bermotor ke transportasi kereta api.

Kata kunci: Gas Rumah Kaca, CO2, CH4, N2O, aktivitas kendaraan, transportasi massal.

Abstract
[Analysis of Shifting Use of Motor Vehicle Mode to Train to Reduce Greenhouse Gas Emissions
(CO2, CH4, and N2O) Case Study: Regional Operational VIII Surabaya]. Greenhouse gases are
gases in the atmosphere that can cause the greenhouse effect. The increasing number of vehicles
resulted in an increase in the burden of greenhouse gas emissions (CO2, CH4, and N2O). One of
human’s activity that will greatly affect the concentration of greenhouse gases in the air is transport
activities. Based on the document review of Presidential Regulation Number 61 Year 2011 on the
National Action Plan for Greenhouse Gas Emission Reduction through Document Intended
Nationally Determined Contribution (INDC) Indonesia as a developing country has committed to
reduce greenhouse gas emissions in 2030 by 29%. Activity shifting is done by shifting the pattern of
use of private vehicles (means of transport with high energy consumption) to the transportation
pattern of low-carbon as a means of non-motorized transport, public transport, water transport to
reduce the number of vehicles that operate so as to reduce the concentration of greenhouse gas
emissions in the air , this study aimed to analyze the reduction in greenhouse gas emissions (CO2,
CH4, and N2O) from their activities shifting modes of use of motor vehicles to mass transit railway as
well as determine the projected reduction in greenhouse gas emissions produced in the year. Scenario
train trip was also made to determine the major output of greenhouse gas emissions from the local
train journey. The study was conducted at the Regional Operations VIII Surabaya, precisely in
Gubeng station with spreading questionnaires to potential local train passengers. Cultivation data is
done using the formula Preliminary Report Preparation Methods of Measurement, Reporting and
Verification / Presidential Decree 71 of 2011 in the Transport Sector. Surabaya City is the
Metropolitan once the second largest city in Indonesia is very strategic as the center of government,
commerce, industry, business, education and tourism. Based on data from BPS, the number of
motorcycles in 2015 increased by 5.7%, for passenger cars amounted to 5.69%. As for the number of
buses and vehicles like the 2015 increase of 5.72% compared with the number in the previous year.
Emissions reduction Values obtained from the calculation of 17.427.908 tons/year, with the largest
number of passengers generated by shifting activity Dhoho Trains which amounted to 13.547.76 tons
CO2e / year, while the smallest activity produced by shifting passengers who happened to Penataran
Trains 18.71 tons CO2e / year. For the calculation of the projected 2030 value obtained by
19.633.418 tons CO2e, that number increased by only 12.65% of the initial year. GHG emissions
modeling is done by manual processing using the basic formula of Tier-1. Scenario modeling of GHG
emissions on 4 local train samples Daop VIII Surabaya with different route trips generate major
greenhouse gas emissions by the amount of CO2e in one trip to Commuter Trains of 297.183 kg,
Penataran Trains of 852.15 kg, KRD amounted to 936.964 kg , and the latter Dhoho Trains of
827.561 kg. To meet the target of reducing GHG emissions by 29% by 2030, local governments and
related institutions (PT KAI and the Department of Transportation) have to make repairs and
improvements to the railway facilities and simplification of procedures for the purchase of tickets to
attract a lot of people to do the shifting of motor vehicles to trains transportation.

Keywords: Greenhouse Gases, CO2, CH4, N2O, vehicle activity, mass transportation

2 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 2 (2017)

1. PENDAHULUAN rumah kaca utamanya ialah CO2,


Menurut Newby (2007), dalam CH4, dan N2O.
Sudarman (2010) gas rumah kaca yaitu Kota Surabaya adalah Kota
gas-gas di atmosfer yang memiliki Metropolitan sekaligus kota terbesar
potensi untuk menghambat radiasi sinar kedua di Indonesia yang sangat
matahari yang dipantulkan oleh bumi strategis sebagai pusat pemerintahan,
sehingga menyebabkan suhu di
perdagangan, industri, bisnis,
permukaan bumi menjadi hangat. Gas-
gas ini terutama dihasilkan dari berbagai pendidikan dan pariwisata, sehingga
kegiatan manusia, utamanya kegiatan Kota Surabaya memiliki daya tarik
yang menggunakan pembakaran bahan tersendiri bagi masyarakat
bakar fosil, seperti penggunaan disekitarnya. Sebagai kota besar dan
kendaraan bermotor, pembakaran bahan merupakan Ibu Kota Provinsi Jawa
bakar minyak dan batubara di industri. Timur, Kota Surabaya tentu saja
memiliki intensitaskesibukan serta
Upaya minimasi emisi gas mobilitas masyarakat yang tinggi
rumah kaca menjadi salah satu upaya yang berakibat pada volume
yang mendapat perhatian besar kendaraan bermotor di jalan raya
dalam pengelolaan lingkungan.Efek untuk keperluan atau aktivitas sehari-
rumah kaca merupakan keadaan hari, ditambah lagi dengan adanya
yang timbul akibat semakin aktivitas transportasi dari para
banyaknya gas buang ke lapisan pekerja dan penuntut ilmu dari
atmosfer yang memiliki sifat daerah sekitar Kota Surabaya yang
penyerap panas yang ada, baik berlangsung setiap harinya.
berasal dari pancaran sinar matahari Berdasarkan data dari BPS, jumlah
maupun panas yang ditimbulkan di sepeda motor pada tahun 2015
bumi, dan radiasi panas tersebut meningkat sebesar 5,7%, untuk
kemudian dipancarkan kembali ke mobil penumpang sebesar 5,69 %.
permukaan bumi. Adanya Sedangkan untuk jumlah bus dan
peningkatan emisi gas rumah kaca kendaraan sejenisnya pada tahun
akan mengakibatkan terjadinya 2015 meningkat sebesar 5,72%
kecenderungan peningkatan suhu dibandingkan dengan jumlah pada
dari permukaan bumi dan atmosfer tahun sebelumnya.
bagian bawah atau disebut juga Daerah Operasi VIII Surabaya
pemanasan global (Soedomo, 2001). atau disingkat dengan Daop VIII
Dalam Laporan Pendahuluan Surabaya adalah salah satu daerah
Penyusunan Metodologi operasi perkeretaapian Indonesia, yang
Measurement, Reporting & berada di bawah Direksi PT Kereta Api
Verification (MRV )/ Perpres 71 Indonesia. Berpusat di Kota Surabaya
Tahun 2011 di Sektor Transportasi, yang merupakan kota Metropolitan
terdapat enam jenis GRK yang terbesar kedua di Indonesia, Daop VIII
didefinisikan oleh UNFCCC (United mempunyai 7 stasiun utama, yaitu
Stasiun Surabaya Gubeng (sebagai
Nations Frameworks Convention on
stasiun pusat), Stasiun Surabaya Pasar
Climate Change), yaitu CO2 (karbon Turi, Stasiun Surabaya Kota, Stasiun
dioksida), CH4 (metana), N2O Sidoarjo, Stasiun Mojokerto, Stasiun
(dinitrogen oksida), HFCs (hidro Malang, dan Stasiun Blitar. Daop VIII
fluoro karbon), PFCs (perfluoro Surabaya melayani masyarakat Kota
karbon), dan SF6 (sulfur heksa Surabaya serta masyarakat di daerah
fluorida) dan yang merupakan gas sekitar Kota Surabaya untuk melakukan

3 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 2 (2017)

perjalanan jarak dekat maupun jarak penumpang, panjang rute perjalanan,


jauh. Tidak seperti Daerah Operasi I serta jenis bahan bakar kereta api.
Jakarta yang telah memiliki Kereta Rel Data tambahan tentang bahan bakar
Listrik (KRL) yang dioperasikan secara lokomotif dan genset didapatkan dari
lokal dalam daop, semua kereta lokal Dipo Lokomotif Daop IV
yang beroperasi di Daop VIII Surabaya
Semarang.Pengambilan data primer
merupakan kereta api bermesin diesel
dengan bahan bakar solar. dilakukan pada pagi hari hingga sore
hari.Pengambilan data dilakukan
Pemanfaatan kereta api sebagai selama 1 minggu.Pada penelitian ini
salah satu alternatif alat transportasi terdapat tiga tahapan utama, yaitu
yang tentu saja akan sangat tahap persiapan, tahap pelaksanaan
mempengaruhi dampak pencemaran di sertatahapanalisis data.
udara. Dengan adanya shifting 2. ANALISIS DATA
penggunaan moda kendaraan bermotor Pengolahan data dilakukan
ke kereta api diharapkan dapat
menggunakan rumus Laporan
mengurangi konsentrasi emisi gas rumah
kaca di udara serta dapat mengatasi
Pendahuluan Penyusunan Metode
masalah kemacetan. Untuk mengetahui Measurement, Reporting &
pengaruh penurunan gas rumah kaca Verification / Perpres 71 tahun 2011
dari perkeretaapian, maka perlu di Sektor Transportasi. Untuk
dilakukan survei dan perhitungan untuk skenario permodelan keluaran emisi
mendapatkan angka inventarisasi GRK menggunakan perhitungan
tersebut, pembuatan skenario Tier 1 dengan pendekatan data
permodelan emisi gas rumah kaca dari aktivitas berupa konsumsi bahan
aktivitas perjalanan kereta api pun bakar tiap jenis kendaraan.
dilakukan untuk mengetahui keluaran Rumus –rumus yang
gas rumah kaca yang dihasilkan dari
digunakan dalam pengolahan data
awal perjalanan menuju stasiun
pemberhentian hingga tujuan akhir
adalah sebagai berikut:
perjalanan.
1. Rumus perhitungan besar
1. METODOLOGI pengurangan emisi gas rumah
PENELITIAN kaca dari shifting penggunaan
moda kendaraan bermotor ke
Penelitian dilaksanakan di transportasi publik kereta api.
Stasiun Gubeng Surabaya dan untuk ∆E = EKBM – EKA
pengambilan data sekunder ∆E = p x q x ((ℓKBM x eCO2 ) –
dilaksanakan di kantor pusat Daerah p x q (ℓKA x eCO2))
Operasi VIII Surabaya, Jalan Stasiun ……...…...…(3-1)
Gubeng No 1, Pacar Keling, Dimana :
∆E : Indikasi pengurangan
Tambaksari, Kota Surabaya, Jawa emisi kendaraan bermotor
Timur. Pada penelitian ini oleh KA (ton/thn)
membutuhkan dua data yang EKBM : Jumlah emisi kendaraan
bermotor yang direduksi
diperlukan meliputi data primer dan dengan KA (ton/thn)
data skunder.Data primer dilakukan EKA : Jumlah emisi yang
dengan survey lapangan dan dihasilkan oleh KA
(ton/thn)
penyebaran kuesioner. Sedangkan ℓKBM : Konsumsi bahan bakar
data skunder diperoleh dari Kantor spesifik
Pusat Daerah Operasional VIII (ltr/km/penumpang)
kendaraan bermotor (Bus
Surabaya, berupa data jumlah :0.02 ltr/pnp/km ; mobil :

4 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 2 (2017)

0.02 ltr/pnp/km; sepeda Nilai emisi gas rumah kaca


motor : 0.025 ltr/pnp/km,
truk: 0.018 ltr/ton/km) pada tiap kendaraan didapatkan
ℓKA : Konsumsi bahan bakar dengan cara menjumlahkan
spesifik kereta api (ℓKA: parameter CO2, CH4 dan N2O
0.002 ltr/pnp/km untuk
kereta penumpang. sehingga diperoleh CO2 equivalent
eCO2 : Faktor emisi dari CO2, (CO2e). Untuk mengkonversi emisi
CH4, N2O berdasarkan CH4 dan N2O menjadi relatif CO2
bahan bakar (kg/ltr)
p : Panjang rata-rata harus dikalikan terlebih dahulu
perjalanan (km) dengan Global Warming Potentials
q : Persentase shifting moda (GWP). GWP adalah nilai yang
kendaraan x (persentase
pelaku shifting x jumlah relatif sama dengan CO2. GWP
penumpang) relatif terhadap CO2 untuk emisi gas
2. Rumus perhitungan besar CH4 adalah 25 ton CO2, dimana 1 ton
pengurangan emisi gas rumah CH4 setara dengan 25 ton
kaca dari shiftingpengiriman CO2.Sedangkan GWP relatif
barang menggunakan moda terhadap CO2 untuk emisi gas N2O
kendaraan bermotor ke kereta adalah 298 ton CO2.Setelah emisi
api. CO2, CH4 dan N2O diketahui
∆E = EKBM – EKA kemudian dari ketiga emisi pencemar
∆E = p x s x ((ℓKBM x eCO2 ) – tersebut dapat dihitung emisi CO2e.
p x s (ℓKA x eCO2))
……………(3-2) ∑ECO2e= ∆ECO2+∆ECH4e+
∆EN2Oe………………...…
Dimana : …(3-3)
∆E : Indikasi pengurangan Dimana :
emisi kendaraan bermotor ∑E CO2e :Indikasi pengurangan emisi
oleh KA (ton/thn) GRK total setelah
EKBM : Jumlah emisi kendaraan penyetaraan
bermotor yang direduksi ∆ECO2 :Indikasi pengurangan emisi
dengan KA (ton/thn) GRK parameter CO2
EKA : Jumlah emisi yang ∆ECH4e :Indikasi pengurangan emisi
dihasilkan oleh KA GRK parameter CH4
(ton/thn) (setara)
ℓKBM : Konsumsi bahan bakar ∆EN2Oe : Indikasi pengurangan emisi
spesifik GRK parameter N2O
(ltr/km/penumpang) (setara)
kendaraan bermotor (Bus
:0.02 ltr/pnp/km ; mobil : Tabel 3.1 Faktor Emisi berdasarkan
0.02 ltr/pnp/km; sepeda
motor : 0.025 ltr/pnp/km,
Jenis kendaraan dan Jenis Bahan Bakar
truk: 0.018 ltr/ton/km) Tipe Faktor emisi (kg/ltr)
ℓKA : Konsumsi bahan bakar
Kendaraan/
spesifik kereta api (ℓKA:
0.002 ltr/pnp/km untuk Bahan CO2 CH4 N2O
kereta penumpang. Bakar
eCO2 : Faktor emisi dari CO2,
Bensin
CH4, N2O berdasarkan
bahan bakar (kg/ltr). Sepeda
Untuk 2,2869 0,001089 0,0001056
Motor
p : Panjang rata-rata
perjalanan (km) Mobil 2,2869 0,001089 0,0001056
s : Persentase shifting moda Solar
kendaraan x (persentase
Bus 2,6676 0,0001404 0,0001404
pelaku shifting x jumlah
pengirim barang) Lokomotif 2,6676 0,0001404 0,00010296
Sumber : IPCC 2006

5 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 2 (2017)

3. Proyeksi pengurangan emisi emisi GRK pada tahun n


gas rumah kaca hingga tahun terhadap tahun n0:
2030 didapatkan dari rumus
pengurangan emisi GRK
sebelumnya yang diolah
….(3-6)
menggunakan data hasil Dimana:
proyeksi penumpang, dengan ∆E CO2e.n1 : CO2etahun n
persentase shifting dianggap ∆E CO2e.n0 : CO2etahun awal
penelitian
konstan. Metode yang dipilih
Hasil perhitungan akan
untuk digunakan dalam
menjadi rekomendasi yang baik bagi
perhitungan proyeksi adalah
pemerintah untuk melakukan
metode Last Square , dimana
pembangunan dan peremajaan
menghasilkan standar deviasi
fasilitas sarana dan prasarana
paling kecil dan nilai R
transportasi kereta api di seluruh
paling mendekati 1. Berikut
Indonesia, agar minat masyarakat
adalah rumus proyeksi dari
semakin tinggi untuk menggunakan
metode Last Square.
kereta api dibanding kendaraan
Metode Last Square
bermotor, terutama kendaraan
y'= a
bermotor pribadi.
+bx……....…………….(3-4)
1. Skenario Permodelan
Dimana:
Permodelan emisi gas rumah
y’ : Jumlah penumpang yang kaca dari aktivitas perjalanan kereta api
diproyeksikan pada tahun ke – n lokal dilakukan dengan menggunakan
x : Parameter rumus dasar TIER 1 sesuai dengan
n : Tahun pengamatan Metodologi Perhitungan Emisi Gas
a : Rata-rata penumpang pada
tahun yang telah diketahui Rumah Kaca pada Pedoman
b : Jumlah penumpang yang Penyelenggaraan Inventarisasi Gas
telah diketahui/x2 Rumah Kaca Nasional.
Efektivitas Shifting Kendaraan pada
tahun n terhadap tahun n0
Emisi = ∑Konsumsi Bbj x FEj
.…………….(
…….(3-7)
3-5) Dimana :
Dimana: Emisi : emisi yang dihasilkan
∆En1 : CO2etahun n ∑Konsumsi Bb : total kebutuhan bahan
∆En0 : CO2etahun awal penelitian bakar
Jumlah penumpang yang di FE : faktor emisi lokomotif (kg gas/TJ),
dapat pada masing-masing tahun default IPCC 2006
J : jenis bahan bakar (premium/solar)
kemudian diolah kembali Data konsumsi energi yang tersedia
menggunakan rumus pengurangan umumnya dalam satuan fisik (ton
emisi GRK. batubara, kilo liter minyak diesel
4. Persentase efektivitas dari dll), maka sebelum digunakan pada
shifting kendaraan dalam persamaan
penurunan emisi GRK 3-9 , data konsumsi energi harus
dengan membandingkan dikonversi terlebih dahulu ke dalam
pengurangan GRK pada satuan energi TJ (Terra Joule)
tahun awal penelitian dengan dengan persamaan 3-10.
hasil perhitungan di tahun n. Konsumsi Energi (TJ )= Konsumsi
Efisiensi hasil penurunan Energi x Nilai
Kalor……………….(3-8)

6 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 2 (2017)

Nilai kalor yang digunakan untuk Tabel 3. 4Hasil Survei Kuesioner Calon
bahan bakar diesel pada tabel 2.5 Penumpang di Stasiun Gubeng Surabaya
adalah : Persentase tertinggi
36 x 10-6 TJ/liter. : Persentase terendah
Perhitungan keluaran emisi Sumber: Hasil Kuesioner, 2016
GRK dalam satu kali perjalanan
dihasilkan dari penjumlahan total Survei terhadap calon
emisi GRK dari lokomotif serta penumpang dilakukan selama 5 hari
mesin pembangkit/genset. Untuk dari pukul 06.30 hingga pukul 18.00,
parameter CH4 dan N2O harus mayoritas calon penumpang kereta
dilakukan penyetaraan agar api merupakan masyarakat luar kota
mendapatkan nilai CO2e dengan Surabaya, yang melakukan
mengalikan hasil perhitungan yang perjalanan jauh dari daerah asal
telah didapat dengan nilai menuju Kota Surabaya (atau
GWP.GWP relatif terhadap CO2 sebaliknya) untuk menuntut ilmu
untuk emisi gas CH4 adalah 25 ton atau urusan pekerjaan. Persentase
CO2, dan untuk emisi gas N2O yang dihasilkan dari survey
adalah 298 ton CO2.Setelah emisi penumpang ini akan menjadi acuan
CO2, CH4 dan N2O diketahui penetapan jumlah pelaku shifting
kemudian dari ketiga emisi pencemar pada perhitungan nilai penurunan
tersebut dapat dijumlahkan sebagai emisi GRK.
total emisi CO2e. Tabel 4.6 menunjukan hasil
Tabel 3. 2Faktor Emisi Lokomotif persentase dari jumlah penumpang
Bahan Bakar Diesel terhadap kendaraan bermotor yang
Faktor emisi (kg/TJ) digunakan, besar persentase dari
CO2 CH4 N2 O jenis kendaraan yang calon
74.100 4,15 28,6 penumpang kereta berbeda beda.
Sumber : IPCC,2006 Untuk KA Dhoho persentase
Tabel 3. 3Faktor Emisi GRK Diesel tertinggi menunjukan penggunaan
Faktor Emisi kg/TJ bus yaitu sebesar 50% sebagai sarana
CO2 CH4 N2O transportasi, sedangkan yang
Dhoho KRD Komuter Tumapel Penataran terendah adalah penggunaan mobil
% % % % % sebesar 18,75%. Persentase
BUS 50 40 38.75 24,701 50
tertinggi pada calon penumpang
KRD adalah pemanfaatan bus dan
MOBIL 18,75 20 21.25 43,209 14,8148 motor yaitu sebesar 40%, sisanya
MOTOR 31,25 40 40 32,09 35,185 20% adalah pengguna sepeda
motor. Persentase calon
Jml 100 100 100 100 100
penumpang KA Komuter tertinggi
Diesel 74.100 3 0,6 adalah pengguna sepeda motor
Sumber : IPCC,2006 yaitu sebesar 40%, sedangkan
terendah adalah penggunaan mobil
2.1 Pengaruh Shifting Moda sebesar 21,25%. Untuk calon
Kendaraan Bermotor ke penumpang KA Tumapel persentase
Kereta Api tertinggi menunjukan penggunaan
mobil sebesar 43,209% dan terendah
adalah pengguna bus dengan
persentase sebesar 24,701%.Terakhir

7 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 2 (2017)

adalah persentase calon penumpang lokal Daop VIII Surabaya sangat


KA Penataran dengan persentase kecil sehingga tidak dilakukan
tertinggi adalah penggunaan perhitungan dan pengolahan data
kendaraam umum bus sebesar 50% tentang shifting pengiriman barang.
dan yang terendah adalah pengguna Untuk mengetahui besarnya
kendaraan sepeda motor sebesar pengurangan emisi dari aktivitas
34,185%.Tentu saja tidak semua shifting kendaraan bermotor ke
koresponden melakukan kereta api, dapat dihitung dengan
shifting.Hasil survei menunjukan menggunakan rumus yang terdapat
bahwa persentase pelaku shifting pada Laporan Pendahuluan
untuk KA Dhoho, KRD, KA Penyusunan Metode Measurement,
Komuter, KA Tumapel, KA Reporting & Verification / Perpres
Penataran masing masing 56,3%, 71 tahun 2011 di Sektor
42,045%, 80,89%, 42,59%, 72,5%. Transportasi.
Selama 5 hari waktu
observasi, tidak ditemukan adanya Tabel 3. 5Hasil Perhitungan Pengurangan
shifting pengiriman barang.Survei Emisi GRK
yang dilakukan terhadap calon Emisi
Emisi Emisi Indikasi
Nama CH4 N2O Penguranga
pengirim barang tidak ditemukan KA
CO2
setara setara n Emisi
(ton)
adanya indikasi peralihan moda (ton) (ton) GRK (ton)
13.185,17 164,154 198,438 13.547,76
kendaraan. Pengiriman barang yang Dhoho
3
dilakukan melalui kereta api lokal Komuter 380,827 4,681 5,647 391,150
Daop VIII Surabaya merupakan Tumapel 736,072 8,919 10,709 755,700
pengiriman barang yang bekerja Penatara 18,206 0,227 0,274 18,710
n
sama dengan agen penerima jasa KRD 2.642,884 32,557 39,143 2.714,580
pengiriman yang memang sudah 16.963,16 210,537 254,210 17.427,910
Total
terikat kontrak sebelumnya dengan 1
Sumber: Hasil Perhitungan, 2016
kereta api. Adapun mayoritas calon
pengirim barang yang datang Grafik Hasil Perhitungan
langsung ke stasiun untuk mengirim Indikasi Pengurangan Emisi CO2e
barang merupakan orang-orang yang pada Gambar 4.2 memperlihatkan
sedari awal memanfaatkan jasa nilai penurunan emisi GRK yang
kereta api untuk mengirim barang, dihasilkan dari adanya kegiatan
mereka adalah para pengusaha shifting penumpang pada setiap
hewan ternak atau para penjual kereta api. Nilai pengurangan emisi
barang yang tidak bisa bertahan lama terbesar dihasilkan oleh aktivitas
diperjalanan. Calon pengirim barang shifting penumpang Kereta Api
lainnya adalah orang-orang yang Dhoho yaitu CO2e sebesar 13.547,76
menginginkan pengiriman ton/tahun, sedangkan yang paling
barang/paket dengan waktu yang kecil dihasilkan oleh aktivitas
cepat sampai pada hari yang sama, shifting penumpang yang terjadi
dan mereka tidak melakukan pada Kereta Api Penataran yaitu
pengiriman secara konstan sehingga CO2e18,71 ton/tahun. Besarnya-kecil
tidak dapat dikategorikan sebagai nya nilai pengurangan emisi GRK
pelaku shifting. Secara keseluruhan yang dihasilkan dari perhitungan
dapat disimpulkan persentase shifting setiap kereta api dipengaruhi oleh
pada observasi/survei terhadap calon beberapa faktor, diantaranya adalah
pengirim barang melalui kereta api jumlah penumpang kereta api, jarak

8 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 2 (2017)

rel kereta api antar stasiun (asal- TAHUN


DHOHO
(ton)
KOMUT
ER
TUMAPEL
(ton)
PENAT
ARAN
KRD
(ton)
TOTAL (ton)
(ton) (ton)
tujuan), serta jarak antar stasiun jika
14.582,8
melalui jalan raya. Kereta Api 2024
49
383,826 826,471 34,015 2.856,585 18.683,746
14.713,2
Dhoho mempunyai jumlah 2025
83
384,270 835,391 35,736 2.874,058 18.842,737

punumpang paling besar diantara 2026


14.843,7
384,713 844,311 37,457 2.890,106 19.000,303
16
kereta api lain nya, yaitu sebesar 2027
14.974,1
385,157 853,231 39,189 2.906,866 19.158,592
49
3.185.382 dengan jumlah pelaku 15.104,5
2028 385,601 862,151 40,900 2.923,627 19.316,861
shifting sebesar 1.791.777 orang. 83
15.235,0
Rute perjalanan terpanjang juga di 2029
16
385,571 871,070 42,621 2.940,387 19.474,666
15.365,4
miliki oleh Kereta Api Dhoho yaitu 2030
49
386,488 879,990 44,342 2.957,148 19.633,418

sepanjang 149 Km, sehingga Kereta Sumber: Hasil Perhitungan, 2016


Api Dhoho menghasilkan nilai
pengurangan emisi GRK paling Efektivitas Shifting Kendaraan pada
besar. tahun n terhadap tahun n0
Sisa hasil pembakaran bahan =
bakar minyak yang digunakan oleh 12,65%
kendaraan bermotor adalah sumber Efisiensi dari kegiatan
utama dari emisi CO2 hal ini shifting yang terjadi dengan
dibuktikan bahwa total emisi CO2 menggunakan data penumpang
paling dominan diantara parameter tahun 2015 terhadap hasil proyeksi
yang lainnya. Faktor emisi CO2 oleh tahun 2030 sebesar 12,65%. Hasil
IPCC, 1996 yang paling tinggi pada tersebut menunjukan bahwa kegiatan
tiap jenis kendaraan, sehingga shifting yang ada pada aktifitas
mempengaruhi hasil perhitungan. perkeretaapian lokal Daerah Operasi
3.2Proyeksi Nilai Penurunan Emisi VIII Surabaya belum memenuhi
Gas Rumah Kaca target ditetapkan pada dokumen kaji
Proyeksi pengurangan emisi ulang Peraturan Presiden Nomor 61
gas rumah kaca hingga tahun 2030 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi
didapatkan dari rumus pengurangan Nasional Penurunan Emisi Gas
emisi GRK sebelumnya yang diolah Rumah Kaca bahwa Indonesia
menggunakan data hasil proyeksi menargetkan penurunkan emisi gas
penumpang, dengan persentase rumah kaca sebesar 29% pada tahun
shifting dianggap konstan. 2030. Pemerintah Daerah
Tabel 3.6 Proyeksi Nilai Pnurunan (Pemerintah Daerah Provinsi Jawa
Emisi GRK 2015-2030 Keseluruhan
Timur, Pemerintah Kota Surabaya),
TOTALDinas Perhubungan, serta PT Kereta
KOMUT PENAT
DHOHO TUMAPEL KRD
TAHUN ER ARAN (ton)
(ton) (ton) (ton)
(ton) (ton)
Api Indonesia harus melakukan
13.547,7
2015
64
391,155 755,699 18,707 2.714,584 perbaikan dan pembenahan terhadap
17.427,908
13.539,3
2016
82
380,276 755,111 20,245 2.722,501 fasilitas
17.417,515 kereta api serta
2017
13.669,8
380,720 764,031 21,966 2.739,261 penyederhanaan prosedur pembelian
17.575,794
16
2018
13.800,2
381,164 772,951 23,687 2.756,022
tiket
17.734,073
guna menarik banyak
49
13.930,6
masyarakat untuk beralih
2019 381,608 781,871 25,409 2.772,782 17.892,352
82 menggunakan kereta api sebagai
14.061,1
2020
16
382,051 790,791 27,130 2.789,543 sarana transportasi.
18.050,631
14.191,5
2021
49
382,495 799,711 28,851 2.806,303 3.3
18.208,909 Skenario Permodelan Emisi
2022
14.321,9
82
382,939 808,631 30,572 2.823,064 GRK
18.367,188
14.498,5
2023 383,382 817,551 32,294 2.839,824 18.571,556
05

9 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 2 (2017)

Permodelan emisi GRK didapat dari Dipo Lokomotif Daop


dilakukan dengan pengolahan data IV Semarang, ketika mesin pada
secara manual menggunakan rumus posisi idle (kendaraan berhenti
dasar Tier-1. Berdasarkan namun mesin dalam keadaan
Metodologi Perhitungan Emisi Gas menyala) lokomotif CC201
Rumah Kaca pada Pedoman memerlukan 8,5 liter bahan bakar
Penyelenggaraan Inventarisasi Gas solar setiap jam nya dan untuk
Rumah Kaca Nasional, penentuan kebutuhan bahan bakar ketika
Tier dalam inventarisasi GRK sangat berjalan sebesar 2,5 liter per km
ditentukan oleh ketersediaan data jarak tempuh. Total perhitungan
dan tingkat kemajuan suatu negara emisi yang di hasilkan merupakan
atau pabrik dalam hal penelitian hasil pengolahan data menggunakan
untuk menyusun metodologi atau rumus Tier-1 dengan mengalikan
menentukan faktor emisi yang total kebutuhan bahan bakar dalam
spesifik dan berlaku bagi satu kali perjalanan dengan faktor
negara/pabrik tersebut. Di Indonesia emisi yang telah ditetapkan.
dan negara-negara non-Annex 1, Kebutuhan bahan bakar lokomotif
sumber emisi sektor/kegiatan kunci adalah total dari penggunaan bahan
pada inventarisasi GRK bakar mesin diesel lokomotif saat
menggunakan Tier-1, yaitu berjalan dan jumlah bahan bakar
berdasarkan data aktifitas dan faktor lokomotif ketika keadaan idle.
emisi default IPCC. Beberapa Berkut adalah tabel ringkasan model
software serta metode tentang emisi GRK kereta api lokal Daop
permodelan keluaran emisi dari VIII Surabaya. Perhitungan
sebuah perjalanan kereta api yang diterapkan pada 4 sampel kereta api
ada tidak dapat diaplikasikan untuk yang mewakili nama-nama kereta api
model perjalanan kereta api di lokal Daop VIII Surabaya antara
Indonesia karena ada beberapa data lain Kereta Komuter, Kereta
yang tidak tersedia serta fitur yang Penataran, KRD, dan Kereta Dhoho.
tidak mendukung terkait rute Untuk perhitungan mesin
perjalanan kereta api khususnya pembangkit listrik/genset
kereta api lokal Daop VIII Surabaya. menggunakan angka kebutuhan
Lokomotif yang digunakan bahan bakar spesifik genset kereta
pada keseluruhan kereta api lokal komuter sebesar 2,63 sedangkan
Daop VIII Surabaya adalah kereta api ekonomi sebesar 3,63.
lokomotif tipe CC201. Dengan menggunakan rumus yang
Lokomotif CC sama yaitu Tier-1, total keluaran
201 adalah lokomotif diesel emisi GRK genset didapatkan dari
elektrik milik PT Kereta Api pengalian jumlah kebutuhan genset
Indonesia yang diproduksi selama perjalanan dengan faktor
oleh General Electric emisi.
Transportation dengan jenis
model U18C. Lokomotif ini mampu
berlari sampai dengan kecepatan 120
km/jam, namun kecepatan kereta api
maksimum yang diperbolehkan di
Indonesia saat ini dibatasi maksimal
90 km/jam. Menurut data yang

10 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 2 (2017)

Tabel 3.7 Model Emisi GRK Kereta Sumber: Hasil Perhitungan, 2016
Komuter 296
CO2e Genset
Modelemisi GRK yang
SA SP JRK (km) CO2e Loko (kg) Total (kg)
(kg)ditunjukan pada Tabel 3.8
Porong Tanggulangin 3.579 28.335 4.578 32.912
Tanggulangin Sidoarjo 5.562 42.255 3.521memperlihatkan
45.776 bahwa Kereta Api
Sidoarjo Gedangan 7.83 59.141 5.282 64.423
Gedangan Waru 4.028 30.834 3.169Penataran
34.003 467 dengan rute perjalanan
Waru Wonokromo 5.771 43.811 4.578 48.389
Wonokromo Surabaya Gubeng 3.406 26.203 3.169Surabaya
29.372 Gubeng-Malang dengan
Surabaya Gubeng Surabaya Kota 5.304 39.490 2.817 42.307
TOTAL 35.48 270.069 panjag
27.114 297.183 perjalanan 91,8 km
: Total keluaran emisi GRK paling besar menghasilkan total keluaran emisi
: Total keluaran emisi GRK paling kecil GRK CO2esebesar 852,15 kg. Total
Sumber: Hasil Perhitungan, 2016
emisi GRK terbesar dihasilkan Kereta
Tabel 3.7 menunjukan Api Penaratan 467 pada saat
besarnya emisi GRK pada setiap jarak menempuh perjalanan dari Stasiun
yang di tempuh oleh Kereta Komuter Bangil ke Stasiun Lawang dengan
296 rute Porong-Surabaya Kota jarak 31,114 km dengan waktu
dengan panjang perjalanan 35,48 km. perjalanan selama 38 menit sebesar
Emisi GRK terbesar yang dihasilkan 282,546 kg. Total emisi GRK CO2e
tentu saja pada saat kereta menempuh terkecil 34,297 kg dihasilkan dari
jarak perjalanan terjauh, untuk Kereta perjalanan kereta dari Stasiun
Komuter jarak terjauh adalah Tanggulangin ke Stasiun Porong yang
perjalanan dari Stasiun Sidoarjo – berjarak 3,579 km dan ditempuh
Gedangan dengan panjang perjalanan dalam waktu 5 menit
7,83 km yang ditempuh waktu 13 Tabel 3.9Model Emisi GRK KRD
menit dan menghasilkan total emisi 473
GRK CO2esebesar 64,423 kg.
CO2e Genset
Perjalanan Kereta Komuter dari SA SP JRK (km) CO2e Loko (kg)
(kg)
Total (kg)

Stasiun Wonokromo-Surabaya Kota Surabaya Pasar Turi


Tandes
Tandes
Kandangan
5.35
3.283
40.677
25.287
12.473
7.937
53.150
33.224
dengan jarak 3,406 km dan di tempuh Kandangan
Benowo
Benowo
Cerme
5.139
5.237
39.106
39.835
9.071
9.071
48.177
48.907
dalam waktu 7 menit menghasilkan Cerme
Duduk
Duduk
Lamongan
9.767
12.223
73.563
91.849
13.607
14.741
87.170
106.590
total emisi GRK paling kecil yaitu Lamongan
Surabayan
Surabayan
Pucuk
7.319
9.564
54.493
72.052
6.803
12.473
61.296
84.525
CO2esebesar 29,372 kg. Total Pucuk
Gembong
Gembong
Babat
5.262
6.056
39.178
45.933
5.670
9.071
44.847
55.004
keseluruhan emisi GRK yang Babat
Bowerno
Bowerno
Sumberrejo
8.948
12.197
67.465
91.655
12.473
14.741
79.938
106.396
dihasilkan Kereta Komuter 296 rute Sumberrejo Kapas 7.956 60.079 11.339 71.418
Kapas Bojonegoro 6.501 48.402 7.937 56.340
Porong-Surabaya Kota adalah sebesar TOTAL 104.802 789.574 147.408 936.964

297,183 kg. : Total keluaran emisi GRK paling besar


Tabel 3.8Model Emisi GRK Kereta : Total keluaran emisi GRK paling kecil
Api Penataran 467 Sumber: Hasil Perhitungan, 2016
CO2e Genset
Kereta KRD 473 dengan
SA SP JRK (km) CO2e Loko (kg) Total (kg)
(kg)
rute perjalanan Stasiun Surabaya
Surabaya Gubeng Wonokromo 3.406 26.203 8.751 34.954
Wonokromo Waru 5.771 44.655 10.695 55.350Pasar Turi–Stasiun Bojonegoro
31.678 9.723 41.401
Waru
Gedangan
Gedangan
Sidoarjo
4.028
7.83 59.141 10.695 69.837
berjarak 109,3 km menghasilkan
Sidoarjo
Tanggulangin
Tanggulangin
Porong
5.562
3.579
42.255
27.491
8.751
6.806
51.006
34.297
total emisi GRK CO2e sebesar
Porong Bangil 12.387 95.601 20.419 116.020936,964 kg. Emisi GRK yang
Bangil Lawang 31.114 235.875 46.671 282.546
Lawang Singosari 8.058 60.839 12.640 73.479dihasilkan paling besar Kereta KRD
Singosari Blimbing 5.774 43.833 10.695 54.529
Blimbing Malang 4.288 31.926 6.806 38.732473 saat menempuh perjalanan
TOTAL 91.797 699.497 152.653 852.1499138
selama 11 menit dari Stasiun Duduk
: Total keluaran emisi GRK paling besar ke Stasiun Lamongan dengan jarak
:Total keluaran emisi GRK paling kecil
12,223 km yaitu CO2e sebesar

11 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 2 (2017)

106,590 kg. Total emisi GRK 1. Berdasarkan survei dan


terkecil CO2esebesar 33,224 kg perhitungan, besar
dihasilkan Kereta KRD 473 pada pengurangan emisi gas rumah
perjalanan dari Stasiun Tendes kaca (CO2, CH4, dan N2O) dari
menuju Stasiun Kendangan dengan aktivitas shifting penggunaan
moda kendaraan bermotor ke
jarak tempuh 3,285 km. Model Emisi
kereta api yang terjadi pada
GRK Kereta KRD 473 disajikan kegiatan perkereta apian lokal
pada Tabel 3.9. Daop VIII Surabaya dengan
Tabel 3.10Model Emisi GRK Kereta jumlah CO2e sebesar
Api Dhoho 441 17.427,91 ton/tahun.
CO2e Genset
2. Hasil survei yang telah
SA SP JRK (km) CO2e Loko (kg) Total (kg)
(kg)
dilakukan selama 5 hari tidak
Blitar Rejotangan 13.076 101.997 28.348 130.345
Rejotangan Ngunut 7.89 59.588 12.473 72.061 ditemukan adanya aktivitas
Ngunut Sumber Gempol 7.777 58.747 12.473 71.220
Sumbergempol Tulungagung 5.182 39.848 11.339 51.187 shifting dari kegiatan
Tulungagung Kras 14.159 107.951 23.812 131.763
Kras Ngadiluwih 6.342 50.172 18.143 68.315 pengiriman barang melalui
Ngadiluwih
Kediri
Kediri
Papar
9.545
15.471
76.551
116.031
29.482
26.080
106.033
142.111
jasa pengiriman barang kereta
Papar
TOTAL
Purwosari 5.992
85.434
45.457
656.341
9.071
171.220
54.528
827.561
api lokal Daop VIII Surabaya.
: Total keluaran emisi GRK paling besar Sehingga dapat disimpulkan
: Total keluaran emisi GRK paling kecil persentase shifting pada
Sumber: Hasil Perhitungan, 2016 observasi/survei terhadap
calon pengirim barang melalui
Hasil perhitungan model keluaran kereta api lokal Daop VIII
emisi GRK yang dapat dilihat pada Surabaya sangat kecil sehingga
Tabel 3.10 menunjukan bahwa tidak dilakukan perhitungan
Kereta Api Dhoho dengan nomor dan pengolahan data tentang
kereta 441 menempuh perjalanan shifting pengiriman barang.
sepanjang 85,43 km dari Stasiun 3. Perhitungan proyeksi besar
pengurangan emisi gas rumah
Blitar ke Stasiun Purwosari
kaca (CO2, CH4, dan N2O)
menghasilkan total emisi GRK yang dihasilkan dari shifting
CO2esebesar 827,561 kg. Total emisi penggunaan moda kendaraan
GRK terbesar yang dihasilkan bermotor ke kereta api lokal
berasal dari perjalanan kereta api dari Daop VIII Surabaya pada
Stasiun Kediri menuju Stasiun Papar tahun 2030 CO2esebesar
dengan jarak tempuh 15,471 km 19.633,418 ton/tahun.
dengan lama perjalanan 21 menit Peningkatan jumlah penurunan
yaitu CO2esebesar 142,111 kg.. emisi GRK pada tahun 2030
Untuk total emisi GRK terkecil yang sebesar 12,65% dai hasil
dihasilkan dari Kereta Api Dhoho perhitungan pada tahun
penelitian. Persentase tersebut
441 pada saat menempuh perjalanan
masih belum memenuhi target
dari Stasiun Sumbergempol menuju pengurangan emisi GRK pada
Stasiun Tulungagung dengan jarak dokumen kaji ulang Peraturan
5,182 km dan lama perjalanan 7 Presiden Nomor 61 Tahun
menit yaitu CO2esebesar 51,187 kg 2011 tentang Rencana Aksi
Nasional Penurunan Emisi Gas
3. KESIMPULAN Rumah Kaca yang
Kesimpulan yang dapat diambil menargetkan adanya
dari penelitian ini antara lain sebagai pengurangan emisi GRK
berikut : sebesar 29% pada tahun 2030.

12 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 2 (2017)

4. Berdasarkan skenario Anonim. 2011. Peraturan Presiden


permodelan emisi GRK pada 4 Republik Indonesia Nomor 71
sampel kereta api lokal Daop Tahun 2011 tentang
VIII Surabaya dengan rute Penyelanggaraan
perjalanan yang berbeda Inventarisasi Gas Rumah
menghasilkan besar emisi
Kaca Nasional.
GRK dengan jumlah
CO2edalam satu kali Anonim. 2013. Peraturan Menteri
perjalanan untuk Kereta Negara Lingkungan Hidup
Komuter sebesar 297,183 kg, Nomor 15 Tahun 2013
Kereta Api Penataran sebesar tentangPengukuran,
852,15 kg, KRD sebesar
Pelaporan, dan Verifikasi
936,964 kg, dan yang terakhir
Kereta Api Dhoho sebesar
Aksi Mitigasi Perubahan
827,561 kg. Iklim. Jakarta: Kementrian
Lingkungan Hidup.
DAFTAR PUSTAKA Ariani, M., dan Setyanto, P.
Achmad, Rukaesih. 2004. Kimia 2007.Pengaruh Pemberian
Lingkungan. Andi Yogyakarta : Jerami dan Pupuk Kandang
Yogyakarta. terhadap Emisi N2O dan
Anonim. 1999. Peraturan Hasil Padi pada Sistem
Pemerintah Republik IntegrasiTanaman
Indonesia Nomor 41 Tahun Ternak.Jurnal. Balai
1999 tentang Pengendalian Penelitian Lingkungan
Pencemaran Udara. Pertanian.
Badan Pusat Statistik. 2013.
Anonim. 2006. Peaturan Menteri Perkembangan Jumlah
Negara Lingkungan Hidup Kendaraan Bermotor Menurut
Nomor 05 Tahun 2006 Jenis Tahun 1987-2011,
tentangAmbang Batas Emisi http://www.bps.go.id/tab_sub/vi
Gas Buang Kendaraan ew.php?tabel=1&id_subyek=17
Bermotor Lama. &otab=12, diakses pada tanggal
Anonim. 2007. Undang-undang 12Agustus 2016.
Republik Indonesia Nomor 23 Badan Pengatur Hilir Minyak dan
Tahun 2007 tentang Gas Bumi. 2015. Komoditas
Perkeretaapian. Jakarta: dan Pemasaran Bahan Bakar
Sekertariat Negara. Minyak.
www.bphmigas.go.id.
Anonim. 2009. Undang-undang
Diakses pada 15 Desember
Nomor 32 Tahun 2009
2016.
tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Cooper, C.D., dan Alley, F.C. 1994.
Hidup. Jakarta: Sekertariat Air Pollution Control A
Negara. Design Approach 2nd
Edition. Illinois: Maveland
Anonim. 2011. Peraturan Presiden
Press Inc.
Republik Indonesia Nomor 61
Tahun 2011 tentang Rencana Dara, R. 2015.Forecasting Lalu
Aksi Nasional Penurunan Lintas Penumpang Dan
Emisi Gas Rumah Kaca. Perencanaan Terminal

13 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 2 (2017)

Building Bandar Udara Tjilik Sektor Transportasi Di Kota


Riwut Kota Palangka Raya 20 Surabaya. Surabaya: Teknik
Tahun yang Akan Lingkungan Institut Sepuluh
Datang.Palangkaraya: Nopember
Universitas Muhammadiyah JICA, 2004. Study of Integrated
Palangkaraya Transportation Master Plan
Faradina, A. 2012.Pengaruh
For Jabodetabek(SITRAMP
Kelembaban, Suhu, Arah, Phase II).
Dan Kecepatan Angin Tim Kementerian Lingkungan Hidup
Terhadap Konsentrasi dan Kehutanan.2012.
Karbon Monoksida (CO)
Pedoman Penyelenggaraan
Dengan Membandingkan Inventarisasi Gas Rumah
Dua Volume Sumber Kaca Nasional.Jakarta:
Pencemar Di Area Pabrik Kementrian Lingkungan
Dan Di Persimpangan Jalan Hidup.
(Studi Kasus: PT.Inti General
Yaja Steel Dan Persimpangan Tim Kementrian Energi dan Sumber
Jrakah,Semarang. Teknik Daya Mineral.2012. Kajian
Lingkungan Universitas Emisi Gas Rumah Kaca Sektor
Diponegoro. Semarang. Transportasi.Jakarta : Dinas
Energi dan Sumber Daya
Godhish, T. 2004. Air Quality 4th Mineral.
Edition, Atmospheric Tim Kementerian Lingkungan Hidup
Pollution and dan Kehutanan. 2013.
Pollutants, Chapter 2 pages Pedoman Teknis Penyusunan
31-33 and 49-50, Lewis Inventarisasi Emisi Pencemar
Publisher Udara di Perkotaan. Jakarta:
Laksono, B.A., dan Damayanti, A. Kementrian Lingkungan
2014. Analisis Kecukupan Hidup.
Jumlah Vegetasi dalam
Menyerap Karbon Monoksida Tim Kementrian Perhubungan. 2016.
(Co) dari Aktivitas Kendaraan Laporan Pendahuluan
Bermotor di Jalan Ahmad Yani Penyusunan Metodologi
Surabaya. Surabaya: Institut Measurement, Reporting &
Sepuluh Nopember. Verification (MRV) / Perpres
IPCC. 2006. Guidelines for National 71 Tahun 2011 di Sektor
Greenhouse Gas Inventories. Transportasi. Jakarta: Pusat
Volume 2 : Energy. Pengelolaan Transportasi
Isaac, S., & Michael, W. B. Berkelanjutan Sekertariat
1981.Handbook in Research Jendral Kementrian
and Evaluation. San Diego: Perhubungan.
Wiley Periodicals, Inc., A Manahan, S.E. 1994. Environmental
Wiley Company. Chemistry 6th edition. USA:
Ismayanti, R.I., Rahmat, B., dan Lewis Publisher
Abdu F.A. 2011. Kajian Nur, Yusratika, Puji Lestari dan Iga
Emisi CO2 Menggunakan Uttari. 2010. Inventori Emisi
Persamaan Mobile 6 Dan Gas Rumah
Mobile Combustion Dari

14 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 2 (2017)

Kaca (CO2 dan CH4) dari Soedomo, Moestikahadi. 2001.


Sektor Transportasi di DKI Pencemaran Udara.
Jakarta Berdasarkan Bandung: Institut Teknologi
Konsumsi Bahan Bandung.
Bakar.Bandung: Institut Sudarman, 2010.Meminimalkan
Teknologi Bandung. Daya Dukung Sampah
Terhadap Pemanasan
Purwanto, C. P. 2015. Inventarisasi
Emisi Sumber Bergerak di Global.Semarang: Jurusan
Jalan (On Road) Kota Teknik Mesin Fakultas
Denpasar. Tesis. Magister Teknik Universitas Negri
Semarang.
Ilmu Lingkungan. Universitas
Udayana. Tiarani, V.L,. 2015. Kajian Prediksi
Rahmawati, 2009.Analisis Beban Emisi Pencemar
Penerapan Kebijakan Udara (TSP, NOx, SO2, HC,
Pengendalian Pencemaran dan CO) dan Gas Rumah
Udara dari Kendaraan Kaca (CO2, CH4 dan N2O)
Bermotor Berdasarkan Sektor Transportasi Darat
Estimasi Beban Emisi (Studi Kota Yogyakarta Dengan
Kasus : DKI Jakarta) (Tesis Metode Tier 1 dan Tier
Magister). Program Studi 2.Semarang : Universitas
Pengelolaan Sumberdaya Diponegoro
Alam dan Lingkungan Institut
Pertanian Bogor.
Rencana Induk Perkeretaapian
Nasional. 2011. Jakarta Pusat:
Kementrian Perhubungan
Rukaesih, A. 2004. Kimia
Lingkungan. Andi
Yogyakarta : Yogyakarta.
Sastrawijaya, A.T. 2009.Pencemaran
Lingkungan. Jakarta: PT
Rineka Cipta
Sihombing, Adolf Leopold SM.
2008. Inventori Emisi Gas
Rumah Kaca (CO2
dan CH4) dari Sektor
Transportasi dengan
Pendekatan Jarak Tempuh
Kendaraan dan Konsumsi
Bahan Bakar dalam Upaya
Pengelolaan Kualitas Udara
di Kota dan Kabupaten
Bandung. Bandung: Institut
Teknologi Bandung.

15 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing

Anda mungkin juga menyukai