1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Subhanahu wata’ala yang telah
mengaruniakan kepada kita kesehatan, sehingga kami bisa menyelesaikan tugas
makalah ini dengan baik.
Penulis menyadari dalam makalah ini masih banyak kekurangan, karena
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................5
C. Tujuan.............................................................................................................5
BAB II......................................................................................................................6
TINJAUAN TEORI.................................................................................................6
A. Pengertian Manajemen Kelas Ibu Hamil dan Balita......................................6
B. Prinsip Manajemen Kelas Ibu Hamil dan Balita..........................................13
C. Fungsi Manajemen Kelas Ibu Hamil dan Balita...........................................15
D. Manajemen Kelas Ibu Hamil dan Balita.......................................................18
BAB III..................................................................................................................39
PENUTUP..............................................................................................................39
A. Kesimpulan...................................................................................................39
B. Saran.............................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................40
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Program pembangunan kesehatan di Indonesia dewasa ini masih
diprioritaskan pada upaya peningkatan derajat kesehatan Ibu dan anak,
terutama pada kelompok yang paling rentan kesehatan yaitu ibu hamil,
bersalin dan bayi pada masa perinatal. Hal ini ditandai dengan tingginya
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).
Penggunaan Buku KIA diharapkan dapat meningkatkan kualitas
pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak serta gizi sehingga salah satu tujuan
pembangunan kesehatan nasional yaitu penurunan AKI dan AKB dapat
tercapai. Penyebarluasan penggunaan Buku KIA dilakukan melalui
Puskesmas, Rumah Sakit, kegiatan Posyandu dan lain-lain dengan tujuan agar
terjadi peningkatan pengetahuan dan keterampilan dari para petugas
Kesehatan serta adanya peningkatan kualitas pelayanan.
Selain itu Buku KIA dapat pula dipakai sebagai alat pemantau
kesehatan Ibu dan Anak, serta pendidikan dan penyuluhan kesehatan bagi
masyarakat khususnya ibu-ibu. Kelas Ibu Hamil dan Ibu Balita ini merupakan
sarana untuk belajar bersama tentang kesehatan bagi ibu hamil, dalam bentuk
tatap muka dalam kelompok yang bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu mengenai kehamilan, perawatan
kehamilan, persalinan, perawatan nifas, perawatan bayi baru lahir, mitos,
penyakit menular dan akte kelahiran. Dewasa ini penyuluhan kesehatan Ibu
dan Anak pada umumnya masih banyak dilakukan melalui konsultasi
perorangan atau kasus per kasus yang diberikan pada waktu ibu
memeriksakan kandungan atau pada waktu kegiatan posyandu. Kegiatan
penyuluhan semacam ini bermanfaat untuk menangani kasus per kasus namun
memiliki kelemahan antara lain
4
1. Pengetahuan yang diperoleh hanya terbatas pada masalah kesehatan yang
dialami saat konsultasi.
2. Penyuluhan yang diberikan tidak terkoordinir sehingga ilmu yang
diberikan kepada ibu hanyalah pengetahuan yang dimiliki oleh petugas
saja
3. Tidak ada rencana kerja sehingga tidak ada pemantauan atau pembinaan
secara lintas sektor dan lintas program
4. Pelaksanaan penyuluhan tidak terjadwal dan tidak berkesinambungan.
Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan di atas, direncanakan metode
pembelajaran kelas ibu hamil. Kegiatan yang direncanakan adalah
pembahasan materi Buku KIA dalam bentuk tatap muka dalam kelompok
yang diikuti diskusi dan tukar pengalaman antara ibu-ibu hamil dan balita dan
petugas kesehatan. Kegiatan kelompok belajar ini diberi nama kelas ibu hamil
dan ibu balita.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan manajemen kelas ibu hamil dan balita?
2. Bagaimana prinsip manajemen kelas ibu hamil dan balita?
3. Apa saja fungsi manajemen kelas ibu hamil dan balita?
4. Bagaimana manajemen kelas ibu hamil dan balita?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian manajemen kelas ibu hamil dan balita.
2. Untuk mengetahui manajemen kelas ibu hamil dan balita.
3. Untuk mengetahui fungsi manajemen kelas ibu hamil dan balita.
4. Untuk mengetahui manajemen kelas ibu hamil dan balita.
BAB II
TINJAUAN TEORI
5
A. Pengertian Manajemen Kelas Ibu Hamil dan Balita
1. Konsep Manajemen
Manajemen dalam arti luas juga mempunyai pengertian
sebagai perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian
(P4) sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif dan
efisien.
Pengertian manajemen secara umum adalah ilmu dan seni dalam
mengatur, mengelola, dan mengkoordinasi yang bertujuan untuk
melakukan suatu tindakan guna mencapai tujuan.
1) Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan, merubah sikap dan perilaku
ibu agar memahami tentang Kehamilan, perubahan tubuh dan
keluhan selama kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan,
6
perawatan Nifas, KB pasca persalinan, perawatan bayi baru lahir,
mitos/kepercayaan/adat istiadat setempat, penyakit menular dan
akte kelahiran.
2) Tujuan Khusus
7
(5) perawatan bayi baru lahir (perawatan bayi baru lahir,
pemberian vit.K1 injeksi, tanda bahaya bayi baru lahir,
pengamatan perkembangan bayi/anak dan pemberian
imunisasi pada bayi baru lahir).
(6) mitos/kepercayaan/adat istiadat setempat yang
berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak.
(7) penyakit menular (IMS, informasi dasar HIV-AIDS dan
pencegahan dan penanganan malaria pada ibu hamil).
(8) akte kelahiran.
a) Provinsi
(1) Menyiapkan tenaga pelatih
(2) Mendukung pelaksanaan kelas ibu hamil (sarana
prasarana)
(3) Monitoring dan eveluasi
b) Kabupaten :
(1) Menyiapkan tenaga fasilitator
8
(2) Bertanggungjawab atas terlaksananya kelas ibu hamil
(dana, sarana dan prasarana)
(3) Monitoring dan evaluasi
c) Puskesmas :
(1) Kepala puskesmas sebagai penanggung jawab dan
mengkoordinir pelaksanaan kelas ibu hamil di wilayah
kerjanya.
(2) Bidan/tenaga kesehatan bertanggung jawab dalam
pelaksanaan kelas ibu hamil (identifikasi calon peserta,
koordinasi dengan stake holder, fasilitasi pertemuan,
monitoring, evaluasi dan pelaporan).
2) Fasilitator dan Nara Sumber
Fasilitator kelas ibu hamil adalah bidan atau petugas
kesehatan yang telah mendapat pelatihan fasilitator kelas ibu
hamil (atau melalui on the job training) dan setelah itu
diperbolehkan untuk melaksanakan fasilitasi kelas ibu hamil.
Dalam pelaksanaan kelas ibu hamil fasilitator dapat meminta
bantuan nara sumber untuk menyampaikan materi bidang
tertentu. Nara sumber adalah tenaga kesehatan yang mempunyai
keahlian dibidang tertentu untuk mendukung kelas ibu hamil
(Kemenkes RI, 2011).
3) Sarana dan Prasarana
9
g) Alat peraga (KB kit, food model, boneka, metode
kangguru, dll) jika ada
h) Tikar/karpet (matras)
i) Bantal, kursi(jika ada)
j) Buku senam hamil/CD senam hamil(jika ada)
Idealnya kelengkapan sarana dan prasarana seperti tersebut
diatas, namun apabila tidak ada ruangan khusus, dimanapun
tempatnya bisa dilaksanakan sesuai kesepakatan antara ibu hamil
dan fasilitator. Sedangkan kegiatan lainnya seperti senam hamil
hanya merupakan materi tambahan bukan yang utama (Kemenkes,
2011).
10
Kelas Ibu Balita diselenggarakan secara partisipatif: artinya para
ibu tidak diposisikan hanya menerima informasi karena posisi pasif
cenderung tidak efektif dalam merubah prilaku. Oleh sebab itu Kelas Ibu
Balita dirancang dengan metode belajar partisipatoris dimana para ibu
tidak dipandang sebagai murid, melainkan sebagai warga belajar. Dalam
prakteknya para ibu didorong untuk belajar dari pengalaman sesama,
sementara fasilitator berperan sebagai pengarah kepada pengetahuan
yang benar. Fasilitator bukanlah guru atau dosen yang mengajari, namun
dalam lingkup terbatas ia dapat menjadi sumber belajar.
11
d) Kurikulum: disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi/masalah
kesehatan di tempat tersebut. Agar efektif, Kelas Ibu Balita dapat
diintegrasikan dengan kegiatan terkait yang ada di masyarakat,
misalnya Bina Keluarga Balita (BKB) dan Pengembangan Anak
Usia Dini (PAUD) atau kegiatan Desa lainnya.
e) Dari, oleh dan untuk masyarakat: seluruh masyarakat termasuk
tokoh-tokoh agama dan masyarakat berperan dalam pelaksanaan
Kelas Ibu Balita.
f) Peserta: Ibu-ibu yang mempunyai anak berusia antara 0-5 tahun.
Tiap kelas dibagi berdasarkan kelompok umur balita: 0-1 tahun,
1-2 tahun, dan 2-5 tahun. Jumlah peserta idealnya maksimal 15
orang/kelas.
g) Fasilitator/pengajar: Bidan atau petugas kesehatan yang telah
dilatih menjadi fasilitator Kelas Ibu Balita atau yang telah
menjalani on the job training Kelas Ibu Balita.
h) Narasumber: Narasumber diperlukan untuk memberi input
tentang topik tertentu. Narasumber merupakan tenaga kesehatan
dalam bidang spesifik tertentu seperti: ahli gizi, dokter, bidan,
perawat, perawat gigi, Kader PAUD, dll.
i) Waktu: disesuaikan dengan kesiapan ibu/bapak/keluarga, bisa
pagi atau sore hari. Lama kegiatan 20-60 menit atau disesuaikan
dengan kondisi setempat.
j) Frekuensi pertemuan: 3 kali pertemuan atau sesuai hasil
kesepakatan antara fasilitator dengan peserta.
k) Tempat fleksibel: bisa di Balai Desa, Dusun, memakai salah satu
rumah warga, Posyandu, Puskesmas, RB, RS, dll.
12
B. Prinsip Manajemen Kelas Ibu Hamil dan Balita
Kelas ibu hamil diikuti oleh sekelompok ibu hamil di wilayah tertentu
yang dikoordinasikan oleh bidan. Konsep pelaksanaan kelas Ibu hamil,
dijelaskan sebagai berikut:
Buku KIA adalah referensi utama yang dibaca dan dibahas dalam Kelas
Ibu Hamil
3. Metode
4. Materi Pembelajaran
Buku KIA, format P4K, stiker P4K, alat bantu (lembar balik, peralatan
KB, boneka bayi, dll)
13
6. Bisa di mana-mana: RS, RB, Puskesmas, Poskesdes, Posyandu, Desa, dll,
sesuai dengan situasi setempat.
1. Peserta: ibu hamil dengan umur kehamilan 20-32 minggu (masa persiapan
persalinan atau perinatal awal), suami atau keluarga diikutkan minimal 1
kali pertemuan
5. Materi: disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi ibu hamil tetapi tetap
mengutamakan materi pokok. Pada setiap akhir pertemuan dilakukan
senam ibu hamil
14
e. Supaya efektif, Kelas Ibu Balita perlu diintegrasikan dengan kegiatan
terkait kesehatan anak balita di masyarakat, antara lain Posyandu, PAUD
(Pendidikan Anak Usia Dini), Bina Keluarga Balita (BKB) atau kegiatan
desa lainnya.
f. Praktek yang dilakukan pada Kelas Ibu Balita antara lain pembuatan dan
pemberian MP-ASI, mencuci tangan, PHBS, cara memantau dan
menstimulasi pertumbuhan, dll.
15
4) Pembagian tugas
c. Actuating (Pengarahan)
Pengarahan adalah suatu proses pembimbingan, pemberian petunjuk,
dan instruksi bawahan agar mereka bekreja sesuai dengan rencana
yang ditetapkan.
Actuating meliputi :
1) Kepemimpinan
2) Kepercayaan
3) Komunikasi
4) Motivasi
d. Controlling (Pengawasan)
e. Controlling adalah salahsatu fungsi manajemen yang berupa
mengadakan penilaian, bila perlu mengadakan koreksi terhadap apa
yang dilakukan sehingga kegiatan dapat terarahkan sesuai dengan
maksud tujuan.
Controlling meliputi :
1) Monitorong
2) Evaluasi
3) Supervisi
16
KB pasca persalinan, perawatan bayi baru lahir,
mitos/kepercayaan/adat istiadat setempat, penyakit menular dan akte
kelahiran.
c. Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil tentang
kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan selama kehamilan.
d. Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil tentang
perawatan kehamilan.
e. Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil tentang
persalinan.
f. Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil tentang
perawatan nifas.
g. Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil tentang KB
pasca salin.
h. Meningkatkan pemahaman, sikap dan prilaku ibu hamil tentang
perawatan bayi baru lahir.
i. Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil tentang
mitos/ keprcayaan/ adat istiadat setempat yang berkaitan dengan
kesehatan ibu hamil dan anak.
j. Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil tentang
penyakit menular (IMS, informasi dasar HIV-AIDS dan pencegahan
dan penanganan malaria pada ibu hamil)
k. Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil tentang akte
kelahiran.
17
e. Meningkatkan pengetahuan ibu dalam pemberian MP-ASI dan gizi
seimbang kepada Balita
a. Organisasi Pelaksana
18
instansi pemerintah, lintas sektor terkait serta masyarakat
setempat di tingkat Propinsi atau Kabupaten/Kota.
1) Tujuan
Agar para pengambil keputusan pada setiap tingkatan
administrasi di propinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan desa
dapat mengetahui dan memahami:
(a) Pengertian KeIas Ibu Hamil/Kelas Ibu Balita serta apa
tujuan dan manfaat dilaksanakannya kegiatan tersebut
(b) Konsep kegiatan
19
kegiatan Buku KIA, Kelas Ibu Hamil/Kelas Ibu Balita.
Sedangkan penanggung jawab di tingkat kecamatan dan
desa adalah Kepala Puskesmas.
b) Tingkat Puskesmas:
20
BAPPEPROP, Badan Pemberdayaan Masyarakat,
Kantor Wilayah Departemen Agama, BKKBN)
d)DPRD Provinsi (Komisi E)
e) Organisasi profesi (IBI, IDAI, POGI, IDI, PPNI, PERSAGI)
f) PKK, LSM Kesehatan
g)Institusi pendidikan tenaga kesehatan
h)Rumah Sakit pemerintah dan swasta di
propinsi/kabupaten/kota
Catatan : Jumlah Kabupaten/Kota yang diundang sesuai dengan
rencana kegiatan
Narasumber:
21
b. Pengkajian Kebutuhan Data Dasar Dan Analisa Situasi
Adalah kegiatan penting untuk mendapatkan
gambaran tentang situasi dan kebutuhan keluarga tentang
kesehatan ibu hamil dan kesehatan balita di suatu daerah.
1) Tujuan :
a) Data sasaran ibu hamil, ibu balita dan sasaran bayi baru lahir,
bayi dan balita
b) Data cakupan program kesehatan ibu hamil, bayi baru lahir, bayi
dan balita (K1, K4, PN, KN 1, 2, 3, DDTK), P4K, KEP, anemia,
Tablet Fe serta Imunisasi TT dan lainnya.
c) Data jumlah seluruh fasilitas kesehatan yang ada di
kabupaten/kota, baik pemerintah maupun swasta.
22
f) Data kader PKK/Posyandu di wilayah kerja Puskesmas
atau Poskesdes
3) Pelaksana:
4) Waktu :
5) Pendanaan :
23
melaksanakan kegiatan Kelas Ibu Hamil/Kelas Ibu Balita di
setiap tingkat wilayah.
2) Kegiatan:
3) Pelaksana:
4) Waktu :
5) Pendanaan :
24
6) Keluaran :
25
3) Memahami bahwa kelas ibu penting untuk meningkatkan
pengetahuan ibu tentang kehamilan, persalinan dan perawatan
anak
4) Memahami bagaimana terjadinya kehamilan
5) Memahami adanya perubahan tubuh ibu selama kehamilan
6) Memahami bagaimana mengatasi berbagai keluhan saat hamil
7) Memahami apa saja yang harus dilakukan oleh ibu selama
kehamilan
8) Memahami pentingnya makanan sehat dan pencegahan
anemia saat kehamilan
9) Memahami bahwa kesiapan psikologis diperlukan dalam
menghadapi kehamilan
10) Memahami bagaimana hubungan suami istri selama kehamilan
11) Mengetahui obat-obatan yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi
oleh ibu semasa kehamilan
12) Mengetahui tanda-tanda bahaya pada kehamilan
13) Memahami perlunya perencanaan persalinan sejak awal agar
dapat memperlancar proses persalinan
26
7) Mengetahui tanda-tanda bahaya dan penyakit pada masa nifas
8) Memahami manfaat vitamin A dosis tinggi bagi ibu dan bayinya
9) Memahami bahwa setelah bersalin ibu perlu ikut program KB
10) Mengetahui dan memahami alat kontrasepsi dan cara kerjanya
27
Monitoring dilakukan dalam rangka melihat perkembangan
dan pencapaian, serta masalah dalam pelaksanaan kelas ibu hamil,
hasil monitoring dapat dijadikaan bahan acuan untuk perbaikan
dan pengembangan kelas ibu hamil selanjutnya. Hal-hal yang
perlu dimonitor berdasarkan Kemenkes (2011) :
a) Peserta (keadaan dan minat peserta, kehadiran peserta,
keaktifan bertanya)
b) Sarana prasarana (tempat, fasilitas belajar)
c) Fasilitator (persiapan, penyampaian materi, penggunaan alat
bantu, membangun suasana belajar aktif)
d) Waktu (mulai tepat waktu, efektif ).
2) Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk melihat keluaran dan dampak
baik positif maupun negatif pelaksanaan kelas ibu hamil
berdasarkan indikator. Dari hasil evaluasi tersebut bisa dijadikan
sebagai bahan pembelajaran guna melakukan perbaikan dan
pengembangan kelas ibu hamil berikutnya. Evaluasi oleh
pelaksana (bidan/koordinator bidan) dilakukan pada setiap
selesai pertemuan kelas ibu. Evaluasi dilakukan untuk menilai
(Kemenkes, 2011) :
e. Indikator Keberhasilan
Indikator Keberhasilan Program Kelas Ibu Hamil
berdasarkan Kemenkes (2011):
28
1) % petugas kesehatan sebagai fasilitator Kelas Ibu Hamil
2) % ibu hamil yang mengikuti Kelas Ibu Hamil
3) % suami /anggota keluarga yang hadir mengikuti Kelas Ibu Hamil
4) % kader yang terlibat dalam penyelenggaraan Kelas Ibu Hamil.
Indikator proses (Kemenkes, 2011) :
1) Fasilitator: manajemen waktu, penggunaan variasi metode
pembelajaran, bahasan penyampaian, penggunaan alat bantu,
kemampuan melibatkan peserta, informasi Buku KIA
2) Peserta: frekuensi kehadiran, keaktifan bertanya dan berdiskusi
3) Penyelenggaraan: tempat, sarana, waktu
Indikator output (Kemenkes, 2011):
1) % peningkatan jumlah ibu hamil yang memiliki Buku KIA
2) % ibu yang datang pada K4
3) % ibu/keluarga yang telah memiliki Perencanaan Persalinan
4) % ibu yang datang untuk mendapatkan tablet Fe
5) % ibu yang telah membuat pilihan bersalin dengan Nakes
6) % KN
7) % IMD (Inisiasi Menyusu Dini)
8) % kader dalam keterlibatan penyelenggaraan
f. Pelaporan
Seluruh rangakaian hasil proses pelaksanaan kegiatan kelas ibu
hamil sebaiknya dibuatkan laporan. Pelaporan hasil pelaksanaan kelas
ibu hamil dijadikan sebagai dokumen, sehingga dapat dijadikan
sebagai bahan informasi dan pembelajaran bagi pihak-pihak yang
berkepentingan. Pelaporan disusun pada setiap selesai melaksanakan
kelas ibu hamil.
Isi laporan minimal tentang :
a. Waktu pelaksana
b. Jumlah peserta
c. Proses pertemuan
d. Masalah dan hasil capaian pelaksanaan
e. Hasil evaluasi
29
Selain rangakaian materi di atas, bahan yang penting disiapkan
adalah kuesioner yang berisi pertanyaan tentang kesehatan ibu dan
anak yang merupakan Pra-tes dan Post-tes. Dengan ini, pengetahuan
ibu hamil dapat diukur sebelum menerima pembelajaran dan sesudah
menerima pembelajaran.
30
Puskesmas, Posyandu, dan tokoh masyarakat) tentang Kelas Ibu
Balita, diakhiri dengan membuat kesepakatan-kesepakatan, antara lain
tentang kriteria sasaran/peserta, fasilitator/narasumber dan sebagainya.
Hasil dari pertemuan ini adalah kebijakan yang diberlakukan ditingkat
provinsi.
1) Peserta
31
Tujuannya untuk memetakan kebutuhan-kebutuhan warga
belajar serta berbagai kebutuhan penyelenggaraan kelas. Kebutuhan
warga belajar diasumsikan tidak sama antara satu daerah dengan
daerah lain, sehingga pengenalan dan pembuatan peta/data dasar
kebutuhan merupakan kegiatan persiapan yang sangat penting untuk
menetapkan materi, supervisi, monitoring dan evaluasi. Pemetaan
dilaksanakan secara bertingkat, dimulai dari Posyandu
(nagari/kelurahan/jorong), diteruskan ke Polindes dan Puskesmas
(kecamatan), Dinas Kesehatan (kota/kabupaten), sampai ke tingkat
Dinas Kesehatan Provinsi.
c. Merancang Penyelenggaraan
Tujuannya untuk menetapkan kebijakan teknis, misalnya tentang
waktu dan lokasi penyelenggaraan, kriteria dan proses perekrutan
fasilitator, pelatihan bagi pelatih (training of trainer/TOT) dan
fasilitator, pelibatan tokoh-tokoh masyarakat, pembagian kerja
diantara berbagai instansi, sumber dana dan sebagainya.
32
dapat memahami pentingnya Kelas Ibu Balita dan memotivasi ibu
bayi untuk mengikuti secara seksama. Kegiatan pendekatan
dilakukan oleh penanggungjawab teknis di lapangan.
Pelaksanaan
a. Persiapan
Pelaksanaan Kelas Ibu Balita adalah kegiatan yang harus
dipersiapkan sebaik mungkin. Persiapan ini dilaksanakan dalam ruang
lingkup yang lebih kecil (kecamatan/desa/kelurahan) dengan
melibatkan sejumlah unsur lokal seperti
Poskesdes/Polindes/Puskesmas, bidan, kader Posyandu, dan tokoh
masyarakat, PKK, Guru TK. Poin paling penting dari pertemuan awal
adalah mendapatkan dukungan penuh dari segenap pihak, terutama
sekali camat, kepala desa dan lurah berupa tenaga, fasilitas maupun
finansial.
33
1) Identifikasi sasaran
Penyelenggara Kelas Ibu Balita perlu mempunyai data
sasaran jumlah ibu yang mempunyai balita antara 0 sampai 5
tahun dan kemudian mengelompokannya jadi kelompok usia 0-1
tahun, 1-2 tahun, dan 2-5 tahun. Data dapat diperoleh dari Sistem
informasi Posyandu, Puskesmas atau dikumpulkan atas kerjasama
dengan Dasawisma.
34
Anggaran perlu ditata dengan baik, termasuk rancangan
pelaporannya. Perlu juga dipastikan apakah ada bantuan keuangan
dari pihak ketiga.
b. Penyelengaraan
1) Pertemuan Persiapan
Sebelum Kelas Ibu Balita dilaksanakan para penyelenggara
perlu melakukan pertemuan untuk membicarakan berbagai hal yang
berkaitan dengan teknis pengelolaan kelas. Misalnya, siapa yang akan
bertugas sebagai fasilitator, fasilitator pembantu, perekam proses
(pencatat proses pelaksanaan kelas), pengasuh anak sementara ibu-
ibu mengikuti kelas, dan sebagainya.
2) Pelaksanaan Kelas Ibu-balita
a) Membuat kesan yang menyenangkan
Fasilitator dituntut untuk mampu membuat suasana kelas
menyenangkan bagi seluruh warga belajar. Untuk itu diperlukan
sikap ramah, tabah, dan kemampuan membuat permainan-
permainan yang memecah kebekuan (ice breaking) dan
mengasyikan.
b) Memilih topik berdasarkan kebutuhan
Topik-topik yang dibahas dalam setiap pertemuan
disesuaikan dengan kebutuhan warga belajar. Oleh sebab itu
fasilitator perlu mengidentifikasi, baik melalui data maupun
diskusi dengan warga belajar, materi apa yang dianggap tepat.
c) Menerapkan metode yang sudah ditentukan
Metode yang ditentukan adalah metode belajar orang
dewasa (andragogy) yang menekankan pada partisipasi warga
belajar dan penggunaan pengalaman sebagai sumber belajar.
Ceramah dibolehkan dalam batas waktu tertentu (tidak lebih 25%
dari total waktu). Untuk sesi yang memerlukan praktek, fasilitator
menyiapkan materi-materi kebutuhan praktek seperti alat-alat
praktek memasak makanan, memberikan pertolongan pertama,
dan sebagainya.
Fasilitator harus memahami sebaik mungkin prosedur,
metode dan teknik memfasilitasi orang-orang dewasa dalam
belajar. Prinsip memfasilitasi dapat dipahami dengan membaca
Bab 2 buku ini.
35
Rekam proses atau pencatatan proses pelaksanaan kelas
secara rinci sangat penting dilaksanakan. Hasil rekam proses
dapat digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi serta
meningkatkan kualitas kelas pada masa mendatang.
d) Disiplin waktu
Waktu penyelenggaraan Kelas Ibu Balita harus diatur
sedemikian rupa dan ditepati. Dari uji coba di lapangan waktu
yang ideal untuk setiap sesi adalah antara 45 sampai 60 menit.
Ibu-ibu kehilangan konsentrasi apabila satu sesi menghabiskan
waktu lebih dari satu jam. Jika sesi memakan waktu panjang
fasilitator diharapkan dapat membuat modifikasi sesuai dengan
ketersediaan waktu warga belajar.
36
b. Pencatatan/Pelaporan
Menggunakan registrasi yang sudah ada seperti Kohort ibu, kohort
bayi dan kohort balita dan pelaporan menjadi kegiatan stimulan tumbuh
kembang balita (LB3 KIA).
Indikator Keberhasilan
a. Indikator Input
1) Jumlah tenaga kesehatan (fasilitator)
2) Jumlah kader yang aktif pada kegiatan Kelas Ibu Balita
3) Perbandingan antara tenaga kesehatan (fasilitator) dengan jumlah
ibu Balita (ideal 1:15)
4) Kelengkapan sarana penyelenggaran
5) Kelengkapan prasarana penyelenggaraan
b. Indikator Proses
1) Penyelenggaraan kelas Ibu Balita yang sesuai dengan pedoman
2) % ibu Balita yang hadir pada kelas Ibu Balita
3) % ibu Balita yang aktif pada saat penyelenggaraan
4) % ibu Balita yang nilai post-test lebih tinggi dari pre-test
c. Indikator Output
1) % bayi yang memiliki Buku KIA
2) % bayi yang mendapat ASI eksklusif (6 bulan)
3) % bayi yang mendapat Imunisasi lengkap
4) % bayi ( 6-11 bulan) yang mendapat Vit A 100.000 IU
5) % bayi yang ditimbang 8 kali pertahun% bayi yang mendapat
pelayanan Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh
Kembang minimal 4 kali pertahun
6) % Balita 6-24 bulan yang mendapat MP ASI
7) % Balita (12-59 bulan) yang memiliki Buku KIA
8) % Balita (12-59 bulan) yang mendapat Vitamin A 2 kali pertahun
9) %Balita(12-59bulan) yang mendapatkan pelayanan Stimulasi
Deteksi Dini Tumbuh Kembang minimal 2 kali pertahun
37
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Agar Kelas Ibu Hamil dan/atau Kelas Ibu Balita dapat dilaksanakan
sesuai kebutuhan serta menjangkau seluruh ibu hamil dan ibu balita dalam
wilayah tertentu, maka persiapan yang baik perlu dilakukan terlebih
dahulu.
B. Saran
Diharapkan makalah ini dapat digunakan untuk menambah wawasan
guna meningkatkan kinerja bidan terutama dalam menggerakkan peran
serta masyarakat dalam asuhan kebidanan di komunitas.
38
DAFTAR PUSTAKA
Konsep Kelas Ibu Hamil di akses pada tangga 15 September 2018 pada
abstrak.ta.uns.ac.id
Pedoman Umum Manajemen Kelas Ibu diakses pada tanggal 15 September 2018
pada emprints.umpo.ac.id
39
Penjelasan tentang Kelas Ibu Hamil dan Ibu Balita diakses pada tanggal 17
September 2018 di
40