Anda di halaman 1dari 9

Farmaka

Volume 15 Nomor 4 49

ARTIKEL TINJAUAN: TEKNIK MENINGKATKAN KELARUTAN OBAT


Alicia Ima Dara Patihul Husni
Program Studi Profesi Apoteker, Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran
Jalan Raya Bandung Sumedang KM 21 Jatinangor 45363
aliciaimadara@gmail.com

ABSTRAK
Kelarutan merupakan salah satu parameter penting untuk mencapai konsentrasi terapetik obat
dalam sirkulasi sistemik, sehingga menghasilkan respon farmakologis yang diinginkan. Obat
dengan kelarutan rendah adalah masalah utama yang dihadapi dalam pengembangan formulasi
obat baru. Lebih dari 40% senyawa baru yang dikembangkan di industri farmasi memiliki
kelarutan yang buruk dalam air, padahal untuk dapat terabsorpsi obat harus dapat melarut terlebih
dahulu. Artikel ini berisi ulasan mengenai berbagai teknik yang digunakan untuk meningkatkan
kelarutan obat melalui modifikasi obat secara fisik dan kimia seperti pengurangan ukuran
partikel, kristalisasi, pembentukan garam, dispersi padat, nanosuspensi, dan kriogenik. Berbagai
teknik yang dijelaskan dapat digunakan secara kombinasi untuk meningkatkan kelarutan obat.
Pemilihan teknik peningkatan kelarutan yang tepat adalah kunci untuk memastikan tujuan dari
formulasi.

Kata kunci : kelarutan, obat, kristalisasi, dispersi, nanosuspensi.

ABSTRACT
Solubility is one of the important parameters for achieving therapeutic concentrations of the drug
in the systemic circulation, thus producing the desired pharmacological response. Drugs with
low solubility are the main problems faced in the development of new drug formulations. More
than 40% of new compounds developed in the pharmaceutical industry have a poor solubility in
water, whereas to be absorbed the drug should be able to dissolve first. This article contains
reviews on techniques used to improve drug solubility through physical and chemical
modification of drugs including other methods such as particle size reduction, crystallization,
salt formation, solid dispersion, nanosuspensions, and cryogenic. The various techniques
described can be used in combination to improve drug solubility. The selection of appropriate
techniques is the key to ensuring the purpose of the formulation.
Keywords: solubility, drug, crystallization, dispersion, nanosuspension

Pendahuluan banyak perusahaan obat generik cenderung


Pemberian obat secara oral adalah rute lebih banyak memproduksi produk obat oral
pemberian obat yang paling mudah dan bioekuivalen. Namun, tantangan utama
biasa digunakan karena kemudahan pemberian sediaan oral terletak pada
pemberiannya, kepatuhan pasien yang kekurangan bioavailabilitasnya.
tinggi, dan efektivitas biaya. Akibatnya, Bioavabilitas sediaan oral tergantung pada

Diserahkan: 1 Desember 2017, Diterima 31 Desember 2017


Farmaka
Volume 15 Nomor 4 50

beberapa faktor termasuk kelarutan dalam bioavabilitas obat dalam tubuh (Sharma,
air, permeabilitas obat, tingkat disolusi, dan 2009).
metabolisme jalur pertama (Vieth et al., Semua obat telah dibagi menjadi
2004; Wenlock et al., 2003). empat kelas: kelas I-memiliki kelarutan dan
Penyebab paling umum permeabilitias yang tinggi, kelas II-kelarutan
bioavailabilitas oral rendah dikaitkan dengan rendah dan permeabilitas tinggi, kelas III-
kelarutan yang buruk dan permeabilitas kelarutan rendah dan permeabilitas tinggi
rendah (Vieth et al., 2004). Kelarutan adalah dan kelas IV-kelarutan dan permeabilitas
sifat zat kimia padat, cair, atau gas yang rendah (Wagh, 2012).
disebut zat terlarut untuk dilarutkan dalam Khusus untuk obat yang termasuk
pelarut padat, cair, atau gas untuk Biopharmaceutics Classification System
membentuk larutan homogen zat terlarut (BCS) kelas II (kelarutan rendah dan
dalam pelarut (Merisko et al., 2003). permeabilitas tinggi), bioavailabilitas dapat
Kelarutan merupakan salah satu ditingkatkan dengan meningkatkan kelarutan
parameter penting untuk mencapai dan tingkat disolusi obat dalam cairan
konsentrasi obat yang diinginkan dalam gastrointestinal. Pembatas untuk obat
sirkulasi sistemik untuk mencapai kebutuhan golongan BCS kelas II adalah pelepasan
respon farmakologis (Edward, 2008). Obat- obat dari bentuk sediaan dan kelarutannya
obatan yang memiliki kelarutan buruk akan pada cairan lambung, sehingga
memerlukan dosis tinggi untuk mencapai meningkatkan kelarutan zat akan
konsentrasi plasma terapeutik setelah meningkatkan bioavailabilitas obat BCS
pemberian oral. kelas II (Yelella, 2010).
Kelarutan yang rendah adalah Teknologi partikel di bidang
masalah utama yang dihadapi pada farmasetik adalah teknik untuk
pengembangan obat baru. Sebagian besar memodifikasi sifat fisikokimia, mikrometri
obat merupakan asam lemah atau basa lemah dan biofarmasi dari obat-obatan yang
yang memiliki kelarutan yang buruk memiliki kelarutan buruk, sehingga
(Vemul, 2014). Lebih dari 40% senyawa meningkatkan kelarutannya. Di antara
baru yang dikembangkan di industri farmasi berbagai teknik untuk peningkatan kelarutan,
praktis tidak larut air. Obat-obatan yang modifikasi secara fisika produk obat seperti
memiliki kelarutan rendah akan lebih pegurangan ukuran partikel dan modifikasi
lambat diserap, menyebabkan rendahnya karakteristik kristal merupakan pendekatan
Farmaka
Volume 15 Nomor 4 51

umum untuk meningkatkan kelarutan obat kelarutan obat. Dapat digunakan satu metode
(Savjani, 2012). atau kombinasi metode (metode fisika ,kimia
ataupun teknik lain) untuk mencapai
Metode formulasi yang lebih baik.
Dalam review ini peneliti Penurunan ukuran partikel
menggunakan sumber data primer yang Kelarutan obat sangat erat kaitannya
dikumpulkan peneliti. Pencarian data dengan ukuran partikel. Dimana ketika
menggunakan instrumen pencarian online ukuran partikel lebih kecil, maka luas
melalui berbagai terbitan jurnal internasional permukaan akan meningkat. Permukaan
dan nasional. Artikel didapat dari database yang lebih besar memungkinkan interaksi
elektronik seperti Elsavier Journal, Research yang lebih besar dengan pelarut dan
Gate, Pubmed, Portal Garuda, dan Google menyebabkan peningkatan kelarutan.
Scholar. Pencarian menggunakan kata kunci Metode pengurangan ukuran partikel
: increase dissolution ; BCS class II; memungkinkan terjadinya peningkatan
solubility ; bioavability; kelarutan ; dan kelarutan yang efisien, dapat direproduksi,
bioavabilitas. Penelusuran lebih lanjut dan ekonomis (Savjani et al., 2012).
dilakukan secara manual berdasarkan daftar Salah satu teknik pengurangan
pustaka yang relevan. Pustaka diinklusi dan ukuran partikel adalah melalui mikronisasi
ekslusi berdasarkan kriteria jurnal nasional yang merupakan teknik merubah karakter
menurut DIKTI yang mengacu pada serbuk menjadi berukuran 2-5 μm dan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional hanya sebagian kecil partikel yang berada di
Nomor 22 tahun 2011 tentang Terbitan bawah ukuran 1 μm. Mikronisasi tidak
Berkala dan Peraturan Diektur Jendral meningkat kelarutan ekuilibrium dari obat
Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan itu sendiri tetapi meningkatkan laju disolusi
Nasional Nomor 9/DIKTI/Kep/2011 tentang dengan meningkatkan luas permukaan
Pedoman Akredistasi Terbitan Berkala dimana bahan aktif dapat larut atau berdifusi
dari partikel obat (Blagden et al., 2007).
Hasil Dispersi solid
Kelarutan obat merupakan salah satu Dispersi solid merupakan teknik
tahapan penting dalam absorpsi obat di farmasi yang berguna untuk meningkatkan
dalam saluran pencernaan. Berbagai teknik kelarutan, penyerapan, dan efikasi
dapat digunakan untuk meningkatkan terapeutik obat. Dispersi padat merupakan
Farmaka
Volume 15 Nomor 4 52

terdiri dari dua komponen yang berbeda, ukuran partikel melalui proses cairan
umumnya matriks hidrofilik dan obat superkritis atau Supercritical fluid (SCF).
hidrofobik (Wang et al., 2006.) Pembawa Cairan superkritis adalah cairan yang suhu
hidrofilik yang paling umum digunakan dan tekanannya lebih besar dari suhu
untuk dispersi padat meliputi kritisnya dan tekanan kritis, yang
polivinilpirolidon (Povidone, PVP), memungkinkannya untuk mengasumsikan
polietilena glikol (PEG), Plasdone-S630. sifat cairan dan gas. Pada suhu yang sangat
Surfaktan seperti Tween-80, sodium dokosa, kritis, SCF, sangat kompresibel sehingga
Myrj-52, Pluronic-F68, dan sodium lauryl memungkinkan perubahan tekanan untuk
sulfate (SLS) juga sering digunakan dalam mengubah karakteristik kepadatan dan
formulasi dispersi padat (Savjani et al., massa fluida yang sangat menentukan
2012). kelarutan zat. Setelah partikel obat
Nanosuspensi dilarutkan dalam SCF (biasanya karbon
Teknologi nanosuspensi telah dioksida), partikel dapat direkristalisasi
dikembangkan sebagai metode yang dengan ukuran partikel yang lebih kecil.
menjanjikan sebagai teknik penghantaran Proses SCF saat ini telah menunjukkan
obat hidrofobik yang efisien. Teknologi ini kemampuan untuk membuat suspensi
diterapkan pada obat-obatan terlarut yang nanopartikel partikel berdiameter 5-2.000
tidak larut dalam air dan minyak. nm (Manna et al., 2007).
Nanosuspensi adalah sistem yang terdiri dari Teknik Kriogenik
partikel obat berukuran nano yang Teknik kriogenik telah
distabilkan oleh surfaktan untuk penggunaan dikembangkan untuk meningkatkan tingkat
oral, topikal, pemberian parenteral, dan disolusi obat dengan membuat partikel obat
pulmonal. Distribusi ukuran partikel partikel amorf berstruktur nano dengan tingkat
padat dalam nanosuspension biasanya porositas tinggi pada kondisi tertentu.
kurang dari satu mikron dengan ukuran Komposisi cairan kriogenik yang dapat
partikel rata-rata berkisar antara 200 dan 600 digunakan diantaranya hidrofluoroalkana,
nm (Muller et al., 2000). N2, Ar, O2, dan pelarut organik. Setelah
Supercritical fluid pengolahan kriogenik, serbuk dapat
Teknologi nanosisasi dan solubilisasi diperoleh dengan berbagai proses
lain yang aplikasinya telah meningkat dalam pengeringan seperti spray freeze drying,
beberapa tahun terakhir adalah pengurangan atmospheric freeze drying, vacuum freeze
Farmaka
Volume 15 Nomor 4 53

drying, and lipolisasi. (Leuenberger et al., mempengaruhi kelarutan, laju disolusi dan
2002). kompresibilitas (Zaini et al., 2011).
Rekayasa Bentuk Kristal Pembentukan Garam
Merupakan metode kristalisasi Metode yang paling mudah dan
dimana terjadi interaksi nonkovalen antara paling umum untuk dilakukan adalah obat
komponen molekuler atau ionik yang berada yang memiliki sifat asam atau basa diubah
dalam keadaan solid-state dan menunjukkan menjadi bentuk garamnya sehingga
sifat listrik, magnetik, dan optik yang kelarutannya dan laju disolusinya dapat
tertentu. Teknologi ini dapat diterapkan meningkat seperti aspirin, teofilin dan
pada senyawa farmasetik untuk barbiturate (Patil and Sahoo, 2010).
meningkatkan kelarutan obat melalui proses Hidrotrofi
kristalisasi seperti dengan pembentukan Hidrotrofi adalah proses pelarutan,
kristal, polimorf metastabil, bentuk amorf dimana penambahan sejumlah besar zat
energi tinggi dan partikel berukuran terlarut kedua, zat hidrotomatik akan
ultrafine. Teknologi nanokristal memiliki menghasilkan peningkatan kelarutan zat
kelebihan untuk meningkatkan kelarutan terlarut. Agen hidrotropik adalah garam
yang membantu penyerapan dan onset kerja organik ionik, terdiri dari garam logam alkali
terjadi lebih cepat. dari berbagai asam organik. Hidrotrofi
Teknologi ini memungkinkan menunjukkan peningkatan kelarutan dalam
formulasi dikembangkan tanpa penggunaan air karena adanya sejumlah besar aditif.
surfaktan, yang terkadang menguntungkan Mekanisme yang meningkatkan kelarutan
dalam mengurangi efek yang tidak lebih erat kaitannya dengan kompleksasi
diinginkan dari beberapa eksipien yang melibatkan interaksi lemah antara zat
(Rasenack, 2004). hidrotrofik seperti natrium benzoat, natrium
Kokristal merupakan senyawa padat asetat, natrium alginat, urea, dengan obat
yang terdiri atas dua atau lebih komponen (Sevlani et al., 2012).
padat yang membentuk satu kisi kristal yang Solid Lipid Nanopartikel
berbeda dan dihubungkan dengan adanya Solid lipid nanopartikel (SLN)
ikatan antar molekul seperti ikatan hydrogen adalah sistem pembawa obat koloid yang
dan Van der Waals. Metode kokristal seperti nanoemulsi, tetapi berbeda dalam
memiliki berbagai keuntungan yaitu tidak sifat lipid dimana bagian lipid cair dari
akan mempengaruhi farmakologi dan hanya emulsi digantikan oleh lipid padat pada suhu
Farmaka
Volume 15 Nomor 4 54

kamar seperti gliserida atau lilin dengan titik koloid, seperti emulsi, liposom,
lebur yang tinggi. Pengembangan teknologi mikroorganisme polimer dan nanopartikel,
terhadap SLN sebagai teknologi partikel serta memiliki kemungkinan untuk
baru meningkat karena potensinya sebagai digunakan pada berbagai rute pemberian
sistem pembawa alternatif bagi pembawa (Yener et al., 2007).

Tabel 1. Teknik yang Digunakan Meningkatkan Disolusi Berbagai Macam Obat


Teknik Metode Contoh Referensi
Ibuprofen
Mikronisasi Jet milling (Vogt et al., 2008)
Cilostazol
Meloxicam
(Blagden et al., 2007)
Naproxen
Solid dispersi Evaporasi solvent
Celecoxib (Gupta et al., 2004)
Ritonavir (Sinha et al., 2010)
(Merisko-Liversidge
Presipitasi Naproxen
et al., 2003)
(Langguth et al.,
Nanosuspensi Spironolakton 2005)
Homogenisasi
Budenoside (Jacobs and M¨uller,
bertekanan tinggi
Omeprazole 2002)
(M¨oschwitzer, 2004)
Supercritical
Supercritical fluid Furosemide (Zordi et al., 2012)
antisolvent
(Johnston et al.,
Teknik Kriogenik Freeze drying Carbamazepine
2003)
Perubahan sifat
Kloramfenikol
polimorfisme
Perubahan menjadi
Perubahan karakter Teofilin
bentuk anhidrat (Sevlani et al., 2012)
kristal
Perubahan menjadi Eritromisin
bentuk dihidrat
Kokristal Carbamazepin
Solvent
Solid Lipid
emulsification- Asam retinoat (Hu et al., 2004)
Nanoapartikel
evaporation
Perubahan sifat (Patil dan Sahoo,
Pembentukan garam Aspirin
kimia 2010)
Farmaka
Volume 15 Nomor 4 55

Simpulan E Merisko-Liversidge, GG Liversidge, and


ER Cooper. 2003. Nanosizing: a
Kelarutan obat adalah salah satu
formulation approach for poorly-water-
tahap yang dapat mempengaruhi penyerapan soluble compounds. European Journal
of Pharmaceutical Sciences. 2: 113–
obat yang diberikan secara oral karena akan
120.
mempengaruhi penyerapan obat di
H Leuenberger. 2002. Spray freeze-drying—
gastrointestinal. Berbagai teknik yang
the process of choice for low water
dijelaskan dapat digunakan secara kombinasi soluble drugs. Journal of Nanoparticle
Research. 4(1):11–119.
ataupun tidak untuk meningkatkan kelarutan
obat. Pemilihan teknik peningkatan Hu J., Johnston KP, Williams RO. 2003.
Spray freezing into liquid
kelarutan yang tepat adalah kunci untuk
(SFL) particle engineering technology to
memastikan tujuan dari formulasi seperti enhance dissolution of poorly water
soluble drugs: organic solvent versus
bioavailabilitas oral yang baik, mengurangi
organic/aqueous co-solvent systems.
frekuensi pemberian dosis dan kepatuhan Eur J Pharm Sci. 20: 295-303.
pasien yang lebih baik dengan biaya
Hu L., Tang X., Cui F. 2004. Solid lipid
produksi yang rendah. nanoparticles (SLNs) to improve oral
bioavailability of poorly soluble drugs.
J Pharm Pharmacol 56:1527-1535.
Daftar Pustaka
J M¨oschwitzer, G Achleitner, H Pomper,
C Jacobs and RH M¨uller. 2002. Production
and RH M¨uller. 2004. Development of
and characterization of a budesonide
an intravenously injectable chemically
nanosuspension for pulmonary
stable aqueous omeprazole formulation
administration. Pharmaceutical
using nanosuspension technology.
Research. 19(2). 189–194.
European Journal of Pharmaceutics
and Biopharmaceutics. 58(3) : 615–
D Sharma, M Soni, S Kumar, and GD 619.
Gupta. 2009. Solubility enhancement—
eminent role in poorly soluble drugs. KH Edward and D Li. 2008. Drug Like
Research Journal of Pharmacy and Properties:Concept, Structure, Design
Technology. 2(2) : 220–224. and Methods, from ADME to Toxicity
Optimization. Elsevier. 1:56-65
D Zordi, M Moneghini, I Kikic, M Grassi, D
R Castillo, E Solinas, and MB Bolger. L Manna, M Banchero, D Sola, A Ferri, S
2012. Applications of supercritical Ronchetti, and S Sicardi. 2007.
fluids to enhance the dissolution Impregnation of PVP microparticles
behaviors of Furosemide by generation with ketoprofen in the presence of
of microparticles and solid dispersions. supercritical CO2. Journal of
Europian Journal Pharmaceutical. Supercritical Fluids. 42(3): 378–384.
81(1):131-141
Farmaka
Volume 15 Nomor 4 56

N Blagden, M de Matas, PT Gavan, and P bioavailability of poorly soluble drugs.


York. 2007. Crystal engineering of Journal of Bioequivalence &
active pharmaceutical ingredients to Bioavailability. 2(2) : 28–36.
improve solubility and dissolution rates.
Advanced Drug Delivery Reviews. 9(7): S Sinha, M Ali, S Baboota, A Ahuja, A
617–630. Kumar, and J Ali. 2010. Solid
dispersion as an approach for
M Vogt, K Kunath, and JB Dressman. 2008. bioavailability enhancement of poorly
Dissolution enhancement of fenofibrate water-soluble drug ritonavir. AAPS
by micronization, cogrinding and spray- Pharm-SciTech. 11(2): 518–527.
drying: comparison with commercial
preparations. European Journal of Savjani KT, Gajjar AK, Savjani JK. 2012.
Pharmaceutics and Biopharmaceutics. Drug solubility: importance and
68(2) : 283–288 enhancement techniques. ISRN Pharm.
1:1-10.
P Langguth, A Hanafy, D Frenzel et al.,
2005. Nanosuspension formulations for U¨ ner M, Yener G. 2007. Importance of
low-soluble drugs: pharmacokinetic solid lipid nanoparticles (SLN) in
evaluation using spironolactone various administration routes and future
asmodel compound. Drug Development perspectives. Int Journal Nanomed.
and Industrial Pharmacy. 31(3):319– 2:289-300.
329.
VR Vemula, V Lagishetty, and S Lingala,
P Gupta, VK Kakumanu, and AK Bansal. 2010. Solubility enhancement
2004. Stability and solubility of techniques. International Journal of
celecoxib-PVP amorphous dispersions: Pharmaceutical Sciences Review and
a molecular perspective. Research. 5(1): 41–51.
Pharmaceutical Research. 21(10) :
1762–1769. Vieth M., Siegel MG, Higgs RE, Watson IA,
Robertson DH, et al. 2004.
Patil SV, dan Sahoo SK. 2010. Characteristic physical properties and
Pharmaceutical Overview of Spherical structural fragments of marketed oral
Crystallization. Der Pharmacia drugs. Journal Medical Chem. 47: 224-
Letter.2(1) : 421-426. 232.

RH Muller, C Jacobs, and O Kayer, 2000. Wagh MP, and Patel J. S. 2010.
Nanosuspensions for the formulation of Biopharmaceutical classification
poorly soluble drugs. New York : system: scientific basis for biowaiver
Marcel Dekker. extensions. International Journal
Pharmaceutical Science. 2:12-19.
Rasenack N, Muller BW. 2004. Micron-size
drug particles: common and novel Wang L, Cui F. D., Sunada H. 2006.
micronization techniques. Pharm Dev Preparation and evaluation of solid
Technol 9:1-13. dispersions of nitrendipine prepared
with fine silica particles using the melt-
SRK Yellela. 2010. Pharmaceutical mixing method. Chem Pharm Bull 54:
technologies for enhancing oral 37-43.
Farmaka
Volume 15 Nomor 4 57

Wenlock MC, Austin RP, Barton P, Davis


AM, Leeson PD. 2003. A comparison
of physiochemical property profiles of
development and marketed oral drugs. J
Med Chem 46: 1250-1256.

Anda mungkin juga menyukai